Referat Pakreatitis DR Bambang
Referat Pakreatitis DR Bambang
PENDAHULUAN
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin,
dan kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk
memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum
proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ) merupakan hormon traktus
gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zat makanan dengan mengendalikan
sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.1
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas
dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh
sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap
berbagai pengobatan1
Secara klinis pankreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai dengan
kenaikan enzim dalam darah. Perjalanan penyakitnya sangat bervariasi dari ringan yang self
limited sampai sangat berat yang disertai dengan renjatan dengan gangguan ginjal dan paruparu yang berakibat fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan .Pankreatitis
akut terjadi kira-kira pada satu diantara 500 sampai 600 penderita yang masuk rumah sakit.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada usia setengah baya dan seringkali dikaitkan
dengan penyakit saluran empedu dan alkoholisme.2 Pankreatitis yang berkaitan dengan
penyakit saluran empedu lebih sering terjadi pada wanita, sedangkan yang berhubungan
dengan alkoholisme lebih sering dijumpai pada laki-laki. Pada pankeatitis yang berat,
enzim-enzim pankreas dan bahan-bahan vasoaktif dan bahan-bahan toksik lainnya keluar
dari saluran saluran pankreas dan masuk ke dalam ruang pararenal anterior dan ruangruang lain seperti ruang-ruang parareanal posterior , dan rongga peritoneum. Bahan-bahan
ini mengakibatkan iritasi kimiawi yang luas. Penyulit yang serius dapat timbul seperti
kehilangan cairan yang banyak mengandung protein, hipovolemia dan hipotensi.2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 ANATOMI PANKREAS
Pankreas merupakan organ yang terletak di retroperitoneal, terdiri atas kepala, leher,
badan, dan ekor. Panjang organ ini adalah 12-15 cm dengan 50% panjangnya merupakan
bagian kepala pankreas dan 50% sisanya merupakan bagian badan dan ekor pankreas.
Pankreas berbentuk prisma segitiga dan terdiri dari 3 permukaan yaitu antero-superior,
antero-inferior, dan posterior. Pankreas berbaring secara transversal di dinding belakang
abdomen, di depan vertebrae lumbal 1-2 dan di belakang lambung. Bagian kepala dari
pankreas terikat pada bagian c-loop (descending) duodenum. Bagian inferior dari kepala
pankreas memiliki pemanjangan yaitu processus uncinatus. Bagian leher akan berada di
depan vena porta. Bagian badan dan ekor dari pankreas memanjang secara oblique ke arah
atas kiri di depan aorta dan ginjal kiri, dan ujung ekor pankreas mengarah ke hilum limpa
pada ligamen lieorenal.1,2
Bagian-bagian pankreas:
1. Caput
Lumbal 2
2. Collum
3. Corpus
Lumbal 1
4. Cauda
Thorakal 12
Pankreas sebagai kelenjar endokrin dan eksokrin. Mempunyai saluran keluar disebut :
1. Ductus pancreaticus wirsungi (mayor).
2. Ductus pancreaticus acesorius santorini (minor).
1. Caput Pankreas
Bentuk gepeng, terletak diantara kecekungan duodenum. Segi atas caput pancreas
tertutup disebelah depannya oleh pars superior duodeni. Segi bawah menutupi pars
horizontal duodeni. Segi bawah bagian kiri dari caput pancreas, bentuknya agak menonjol
kearah bawah disebut processus uncinatus. Didalam sulcus yang dibentuk oleh duodenum
dengan segi lateral kanan dan kiri segi bawah dari caput pancreas terdapat arteri
pancreatico duodenalis superior dan inferior yang saling beranastomose.1
2. Collum Pankreas
Panjang + 2 cm. Menghadap atas depan, menghubungkan caput dengan corpus
pancreas. Dataran depan ditutupi oleh peritoneum dan duodenum. Dataran belakang
berhubungan dengan Vena Mesenterica superior dan permulaan Vena Porta.1,2
3. Corpus Pankreas
Penampangnya berbentuk segitiga. Facies anterior bentuknya sedikit konkaf dan
menghadap ke omentum mayus. Facies inferior tertutup oleh peritoneum. Ujung kiri corpus
pancreas menumpang pada flexura lienalis. Ujung kanan corpus pancreas terletak pada
flexura duodenojejunalis. Facies posterior tidak tertutup oleh peritoneum dan langsung
berhubungan dengan :
a. Vena lienalis
b. Vena renalis kiri
c. Aorta
d. Kelenjar supraren dan ren kiri
e. Vassa mesenterica inferior.
Pada pangkal corpus pancreas terdapat tuber omentale (menghadap keatas, sedikit
kedepan, berhubungan langsung dengan omentum minus (Ligamentum hepato duodenale)).
