menahan akar gigi tidak lepas dari alveolusnya. Hubungan gigi, alveolus dan
tulang ini disebut sendi fibrosa jenis gomfosis. Adanya jaringan fibrosa ini
memungkinkan gigi bergerak sedikit dari posisi tempatnya.
Email yang berasal dari ektodermal adalah bahan terkeras pada tubuh. Email
terdiri atas 99% bahan anorganik, terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal
apatit, dan hanya 1 % bahan organik. Bahan organiknya tidak mengandung
kolagen dan terutama terdiri dari enamelin, suatu protein yang sangat kaya
prolin. Email dibentuk ameloblas dengan mikroskop chaya email tampak
terdiri atas prisma , bahan interprismatik dan matriks organic.
A. Gigi permanen
Tooth Names
Front Teeth:
1. Central incisor
2. Lateral incisor
3. Canine or eye tooth
Positions
Lower Teeth
Second molar
First molar
Canine (cuspid)
Lateral incisor
Central incisor
C. ANATOMI GIGI
Adapun bagian-bagian gigi:
23 to 31 months
14 to 18 months
17 to 23 months
10 to 16 months
6 to 10 months
10 to 12 years
9 to 11 years
9 to 12 years
7 to 8 years
6 to 7 years
Tooth Anatomy
1. Enamel/email gigi
Jaringan keras yang mengalami kalsifikasi yang menutupi dentin dari mahkota
gigi.
2. Anatomical Crown/ mahkota gigi
3. Gingiva (gums) /gusi
4. Pulp Chamber/ruang pulpa
5. Neck/leher gigi
6. Dentin
7. Alveolar Bone (jawbone) /tulang alveolar
8. Root Canal/saluran akar
9. Cementum
10. Periodontal Ligament/ligamen periodontal
Pada ujung akar gigi terdapat foramen apikal yaitu lubang yang terdapat di ujung akar
gigi yang merupakan jalan masuk persyarafan dan pembuluh darah pada gigi.
PERKEMBANGAN OKLUSI
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan
mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak
penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi
antara Dental system, Skeletal systemdan iluscular system. Oklusi gigi geligi
bukanlah merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga ada
bermacam-macam bentuk oklusi, misalnya : centrik, excentrik, habitual, supra-infra,
mesial, distal,lingual dsb.
Dikenal dua macam istilah oklusi yaitu :
gigi geligi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi
geligi dikontakkan dan condylus berada dalam fossa glenoidea.
Selain itu astilah maloklusi, yaitu yang menyangkut hal hal diluar oklusi normal.
Pada oklusi normal masih memungkinkan adanya beberap variasi dari oklusi ideal
yang secara fungsi maupun estetik masih dapat diterima/ memuaskan.
Ada dua tahap oklusi pada manusia :
1.
2.
interdental spacing ( celah celah diantara gigi- geligi ). Hal ini terjadi karena adanya
pertumbuhan tulang rahang kearah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi
gigi permanen yang kan tumbuh celah yang terdapat dimenssial cainus atas dan
disebelah distal caninus bawah disebut
( mesial step ) .
Perkembangan Oklusi gigi- geligi permanen. Foster ( 1982 ) membagi dalam tiga
tahap perkembangan :
1. Tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen.
TAHAP 1 ( TERJADI PADA UMUR ANTARA 6 8 TAHUN )
Terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen . Pada
umur 6,5 tahun ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space pada garis
median prosesus alveolaris sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai
suatu keadaan frenulum yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah Ugly
duckling stage .
Kadang kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi
Lateral berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila
terdapat leeway space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar
mesiodistal gigi caninus, molar pertama dan kedua susu dengan caninus premolar
pertama dan kedua permanen.
Hubungan distal molar kedua susu atas dan bawah mempengaruhi hubungan molar
pertama permanen, molar pertama permanen penting peranannya pada tinggi vertikal
rahang selama periode penggantian gigi susu menjadi gigi permanen . Pada umur 8
tahun incisivi dan molar pertama permanen telah erupsi. Apabila incivisi atas lebih
dulu erupsi dari yang bawah, dapat menyebabkan terjadinya gigitan dalam ( deep
overbite ). Dengan adanya pertumbuhan gigitan dalam yang terjadi dapat terkoreksi
dengan occlusal adjustment yang terjadi kemudian.
