lingkungan :
manusia
yang
membahayakan
dan
merusak
Polusi udara juga menyebabkan hujan asam dan sulfur sehingga suhu di permukaan
bumi meningkat. Hujan asam disebabkan oleh senyawa belerang dan sulfur (SO2)
yang banyak dihasilkan pada pembakaran batubara. Hujan asam memiliki air
berkadar pH rendah. Pada kondisi hujan normal, pH airnya mendekati 5,6;
sedangkan pada kondisi hujan asam, pH airnya mencapai 3-3,5. Penyebab utama
hujan asam yaitu polutan dari industri dan polusi kendaraan bermotor. Hujan asam
dapat merusak bangunan, berbagai peralatan logam, dan memusnahkan
pepohonan serta mematikan ikan-ikan dan biota perairan. Pepohonan yang mati
akibat hujan asam, tidak dapat tumbuh kembali dengan singkat.
Polusi udara juga dapat menyebabkan efek rumah kaca. Bagaimana Efek rumah
kaca terjadi? Energi yang dilepaskan oleh matahari berupa cahaya yang memiliki
panjang gelombang pendek (1). Ketika gelombang cahaya tersebut menembus
atmosfer terjadi pengurangan energi gelombang cahaya. Akibatnya, panjang
gelombang cahaya tersebut semakin panjang (2). Hal ini disebabkan sebagian
energi tersebut diserap oleh permukaan bumi dan sebagian lagi dipantulkan. Energi
yang dipantulkan tersebut memiliki panjang gelombang yang lebih panjang
daripada 2 (disimbolkan 3). Oleh karena memiliki panjang gelombang yang lebih
panjang dan energi yang lebih rendah, cahaya tersebut tidak semua dapat
menembus lapisan atmosfer. Hal ini karena untuk menembus atmosfer dibutuhkan
energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, cahaya tersebut dipantulkan kembali ke
bumi.
Semakin meningkatnya kandungan CO2 dari pembuangan bahan bakar dan
peristiwa kebakaran hutan serta penebangan hutan (deforestasi), menyebabkan
semakin tebalnya lapisan yang menyelubungi bumi. Oleh karena itu, energi
matahari yang seharusnya dikeluarkan dari bumi semakin banyak terkurung.
Akibatnya, terjadi peningkatan suhu rata-rata di atmosfer (pemanasan global)
2) Polusi air
Polusi air terjadi jika terdapat penambahan polutan ke dalam komponen air hingga
berada
pada
ambang
batas
yang
membahayakan
organisme
yang
menggunakannya, termasuk manusia. Polutan penyebab polusi air bisa berasal dari
limbah cair pabrik, limbah pertanian, limbah rumah tangga, sampah organik, dan
logam berat. Polutan-polutan ini dapat mengubah komposisi air sehingga
membahayakan kehidupan di dalam air dan kehidupan di sekitarnya. DDT
(diklorodifenil trikloroetana) merupakan pestisida yang sangat efektif. Adanya DDT
ini telah menyelamatkan berjuta-juta manusia dari kelaparan dan penyakit, seperti
penyakit malaria. DDT juga membantu mengurangi insekta yang memakan
tumbuhan pertanian (hama pertanian). Akan tetapi, DDT sangat berbahaya dan
tidak mudah teruraikan oleh lingkungan. DDT dapat berada di lingkungan dalam
waktu yang lama. DDT juga tidak diuraikan oleh tubuh makhluk hidup. Hal ini dapat
menyebabkan DDT dapat melalui rantai makanan yang panjang. Peristiwa
terakumulasinya suatu zat kimia, seperti DDT, dalam tubuh makhluk hidup
dinamakan bioconcentration. Adapun meningkatnya kandungan suatu zat kimia
pada makhluk hidup, yang terbentuk melalui suatu rantai makanan, dinamakan
biological magnification.
3) Polusi tanah
Sampah dapat menjadi polutan yang menyebabkan terjadinya polusi tanah. Polutan
lain adalah limbah rumah sakit dan limbah cair pabrik, misalnya pabrik baterai.
Bahan-bahan seperti plastik, kaca, logam, dan insektisida merupakan polutan yang
susah diuraikan oleh dekomposer. Akibatnya, bahan-bahan tersebut akan
menumpuk dan terbenam dalam tanah. Tanah seperti ini akan berkurang
porositasnya. Insektisida dalam tanah juga dapat menyebabkan terbunuhnya
makhluk hidup lain yang justru berguna untuk manusia. Tanah yang tercemar logam
berat pun dapat mengganggu organisme yang hidup di dalam tanah.