4. Cauda Pankreas
Terletak intraperitoneum, masuk hilus lienalis di dalam ligamentum phrenicolienale
MARGO SUPERIOR. Dibentuk oelh facies posterior dan facies anterior. Mulai dari tuber
omentale kearah kiri. Terletak setinggi curvatura minor gaster. Berhubungan dengan
omentum minus (lembar belakang). Diatas, margo ini berhubungan arteri coelica dan arteri
hepatica communis.1,2
Vein
Nerve
Endocrine product
Insulin and Amylin
Glucagon
Somatostatin
% of islet cells
50-80%
15-20%
3-10%
Representative function
lower blood sugar
raise blood sugar
inhibit endocrine pancreas
PP cells
Pancreatic polypeptide 1%
Name of cells
Exocrine secretion
Centroacinar cells bicarbonate ions
digestive enzymes
Basophilic cells
CCK
Sekresi pankreas diatur oleh mekanisme hormon. Stimulasi utama untuk sekresi
pankreas terjadi selama fase usus pencernaan pada saat kimus berada di dalam usus halus.
Pengeluaran dua enterogastron utama, sekretin dan kolesistokinin (CCK) sebagai respon
terhadap keberadaan kimus di duodenum berperan penting dalam kontrol sekresi pankreas.
Stimulus utama yang secara spesifik memicu pengeluaran sekretin adalah adanya asam di
duodenum. Sekretin nantinya akan merangsang sekresi cairan alkali oleh pankreas untuk
menetralkan asam tersebut. Sedangkan stimulus utama CCK adalah adanya lemak dan
protein. CCK akan merangsang sel-sel asinus pankreas untuk meningkatkan sekresi enzim,
diantaranya adalah lipase dan proteolitik.3
Enzim proteolitik adalah tripsin, kimotrimsin, karboksipolipetidase, ribonuklease,
dan deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama mencernakan protein secara keseluruhan dan
parsial, sedangkan nuklease memecahkan dua jenis asam nukleat (asam ribonukleat dan
deoksiriboneukleat). 1,3
Pada teori ini dijelaskan bahwa kejadian pankreatitis akut diakibatkan oleh adanya
impaksi batu empedu di terminal duktus kholedokus. Hal ini diduga mengakibatkan
terbentuknya biliopnacreatic common channel yang memungkinkan terjadinya
refluks cairan empedu ke dalam duktus pankreatikus. 5
Namun tedapat beberapa hal yang menyangkal pendapat ini, yaitu:
Bahwa tekanan sekresi pankreas lebih tinggi daripada tekanan sekresi bilier
yang memudahkan terjadinya refluks cairan pankreas ke sistem bilier
obstruksi.
Robinson dan Dunphy menunjukkan dalam penelitiannya bahwa terdapat
perfusi empedu ke duktus pankreatikus tanpa tercetusnya suatu pankreatitis
akut.
2. Teori duodenal reflux
Menurut teori ini, batu empedu dapat melalui sfingter Oddi dan menyebabkan
peregangan
otot
sehingga
menyebabkan
sfingter
yang
inkompeten
dan
saluran empedu dan diaktifkan di sana dan kemudian bersama-sama getah empedu
mengalir balik (refluks) ke dalam duktus pankreatikus sehingga terjadi pankreatitis.5
II.4 KLASIFIKASI3,8
Berdasarkan The Second International Symposium on the Classification of
Pancreatitis (Marseilles, 1980), pankreatitis dibagi atas:
a. Pankreatitis akut (fungsi pankreas kembali normal lagi).
b. Pankreatitis kronik (terdapat sisa-sisa kerusakan yang permanen).
Penyempurnaan klasifikasi dilakukan tahun 1992 dengan sistem klasifikasi yang lebih
berorientasi klinis; antara lain diputuskan bahwa indikator beratnya pankreatitis akut yang
terpenting adalah adanya gagal organ yakni adanya renjatan, insufisiensi paru (PaO2 = 60
mmHg), gangguan ginjal (kreatinin > 2 mg/dl) dan perdarahan saluran makan bagian atas
(> 500 ml/24 jam). Adanya penyulit lokal seperti nekrosis, pseudokista atau abses harus
dimasukkan sebagai komponen sekunder dalam penentuan beratnya pankreatitis.