2. Tahap erupsi caninus, premolar dan molar kedua.
TAHAP 2 ( TERJADI PADA UMUR ANTARA 10 13 TAHUN )
Pada tahap ini bila molar susu bawah sudah diganti oleh premolar permanen,
sedangkan molar susu atas belum, maka akan terdapat penambahan besar overbite dan
bila sebaiknya maka kontak gigi terlihat edge.
3. Tahap erupsi molar ketiga.
TAHAP 3 ( TAHAP ERUPSINYA MOLAR KETIGA )
Penyesuaian oklusi ( occusal adjustment )
Menurut Salzmann ( 1966 ) terdapat 3 mekanisme yang berbeda pada penyesuaian
oklusi normal gigi susu keperiode gigi bercampur sampai tercapai stabilisasi pada
periode gigi permanen :
Jika bidang vertikal dari permukaan distal molar kedua susu atas
terletak distal molar kedua susu bawah maka molar prtama permanen akan
menempati sesuai dengan oklusi pada gigi susu.
Jika terdapat primate space dan bidang vertikal molar kedua susu
segaris, maka terjadi oklusi normal pada molar pertama permanen, karena
adanya pergeseran molar susu kemesial sehingga ruangan tersebut tertutup.
cusp, maka oklusi normal terjadi karena adanya pergeseran kemesial yang
terjadi kemudian setelah molar kedua susu tanggal.
Periode diantara periode gigi susu dan gigi gigi permanen disebut periode gigi gigi
bercampur. Menurut Moyers ( 1974 ) adalah merupakan periode dimana gigi susu
dan permanen berada bersama-sama didalam mulut .
Gigi- geligi tetap yang adan dibagi atas dua kelompok :
Accesssional Teeth, gigi tetap yang erupsi diposterior dari gigi susu.
BAB III
JARINGAN PERIODONTIUM DAN KELAINAN-KELAINANNYA
Marginal gingiva / Gingiva tepi / Gingiva bebas: terletak pada daerah koronal
dari bagian gingiva yang lain, tidak melekat pada gigi dam dapat membentuk
sulkus gingiva (yaitu ruang dangkal antara tepi gingiva dan gigi). Pada
keadaan normal, gingiva tepi mempunyai kontur seperti mata pisau, dengan
konsistensi kenyal, dan berwarna merah muda / pink.
Gingiva cekat / Attached gingiva: terletak pada daerah apikal dari gingiva tepi
dan cekungan gingiva bebas. Gingiva cekat berwarna merah muda dan
mempunyai gambaran stipling (seperti kulit jeruk).
Gingiva interdental: yang berlokasi diantara gigi pada daerah mesio-distal dari
gigi-gigi.
Gingiva adalah bagian mukosa ronga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi lingir (ridge) alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi,
periodonsium dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi
melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga
mulut.
Ada tiga daerah mukosa pada rongga mulut yaitu:
1. gingiva dan mukosa yang membalut palatum durum (mukosa mastikatori)
2. mukosa yang membalut bagian dorsal lidah (specialized mucosa)
3. mukosa ooral yang membalut daerah rongga mulut lainnya.
Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran
pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan dapat
dianggap sebagai lingkungan yang relatif ramah.
Gambaran Klini
Gingiva Bebas
Gingiva bebas merupakan bagian gingiva paling koronal dan tidak melekat ke
permukaan gigi dan lebar gingiva sekitar 1,0 mm. Gingiva berbatasan dengan gingiva
cekat oleh alur gusi bebas (free gingival groove). Gingiva bebas merupakan bagian
tepi gingiva yang menyelimuti gigi seperti kerah pada baju. Pada 50% kasus, batas
gingiva bebas dengan gingiva cekat ditandai dengan adanya cerukan dangkal yang
disebut free gingiva groove.
Gingiva Cekat
Gingiva cekat merupakan lanjutan dari gingiva bebas ke arah apikal. Jaringan
padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya.
