Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengukuran Waktu Kerja


Pengukuran waktu kerja adalah pengukuran yang dilakukan pada suatu aktivitas

atau kegiatan seorang operator dalam menyelesaikan pekerjaannya. Berikut adalah


penjelasan lebih lanjut tentang pengukuran waktu kerja.
2.1.1 Definisi Pengukuran Waktu Kerja
Pengukuran waktu merupakan usaha untuk mengetahui berapa lama yang
dibutuhkan operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan wajar dan dalam
rancangan sistem kerja yang terbaik. Pengukuran waktu kerja dituju untuk
menetapkan metode-meode pengkuran waktu kerja. Selain itu pengukuran waktu
kerja bertujuan untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan suatu pekerjaan.
Menurut Sritomo (2002) teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Pengukuran waktu kerja secara langsung, yaitu pengukuran dilakukan
secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang diukur sedang
2.

berlangsung;
Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung : pengukuran yang dilkukan
tanpa di pengamat harus berada di tempat kerja yang diukur sedang
berlangsung namun pengamat harus memahami proses pekerjaan yang
diukur.

Pemilihan pengukuran waktu kerja ini harus disesuaikan dengan kebutuhan


dan kondisi yang berjalan, karena masing-masing pengukuran waktu kerja ini
memiliki tujuan dan karakteristik yang harus dimerngerti. Pemelihan metode yang

II-2

kurang tepat dapat menyebabkan kehilangan waktu, sehingga diperlukan


pengukuran tambahan atau pengukuran ulang dengan metode yang lebih tepat.
Secara garis besar urutan pengukuran waktu kerja dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Urutan Pengukuran Waktu Kerja

2.1.2

Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung


Pada pengukuran kerja langsung dimana setiap aktivitas yang dilakukan

sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Pengukuran ini dapat dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study) atau
dengan menggunakan sampling kerja lainnya. Hal ini tentunya dipertimbangkan
sebgai langkah yang tidak efisien, karena bagaimanapun berbagai macam
pekerjaan/operasi akan memiliki elemen-elemen kerja yang tidak sama.
Berikut dibawah ini akan dibahas secara singkat kedua metode pengukuran
waktu kerja secara langsung ini.
a. Metode Jam Henti (Stopwatch time study)
Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti diperkenalkan Frederick
W. Taylor pada abad ke-19. Metode ini baik untuk diaplikasikan pada
pekerjaan yang singkat dan berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran akan
diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang akan
dipergunakan sebagai waktu standar penyelesaian suatu pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama.
b. Sampling Pekerjaan (Work Sampling)

II-3

Work

sampling

adalah

suatu

aktifitas

pengukuran

kerja

untuk

mengestimasikan proporsi waktu yang hilang (idle/delay) selama siklus kerja


berlangsung atau untuk melihat proporsi kegiatan tidak produktif yang terjadi
(ratio delay study). Pengamatan dilaksanakan secara random selama siklus
kerja berlangsung untuk beberapa saat tertentu. Sebagai contoh aktivitas ini
sering kali diaplikasikan guna mengestimasikan jumlah waktu yang
diperlukan atau harus dialokasikan guna memberi kelonggaran waktu
(allowances) untuk personal needs, melepas lelah ataupun unavoidable
delays.
2.1.3

Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak Langsung


Pengukuran kerja secara tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan

menggunakan metode standar data. Pengukuran kerja secara tidak langsung antara
lain menggunakan:
a. Data Waktu Baku (standard data)
Metode ini biasanya digunakan untuk mengukur kerja mesin atau satu
operasi tertentu saja, diman data yang diperoleh sama sekali tidak bisa
digunakan untuk jenis operasi lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus
diaplikasikan

untuk

elemen

kegiatan

konstan

seperti

set-up,

loading/unloading, handling machine dan sebagainya.


Keuntungan dari metode ini yaitu akan mengurangi aktifitas pengukuran
kerja tertentu, mempercepat proses yang diperlukan untuk penetapan waktu
baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.
b. Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)
Pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dengan data waktu gerakan
yaitu pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemen-elemen
pekerjaaannnya, melainkan berdasarkan elemen-elemen gerakannya. Elemen
gerkan timbul dari gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan oleh Frank
dan Lilian Gilberth.

