CSS DEMAM + Ruam
CSS DEMAM + Ruam
a. Definisi
- Peningkatan kontrol suhu tubuh diatas normal pada suatu individu
- Temperatur suhu tubuh diatas normal yang dapat disebabkan oleh kelainan di
dalam otak atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
temperatur.
b. Etiologi
Etiologi demam disebabkan oleh pirogen (agen atau substansi penyebab demam)
1. Pyrogen endogen (pyrogen cytokines)
Endogen yang dihasilkan dari dalam tubuh manusia akibat dari reaksi imunologis.
Pyrogen endogen : IL-1, IL-6, TNF, dan interferon .
2. Pyrogen exogen
Agen penyebab demam yang berasal dari luar tubuh : toksin dari mikroba, injury,
immune reaction.
c. Suhu tubuh
- Suhu normal secara umum : 36,7o C-37oC bila diukur per oral
- Io F atau 1o C lebih tinggi jika diukur per rektal
- Klasifikasi demam berdasarkan suhu
- Low : 38 - 39 celcius
- Moderate: 39 - 40 celcius
- High : 40 - 41 celcius
- Hyperexia >41,1 celcius
- Nilai suhu demam bila dapat diperiksa di beberapa tempat, yaitu:
Anus
: 380C
Mulut
: 37.50C
Aksila
: 37.20C
d. Pola demam
1
Remittent fever
Demam dengan fluktuasi yang lebar, lebih dari 10C, dan suhu terendah tidak akan pernah
mencapai normal. Demamnya biasanya rendah di pagi hari dan meningkat pada sore
menuju malam.
Contoh: biasanya pada minggu pertama penyakit tifoid.
Saddleback (biphasic) fever, merupakan demam dengan pola beberapa hari demam dan
terdapat episode penurunan suhu sekitar satu hari lalu pada hari selanjutnya meningkat
kembali
Contoh: dengue, yellow fever, coloradi tick fever, rift valley fever, infeksi virus
seperti influenza, poliomyelitis, dan lymphositik choriomeningitis
Pel-Ebstein fever, dikarakteristikan dengan periode demam yang panjang dan bermingguminggu dan massa afebril yang lama juga dengan siklus yang berulang (repetitive cycle)
Contoh: penyakit Hodgkins , brucellosis dan relapsing fever, TBC.
Jarisch herxheimer reaction, ditandai dengan peningkatan suhu yang tajam dan
eksaserbasi dari manifestasi terjadi setelah beberapa jam setelah pengobatan penisilin
pada primary dan secondary syphilis.
Contoh: leptospirosis dan relapsing fever juga dapat diikuti dengan tetrasiklin atau
kloramfenikol pada terapi acute brucellosis.
e. Patomekanisme demam
Demam dimulai dengan adanya exogenous pyrogens (endotoksin).
Endogenous pyrogens termasuk IL1, IL6, TNF, dan interveron yang diproduksi oleh sel
fagosit.
Endogenous pyrogens yang beraksi dalam sel otak mengeluarkan PGE 2 dan sitokin
lainnya.
f. Keuntungan Demam
Membunuh mikrorganisme dan memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk replikasi
dan pertumbuhannya.
Menurunkan level zat besi, seng, tembaga yang dibutuhkan untuk replikasi bakteri.
Meningkatkan fase akut protein diproduksi oleh hati saat inflamasi sehingga mengikat
kation yang dibutuhkan untuk reproduksi bakteri.
Meningkatkan transformasi bakteri dan motilitas PMN yang memfasilitasi respon imun.
PENGATURAN SUHU
Temperatur Tubuh Diatur dengan Mengimbangi Produksi Panas terhadap Kehilangan Panas
Bila laju pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju hilangnya panas, timbul panas
dalam tubuh dan temperatur tubuh meningkat dan sebaliknya.
Produksi panas
Kehilangan panas
Sebagian besar produksi panas di dalam tubuh dihasilkan pada organ dalam, terutama dalam hati,
Vasodilatasi
Proses pengeluaran panas dari dalam tubuh menuju ke luar tubuh salah satu caranya adalah dengan
aliran darah. Untuk mempercepat aliran darah maka tubuh dengan proses pesarafan otonom akan
menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi ini bertujuan untuk menghantarkan panas dari bagian
2
evaporasi.