Berdasarkan data klinis, terbagi atas:
a. Pancreatitis akut ringan
b. Pancreatitis akut berat, berupa :
i. Acute fluid collections
ii. Pancreatic necrosis
iii. Acute pseudocyst
iv. Pancreatic abscess
II.4.1 PANKREATITIS AKUT
Kelompok kelainan ini ditandai oleh inflamasi pankreas. Pasien khasnya
mengeluhkan nyeri abdomen akibat peningkatan kadar enzim pankreas (amilase dan
lipase) di dalam darah atau urin. Gambaran ringan berupa edema interstisial dan
inflamasi pankreas (pankreatitis interstisial akut). Pada kasus yang lebih berat
terjadi nekrosis jaringan (pankreatitis nekrotikans akut). Bentuk terberat, yaitu
pankreatitis hemoragik akut, memperlihatkan perdarahan luas ke dalam parenkim
pankreas. Sekitar 80% kasus pankreatitis berkaitan dengan kolelitiasis atau
alkoholisme. Bila hanya terdapat edema pankreas, mortalitas mungkin berkisar dari
ini dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien berada
dalam keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami syok, gangguan
keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.4,5
b. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik,
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai dengan
perdarahan dan inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis lemak pada
jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis parenkim dan pembuluh-pembuluh
darah
sehingga
mengakibatkan
perdarahan
dan
dapat
mengisi
ruangan
II.6 ETIOLOGI
10
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh enzim-enzimnya
sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen penderita pankreatitis akut
mengalami penyakit pada duktus billiaris; meskipun demikian, hanya 5% penderita batu
empedu yang kemudian mengalami nekrosis. Batu empedu memasuki duktus koledokus
dan terperangkap dalam saluran ini pada daerah ampula Vateri, menyumbat aliran getah
pankreas atau menyebabkan aliran balik (refluks) getah empedu dari duktus koledokus ke
dalam duktus pankreastikus dan dengan demikian akan mengaktifkan enzim-enzim yang
kuat dalam pankreas. Spasme dan edema pada ampula Vateri yang terjadi akibat duodenitis
kemungkinan dapat menimbulkan pankreatitis. . Pada pankreatitis kronik, peradangan yang
terus berlangsung menyebabkan fibrosis yang mula-mula di sekitar duktus dan asini namun
kemudian di dalam asini.3
Alkohol
Batu empedu
Pasca bedah
Pasca ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography)
Trauma terutama trauma tumpul
Metobolik (hipertrigliseridemia, hiperkalsemia, gagal ginjal)
Infeksi (virus parotitis, hepatitis, koksaki, askaris, mikoplasma)
Berhubungan dengan obat-obatan (azatioprin, 6 merkaptopurin,
sulfonamid, tiazid, furosemid, tetrasiklin)
Penyakit jaringan ikat (lupus eritematosus sistemik)
Lain-lain,seperti gangguan sirkulasi, stimulasi vagal
11
Alkohol
Obstruksi ductus
Hiperparatiroidisme
Hemokromatosis
Idiopatik
Herediter
pankreatitis kalsifikasi tropik
II.7 PATOFISIOLOGI
Pankreatitis akut merupakan penyakit seistemik yang terdiri dari dua fase. Pertama,
fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut sindrom
respons inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang
berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada buktibukti infeksi. Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang
menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal
minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit
dan buruknya faktor prognosis.4,6
Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat
aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel sekretor pankreas
(asinar), sistem saluran atau ruang interstisial dan ditandai oleh berbagai derajat edema,
perdarahan, dan nekrosis pada sel sel asinus dan pembuluh darah. Mekanisme pathogenesis
pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigestive didalam kelenjar dan
pengaktifan enzim yang mencernakan protein disekresi sebagai bentuk precursor inaktif
(zymogen) yang harus diaktifkan oleh tripsin. Setelah tripsin terbentuk maka enzim ini
mengaktifkan semua enzyme proteolitik lainnya . inhibitor tripsin terdapat dalam plasma
dan pancreas, yang dapat berkaitan dan menginatifkan setiap tripsin yang dihasilkan secara
tidak sengaja sehingga pada pancreas normal kemungkinan tidak terjadi pencernaan
proteolitik.
Gangguan sel asini pankreas dapat terjadi karena beberapa sebab: 6,7
12
13
dengan tingkat keparahan cedera pancreas. Kejadian di atas tidak saja terjadi lokal
di pankreas tetapi dapat pula terjadi di jaringan/organ vital lainnya sehingga dapat
menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik Dengan kata lain pankreatitis akut
dimulai oleh adanya keadian yang menginisiasi luka kemudian diikuti kejadian
selanjutnya memperberat luka
4. Kedua enzim aktif yang diduga berperan penting dalam autodigesti pancreas adalah
elastase dan fosfolipase A. Elastase diaktifkan oleh tripsin dan mencerna jaringan
elastin pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan. Pengaktifan kallikrein
oleh tripsin diyakini berperan penting dalam timbulnya kerusakan lokal dan
hipotensi sitemik. Kallikrein menyebabkan vasodilatasi , peningkatan permeabilitas
vascular , invasi leukosit dan nyeri.5
II.8 PATOGENESIS
Sebagai kontras adanya berbagai fakror etiologi yang menyertai pankreatitis akut,
terdapat rangkaian kejadian patofisiologis yang uniform yang terjadi pada timbulnya
penyakit ini. Kejadian ini didasarkan pada aktivasi enzim di dalam pankreas yang
kemudian mengakibatkan autodigesti organ.
Dalam keadaan normal pankreas pankreas terlindung dari efek enzimatik enzim
digestinya sendiri. Enzim ini disintesis sebagai zimogen yang inaktif dan diaktivasi dengan
pemecahan rantai peptid secara enzimatik.
Selain itu terdapat inhibitor di dalam jaringan pankreas, cairan pankreas dan serum
sehingga dapat menginaktivasi protease yang diaktivasi terlalu dini. Dalam proses aktivasi
di dalam pankreas, peran penting terletak pada tripsin yang mengaktivasi semua zimogen
pankreas yang terlihat dapam proses autodigesti (kimotripsin, proelastase, fosfolipase A).
