Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Tinea

Disusun Oleh :
Eva Fauziah
406148055

Pembimbing :
dr. Sri Eka Wati Sp.KK

Kepaniteraan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

KATA PENGANTAR

Eva Fauziah 406148055

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan bimbingan-Nya sehingga referat yang berjudul Tinea ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Kulit Kelamin
di Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati serta agar dapat menambah kemampuan dan
ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan serta
bimbingan dari dr. Sri Eka Wati Sp.KK selama menjalani kepaniteraan klinik kulit dan kelamin
dalam periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar referat ini dapat disempurnakan di masa
yang akan datang. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 18 Desember 2016

Penulis

BAB I

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

PENDAHULUAN

Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan
Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah 6,8%
(berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi penyakit kulit
diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Menurut Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) Tahun 2009-2010 penyakit kulit mengalami peningkatan
sebanyak 7,89 %.
Salah satu masalah penyakit kulit adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur atau yang
lebih dikenal sebagai Tinea. Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Disebut juga dermatofitosis, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata. Tinea
ditandai dengan timbulnya bintul-bintul yang membentuk lingkaran seperti cincin, kulit menjadi
tebal. Penyakit ini merupakan penyakit kulit menular, penularannya dapat melalui kontak
langsung dengan kulit yang terinfeksi atau tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sisir,
dan lain-lain. Penyakit ini biasanya terdapat pada orang yang kurang menjaga kebersihan kulit.
Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena
negara kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Manifestasi klinis bervariasi dapat
menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan
kegagalan dalam penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi
laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak
pilihan obat untuk mengatasi Dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau
antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan seseorang, faktor
lingkungan dan agen penyebab.

BAB II

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Dermatofitosis (Tinea) adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk,
seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur
dermatofita. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah udara yang lembab, lingkungan yang
padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit
sistemik, penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali.

2.2 Etiologi
Dermatifita ialah golongan jamur yang menyebabkan Dermatifitosis. Dermatofita
termasuk kelas Fungi imperfecti (jamur yang belum diketahui dengan pasti cara pembiakan
secara generatif), yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton. Selain sifat keratofilik, masih banyakn sifat yang sama di antara dermatofita,
misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan
penyebab penyakit.
Hingga kini dikenal sekitar 41 spesies Dermatofita, masing-masing 2 spesies
Epidermophyton, 17 spesies Microsporum, dan 21 spesies Trichophyton. Pada tahun-tahun
terakhir ditemukan bentuk sempurna (perfect stage), yang terbentuk oleh dua koloni yang
berlainan jenis kelaminnya. Adanya bentuk sempurna ini menyebabkan Dermatofita dapat
dimasukkan ke dalam famili Gymnoascaceae. Dikenal genus Nannizzia dan Arthroderma yang
masing-masing dihubungkan dengan genus Microsporum dan Trichophyton.

2.3 Epidemiologi
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang penting, dimana
prevalensi infeksi Dermatofita pada laki-laki lima kali lebih banyak dari wanita. Namun
demikian tinea kapitis karena T. tonsurans lebih sering pada wanita dewasa dibandingkan lakilaki dewasa, dan lebih sering terjadi pada anak-anak Afrika Amerika. Hal ini terjadi karena
adanya pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta status sosial
ekonomi dalam penyebaran infeksinya.
Perpindahan manusia dapat dengan cepat mempengaruhi penyebaran endemik dari jamur.
Adanya trauma, dan pemanasan dapat meningkatkan temperatur dan kelembaban kulit sehingga
meningkatkan kejadian infeksi tinea. Alas kaki yang tertutup, berjalan, adanya tekanan
temperatur, kebiasaan penggunaan pelembab, dan kaos kaki yang berkeringat meningkatkan
kejadian Tinea pedis dan Onikomikosis.