Penurunan termogenesis
Termogenesis terjadi dari peningkatan proses metabolik dan pergerakan dari tubuh. Jika tubuh terlalu
panas maka proses termogenensis ini diturunkan.
Jika suhu terlalu dingin maka hypothalamus akan meningkatkan set point. Tubuh akan berusaha
2
3
Vasokonstriksi
Tubuh berusaha untuk menyimpan panas jika suhu terlalu dingin. Pembuluh darah akan konstriksi
agar penghantaran panas menuju ke luar tubuh menurun.
Penurunan keringat
Proses evaporasi ini akan diturunkan untuk mencegah pengeluaran panas dari dalam tubuh.
Peningkatan termogenesis
Proses metabolisme akan ditingkatkan untuk menghasilkan panas. Tubuh juga akan bergerak untuk
menghasilkan panas.
Turunan epidermis :
a Rambut
b Kuku
c Kelenjar sebasea
d Kelenjar keringat
A. Epidermis
-
neural crest yang mensintesis melanin lalu ditransfer ke jaringan sel lainnya.
Terdiri dari merkel cells :
o Infrequently pada basal cell layer.
o Terletak pada dasar lapisan epidermis.
o Diasosiasikan dengan terminal filament dari saraf kutaneus yang berperan dalam
sensasi.
o Fungsinya ; sebagai sensasi rasa sentuh (tactile).
o Sitoplasma mengandung neuropeptide granule.
o Sebagai neurofilament dan keratin.
Terdapat desmosom yang saling mengikat sel-sel lapisan pada permukaan lateral dan
atas. Dan juga terdapat hemidesmosom yang mengikat sel pada lamina basalis.
Terdapat aktivitas mitosis yang banyak
Semua sel mengandung filament keratin intermediate.
Di daerah telapak kaki khususnya daerah yang banyak mengalami gesekan dan tekanan
terdapat stratum spinosum yag lebih tebal dengan banyak tonofilamen dan desmosom.
Mitosis hanya terbatas pada lapisan yang disebut stratum Malpighi yaitu stratum basale
dan spinosum.
(granula keratohialin).
Sel menjadi bentuk flat, dan nuclei menjadi menghilang.
Keratohyalin granules terlihat dalam sitoplasma bersama dengan membrane coating
Stratum lusidum
- Jelas pada kulit tebal.
- Lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng.
- Organel dan inti tidak tampak.
- Sitoplasma terdiri atas filament keratin padat.
Stratum corneum.
- Keratinosit yang sudah matang (mature keratinocytes).
- Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan sitoplasma
-
dipenuhi keratin.
Lapisan paling tebal (telapak kaki dan tangan).
Corneocyte cell dibatasi oleh selubung-selubung, sitoplasma digantikan oleh keratin
B. Dermis
Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada
lapisan di bawahnya, yaitu jaringan subkutan (hipodermis). Fungsi lainnya yaitu
Lapisannya terletak antara dermis yang paling atas dan bagian bawah epidermis.
Terdapat epidermal ridges ; batas yang tidak teratur antara dermis-epidermis karena ada tonjolantonjolan / papil yang saling mengunci dengan tonjolan epidermis.
Kandungan dermis :
o
Mast cells.
Macrophag.
Limfosit.
Reticular dermis.
Terdiri dari jaringan ikat padat, karena seratnya > daripada sel-selnya.
Ground substance :
o
C. Subcutaneous Layer
-
Terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak yang mengikat kulit di bawahnya.
a. Definisi Ruam
- Ruam merupakan erupsi sementara pada kulit
- Adanya inflamasi,perubahan warna dan tekstur pada kulit
b.
-
Etiologi
Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, parasit)
Alergi (obat, bahan kimia, logam, makanan)
Iritasi kulit
1.
2.
3.
c. Gambaran Ruam
Macula-makulo popular
Papulo-vesikular
Ptechia atau purpura
d. Mekanisme Ruam
Mekanisme terjadinya ruam adalah kerusakan sel akibat invasi organisme patogen,
produksi toksin oleh organisme, dan respons imun pejamu. Patogenesis manifestasi kulit dari
penyakit sistemik dapat dibagi menjadi 3 kategori. Pertama, penyebaran mikroorganisme
penyebab infeksi melalui darah (viremia, bakteriemia, dan sebagainya) yang menghasilkan
infeksi sekunder di kulit. Temuan klinis di kulit pada kelompok ini dapat merupakan efek
langsung penyebab infeksi di epidermis, dermis, atau endotel kapiler dermis, atau dapat juga
merupakan hasil reaksi respon imun antara organisme yang bersangkutan dengan antibodi atau
faktor seluler di lokasi kulit. Cacar air, infeksi enterovirus, dan meningokoksemia adalah contoh
penyakit dimana mikroba mencapai kulit melalui darah dan menimbulkan temuan di kulit tanpa
campur tangan faktor imunologis pejamu.