Permukaan luar dari gingiva cekat terus memanjang ke mukosa alveolar yang
lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut mucogingival junction.
Lebar gingiva cekat yaitu jarak antara batas mukogingival dengan proyeksi
dasar sulkus gingiva atau saku ke arah luar. Merupakan suatu parameter klinis yang
penting . Lebarnya bervariasi pada setiap tipe gigi dan berkisar antara 1.0-9,0 mm.
Gingiva Interdental
Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gingiva
(gingival embrassure), yaitu ruang interproksimal di bawah area kontak gigi.
Bentuknya seperti bberbentuk lembah . Bila gigi geligi berkontak, col akan
menyesuaikan terhadap bentuk gigi geligi di apikal daerah kontak. Bila gigigigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada col dn gingiva
interdental kelihatan berbentuk datar atau konveks.
Ligamen periodontal
Merupakan suatu jaringan yang mengelilingi akar gigi dan melekat erat pada gigi dan
tulang alveolar. Ligamen periodontal ini terutama terdiri atas serabut kolagen yang
tersusun secara teratur yang menghubungkan antara gigi dan tulang alveolar. Seratserat kolagen yang terutama adalah: (1) serat krestal alveolar; (2) serat horisontal; (3)
serat oblique; (4) serat apikal. Pada ligamen periodontal dapat ditemukan jga sel-sel
yaitu sel mesenkhimal, fibroblas, osteoblas, osteoklas, sementoblas dan epitel
malasez.
Tulang alveolar
Merupakan bagian yang memegang gigi. Jenis tulang dikomposisikan sebagai tulang
kanselus atau spongius yang ditutupi dengan penutup tulang yang keras, yaitu tulang
kortikal.
Sementum
Sementum adalah jaringan terkalsifikasi yang menutupi akar gigi dan melekat pada
serat-serat ligamen periodontal gigi. Sementum dibentuk secara berkesinambungan
pada permukaan akar gigi yang berkontak dengan ligamen periodontal atau serat
gingiva.
Kontur
Gingiva sehat memiliki permukaan halus dan bergelombang di depan tiap gigi.
Gingiva sehat menempati daerah interdental dengan tepat dan pas, berbeda dengan
papilla gingiva yang membengkak yang terdapat pada gingivitis, atau embrasure yang
kosong pada penyakit periodontal. Gusi yang sehat melekat erat pada tiap gigi,
bentuknya meruncing seperti ujung pisau pada tepi marginal gingiva bebas. Dilain
pihak, gusi yang meradang memiliki tepi yang menggembung atau bulat.
Tekstur
Gingiva sehat bertekstur padat, tahan terhadap adanya pergerakan. Tekstur ini sering
dideskripsikan sama seperti kulit jeruk. Gingiva yang tidak sehat teksturnya
membengkak dan seperti busa.
B. Periodontitis
1. Adult periodontitis
Non-aggravated
Systemically aggravated
Neutropenias
Leukemias
Lazy leukocyte syndrome
AIDS
Diabetes mellitus
Crohn's disease
Addison's disease
2. Early-onset periodontitis
Localized early-onset periodontitis
Neutrophil abnormality
Generalized early-onset periodontitis
Neutrophil abnormality
Immunodeficient
Early-onset periodontitis related to systemic disease
Leukocyte adhesion deficiency
Hypophosphatasia
Papillon-Lefevre syndrome
Neutropenias
Leukemias
Chediak-Higashi syndrome
AIDS
Diabetes mellitus type I Trisomy 21
HistiocytosisX
Ehlers-Danlossyndrome(TypeVIII)
Early-onset periodontitis, systemic determinants unknown
3. Necrotizing ulcerative periodontitis
Systemic determinants unkown
RelatedtoHIV
Related to nutrition
4. Periodontal abscess
Indikasi penyakit periodontal ditentukan oleh tipe dan keparahan penyakit periodontal
tersebut. Klasifikasi tipe dan keparahan penyakit periodontal oleh ADA adalah
sebagai berikut:
Tipe I
Tipe II
GINGIVITIS
Gingivitis
merupakan penyakit keradangan gusi dikarenakan iritasi dari karang gigi, penyakit
periodontal ini ringan, biasanya gigi bewarna merah dan mudah berdarah. Gejala yang
timbul biasanya terjadi perdarahan saat sikat gigi, gusi mudah berdarah bila tersentuh
sikat gigi, atau tusuk gigi bahkan dengan kumur-kumur air saja kadang berdarah,
kadang menimbulkan bau mulut. Hal ini perlu diperhatikan, sehingga perlunya
pemeliharaan gigi secara baik dan benar salah satunya yaitu dengan menggosok gigi
sehari 3 kali, minimal 2 kali sehari, setelah makan pagi dan sebelum tidur malam.