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:
a. Tinea kapitis, Dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, Dermatofitosis pada dagu dan jenggot
c. Tinea kruris, Dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah
d. Tinea pedis et manum, Dermatofitosis pada kaki dan tangan
e. Tinea unguium, Dermatofitosis pada kuku kaki dan tangan
f. Tinea korporis, Dermatofitosis pada badan
Selain 6 bentuk tinea di atas, masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu :
a. Tinea imbrikata : Dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan
disebabkan oleh Trichophyton concentricum.
b. Tinea favosa atau favus : Dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh Trihcophyton
schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula (bintik-bintik berwarna merah
kuning ditutupi oleh krusta yang berbentuk cawan) dan berbau seperti tikus (mousy
odor).
c. Tinea fasialis, Tinea aksilaris, yang juga menunjukkan daerah kelainan.
d. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif morfologis.
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

Pada akhir-akhir ini dikenal nama Tinea inkognito, yang berarti Dermatofitosis dengan
bentuk klinis yang tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.

2.5 Patogenesis
Tejadinya penularan Dermatofitosis adalah melalui 3 cara, yaitu :
Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia. Ditularkan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lantai kolam renang dan udara sekitar rumah
sakit/klinik, dengan atau tanpa reaksi keradangan (silent carrier).
Zoofilik, transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak langsung
maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang terinfeksi dan melekat di
pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah/tempat tidur hewan, tempat
makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama adalah anjing, kucing,
sapi, kuda, dan mencit.
Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi manusia
dan menimbulkan reaksi radang.
Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat melawan pertahanan
tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai kemampuan melekat pada kulit
dan mukosa pejamu, dan mampu bertahan dalam lingkungan pejamu, dan menyesuaikan
diri dengan suhu dan keadaan biokimia penjamu untuk dapat berkembang biak dan
menimbulkan reaksi jaringan atau radang.
Terjadinya infeksi Dermatofita melalui 3 langkah utama, yaitu : perlekatan pada
keratinosit, penetrasi melewati dan diantara sel, serta pembentukan respon penjamu.
2.6 Patologi dan Gejala Klinis
Genus Trichophyton dan Microsporum menimbulkan kelainain pada kulit, rambut dan
kuku mempunyai banyak spesies di antaranya T. rubrum, T. mentagrophytes, T. tonsurans, T.
violaceum, T. schoenleinii, T. ferugineum dan T. verucosum, M. canis, M. gypseum. Genus
Epidermophyton menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku. Genus ini hanya mempunyai satu
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

spesies ialah E. floccosum. Masing-masing spesies jamur mempunyai pilihan (afinitas) terhadap
hospes tertentu. Jamur zoofilik terutama menghinggapi binatang dan kadang-kadang menginfeksi
manusia. Misalnya M. canis pada anjing, kucing dan T. verrucosum pada ternak. Jamur
anthorfilik terutama menghinggapi manusia, misalnya M. auduoini dan T. rubrum. Jamur geofilik
adalah jamur yang hidup di tanah, misalnya M. gypseum. Gejala yang disebabkan jamur zoofilik
dan geofilik pada manusia sering akut, dengan peradangan, tetapi mudah disembuhkan. Jamur
antrofofilik menyebabkan kelainan yang tenang tanpa peradangan, menahun,tetapi lebih sulit
disembuhkan. Infeksi terjadi karena jamur terdapat pada kulit kuku atau rambut. Dermatofita
menyebabkan Tinea kapitis, Tinea korporis, Tinea favosa, Tinea imbrikata, Tinea kruris, Tinea
pedis, Tinea unguium, dan Tinea barbae. Kelainan pada kulit berbentuk lingkaran berbatas tegas
oleh vesikel+papula dengan dasar kelainan berwarna agak merah & tertutup dengan sisik.
Jamurnya terdapat di sisik tersebut dan di dinding vesikel. Keluhan penderita ialah gatal terutama
bila berkeringat.
Berdasarkan lokalisasi, dermatofitosis terdiri dari :
A. Tinea kapitis (ringworm of the scalp)

Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies Dermatofita.
Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.
Berdasarkan bentuk yang khas Tinea Kapitis dibagi dalam 3 bentuk :
1. Gray pacth ringworm