Kedua, patogenesis yang berhubungan dengan penyebaran toksin dari penyebab infeksi.
Infeksi terjadi di lokasi tertentu namun kemudian toksin yang dihasilkan menyebar dan mencapai
kulit melalui darah. Tiga contoh penyakit dalam kelompok ini adalah demam skarlatina
streptokokal, staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS), dan sindroma syok toksik.
Kategori ketiga adalah patogenesis pada penyakit sistemik dimana eksantema tidak dapat
dimengerti dengan baik namun muncul dan diduga mempunyai dasar imunologis. Yang paling
penting dari kelompok ini adalah gambaran klinis eritema multiforme eksudativum (sindroma
Stevens-Johnsons) dan eritema nodosum. Ramundo menambahkan mekanisme keempat yaitu
melalui keterlibatan vaskuler yang menghasilkan lesi di kulit. Berbagai mekanisme tersebut
mungkin saja terjadi secara berurutan.
e. Efloresensi kulit
A. Primer
1. Macule/ Makula
- Merupakan lesi datar, berbatas, hanya terjadi perubahan warna
- Dapat berupa: hiper-pigmentasi, hipopigmentasi, depigmentasi, erythema, ptechiae,
purpura, echymosis.
- Macule yang lebih besar disebut dengan patch
- Contoh : Tinea versicolor, vitiligo.
2. Papule/ Papula
- solid, timbul (elevasi), dan berbatas, ukuran kurang dari 1 cm.
- Contoh : molluscum contangiosum.
3. Plaque / Plak
- Papule yang lebih besar, diameter lebih dari 1 cm; kadang merupakan gabungan dari
beberapa papul.
- contoh: eczema, psoriasis.
4. Nodule / Nodul
- Palpable, solid, lesi bulat atau oval, dengan diameter lebih dari 0,5 cm. Nodul yang
besar biasanya disebut tumor, menembus epidermis-subkutan
- 5 tipe nodul :
Epidermal, pidermal-dermal, dermal, dermal - subdermal, subcutaneous.
-
5. Wheal/urtikaria
- Papule atau plaque yang bulat atau flat topped, tidak jelas, dapat hilang dalam
beberapa jam
- contoh : dermatitis herpetiform
6. Vesicle
- Berbatas, elevasi, berisi cairan, d < cm
- Contoh : pemphigoid, scabies, herpes zoster
7. Bullae
- Bullae adalah vesikel dengan ukuran lebih besar, bentuknya bisa bulat atau iregular,
atau bisa pula gabungan dari beberapa vesikel.
- contoh : herpes zooster, scabies
8. Pustule
- vesicle yang berisi pus
- contoh : rosacea, pustular psoriasis
9. Cyst / Kista
- Merupakan kantung yang berisi cairang atau bahan yang semisolid (fluid cells, dan
produk sel
- Contoh : cystic adnexal tumor.
B. Sekunder
1. Erosion
- Lesi depresi, tidak melampaui stratum basale, tidak ada perdarahan
- Contoh : Variola, Vacinia
2. Excoriation
- hilangnya lapisan epidermis0dermis (stratum papilare), ada perdarahan
- Contoh : atopic eczema
3. Scale
- Peluruhan abnormal atau akumulasi dari startum korneum
- Contoh : Psoriasis
4. Fissure
5. Ulcer
- Lubang di kulit, terjadi destruksi yang lebihn dalam dari ekskoriasi
- Contoh : terjadi pada nodul-nodul granulomatous atau neoplastic
6. Scar
- jaringan ikat baru (proliferasi kolagen) yang menggantikan substansi hilang di
dermis atau lebih dalam sebagai akibat adanya injury
- Contoh : herpes
7. Crust
- Pengerasan dari deposit serum, darah atau purulent eksudat mongering di permukaan
kulit
- Contoh : Trichopiton schoenleinii
8. Sklerosis
- Pengerasan kulit yang jelas batasnya atau diffuse
- Contoh : Chronic statis dermatitis
9. Atrophy
- Pengecilan ukuran sel, jaringan, organ
- Contoh : striae pada kehamilan
10. Lichenification
- Penebalan kulit akibat proliferasi stratum korneum dan keratinosit
C. Khusus
1. Comedone
3. Canaliculi
- Saluran/terowongan yang dangkal, meninggi, berkelok-kelok yang dihasilkan oleh
aktivitas parsit
4. Milia
- Kista kecil berisi keratin
dapat berkumur.