Hanya lipase yang aktif yang tidak terganting pada tripsin. Aktivasi zimogen secara
normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Ini mengakibatkan mulanya aktivasi tripsin
yang kemudian mengaktivasi zimogen yang lain. Jadi diduga bahwa aktivasi dini
tripsinogen menjadi tripsin adalah pemicu bagi kaskade enzim dan autodigesti pankreas.7
14
Lipase
Autodigesti
Nekrosis pankreas
Gambar 3. Faktor etiologik dan patologik pada pankreatitis akut (dari Creutzfeid &
Lankisch)
Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah refluks isi
duodenum dan refluks cairan empedu, akticasi sistem komplemen, stimulasi, sekresi enzim
yang berlebihan. Isis duodenum merupakan campuran enzim pankreas yang aktif, asam
empedu, lisolesitin dan lemak yang telah mengalami emulsifikasi; semuanya ini mampu
manginduksi pankreatitis akut. Asam empedu mempunyai efek detergen pada sel pankreas,
meningkatkan aktivasi lipase dan fosfolipase A, memecah lesitin menjadi lisolesitin dan
asam lemak dan menginduksi spontan sejumlah kecil proenzim pankreas yang lain.
Selanjutnya perfusi asam empedu ke dalam duktus pankreatikus yang utama menambah
15
CAIRAN
Asam empedu
lesitin
Aktivasi fosfolipase
Substrat untuk pembentukan
Lisolesitin oleh fosfolipase A
Efek detergen
Proses koagulasi
sel-sel asini
16
ujung
saraf
sensorik
retroperitoneum
dan
peritoneum
serta
17
Anamnesis
Pada anamnesis yang dilakukan pada pasien dengan pankreatitis akut akan
di dapatkan berupa keluhan yang dialami pasien seperti nyeri perut yang mendadak
di daerah epigastrium dengan karakteristik nyeri yang tumpul dan dapat menjalar ke
daerah punggung. Selain itu di dapatkan pula keluhan mual muntah yang tidak
spesifik dan disertai dengan demam ataupun diare. Adapaun riwayat yang dimiliki
pasien diantaranya riwayat melakukan operasi atau menjalani tindakan yang
invasive, riwayat keluarga dengan hipertrigliseridemia,Riwayat mengalami kolik
bilier atau pasien yang sering mengkonsumsi alcohol dalam jumlah banyak.
Adapun anamnesis yang akan di dapatkan pada pasien dengan pankreatitis
kronis keluhan yang terdapat pada pasien tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
pankreatitis akut, namun yang khas pada pankreatitis kronis adalah nyeri hebat terus
menerus atau berkala dan mumnya pasien sampai duduk membungkuk dengan
kedua lengan memeluk lutut. Selain itu didapatkan pula diare dan penurunan berat
badan, serta buang air besar yang bercampur dengan minyak.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pankreatitis akut akan di dapatkan perut yang tegang
dan sakit terutama bila ditekan. 20% penderita pankreatitis akut mengalami
beberapa pembengkakan pada perut bagian atas. Pembengkakan ini bisa terjadi
karena terhentinya pergerakan isi lambung dan usus (keadaan yang disebut ileus
18
saat
Usia
Leukositosis
masuk
rumah
>
55
>
sakit:
tahun
16.000/ml
19
3.
Hiperglikemia
4.
LDH
5.
AST
>
11
mmol/L
serum
>
(SGOT)
B.Selama
>
2.
hematokrit
Sekuestrasi
3.
Hipokalsemia
4.
PO2
arteri
perawatan:
>
1,9
IU/L
>
cairan
<
IU/L
250
jam
Penurunan
mg%)
400
serum
48
1.
(>200
mmol/L
<
100%
4000
ml
(<8,0
mg%)
60
mmHg
5. BUN meningkat > 1,8 mmol/L (> 5 mg%) setelah pemberian cairan iv
6.
Hipoalbuminemia
Interpretasi
<
klinik
3,2
Kriteria
g%
ranson:
20
Laboratorium
1. Amilase Serum
Kadar amilase serum paling umum dipergunakan sebagai pembantu
diagnosis untuk pankreatitis akut. Kadar amilase meningkat pada 12 jam
pertama setelah awal gejala dan kemudian turun ke nilai normal dalam waktu 35 hari bila tidak terjadi komplikasi. Namun sebanyak 35% kasus pankreatitis,
kadar amilase normal sewaktu dirawat sebagai akibat gangguan produksi
eksokrin sebelumnya karena telah ada faktor pankreatitis kronis atau pada saat
itu telah terjadi nekrosis massif jaringan pancreas. Peningkatan hebat kadar
trigliserida yang kadang-kadang melebihi 200mg/dl akan mengganggu
pemeriksaan amilase sehingga akan di dapatkan hasil negatif palsu.