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

Penyakit ini dimulai dengan papul merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak
mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia
setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut
yang sakit melalui batas Grey pacth tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
Microsporum. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai
peradangan ringan.
2. Kerion

Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat
lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang
ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini
pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk
ini terutama disebabkan oleh M. canis, M. gypseum , T. tonsurans dan T. Violaceum.
3. Black dot ringworm

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

Terutama disebabkan oleh T. tonsurans dan T. violaceum. Infeksi jamur terjadi di dalam
rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada
permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit,
yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot. Biasanya bentuk ini
terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak
bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah
T.tonsurans dan T. violaceum.

B. Tinea korporis (Tinea sirsinata, Tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap)

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang menjaga kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih
tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota
gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang
aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat
memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan
tanda-tanda eritema, adanya papul-papul dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017

Eva Fauziah 406148055

lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya
hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat
terjadi bersama-sama dengan Tinea kruris. Penyebab utamanya adalah : T.violaceum, T.rubrum,
T.mentagrophytes, M.gypseum, M.canis, dan M. audouinii.

C. Tinea imbrikata

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Trichophyton concentricum.

D.Tinea favosa

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta
memberi bau busuk seperti bau tikus moussy odor. Rambut di atas skutula putus-putus dan
mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
10

Eva Fauziah 406148055

alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah T. schoenleinii, T. violaceum dan T. gypsum.
Kadang-kadang penyakit ini menyerupai Dermatitis seboroika.

E. Tinea kruris (Eczema marginatum, dhoble itch, jockey itch, ringworm of the groin)

Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila
disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun.
Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi
dan kadang-kadang terjadi ekskoriasi. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif. Apabila
kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi
disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah
lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas
sampai ke gluteus, perut bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila.

F. Tinea pedis

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
11

Eva Fauziah 406148055

Tinea pedis disebut juga Athletes foot atau Ring worm of the foot. Penyakit ini sering
menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci,
pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup
seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal
yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis
1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama
jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat
jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh.
Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak
kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang
dalam pada bagian lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas
ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di
bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan
meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat
dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
12

Eva Fauziah 406148055

Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu Dermatofitosis yang menyerang tangan.
Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermophyton floccosum.

G. Tinea unguium (Onikomikosis = ring worm of the nail)


Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk :
1. Subungual distalis

Dimulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal
dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Jika proses berlanjut, maka
permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh
yang menyerupai kapur.
2. Leukonikia trikofita
Kelainannya merupakan bentuk leukonikia atau keputihan di permukaan kuku
yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur. Kelainan ini
dihubungkan dengan T. mentagrophytes sebagai penyebabnya.
3. Subungual proksimalis

Dimulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang kuku dan
membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku di bagian distal masih
utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita Tinea unguium

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
13

Eva Fauziah 406148055

mempunyai Dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh maupun belum


sembuh.

H. Tinea barbae

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan
kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan
kerion.

Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papul dan skuama yang mula-mula kecil

selanjutnya meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif.
Biasanya gambaran seperti ini menyerupai Tinea korporis.

Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil

dengan permukaan membasah oleh karena erosi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku.
1. Kulit berambut halus (glabrous skin). Skuama pada lesi dikerok dengan pisau tumpul
steril. Skuama dikumpulkan pada gelas obyek.
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
14