b. indikasi rawat inap jika hiperpireksia (suhu . 39o C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit, atau terdapat komplikasi lain seperti pneumonia.
-
Pencegahan :
Vaksinasi bersama rubela dan mumps (MMR) pada usia 15 - 18 bulan dan ulangan
pada usia 10-12 tahun atau 12-18 tahun.
B. Rubella/German Measles
-
periode
prodrodromal sampai satu hari setelah timbulnya ruam, berupa bercak pinpoint
atau lebih besar, warna merah muda, tampak pada palatum mole sampai uvula.
Ruam biasanya dimulai pada muka, meluas dengan pola sefalokaudal dalam
24 jam dengan durasi <1 hari sampai > 5 hari. Bentuk ruam biasanya
eritematous dan makulopapular, tetapi dapat pula scarlatiniform, morbiliform
atau macula. Gejala lain saat periode eksantema yaitu demam yang tidak
dan konvalesens
Tes serologi IgM rubella (+)
Kultur virus rubella (+) (kultur diambil dari specimen hidung, tenggorok,
darah, urin, dan cairan serebrospinal 1-2 minggu sesudah timbul ruam )
Komplikasi : Jarang pada anak. Komplikasi dapat berupa artritis, purpura danensefalitis.
Manajemen :
Self limited
Terapi suportif
Istirahat
Analgetik
Pencegahan : vaksinasi MMR
dan batuk. Demam menetap 3-5 hari dan menurun secara mendadak ke suhu
e.
f.
atau deskuamasi.
Ruam terlihat saat suhu kembali normal
Dapat terjadi kejang
Diagnosis : didasarkan pada usia, riwayat, dan temuan klinis
Prognosis : sebagian besar prognosis baik, prognosis buruk contohnya
D. Varisella-Herpes Zoster
a.
b.
c.
d.
a.
minggu.
b. Pemeriksaan fisik
Ruam
e.
Karakteristik : berupa vesikel
f.
Pada anak sehat, lesi sekitar 250-500 (10-1500)
g. Mula-mula berupa macula eritematosa lalu bergradasi mulai papulapustula-krusta
h. Beberapa lesi dapat muncul di orofaring dan mata
i. Gambaran vesikel khas, superficial, dinding tipis, dan terlihat seperti
tetesan air
j. Terdapat semua tingkatan lesi kulit dalam waktu bersamaan pada satu area
k. Lesi bar uterus muncul sampai 3-5 hari
l. Lesi biasanya menjadi krusta pada hari ke 6 (2-12 hari) dan sembuh
sempurna pada hari ke 16 (7-34 hari).
m. Erupsi lesi baru yang berkepanjangan atau keterlambatan pembentukan
krusta dan penyembuhan terjadi bila terdapat gangguan imunitas selular
n. Herpes zoster bermanifestasi sebagai lesi vesicular berkelompok dalam
imunodefisiensi
Bila infeksi varisela terjadi saat kehamilan
Sindrom varisela congenital
Terjadi pada sekitar 2% bayi yang ibunya terinfeksi varisela saat trimester
kedua kehamilan
Sindrom klinis : IUGR, mikrosefal, atrofi korteks, hipoplasia tungkai,
terinfeksi sering kali ringan dan pemberian asiklovir sesuai dengan klinis
c. Pemeriksaan penunjang
varisela
Apus Tzank dari dasar lesi menunjukan sel raksasa multinuclear, tetapi
(RIA)
Cara pemeriksaan cepat dan sensitive : ELISA, latex agglutination (LA)
Pencitraan : bia penderita demam tinggi dengan gejala gangguan pernafasan
Pemeriksaan lain : fungsi lumbal (pada anak dengan gangguan neurologis)
d. Manajemen :
Umum
a. Mandikan penderita untuk mengurangi gatal dan mencegah infeksi
sekunder
b. Hindari menggaruk dengan memotong kuku dan memakai sarung
tangan saat tidur
c. Banyak minum terutama bila menerima asiklovir dan diet tanpa
restriksi
d. Orang tua mengetahui tanda bahaya yaitu ruam yang hebat dan nyeri,
tidak mau minum, terdapat tanda dehidrasi, kelemahan tungkai,
kesadaran menurun, nyeri kepala hebat, kuduk kaku, muntah, sesak,
demam > 4 hari atau demam meningkat kembali
Khusus
a. Jika demam : asetaminofen 10-15 mg/kgBB p.o tiap 4-6 jam (maks 60
mg/kgBB/hr). jangan berikan aspirin
b. Asiklovir 80 mg/kgBB/hr terbagi atas 4-5 dosis selama 5 hari (maks. 3200
mg/hr)
c. Pada kasus berat, (ensefalitis, pneumonia, penderita imunokompromasi ) :
asiklovir 1500 mg/m2/hr iv terbagi tiap 8 jam selama 7-10 hari
f. Scarlet Fever
abuan.