II-4

Secara garis besar masing-masing gerakan Therbligs dapat didefinisikan sebagai


berikut (Wignjosoebroto, 1995)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mencari.
Memilih.
Memegang (Grasp).
Menjangau/Membawa Tanpa Beban.
Membawa Dengan Beban.
Memegang Untuk Memakai.
Melepas.
Mengarahkan.
Mengarahkan Awal.

10. Memeriksa.
11. Merakit.
12. Mengurai Rakit.
13. Memakai.
14. Kelambatan yang Tidak Terhindarkan.
15. Kelambatan yang Dapat Terhindarkan.
16. Merencanakan.
17. Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah.

Menetapkan waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data


waktu gerakan yang terdiri atas sekumpulan data waktu dan prosedur
sistematis yang dilakukan dengan menganalisa dan membagi setiap operasi
kerja yang dilakukan secara manual kedalam gerakan-gerakan kerja, gerakan
anggota tubuh/gerakan-gerakan manual lainnya.
Data waktu gerakan ini terdiri dari:
a) Work Faktor (WF) System
Faktor kerja (work factor) adalah salah satu sistem diantara data sistemsistem yang dikembangkan sebagai data waktu gerakan. Pada factor kerja,
suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak Menjangkau (Reach),
Membawa

(Move),

Memegang

(Grasp),

Mengarahkan

Sementara

(Preposition), Merakit (Assembly), Lepas Rakit (Diassemble), Memakai


(Use), Melepaskan (Release), dan Proses Mental (Mental Process), sesuai
dengan pekerjaan yang bersangkutan.
b) Maynard Operation Sequece Time (MOST System)
Atau lebih sederhana dikatakan sebagai perpindahan objek. Dalam metode
MOST objek dipindahkan menurut dua cara:
1) Diambil dan dipindahkan secara bebas.
2) Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan benda lain

II-5

Untuk tiap tipe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu dilakukan pemisahan model urutan kegiatan dalam metode
MOST.
Tabel 2.1 Maynard Operation Sequece Time (MOST system)

Activity

Manual Handling
Seguence Model

General Move

ABG ABP A

Controlled Move

ABG MXIA

Tool Use

ABG ABP ABPA

Subactivities
A - Action Distances
B - Body Motion
G - Gain Control
P Place
M - Move controlled
X - Process time
I Align
F Fasten
L- Loosen
C - Cut
S - Surface treat
R Record
M - Measure

c) Motion Time Measurement ( MTM System )


Pengukuran Waktu Metoda (Methods-Time Measurement) adalah suatu
sistem penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi
gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam
dalam film. Methods Time Measurement (MTM) merupakan salah satu
metode pengukuran kerja secara tidak langsung yang dapat digunakan dalam
penentuan waktu kerja.
Keistimewaan MTM dibandingkan pengukuran waktu kerja yang lain ialah
dapat menentukan waktu penyelesaian suatu pekerjaan sebelum pekerjaan
tersebut dilakukan, karena dalam perhitungan MTM digunakan tabel-tabel
waktu kerja berdasarkan elemen-elemen kerja yang telah distandarkan. Akan
tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja dalam MTM perlu
dilakukan simplifikasi karena proses identifikasi tersebut kurang efektif dan

II-6

efisien untuk dilakukan secara manual dan sulit dilakukan oleh orang yang
masih awam dengan metode MTM.
2.2

Peta Kerja
Peta kerja merupakan suatu alat yang sistematis dan jelas untuk

mengkomunikasikan lantai produksi secara luas guna menganalisa proses kerja dari
tahap awal sampai akhir. Berikut adalah penjelasn lebih lanjut mengenai peta kerja.
2.2.1 Definisi Peta Kerja
Peta kerja atau sering disebut peta proses (process chart) merupakan alat
komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal
sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat diperoleh informasi-informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki metoda kerja.
Peta-peta kerja ini berisi informasi-informasi yang diperlukan untuk
memperbaiki suatu metode kerja, terutama dalam suatu proses produksi. Jumlah
benda kerja yang harus dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahan-bahan
khusus yang harus disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan, dan
sebagainya. Peta-peta ini dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami
suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku). Kemudian
menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti tansportasi, operasi mesin,
pemeriksaan dan perakitan sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk
lengkap atau merupakan bagian dari suatu produk lengkap.
Berdasarkan peta kerja ini pula kita bisa melihat semua langkah-langkah yang
dialami oleh suatu benda kerja dari saat mulai masuk ke lokasi kegiatan kemudian
menggambarkan semua langkah-langkah aktivitas yang dialaminya seperti
transportasi, operasi kerja, inspeksi, menunggu, dan menyimpan, sampai akhirnya
menjadi produk akhir ( finished goods product) yang merupakan hasil yang
diinginkan.