Etiologi :
1. Penyebab lokal :
maloral hygiene / kesehatan mulut yang jelek (banyak calculus, gangren pulpa
/ radix, causa dentis)
kebiasaan makan sebelah, sebab adanya gigi yang caries sehingga gigi yang
tidak untuk makan menjadi kotor
o
calculus
1. Penyebab umum:
avitaminosis vitamin C
defisiensi vitamin A, B, C
penyakit sifilis
rheumatik
nefritis
anemia
o
diabetes mellitus
alkoholisme
Klasifikasi Gingivitis
1. Gingivitis berdasarkan waktu
gingivitis akut
gingivitis kronis
gingivitis hipertrofikans
gingivitis indolent
Gejala Klinik
Tepi gingiva merah lembek dan bengkak, peka terhadap palpasi atau rabaan,
mudah berdarah
o
Terapi
Massage gingiva
Gingivectomi / gingivoplasti
Konsul ke internis
PERIODONTITIS
Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingiva,
ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses inflamasi.
Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut
maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang
menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi,
akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis
dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal,
kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau
seluruh gigi.
Merokok serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus meningkatkan keparahan
penyakit periodontal. Menyikat gigi saja seringkali tidak cukup untuk membersihkan
kumpulan plak yang terakumulasi di leher gigi dan di bawah gusi yang melekat pada
leher gigi.
Gejala penyakit ini biasanya tidak dirasakan sampai penyakit sudah lanjut, gejala
tersebut berupa bau mulut yang tidak hilang, gusi merah dan membengkak, gusi yang
sakit dan berdarah, rasa sakit pada saat mengunyah, gigi goyang dan gigi sensitif. Bila
kita tidak memperhatikan kebersihan atau kesehatan gigi dan mulut, keadaan-keadaan
tidak bersahabat akan muncul kemudian, seperti :
(1) Dengan banyaknya karang gigi, napas menjadi tidak segar atau bau mulut
atau halitosis. Gusi mudah berdarah dan tidak percaya diri.
(2) Bila karang gigi dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan jaringan
pengikat gigi atau membran periodontal hancur sehingga gigi menjadi goyang
kadang timbul suatu pembengkakan (periodontal abses) sampai terlepasnya gigi
dari tempatnya (vulsi). Kondisi ini dapat diperparah penyakit lain seperti
diabetes melitus.
(3) Muncul pula karies gigi atau lubang gigi. Sebesar apa pun lubang gigi harus
segera ditambal. Jangan sekali-kali membiarkan lubang gigi terlalu lama karena
sisa makanan akan menumpuk apalagi sampai berdenyut atau bengkak karena
akan menyebabkan lamanya waktu kunjungan dan mahalnya biaya perawatan.
Karena ketidaktahuan atau rasa takut sang pemilik gigi, lama-kelamaan mahkota
gigi akan hancur dan tertinggallah sisa akar gigi yang harus dicabut pula.
PERIODONTITIS
Definisi :
Periodontitis adalah penyakit atau peradangan pada periodontium (jaringan
penyangga gigi / periodontal), merupakan keradangan berlanjut akibat gingivitis yang
tidak dirawat.
Karekteristik klinis periodontitis
Gingiva biasanya mengalami inflamasi kronis. Penampakan luar sangat bervariasi
tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari jaringan itu
sendiri. Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan. Konsistensinya
dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak stippling, konturnya pada gingiva tepi
membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-rata membesar,
junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apikal dari CEJ. Tendensi perdarahan
banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus diikuti dengan adanya
eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih dari 2mm, terjadi mobilitas
gigi.