Pada lidah didapatkan eritema dan edema sehingga memberikan gambaran strawberry
lipatan poplitea.
Pada dahi dan pipi tampak merah dan halus, tapi didaerah sekitar mulut sangat pucat
(circumoral pallor).
Beberapa hari kemudian kemerahan di kulit menghilang dan kulit tampak sandpaper
Manifestasi klinis
Kultur positif dari sekret nasofaring
Serologis; peningkatan kadar anti streptolisin O (ASTO).
Komplikasi : Abses tonsil, otitis media, bronko pneumonia, dan jarang menjadi
mastoiditis, osteomielitis atau septikemia. Komplikasi lanjut adalah demam rematik dan
glomerulonefritis akut.
Terapi :
Penisilin per oral/IV, eritromisin atau sefalosporin yang diberikan sedini mungkin.
Suportif.
g. Dengue Fever
-
Etiologi : virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 (golongan Arthropod borne virus group B) yang
ditularkan melalui gigitan banyak spesies nyamuk Aedes (A.Aegypti dan A.Albopticus)
Manifestasi klinis dan laboratorium :
i. Fase febrile,adanya demam yang mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot
seluruh badan, nyeri sendi, kemerahan pada wajah, dan eritema kulit. Gejalan
nonspesifik seperti anoreksia, nausea, dan muntah sering ditemukan. Pada
pemerisaan laboratorium darah, penurunan jumlah leukosit merupakan kelainan
yang ditemukan paling awal. Jumlah trombosit dan nilai hematokrit sering masih
dalam batas normal. Fase ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari.
ii. Fase kritis, terjadi pada saat suhu tubuh mulai mengalami penurunan sampai
mendekati batas normal. Biasanya fase ini terjadi pada hari ke 3-7 (paling sering
hari ke 4-6) sejak dari mulai sakit. Saat ini biasanya mulai terjadi permeabilitas
kapiler yang meningkat yang ditandai nilai hematokrit meningkat disertai jumlah
trombosit turun secara nyata.
iii. Fase pemulihan, ditandai dengan perbaikan keadaan umum, nafsu makan pulih,
hemodinamik stabil, dan dieresis cukup. Keadaan ini berlangsung secara
berangsur dalam waktu 48-72 jam. Hematokrit akan mengalami penurunan
sampai stabil dalam rentang normal disertai peningkatan jumlah trombosit secara
-
e. Terapi :
Rawat jalan/rawat inap (tergantung keparahan)
Cukup asupan cairan
Pemberian antipiretik
e. Cikungunya
a. Etiologi : cikungunya virus
b. Manifestasi klinis :
Definisi kasus
Kasus suspek : kasus dengan onset panas mendadak dengan gejala nyeri sendi
yang berat dan kadang menetap dengan mialgia, sakit kepala dengan atau
tanpa ruam
Kemungkinan suatu kasus : kasus klinis dengan gejala diatas dan mempunyai
laboratorium di bawah :
c. Deteksi titer antibody anti-chikungunya IgM ELISA>40 IU pada sampel
serum tunggal atau
d. Peningkatan 4 kali titer antibody IgG chikungunya antara serum akut dan
konvalesens MAC-ELISA atau
e. Deteksi asam nukleat chikungunya dalam serum dengan RT-PCR atau
f. Isolasi chikungunya virus
g. Manifestasi klinis dan diagnosis chikungunya
Gambaran yang membedakan
Demam
Demam Dengue
Chikungunya
Gejala klinis
h.