II-7

2.2.2

Lambang-Lambang Peta Kerja


Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan

oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan
40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada tahun berikutnya jumlah lambang tersebut
disederhanakan sehingga hanya tinggal 4 macam saja. Namun pada tahun 1947
American Society of Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambinglambang yang terdiri atas 5 macam lambang yang merupakan modifikasi dari yang
telah dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth (Sutalaksana, 2006, hal. 17).
Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1.

Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat,

baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi maupun menberikan informasi


pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling
banyak terjadi dalam suatu mesin atau sistem kerja.
2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan
mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini
digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau
membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak
menjuruskan bahan kearah menjadi suatu barang jadi.
3. Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari
suatu operasi.
4. Menunggu

II-8

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun perlengkapan


tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar).
5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk jangka waktu
yang cukup lama. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang
mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap
pengeluaran tanpa izin tertentu.
Selain kelima lambang standar diatas, kita bisa menggunakan lambang lain
apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi selama
proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi. Lambang
tersebut ialah:
6. Aktivitas gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan
bersamaan pada suatu tempat kerja.

2.2.3

Macam-Macam Peta Kerja


Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua

kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:


1. Peta-Peta Kerja Keseluruhan
Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan keseluruhan.
a.
b.
c.
d.
e.

Berikut ini adalah peta kerja yang termasuk peta kerja keseluruhan:
Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
Peta Proses Regu Kerja (Gang Process Chart)
Diagram Aliran (Flow Diagram)
Diagram rakitan (Assembly chart)

II-9

2. Peta-Peta Kerja Setempat


Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.
Berikut ini adalah peta kerja yang termasuk peta kerja setempat:
a. Peta Pekerja dan Mesin (Man and Machine Process Chart)
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Left and Right Process Chart)
Dalam hal ini tentunya kita harus bisa membedakan antara kegiatan kerja
keseluruhan dan kegiatan kerja setempat.
2.2.4

Peta-Peta Kerja Keseluruhan (PPKK)


Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut

melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat
produk yang bersangkutan. Peta-peta kerja yang termasuk kedalam peta kerja
keseluruhan yaitu:
a) Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Peta proses operasi adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja
dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi
secara detail. Dengan demikian seluruh operasi kerja dapat digambarkan dari
awal sampai menjadi produk akhir, sehingga analisa perbaikan dari masingmasing operasi kerja secara individual maupun urut-urutannya secara
keseluruhan akan dapat dilakukan.
Kegunaan dari peta proses operasi yaitu: bisa mengetahui kebutuhan
akan mesin dan penganggarannya, bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan
baku, sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk
melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
b) Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
Peta aliran proses adalah suatu peta yang menggambarkan semua aktivitas
baik aktivitas produktif maupun tidak produktif yang terlibat dalam proses
pelaksanaan kerja. Metode penggambaran hampir sama dengan Peta Proses