Hiperamilasemia dapat pula disebabkan oleh sebab-sebab lain diluar
pankreas. Seperti radang kelenjar ludah,penurunan fungsi ginjal, iskemi usus,
dan makroamilasemia. Koledokolitiasis kadang- kadang dapat meningkatkan
amilase serum padahal tidak disertai pankreatitis. Kondisi ini disebut
pseudopankreatitis atau pankreatitis palsu.
Kenaikan kadar amilase serum lebih dari tiga kali batas atas normal
mengandung nilai sensitivitas 61 % dan spesifitas 95% untuk mendiagnosis
pankreatitis akut.
2. Lipase serum
Kadar lipase serum bisa tetap diatas normal sampai 14 hari. Produksi lipase
umumnya empat kali lebih besar daripada amilase. Dan tidak terpengaruh pada
gangguan fungsi pada pankreas yang kronis. Kadar lipase, seperti juga pada
amilase, dapat tinggi bila ada kelainan abdomen akut lainnya atau ada gangguan
ginjal. Penilaian esei lipase tiak terganggu oleh adanya kadar trigliserida yang
tinggi, tetapi dapat meningkat bila pasien mengkonsumsi beberapa jenis obat,
seperti furosemide. Kadar lipase 600 IU/L mempunyai nilai spesifitas >95% dan
sensitivitas 55-100%.
21
Kadar lipase serum dan amilase serum tidak mempunyai nilai prediksi
untuk berat ringannya pankreatitis. Untuk mengetahui prognosis, sebaiknya
memeriksa petanda serum yang menimbulkan respons sistemik SIRS antara lain
TAP, Il-6, prokalsitonin, elastase polimorfonuklear, serum amyloid A dan Creactive Protein.
3. Tes Lain
o Serum immunoreactive cationic trypsin, elastase, dan phospholipase A2
,trypsin activation peptide dan serum anionic trypsinogen
o Diagnosis urin: rasio amylase dan creatinine clearance ratio (Cam/Ccr) tidak
memberikan keuntungan
o Leukocytosis; lebih dari 25,000 cells/mm3 terdapat pada 80% pasien
o Hypocalcemia terjadi pada lebih dari 30% pasien akibat kombinasi
hypoalbuminemia dan pengendapa kalsium di area nekrosis lemak.
Berbagai jenis pemeriksaan laboratorium tersebut memiliki sensitivitas
yang beragam yang dapat dilihat pada Gambar
Pemeriksaan Pencitraan
22
23
24
25
Gambar.
menunjukkan pasien
dengan central
gland necrosis.
Terdapat
pengumpulan cairan
pada bursa omentalis, disekitar gaster. Tampak penyangatan yang normal pada kaput
pankreas, namun tidak terlihat penyangatan pada mayoritas korpus pankreas
26
27
Gambar
28
II.12 Penatalaksanaan
Pankreatitis Akut
Penanganan pankreatitis akut disesuaikan dengan fase penyakitnya. Ada tiga
fase, yaitu fase inflamasi (fase akut), fase nekrosis (fase intermediet) dan fase
infeksi.
Pada fase inflamasi, tujuan pengobatan awal adalah segera mengembalikan
keadaan fisiologik pasien ke arah optimal. Begitu pasien masuk ruang gawat darurat
dan setelah dirawat, dilakukan resusitasi segera dan diberi oksigenasi(kalua perlu
ventilator) , infus cairan yang cukup dan vasopressor (bila perlu). Perawatan di ICU
dibutuhkan bila pankreatitis mengarah ke tipe berat.
Obat-obatan yang berpengaruh menekan stimulasi terhadap pankreas dan
mengurangi respons inflamasi yang telah terjadi , masih banyak dalam penelitian
29
30
jamur. Antibiotika oleh pengobatan ditetapkan sesuai dengan hasil biakan kuman
yang diperoleh dengan FNH dan debridement bedah. Pada dasarnya, bila terjadi
infeksi, harus dilakukan debridement dan peyaliran sebaik mungkin.
Pada fase infeksi ( fase lanjut) tatalaksana pembedahan yang dianjurkan
pada fase ini adalah eksploarasi pankreas, debridement disertai packing tertutup,
debridement disertai packing terbuka, debridement disertai close continuous lavage
kantong omentum minus, dan drainase secara endoskopis 17
Secara umum, tujuan pengobatan pada pankreatitis akut pada dasarnya
adalah untuk menghentikan proses peradangan dan antodigesti atau menstabilkan
sedikitnya keadaan klinis sehingga memberi kesempatan resolusi penyakit. Pasien
pankreatitis menerima terapi suportif yang teridiri dari kontrol nyeri secara efektif,
penggantian cairan, dan nutrisi pendukung. Oleh karena itu manajemen pankreatitis
akut, biasanya terdiri dari:
Manajemen Cairan
Nutrisi Pendukung
Manajemen nyeri
Selain itu dapat juga dilakukan intervensi radiologi dan ERCP atau terapi
bedah. Manajemen terapi yang diberikan tersebut dibagi dalam terapi farmakologi
dan non farmakologi. 17
A. Terapi Non Farmakologi
a. Nutrisi Pendukung
Pemberian nutrisi pendukung dilakukan untuk mengistirahatkan saluran
cerna sehingga mengurangi stimulasi terhadap pankreas juga karena terjadinya
31
leukosit
dan fungsi
fagositosis
sehingga
memudahkan
32
33
34
rumah sakit yang membatasi atau malah tidak menggunakannya lagi karena tidak
seefektif narkotik lainnya dan dikontraindikasikan pada pasien gangguan ginjal.