i.
j.
k.
perdarahan berat
l. Arthralgia
Akut
1-2 hari
Sering
Jarang
Bertahap
5-7 hari
Jarang
Sering
Jarang dan
selama berbulan-
durasinya pendek
bulan
Parameter laboratorium
m. Leucopenia
n. Trombositopenia
Sering
Jarang
Jarang
Sering
o. Diagnosis :
Isolasi virus
RT-PCR
Diagnosis serologis
p. Manajemen
Penyakit ini sembuh sendiri, tidak ada terapi spesifik atau vaksin untuk chikungunya.
Penderita hanya diberikan terapi simtomatik atau suportif
Tirah baring
Banyak minum
Mengurangi nyeri dan demam dengan obat antiinflamasi.aspirin tidak boleh
diberikan pada anak < 12 tahun untuk mencegah kemungkinan sindrom reye
Bila terjadi nyeri sendi persisten, maka :
q. Terapi analgesic dan antiinflamasi jangka panjang
r. Latihan ringan dan gerakan untuk kekakuan dan atralgia, tetapi latihan yang
berat dapat menimbulkan gejala eksaserbasi.
f. Variolla/Smallpox
a. Etiologi : virus variola
b. 2 tipe virus : variola mayor & variola minor
c. Masa inkubasi : antara 7-14 hari. Menurut undang-undang karantina ditetapkan
14 hari.
d. Cara penularan : penularannya melalui kontak langsung ataupun tidak langsung
tetapi infeksi primernya selalu melalui saluran napas. Virusnya terdapat di udara,
berasal dari debu pakaian, tempat tidur ataupun dari saluran napas penderita,
terhirup oleh orang lain sehingga dapat terjadi penularan. Cacar adalah penyakit
yang sangat menular.
e. Manifestasi klinis : penyakit cacar adalah suatu penyakit infeksi yang akut
dengan gejala-gejala berupa demam, sakit kepala, sakit pinggang dan anggota
gerak, kadang-kadang menggigil disertai rasa mual atau muntah yang berlangsung
selama 3-4 hari. Kemudian panasnya menurun dan timbul kelainan-kelainan pada
kulit berturut-turut: erythem (titik-titik kemerahan pada kulit), macula (bercakbercak kemerahan pada kulit), papula (bercak kemerahan pada kulit yang
menonjol dari permukaan kulit), vesikula (gelembung berisi cairan jernih),
pustule (gelembung berisi nanah), crusta (adanya pengeringan, terjadi karena
nanah pada pustule mengering). Erupsi (ruam) pada kulit biasanya simetris dan
mengenai seluruh tubuh terutama muka, lengan dan kaki. Bila sembuh akan
meninggalkan bekas pada kulit yang tidak hilang seluruh hidup
f. Manajemen :
Tidak ada pengobatan khusus untuk cacar. Pasien dengan cacar dapat dibantu dengan
cairan intravena, obat-obatan untuk mengontrol demam atau nyeri, dan antibiotik
untuk infeksi bakteri sekunder yang mungkin terjadi. Selain itu penderita harus
dikarantina. Sistemik diberikan obat antiviral (asiklovir atau valasiklovir) misalnya
isoprinosin, dan interferon, dapat pula diberikan globulin gama. Obat yang bersifat
simtomatik, yaitu analgetik/antipiretik.
Referensi :
1. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson Textbook of pediatrics.Ed :18th. Saunderelsever . America : 2007.
2. Ilmu Kesehatan Anak. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Editor : Garna H, Nataprawira HM,
Ed : 4th. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad RSUP Hasan Sadikin-Bandung:2012.
3. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed : 9 th. Penerbit Buku Kedokteran-EGC
Jakarta : 1997
4. Kathryn L.McCance, Sue E.Huether. Pathophysiology The Biologic Basic for Disease in
Adults and Children 5th Ed.
5. World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bakti
Husada.
6. Stefan Silbernagl, Florian Lang. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran-EGC Jakarta : 2007.
7. Luiz Carlos Junquiera, Jose Carneiro. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Penerbit Buku
Kedokteran-EGC Jakarta.
8. Tuti Rahayu, Alan R. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut pada Anak.2002 ; 4 :104113.