II-10

Operasi hanya saja disini akan jauh lebih lengkap. Tidak seperti peta proses
operasi yang hanya menggambarkan aktifitas yang produktif (kegiatan operasi
dan inpeksi), maka Peta Aliran Proses ini juga akan menggambarkan aktifitasaktifitas yang tidak produktif seperti transportasi, delay dan penyimpanan.
Kegunaan dari peta aliran proses yaitu: bisa digunakan untuk mengetahui
aliran bahan, peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian
atau suatu proses prosedur, sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan
proses atau metode kerja
c) Peta Proses Regu Kerja (Gang Process Chart)
Peta ini bisa digunakan dalam suatu tempat kerja di mana untuk
melaksanakan pekerjan tersebut memerlukan kerjasama yang baik dari
sekelompok pekerja. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa peta proses kelompok
kerja merupakan kumpulan dari beberapa peta aliran proses dimana tiap peta
aliran proses tersebut menunjukan satu seri keja dari seorang operator.
Peta ini dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis aktivitas suatu
kelompok kerja. Diatas telah terurai bahwa masalah utama dengan adanya kerja
sama antara sekelompok orang dimana satu aktivitas-aktivitas menunggu (delay).
Dengan berkurangnya waktu menunggu berarti kita bisa mencapai tujuan lain
yang lebih nyata diantaranya: bisa mengurangi ongkos produksi atau proses, bisa
mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses.
d) Diagram Aliran (Flow Diagram)
Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala, dari susunan lantai
dan gedung yang menunjukan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta
aliran proses. Aktifitas yang berarti pergerakan suatu material atau orang dari
suatu tempat ke tempat berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam diagram
tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garisan tersebut.

II-11

Kegunaan dari diagram aliran yaitu: lebih memperjelas suatu peta aliran
proses, apalagi jika arah aliran merupakan faktor yang penting, menolong dalam
perbaikan tata letak tempat kerja.
e) Diagram Rakitan (Assembly Chart)
Diagram rakitan (assembly chart) adalah gambaran grafis dari urut-urutan aliran
komponen dan rakitan bagian ke dalam rakitan suatu produk.
2.2.5

Peta-Peta Kerja Setempat (PPKS)


Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut

terjadi dalam suatu stasiun kerja biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas
dalam jumlah terbatas.
a) Peta Pekerja dan Mesin (Man and Machine Process Chart)
Dalam beberapa hal, hubungan anatara operator dan mesin sering bekerja
secara silih berganti, yaitu sementara mesin menganggur, operator bekerja atau
sebaliknya. Waktu menganggur adalah suatu kerugian. Oleh karena itu, waktu
menganggur baik pada pekerja maupun mesin harus dihilangkan atau setidaknya
diminimumkan. Namun tentunya harus masih berada dalam batas-batas
kemampuan manusia dan mesinnya
Kegunaan dari peta pekerja dan mesin yaitu: mengubah tata letak tempat
kerja, mengatur kembali gerakan-gerakan kerja, merancang kembali mesin dan
peralatan, menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya, menambah
mesin bagi seorang pekerja.
Lambang-lambang yang dipakai peta pekerja mesin ini berbeda dengan jenis
peta kerja lainnya, seperti terlihat dibawah ini:
Menunjukkan Waktu Menganggur
Digunakan untuk menyatakan pekerja atau mesin yang sedang
menganggur atau salah satu sedang menunggu yang lain.

II-12

Menunjukkan kerja Independent


Jika ditinjau dari pekerja, keadaan ini menunjukkan
keadaan seorang pekerja yang sedang bekerja dan
independen dengan mesin dan pekerja lainnya.
Menunjukkan Kerja Kombinasi
Jika ditinjau dari pihak pekerja, lambang ini digunakan apabila di
antara operator dan mesin atau dengan operator lainnya sedang bekerja
bersama-sama. Jika ditinjau dari pihak mesin, berarti: selama bekerja,
mesin tersebut memerlukan pelayanan dari operator (mesin manual).

b) Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Left and Right Process Chart)
Peta tangan kiri dan tangan kanan adalah peta yang menggambarkaan seluruh
elemen-elemen gerakan pada saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan
oleh tangan kiri dan tangan kanan. Selain itu, peta tangan kiri dan tangan kanan
juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri
dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan. Melalui peta ini dapat melihat
semua operasi secara lengkap yang berarti mempermudah perbaikan operasi
tersebut.
Pada dasarnya, peta tangan kanan dan tangan kiri berguna untuk memperbaiki
sitem kerja. Selain itu, peta ini memiliki kegunaan yang lebih khusus, yaitu
sebagai berikut (Sutalaksana, 2006, hal 51):
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan serta mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan
tidak produktif dan tentunya akan mempersingkat waktu.
3. Sebagai alat untuk menganalisis tata letak sistem kerja.
4. Sebagai alat untuk melatih pekerja-pekerja yang baru dengan cara kerja
yang ideal.