Tipe poket periodontal
Poket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan migrasi
apikal dari apitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta tulang alveolar.
Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara epitelium
junction dengan tulang alveolar.
Terapi Periodontitis:
Pencegahan penyakit periodontal antara lain dengan cara :
1. Menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung
fluoride
2. Membersihkan sela-sela antara gigi dengan dental floss, dental floss ini
gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di
bawah gusi
3. Saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet" yang terbukti lebih efektif
menghilangkan perdarahan gusi di bandingkan dental floss
4. Makanan bergizi yang seimbang
5. Mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan
cleaning
Sementara mekanisme yang pasti dari pembentukan poket belum diketahui secara
lengkap. Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis yang terkemuka, membuat
klasifikasi tahap patogenesis sbb:
BAB IV
JARINGAN LUNAK MULUT DAN KELAINAN-KELAINANNYA
Penyakit Periodontal
Penyakit Periodontal yang paling serimg terjadi pada anak-anak dan remaja adalah :
gingivitis
Gambaran klinis :
1. Radang pada bagian marginal gingiva
2. Hilangnya stippling
3. Pembesaran gingiva
4. Adanya perdarahan secara spontan atau karena rangsangan.
Pembagian penyakit periodontal
Pubertas gingivitis
Definisi : Radang pada gusi yang disebabkan adanya perubahan hormonal pada
remaja.
Klinis : - Pembesaran interdental papil
- Mudah berdarah
Penyebab : faktor lokal dan gangguan keseimbangan hormonal sering terjadi pada
bagian anterior gigi dan biasanya pada anak-anak usia 11-14 tahun.
Terapi :
1. Menghilangkan faktor lokal
2. peningkatan OH
3. restorasi karies yang mengiritasi
4. bila tidak ada faktor lokal dapat dilakukan tindakan bedah
Faktor faktor yang memperburuk :
Penggunaan alat orthodonsi (plat yang menekan dan alat cekat yang bisa
menyebabkan penimbunan plak).
Pencegahan : Peningkatan OH (Oral Hygiene)
Kontrol secara teratur
Eruption Gingivitis
Definisi : Keradangan gusi yang disebabkan adanya proses erupsi gigi pada anak
anak.
Ini berkaitan dengan kesulitan erupsi yang menyebabkan adanya pengumpulan plak.
Klinis : - keradangan sekitar gigi yang akan erupsi
- rasa sakit
- sering terjadi pada anak 6-7 tahun.
Penyebab : - kesulitan erupsi gigi permanen karena posisi
- Faktor lokal
- Debris, plak
Terapi : Ringan : Peningkatan OH. (Oral Hygiene)
Berat : Antibiotik.
Pericoronitis
Definisi : Keradangan yang terjadi dimana operculum menghalangi erupsi gigi.
Proses akut disebabkan :
Sisa makanan
Trauma
Klinis : - Sakit, operculum membesar
- Pergerakan rahang terbatas
- Bau nafas tak sedap karena OH jelek
Terapi : - Pemberian obat obatan untuk menghilangkan radang
- Pencabutan gigi bila tidak berfungsi untuk menghindari kekambuhan.
- Perawatan paliatif : Irigasi, Membebaskan oklusi, Kumur-kumur.
- Sakit
- Perdarahan pada gusi
- Nafas tidak sedap karena adanya akumulasi plak dan jaringan nekrotik
- Demam
- Pembengkakan pada interdental dan adanya pseudomembran pada marginal gingiva.
Terapi : Lokal - Pengambilan jaringan nekrotik
- Peningkatan OH
- Irigasi dan kumur dengan chlorhexidine
Sistemik - Pemberian antibiotik
Mouth Breathing
- Kebiasaan bernafas melalui mulut
-Kebiasaan- Perlu identifikasi penyebab
-Kelainan
- Klinis : radang gusi pada bagian anterior.
- Terapi :
1.Perlu penanganan orthodontis dan THT bila penyebabnya gangguan pernafasan
2.Pemberian Lubricant atau penggunaan oral screen pada waktu tidur.