Eva Fauziah 406148055

2. Kulit berambut. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skuama dikerok dengan
skapel tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada
daerah lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan
untuk melihat kemungkinan adanya fluoresensi di daerah lesi pada kasus Tinea kapitis
tertentu.
3. Kuku. Bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong atau dikerok sedalamdalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku. Bahan di bawah kuku diambil juga.
Pada leukonikia, cukup kerok permukaan kuku yang sakit.
Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas obyek, kemudian ditambah
1-2 tetes larutan KOH 20%. Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Pemanasan di atas
api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan cukup. Bila
terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga mengganggu pembacaan. Teknik lain
yaitu dengan penambahan dimetil sulfoksida (DMSO) 40% pada KOH akan mempercepat
penjernihan sediaan tanpa pemanasan. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata, ditambahkan zat
warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchrom blue black.
Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan
pembesaran 10 x 10, kemudian 10 x 45. Pemeriksaan dengan pembesaran 10 x 100 biasanya
tidak diperlukan.
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi
oleh sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan atau
sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar
(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks).
Kadang-kadang dapat terlihat pula hifa pada sediaan rambut.
Pembiakan dapat dilakukan pada medium agar dekstrosa Sabouraud, dapat ditambahkan
kloramfenikol dan kloheksimid untuk menghindarkan kontaminasi bakteri maupun jamur
kontaminan. Selain itu dapat pula digunakan Dermatophyte Test Medium (DTM) yang bila
ditumbuhi Dermatofita akan berubah warna karena pengaruh metabolit Dermatofita.
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
15

Eva Fauziah 406148055

2.8 Diagnosis Banding


Dermatitis Dermatitis kontak, Dermatitis seboroika

Pitiriasis Rosea
Kandidosis
Eritrasma
Akrodermatitis kontinua
Morbus Andrews
Psoriasis

2.9 Diagnosis
1. Anamnesis dan gejala klinis khas
2. Laboratorium:
Pemeriksaan langsung dgn KOH 10-20% / dapat + tinta parker
a) Dari kerokan kulit / skuama/ kuku terlihat :
Hifa bersepta: gambaran double contour ( 2 garis lurus sejajar,
transparan)
Arthrokonidia/arthrospora: spora bersekret, merupakan pecahanpecahan ujung hifa.
b) Dari rambut, terlihat salah satu:
Arthrokonidia kecil-kecil/besar pada ektothriks (diluar rambut)
Arthrokonidia besar pada endothriks (dalam rambut)

Kultur
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
16

Eva Fauziah 406148055

Dengan media:
Sabourauds Dextrose Agar (SDA) + Chloramphenicol + Cyclohexamide tumbuh
rata-rata 10-14 hari.

Pemeriksaan lampu Wood


Pada Tinea kapitis
Fluoresensi positif: wana hijau terang menunjukkan spesies Microsporum
Fluoresensi negative: karena spesies Trichopyton, atau memang bukan karena
Tinea kapitis.

2.10

Penatalaksanaan
Topikal
Indikasi lesi tidak luas pada Tinea korporis, Tinea manum et pedis ringan

Salep Whitfield 2x1 hari (=AAV I/Half Strengh Whitfield ointment)


(AAI Acidum salicylicum 3% + Acidum benzoic 6%)
(dapat AAV II Acidum salicylicum 6% + Acidum boricum 12%)

Salep 2-4/3-10 2x1 hari


(Acidum salicylicum 2-3% + Sulfur prespitatum 4-10%)

Pengobatan umumnya minimal selama 3 minggu (2 minggu sesudah KOH negatif/klinis


membaik), untuk mencegah kekambuhan pada obat fungistatik.
Pengobatan topikal khusus :
Tinea kapitis
Ajuvan : Shampo Selenium sulfide 1-1,8%, shampoo Ketokonazol 1-2% 2-3x seminggu,
rambut tidak perlu dipotong/dicukur.
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
17

Eva Fauziah 406148055

Tinea unguium
o Ciclopirox 8% lacquer 1x/minggu selama 6 bulan, atau

Bulan I

: seminggu 3 kali

Bulan II

: seminggu 2 kali

Bulan III

: seminggu 1 kali

Sistemik
Indikasi :
Tinea kapitis, Tinea imbrikata, Tinea unguium
Tinea korporis / kruris / pedis / manum yang berat / luas / sering kambuh / tidak sembuh
dengan obat topikal / mengenai daerah rambut
Cara :
Tergantung obat oral yang digunakan, lokasi dan penyebab
Lamanya :
Obat fungistatik : 2-4 minggu
Obat fungisidal : 1-2 minggu
Obat oral :