Selain kurang efekif, juga dibutuhkan dosis dan frekuensi yang lebih tinggi. Hal
yang terpenting adalah bahwa metabolit aktif meperidine berakumulasi pada pasien
gagal ginjal dan dapat menyebabkan kejang atau psikosis.
Parenteral morfin lebih direkomendasikan. Tetapi penggunaannya terkadang
harus dihindari karena dapat menyebabkan spasm sphincter of Oddi, meningkatkan
serum amylase, dan (jarang) pankreatitis. Hidromorfon lebih
disukai karena memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Belum ada bukti
bahwa obat antsekretori dapat mencegah eksaserbasi nyeri perut.
b. Pembatasan Komplikasi Sistemik Dan Pencegahan Nekrosis Pankres
Manajemen Cairan
Penggantian
cairan
dan
suport
sistem
pernafasan,
kariovaskular,
35
c. Pencegahan Infeksi 16
Salah satu penyebab kematian pada pankreatitis akut berat adalah karena
pankreatitis nekrotika akut. Pankreas yang mengalami nekrosis dapat bersifat steril
atau terinfeksi. Pankreas yang terinfeksi mempunyai mortalitas lebih tinggi (10
50%) dibandingkan yang steril (10%). Risiko pankreatitis nekrotika akut terinfeksi
tergantung dari luasnya area nekrosis. Semakin luas nekrosis semakin besar risiko
infeksi.
Invasi bakterial ke jaringan pankreas dapat terjadi melalui beberapa cara:
translokasi bakterial dari colon, refluks cairan bilier melalui duodenum, penyebaran
secara hematogen atau melalui saluran limfatika. Saat ini diketahui translokasi
bakteri dari lumen saluran cerna merupakan sumber utama bakteri yang mencapai
dan menyebabkan nekrosis pankreas/abses yang merupakan salah satu bentuk
komplikas lokal. Hal ini disebabkan penurunan motilitas saluran cerna sehingga
memperlama eliminasi bakteri dan memungkinkan bakteri berproliferasi di intestin.
Integritas mukosa, yang dipertahankan oleh normal enterik di villi adalah salah satu
faktor utama mekanisme perlindungan saluran cerna. Kegagalan barier intestinal
dan juga pertumbuhan bakteri yang sangat besar akibat perubahan motilitas tersebut
dan imunosupresi akan meningkatkan kontaminasi pankreas oleh translokasi bakteri
pada pasien pankreatitis akut berat.
Pemberian antibiotika profilaksis pada pankreatitis nekrotika akut masih
kontroversial. Salah satu keberatannya adalah meningkatnya resistensi mikroba dan
risiko meningkatnya infeksi nosokomial akibat organisme nonenterik. melaporkan
pemberian antibiotika awal pada pasien yang mengalami nekrosis pankreas akut
dengan cefuroxime 4,5 g/hari dibandingkan dengan plasebo dapat menurunkan
mortalitas dan risiko sepsis (p=0,01).
36
metronidazole,
cefotaxime,
piperacillin,
mezlocillin,ofloxacin,
and
Pankreatitis Kronis
Pada pankreatitis kronis ditangani secara konservatif, tindakan endoskopik
atau tindak bedah. Terapi konservatif ditunjukan untuk mengatasi nyeri dan
mengistirahatkan pankreas dan dilakukan dengan pemberian analgesic, anjuran diet
serta pantang alcohol mutlak. Jika dengan terapi konservatif terapi tidak dapat
dihilangkan dan menggangu aktivitas pasien, sedangkan penyebab lain telah
disingkirkan , harus dilakukan pembedahan.
Dengan terapi endoskopik, dilakukan sfingterektomi muara duktus
pankreas, ekstraksi batu dan pemasangan pipa prosthesis. Batu, bila ada,dapat
dihancurkan secara litotripsi (shock wave lithotripsy). Endoprostesis dipasang bila
ditemukan striktur duktus setempat.
Tindakan bedah terdiri atas pankreatektomi parsial atau total,
bergantung pada letak kelainannya. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk
memilih jenis tindak bedah adalah ukuran dan anatomi saluran pankreas, distribusi
pankreatitis pada pankreas, ada tidaknya pseudokista atau striktur saliran empedu,
dan keadaan umum pasien. Jika dilatasi saluran >6 cm, tindak bedah berupa
penyaliran interna adalah yang terbaik. Tetapi jika saluran pankreas <6cm, bedah
reseksi lah yang dipilih. Adapun yang menjadi kontraindikasi tindakan bedah yaitu
Hipertensi portal, ketagihan alcohol atau ketagihan opiate.