3.Peningkatan OH untuk menghilangkan plak.
Menurut Mc.Donald R.
1. Simple Gingivitis
a. Gingivitis Erupsi.
b. Gingivitis karena OH jelek.
c. Alergi.
2. Acute Gingival Desease
a. Infeksi herpes simpleks
b. recurent apthous ulcer
c. ANUG
d. Candidiasis akut
e. Infeksi bakteri akut
3. Pembesaran Gingiva
a. Puberty Gingivitis
b. PIGO ( Phenytoin Induce Gingival Overgrowth)
4. Scorbuting Gingivitis
- Berkaitan dengan kekurangan vitamin C.
- Terbatas pada marginal dan papila
- perdarahan pada gusi
3. Fissure Tongue
- Jarang terdapat pada anak.
- Ada pada pasien kretinisme dan mongol
- Terdapat pada dorsum lidah, simetris memanjang.
- menurut robinson hal ini terjadi oleh karena defisiensi Vit. B Compleks.
sering timbul inflamasi.- Permukaan lidah tidak licin
4. Coated Tongue
- Adanya lapisan putih tipis oleh karena ada sisa makanan dan mikroorganisme.
- Bisa oleh karena faktor lokal dan sistemik tapi kebanyakan faktor lokal.
- Terdapat epithel yang keratinisasi
- Terdapat debris, mikroorganisme oleh karena aliran ludah berkurang.
oleh karena demam.- Penyebab sistemik
5. White Hairy Tongue
- Terjadi pembesaran papilla filiformis dan adanya desquamasi papilla filiformis.
Misalnya : Pada Px. Yang mengalami demam, apabila demam menurun penyakit
sembuh dengan sendirinya.
6. Black Hairy Tongue
- Pemanjangan papilla filiformis pada 1/3 panjang lidah
- Jarang terjadi pada anak-anak.
- Pada remaja sering terjadi oleh karena pemakaian antibiotik secara sistemik.
- Bersifat asimtomatik (sembuh dengan sendirinya).
7. Geographic Tongue (mirip fissure tongue)
- Sering dijumpai
- Etiologi : tidak diketahui
- Menurut BURKET oleh karena infeksi fungi dan bakteri
- Lapisan keratin papilla mengalami desquamasi dan inflamasi dari korium.
- Terjadi pewarnaan merah halus dan dibatasi oleh papilla filiformis pada dorsum
lidah.
8. Crenation
- Adanya berkas/tanda pada lidah oleh gigi-gigi sebelah lingual dan mandibula.
Misalnya : Karena tekanan dari makroglosia, kekurangan vit.B kompleks oleh karena
tekanan otot yang kurang.
- Pemeriksaan Pada Mukosa :
- adanya luka
- Perubahan warna
- Konsistensi
glossitis adalah suatu peradangan pada lidah (kemerahan, pembengkakan dan nyeri).
glossodinia adalah suatu perasaan terbakar atau perasaan nyeri di lidah.
biasanya tidak memiliki penampakan yang khusus atau penyebab yang jelas; tetapi
mungkin disebabkan oleh tekanan pada gigi oleh lidah, reaksi alergi atau bahan iritan
(misalnya alkohol, bumbu dapur atau tembakau).
Leukoplakia
Leukoplakia merupakan salah satu kelainan yang terjadi di mukosa rongga mulut.
Meskipun leukoplakia tidak termasuk dalam jenis tumor, lesi ini sering meluas
sehingga menjadi suatu lesi pre-cancer. Leukoplakia merupakan suatu istilah lama
yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bercak putih atau plak yang tidak
normal yang terdapat pada membran mukosa. Pendapat lain mengatakan bahwa
leukoplakia hanya merupakan suatu bercak putih yang terdapat pada membran
mukosa dan sukar untuk dihilangkan atau terkelupas.
Untuk menentukan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti baik
secara klinis maupun histopatologis, karena lesi ini secara klinis mempunyai
gambaran yang serupa dengan "lichen plannus" dan "white sponge naevus".