Ketokonazol
Dosis anak : 3-6mg/kgBB/hari

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
18

Eva Fauziah 406148055

Dosis dewasa

: 1 tablet (200mg)/hari

Griseofulvin
Dosis anak

: 10mg/kgBB/hari (microsize)

Dosis dewasa

5,5 mg/kgBB/hari (ultra microsize)

: 500-1000 mg/hari

Itrakonazol
Dosis anak

: 3-5mg/kgBB/hari

Dosis dewasa

: 1 kapsul (100mg)/hari

Terbinafine
Dosis anak

: 3-6mg/kgBB/hari

10-20kg

: 62,5mg (1/4tablet)/hari

20-40kg

: 125mg (1/2tablet)/hari

Dosis dewasa

: 1 tablet (250mg)/hari

Pengobatan sistemik khusus :

Tinea kapitis
Griseofulvin, 6-12 minggu
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
19

Eva Fauziah 406148055

o 20mg/kgBB/hari (microsize)
o 15mg/kgBB/hari (ultra microsize)

Tinea unguium
Terbinafine

: 250mg/hari

o Tangan

: 6-8 minggu

o Kaki

: 12-16 minggu

Itrakonazol

: 200mg/hari/3-5 bulan atau 400 mg/hari selama seminggu selama

3-4 bulan berturut-turut.

o Tangan

: 6 minggu

o Kaki

: 12 minggu

Tinea unguium
Itrakonazol

: 400mg 2x1/hari, 2 kapsul, selama 1 minggu

Dermatofitosis rekalsirant
Terbinafine

: 250mg/hari 2-4 minggu

Itrakonazol

: 100mg/hari selama 4 minggu atau 400mg/hari selama 1 minggu

(terapi denyut).

2.11 Tindak Lanjut

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
20

Eva Fauziah 406148055

1. Sesudah mandi dikeringkan dan ditaburi bedak biasa/bedak anti jamur (terutama di
2.
3.
4.
5.

daerah lipatan dan kaki)


Pemakaian sepatu yang nyaman, tidak tertutup (kulit, sepatu sandal)
Pakaian longgar dan berbahan katun
Kaos kaki bahan katun
Sering merendam pakaian dan handuk di air mendidih kurang lebih 15 menit / dry

cleaning
6. Desinfeksi sepatu
7. Hewan peliharaan yang terinfeksi jamur harus diobati juga.

BAB III
KESIMPULAN

Dermatofitosis adalah setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh Dermatofita
dan mengenai stratum korneum kulit, rambut dan kuku.
Dermatofita dibagi menjadi : Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Klasifikasi berdasarkan lokasi :
a. Tinea kapitis, Dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
b. Tinea barbe, Dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, Dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
21

Eva Fauziah 406148055

d. Tinea pedis et manum, Dermatofitosis pada kaki dan tangan.


e. Tinea unguium, Dermatofitosis pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea korporis, Dermatofitosis pada bagian badan.
Umumnya Dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak
bercak yang berbatas tegas (eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi)
disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorf,
dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang. Gejala
objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papula
atau vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosi dan bila mengering menjadi
krusta dan skuama.
Pengobatan Dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi tunggal
pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan anti jamur topikal. Walaupun pengobatan topikal
pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk
sembuh. Pilihan terapi oral yaitu ketokonazol untuk yang resistensi terhadap grisepfulvin. Lama
penggunaan juga disesuaikan dengan keadaan klinis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam : Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2011.
2. http://www.akper-insada.ac.id/sistem-integumen-kulit/dermatofitosis
3. http://www.scribd.com/doc/42055521/DERMATOFITOSIS
4. Yuwono, Slamet Rijadi. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : RSUD dr.Soetomo;
5.
6.
7.
8.

2005.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/20308243250.pdf
http://wordpress.com/2011/12/17/makalah-mikrobiologi/
http://medicom.blogdetik.com/2009/03/10/dermatofitosis-2/
http://www.mycology.adelaide.edu.au/Mycoses/Cutaneous/Dermatophytosis/

Kepanitaan Klinik Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Desember 2016 7 Januari 2017
22

Anda mungkin juga menyukai