37
II.13 Komplikasi
38
saluran cerna (10,8%), dengan angka mortalitas akibat gagal organ multipel sebesar
45%. Gagal organ diartikan sebagai nilai skor 2 untuk satu dari tiga sistem organ
menggunakan sistem skor dari Marshall (tabel 1). Komplikasi sistemik dinilai berdasarkan
adanya eksaserbasi dari penyakit penyerta yang sudah ada, seperti: penyakit jantung
koroner atau penyakit paru obstruktif kronis, yang dipicu oleh pankreatitis akut.6
Komplikasi Lokal
Berdasarkan klasifikasi Atlanta 2012, secara morfologi pankreatitis akut dibedakan
menjadi dua,
yaitu pankreatitis edematosa interstisial dan pankreatitis nekrosis. Pankreatitis
edematosa Interstisial. Bentuk dari komplikasi lokal pankreatitis edematosa interstisial
adalah timbunan akut cairan peripankreatik (acute collection of peripancreatic fluid) dan
pesudokista pankreas (pancreatic pseudocyst). Pada pasien yang menderita pankreatitis
akut, organ pankreas mengalami pembesaran difus oleh karena proses edema inflamasi.
Pada pemeriksaan CECT parenkim pankreas memperlihatkan gambaran penyangatan
homogen, terkadang ditemukan cairan di bagian tepi atau yang dikenal sebagai acute
peripancreatic fluid collection. Sementara itu, gejala klinis pankreatitits edematosa
interstisial biasanya akan berkurang dalam minggu pertama. Namun apabila akumulasi
cairan tersebut tidak diserap, cairan akan dilapisi oleh dinding inflamasi yang dikenal
sebagai pseudokista pankreas.
bertanggung jawab terhadap sekitar 80% lesi kistik pankreas. Jumlah pseudokista bisa
tunggal atau multipel, dan berada di dalam atau di luar pankreas dengan ukuran
bervariasi.7, 10 Pankreatitis nekrosis. Pankreatitis nekrosis merupakan komplikasi lokal
yang terjadi pada sekitar 10%20% pasien dengan pankreatitis akut. Pankreatitis nekrosis
ditandai dengan adanya jaringan nekrotik di parenkim dan atau di peripankreatik. Diagnosis
pankreatitis nekrosis ditegakkan melalui pencitraan dan didefinisikan sebagai adanya >
30% kurang atau tidak adanya penyangatan (non-enhancement) pada pemeriksaan
menggunakan CECT. Jaringan yang mengalami nekrosis dapat berasal dari parenkim
pankreas atau jaringan peripankreas dan secara morfologis berupa debris atau cairan yang
terlokalisir, dikenal sebagai acute necrotic collection. Pankreatitis nekrosis dapat bersifat
steril (steril necrosis) atau terinfeksi (infected necrosis). Pankreatitis nekrosis steril
39
terbentuk sekitar 10-14 hari dari onset sakit. Selain itu, adanya infeksi dapat diduga apabila
pada pemeriksaan CECT didapatkan gambaran gas di parenkim pankreas atau
peripankreas.16,17
Komplikasi yang terjadi dapat bersifat lokal maupun sistemik, komplikasi lokal
meliputi kumpulan cairan akut, nekrosis,abses, dan pseudosit (kumpulan getah pankreas
dan pecahan jaringan yang selaputi dengan dinding berserat atau jaringan berbentuk granul)
yang berkembang sekitar 4 6 minggu setelah serangan awal. Abses pankreatik biasanya
merupakan infeksi sekunder dari nekrosis jaringan atau pseudosit dan terkait dengan
keparahan penyakit. Kematian biasanya disebabkan nekrosis infeksi dan sepsis. Asites
pankreatik terjadi ketika sekresi pankreas menyebar ke rongga peritoneal.
Komplikasi sistemik meliputi gangguan kardiovaskular, renal, pulmonary,
metabolik, hemoragik, abnormalitas sistem saraf pusat. Shock adalah penyebab utama
kematian. Hipotensi terjadi akibat hipovolemia, hypoalbuminemia, da rilis kinin serta
sepsis. Komplikasi renal biasanya disebabkan hipovolemia. Komplikasi pulmonary
berkembang ketika terjadi akumulasi cairan diantara rongga pleura dan menekan paru,
acute respiratory distress syndrome (ARDS) ini akan menahan pertukaran gas, yang dapat
menyebabkan hipoksemia. Pendarahan gastrointestinal terjadi akibat ruptur pseudosit.
Pankreatitis akut berat biasanya diserta kebingungan dan koma.
Zhu et al, melaporkan frekuensi terjadinya gagal organ pada pasien dengan
pankreatitis akut berat: gagal organ multipel (27%), gagal respirasi (46%), gagal ginjal
(16,2%), gagal jantung (17,6%), gagal hati (18,9%) dan perdarahan saluran cerna (10,8%),
dengan angka mortalitas akibat gagal organ multipel sebesar 45%.