Etiologi
Etiologi yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui dengan pasti,
tetapi predisposisi menurut beberapa ahli klinikus terdiri dari faktor yang multiple,,
yaitu faktor lokal faktor sistemik dan malnutrisi vitamin.
Faktor lokal
Biasanya merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain:
Trauma
Trauma dapat berupa gigitan tepi atau akar gigi yang tajam
Iritasi dari gigi yang malposisi
Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi
Adanya kebiasaan jelek, antara lain kebiasaan jelek menggigit-gigit jaringan mulut,
pipi, maupun lidah.
Kemikal atau termal
Pada penggunaan bahan-bahan yang kaustik mungkin diikuti oleh terjadinya
leukoplakia dan perubahan keganasan.
Faktor-faktor kaustik tersebut antara lain:
Tembakau
Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap
rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh
zat-zat yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang
berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat
menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut "stomatitis Nicotine".
Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada
palatum. Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan
yang sifatnya merata. Ditemukan pula adanya "multinodulair" dengan bintik-bintik
kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar ludah akan membengkak dan terjadi
perubahan di daerah sekitarnya. Banyak peneliti yang kemudian berpendapat bahwa
lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia.
Alkohol
Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang
memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan
iritasi pada mukosa.
Bakterial
Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal yang
Stadium Leukoplakia
Leukoplakia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu:
1. Homogenous leukoplakia
Merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna kebiruan, permukaannya
licin, rata, dan berbatas jelas. Pada tahap ini, tidak dijumpai adanya indurasi.
2. Erosif leukoplakia
Erosif leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti perak dan pada umumnya
sudah disertai dengan indurasi. Pada palpasi, permukaan lesi mulai terasa kasar dan
dijumpai juga permukaan lesi yang erosive.
BAB V
KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI
CARIES GIGI
Karies gigi adalah suatu proses dinamis perpindahan ion-ion calcium dan
phosphate diantara permukaan gigi dan saliva (plaque fluid) dalam suatu
lingkunan yang asam yang timbul akibat fermentasi karbohidrat oleh
mikro organisme didalam mulut.
Tanda klinis awal terjadinya karies gigi ditandai dengan bercak putih
(white spot). Hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion calcium dan
phosphate dari enamel prisma. Pada keadaan ini, permukaan gigi masih
terlihat utuh. Hal ini sering ditemukan pada area yang mudah tertimbun
plak seperti area pit dan fissure serta dibawah kontak point diantara gigi
geligi. Bila proses berlanjut maka permukaan gigi akan pecah dan
terbentuklah karies, dan bila hal ini terjadi gigi tersebut harus dilakukan
penambalan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa karies tidak akan terbentuk pada
keadaan dimana tidak ada bakteri (germ-free), sekalipun diberikan diet
karbohidrat.
Karies tidak terjadi karena aksi tunggal dari suatu spesies bakteri, tapi
oleh produksi asam yang dihasilkan oleh sejumlah organisme.
Terbentuknya biofilm dan interaksi kompleks antara bakteri dan produk
Meskipun karies gigi tidak akan terbentuk pada keadaan dimana tidak ada
plak gigi dan penyikatan gigi sangat penting untuk mempertahankan
kesehatan periodontal, asupan makanan maupun penggunaan fluoride
juga memegang peran penting dalam mencegah terjadinya karies gigi.
Asupan makanan yang mengandung karbohidrat yang dapat
dimetabolisme oleh bakterilah yang bertanggung jawab terhadap
terjadinya karies gigi.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa prevalensi karies lebih tinggi
pada penduduk yang terbiasa mengkonsumsi banyak gula. Dan frekwensi
asupan gula yang lebih sering terbukti menimbulkan karies lebih cepat
dibandingkan dengan asupan gula yang lebih banyak walaupun jarang
karena dengan semakin seringnya asupan gula akan menyebabkan
semakin sering terjadinya kondisi pH yang asam.
struktur email
membentuk fluorapatite pada saat terbentuknya struktur
gigi. Fluorapatite dapat
mecegah terjadinya demineralisasi.