II-13

2.3

Pengukuran Waktu Kerja


Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau

memperbaiki

suatu

sistem

kerja.

Peningkatan

efisiensi

suatu

sistem

kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan da1am berproduksi.
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu
kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah
disiapkan.
2.3.1 Pengukuran Pendahuluan
Pengukuran pendahuluan merupakan hal yang harus dilakukan untuk
mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan
keyakinan yang diinginkan. Setelah pengukuran tahap pertama dilakukan,
selanjutnya dilakukan uji keseragaman data, perhitungan jumlah pengukuran yang
diperlukan, dan bila jumlah belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran
pendahuluan tahap kedua dan seterusnya sampai pengukuran mencukupi tingkat
ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Langkah-langkah pemrosesan hasil
pengukuran pendahuluan adalah:
1. Mengkelompokkan hasil pengukuran ke dalam beberapa subgroup dan hitung
rata-rata dari tiap subgroup
Xi
X k =
n
.....(1)
2. Menghitung rata-rata dari rata-rata subgroup
X k
X =
k
.....(2)
3. Menghitung standar deviasi dari waktu penyelesaian

II-14

( Xi X )
N1

......

(3)
4. Pengujian Keseragaman Data

Suatu data dikatakan seragam jika semua data berada diantara dua batas kontrol,
yaitu yaitu batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Adapun perumusan dari batas
kontrol atas dan batas kontrol bawah adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto,
2000):
BKA =x + 3

.......

(4)
BKA =x 3 ........
(5)
5. Pengujian Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mendapatkan apakah jumlah data hasil
pengamatan cukup untuk melakukan penelitian. Untuk menghitung banyaknya
pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%
adalah sebagai berikut (Barnes, 1980).
xj

2
2
2
N xj ..........(6)
40

'
N =
Apabila N N, maka jumlah data sudah cukup.
Apabila N > N, maka jumlah data belum cukup.
6. Penyesuaian dan Kelonggaran

II-15

Faktor penyesuaian adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi


terhadap seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang
diperlukan oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut (Niebel,
1988). Menurut Sutalaksana (1979) besarnya harga faktor penyesuaian (p) memiliki
tiga batasan, yaitu:
1. p > 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal
(terlalu cepat)
2. p < 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah normal
(terlalu lambat)
3. p = 1 bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar
Ada banyak metode yang digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian.
Berikut merupakan beberapa metode dalam menentukan besar faktor penyesuaian
yang umumnya digunakan (Wignjosoebroto, 2000):
a. Metode Skill and Effort Rating
b. Metode Westinghouse
c. Metode Syntetic Rating
d. Performance Rating atau Speed Rating
e. Metode Obyektif
Pemberian kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku
yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem
kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain:
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah (fatique).
c. Kelonggaran untuk hal-hal yang tidak dapat dihindarkan.
4. Waktu Siklus
Waktu siklus atau cycle time adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu
unit produk pada satu stasiun kerja (Purnomo, 2003). Waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan elemen-elemen kerja pada umumnya akan sedikit berbeda dari siklus
ke siklus lainnya, sekalipun operator bekerja pada kecepatan normal atau uniform,

II-16

tiap-tiap elemen dalam siklus yang berbeda tidak selalu akan bisa diselesaikan
dalam waktu yang persis sama.
5. Waktu Normal
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata
menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja
menyelesaikan pekerjaan pada tempo kerja yang normal (Wignjosoebroto, 2000).
6. Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
(Wignjosoebroto, 2003). Penentuan waktu baku untuk menentukan target produksi
ini dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti.
Pengukuran dilakukan dikarenakan di dalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar
perusahaan. Waktu baku didapatkan dengan mengalikan waktu normal dengan
kelonggaran (allowance).
Waktu baku ini sangat diperlukan terutama sekali untuk: (1) perencanaan
kebutuhan tenaga kerja (man power planning), (2) estimasi biaya-biaya untuk upah
karyawan atau pekerja, (3) penjadwalan produksi dan penganggaran, (4)
perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau pekerja
berprestasi, dan (5) indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang
pekerja. (Wignjosoebroto, 2000)

Anda mungkin juga menyukai