II.14 Prognosis 11,18
Mortalitas akibat pankreatitis akut kira-kira 15% dan pankreatitis hemoragika akut
mempunyai mortalitas di atas 50%. Faktor-faktor prediktif dari prognosis yang buruk
mencakup demam, hipotensi, takikardia, dan gangguan pernapasan yang terdapat saat
pasien datang. hipokalsemia, hipoksemia dan hiperglikemia yang terjadi kemudian,
semuanya menunjukkan indikator prognosis yang buruk
40
Berdasarkan kriteria Ranson, adanya tiga atau empat tanda pada saat masuk ke
rumah sakit memiliki angka mortalitas 15% sampai 20%. Jika terdapat 7 tanda atau lebih,
mortalitasnya mencapai 100%.
Sekitar 20% pasien mengalami serangan yang parah atau mematikan. Angka
kematian keseluruhan untuk pankreatitis akut adalah 5-10%, tetapi angka ini meningkat
hingga 35% atau lebih pada kasus-kasus berpenyulit. Kematian sering terjadi akibat syok
hemoragik, KID, AIDS, atau sepsis.
Untuk pankreatitis kronik, salah satu penelitian mencatat bahwa 63% mengalami
disfungsi eksokrin dalam 5 tahun dan 94% setelah 10 tahun. Disfungsi endokrin
menyebabkan hiperglikemia, glikosuria, dan diabetes melitus yang nyata pada 30-40%
kasus pankreatitis kronik yang telah berlangsung bertahun-tahun. Pada pasien yang
dipantau selama lebih dari 10 tahun, angka kematiannya adalah 22%; penyulit akibat
pankreatitis kronik menyebabkan 13% kematian. Kausa utama kematian adalah penyakit
hati alkoholik, penyulit pascaoperasi, dan kanker. Usia lanjut saat didiagnosis, merokok,
dan asupan alkohol adalah prediktor utama kematian pada pasien dengan pankreatitis
kronik.
II.15 Pencegahan10,18
Pankreatitis sering disebabkan oleh karena batu empedu atau konsumsi alcohol
yang berlebih. Oleh karena itu gaya hidup sehat dapat mencegah terjadinya pankreatitis.
Adapun Cara yang paling efektif untuk mencegah batu empedu adalah makan yang sehat,
diet seimbang yang mencakup banyak buah dan sayuran segar (setidaknya lima porsi
sehari). Selain itu konsumsi biji-biji an yang ditemukan di roti gandum, oat dan beras
merah. Hal ini dapat membantu menurunkan jumlah kolesterol.
Disamping itu konsumsi kacang-kacangan, seperti kacang tanah atau kacang
mete, dapat membantu mengurangi risiko mengembangkan batu empedu. Karena kolesterol
berperan dalam pembentukan batu empedu, sehingga dianjurkan untuk menghindari makan
terlalu banyak makanan berlemak dengan kandungan kolesterol tinggi. Makanan tinggi
kolesterol meliputi: daging, sosis dan potongan lemak daging, mentega dan lemak babi, kue
dan biscuit. Selain itu pencegahan dalam mengurangi angka kejadian pankreatitis yaitu
41
dengan mengontrol berat badan dan berolahrag. Membatasi jumlah alkohol yang Anda
minum dapat membantu mencegah pankreas yang rusak, dan mengurangi resiko terkena
pankreatitis akut.
42
DAFTAR PUSTAKA
1
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku ajar ilmu bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC.
1997; 595-606.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Nurman.A. Pankreatitis akut. In: Sudoyo A.W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Gastroenterologi Hepatobilier. Pusat
penerbitan IPD FK-UI. 2006, p 486-491
Sulaiman A. Pankreatitis akut. In: Sulaiman A.H, Akbar N.H, Lesmana A.L, Noer S
(ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jayaabadi. 2007, p 591-597
Desember 2016
Suharjo JB, Cahyono. 2010. Tatalaksana Pankreatitis akut.
http://cme.medicinus.co/file.php/1/MEDICAL_REVIEW_Tata_Laksana_terkini_Pan
15 Peter AB., Thomas LB., Christos D., et al. Classification of acute pancreatitis 2012 :
revision of the Atlanta Classification and definitions by international consensus. Gut
2013 ; 62: 102111
16 Xuong Lu., Elie Aoun. Complications of acute pancreatitis. Practical Gastroenterol
2012; 1121
17 Bechien Wu, Peter AB. Clinical management of patients with acute pancreatitis.
Gastroenterology 2013; 144; 12721281
18 Imrie CW. Prognostic indicators in acute pancreatitis. Can J Gastroenterol. 2003
May. 17(5):325-8.
19 Fuckar Z. Sonography of the pancreas. Dalam : Kurjak A, Fuckar Z, Gharbi HA,
penyunting : Atlas of Abdominal and small part sonography edisi ke-1. Zagreb;
Naprijed, 1990; 169-80.
44