2.
gigi yang peka, yaitu gigi yang mengandung sedikit fluor atau memiliki
lubang, lekukan maupun alur yang menahan plak.
bakteri, mulut mengandung sejumlah besar bakteri, tetapi hanya bakteri jenis
tertentu yang menyebabkan pembusukan gigi. yang paling sering adalah
bakteri streptococcus mutans.
sisa-sisa makanan.
Dalam keadaan normal, di dalam mulut terdapat bakteri. bakteri ini mengubah semua
makanan (terutama gula dan karbohidrat) menjadi asam.
Bakteri, asam, sisa makanan dan ludah bergabung membentuk bahan lengket yang
disebut plak, yang menempel pada gigi. plak paling banyak ditemukan di gigi
geraham belakang.
Jika tidak dibersihkan maka plak akan membentuk mineral yang disebut karang gigi
(kalkulus, tartar).
Plak dan kalkulus bisa mengiritasi gusi sehingga timbul gingivitis.
Gejala
Tidak semua nyeri gigi disebabkan karena kavitasi. Sakit gigi dapat terjadi karena:
akar tercemar, tetapi tidak membusuk
terlalu kuat mengunyah
gigi patah.
Penyumbatan sinus bisa menyebabkan gigi atas menjadi peka. Biasanya, suatu
kavitasi di dalam enamel tidak menyebabkan sakit; nyeri baru timbul jika
pembusukan sudah mencapai dentin. Nyeri yang dirasakan jika meminum minuman
dingin atau makan permen menunjukkan bahwa pulpa masih sehat. Jika pengobatan
dilakukan pada stadium ini, maka gigi bisa diselamatkan dan tampaknya tidak akan
timbul nyeri maupun kesulitan menelan.
Suatu kavitasi yang timbul di dekat atau telah mencapai pulpa menyebabkan
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Nyeri tetap ada walaupun perangsangnya
dihilangkan (contohnya air dingin ). Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada
perangsangan (sakit gigi spontan).
Jika bakteri masuk ke dalam pulpa dan pulpa mati, maka untuk sementara waktu nyeri
akan hilang. tetapi tidak lama kemudian (beberapa jam sampai beberapa hari) jika
dipakai untuk menggigit atau jika lidah maupun jari tangan menekan gigi yang
terkena, maka gigi menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar
dari ujung akar dan menyebabkan abses (penumpukan nanah). Nanah yang terkumpul
di sekitar gigi cenderung akan mendorong gigi keluar dari kantongnya. proses
menggigit akan mengembalikan gigi ke tempatnya, disertai nyeri yang luar biasa.
Nanah bisa terus terkumpul dan menyebabkan pembengkakan pada gusi di dekatnya
atau bisa menyebar lebih jauh melalui rahang (selulitis) dan mengalir ke dalam mulut
atau bahkan menembus kulit di dekat rahang.
Lokasi
Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang
ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur,
dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas
pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi.
Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak dapat
dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal
ini memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika
permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan
berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih
rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnya
demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel. Karies akar lebih sering
ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual.
Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.
yang
mempengaruhi
enamel,
dentin,
atau
sementum.
Pada
awal
karies semakin luas, dapat mempengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras
yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.[rujukan?]
Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.
Penyebab
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri
kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.
Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko
terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000
orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna. Dentinogenesis
imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus,
gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam
pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada
tempat yang sering terselip sisa makanan.
Bakteri
lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat
crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.
Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi. Terapi kanal gigi atau
terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma.
Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan
diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha. Pencabutan atau ekstraksi
gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena
proses pelubangan.
Pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
www.rumahkusorgaku.wordpress.com
www.enchantedlearning.com
childrenhospital.org
Willmann, Donald. PERI 5081 - Freshman Periodontics. UTHSCSA, 2006. 2.3.1
http://rssm.iwarp.com/gigi.htm
Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Penyakit Periodontal. Bedah Mulut dan
Maxillofacial
Mc. Donald, R.E. and Every, D.R., 1994, Dentistry for the child and
adolescent, 6 th ED, Mosby Year Book Inc, St. Louis.
Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontics, 4th Ed, W.B Saunders. Co.,
Philadelphia.
Welbury,R.R.,2001 Paediatric Dentistry,2nd ED., Oxford University Press,
New york
http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi