Anda di halaman 1dari 13

Sejumlah masyarakat melaporkan Ahok terkait dugaan penistaan

agama sejak 6 Oktober 2016.


Mereka menilai pernyataan Ahok di depan warga Kepulauan Seribu pada
27 September 2016 telah menodai agama. Semula Ahok hanya berbicara perihal
program nelayan yang telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ahok
lalu berjanji kepada nelayan meski dia tidak lagi terpilih sebagai gubernur pada
pemilihan gubernur 2017 mendatang.
"Jadi jangan percaya-percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil
Bapak Ibu, gak bisa pilih saya. Ya kan? Dibohongi pakai Surat Al-Maidah ayat
51," ucap Ahok.
Pernyataan Ahok pun menyulut kemarahan. Demo menuntut Ahok pun
digelar akbar pada 4 November silam. Usai demo akbar tersebut, polisi
memutuskan gelar perkara tentang penistaan agama dilakukan secara terbuka,
namun terbatas. Peserta gelar perkara diperkirakan mencapai lebih dari 50 orang.
Mereka terdiri dari tim penyelidik, ahli yang dihadirkan pelapor maupun terlapor,
serta pimpinan gelar perkara dari Bareskrim Polri. Kompolnas dan Ombudsman
hanya bertindak sebagai pengawas. Sementara itu, dari internal Polri akan hadir
Divisi Profesi dan Pengamanan, Inspektorat Pengawasan Umum, Biro Pengawas
Penyidikan, dan penyelidik yang menangani kasus itu. Andi yang datang pada
gelar perkara Ahok yang berlangsung di Rupatama Mabes Polri. Ia mengaku,
kedatanganya demi memberi nasihat dan dukungan moral kepada Ahok. "Saya
katakan ke dia, 'Satu kesalahan kamu. Kamu suka buka aib orang di depan
orang'," kata dia. Menurutnya, hubungan dirinya dengan Ahok sangat dekat meski
bukan saudara kandung. Ia mengaku, baru bertemu Ahok pada dua hari lalu. Saat
itu, Andi meminta Ahok untuk tenang. "Jangan ngotot untuk dibenarkan. Cukup
lakukan yang terbaik," kata Andi. Ia meminta Ahok agar mendukung proses
hukum selanjutnya, apapun keputusannya. Meski demikian, Andi meyakini apa
yang diutarakan Ahok tidak mengandung unsur penistaan agama. "Kita dukung
dia, iman kita tidak turun. Parameter iman kan yang meninggalkan shalat," kata

dia. Neno Warisman, Pemain film era 1980-an optimistis bakal memenangi gelar
perkara tersebut. Ia yakin Ahok menistakan agama. "Ada beberapa teori yang saya
sampaikan yang insya Allah membuktikan memang ada penistaan agama," papar
Neno. Pantauan Tribun, kuasa hukum Ahok, Sirra Prayuna hadir pada 07.30 WIB.
Dia tampak berjalan kaki dari ujung jalan menuju lokasi gelar perkara di Ruang
Rapat Utama (Rupatama). Kemudian, hadir beberapa pihak pelapor mulai hadir
sekitar 08.30 seperti Habib Rizieq Syihab, Habib Novel Bamukmin, Bachtiar
Nasir, dan Irene Handono.
Awak media diperkenankan mengambil gambar sebelum gelar perkara
dimulai. Tampak seluruh pihak yang berkepentingan ada di ruangan tersebut.
Neno Warisman yang ikut dalam gelar perkara menggambarkan suasana kegiatan
tersebut. Dia hadir sebagai ahli bahasa dari pihak pelapor. Menurutnya, acara yang
dipimpin Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komjen Ari Dono Sukmanto
berlangsung tertib. Video rekaman pidato Ahok di Kepulauan Seribu juga kembali
ditayangkan. "Dari saksi ahli sudah memutar berkali-kali sayang waktunya selama
satu jam, 48 menit yah itu agak ngantuk juga sih," kata Neno.
Penggambaran suasana gelar perkara Neno serupa dengan yang dituturkan
Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim, Brigjen Agus Andrianto. Ia
menuturkan ada pengaturan waktu untuk setiap pihak yang hadir, khususnya ahli
untuk beragumen. "Setiap ahli diberi waktu bicara selama satu jam," sebut Agus.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar menyebut gelar perkara
dugaan penodaan agama berlangsung sejak pukul 09.10 Wib. Kabareskrim
Komjen Ari Dono pun memberi waktu satu jam bagi kubu terlapor melalui kuasa
hukumnya. Setelah kubu pelapor selesai, berlanjut ke istirahat dan shalat Maghrib.
Kemudian giliran para saksi ahli dari penyidik yang mendapat giliran sekitar satu
jam untuk memaparkan pandangan sesuai ilmu yang ditekuninya. Selesai itu
semua, Kabareskrim dengan para penyidiknya dari Direktorat Tindak Pidana
Umum akan melakukan rapat hingga larut malam. Berlanjut keesokan paginya
akan diumumkan hasil dari gelar perkara. "Total saksi dari Polri yang hadir ada 7,
yang mewakili terlapor ada lima dan pihak pelapor ada enam saksi. Satu yang

informasinya dari Mesir tidak hadir, digantikan saksi lain. Seluruh saksi ahli hari
ini dari dalam negeri. Kita tunggu bersama hasil keputusan besok," katanya.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, sekitar
20 ahli akan dihadirkan dalam gelar perkara terbuka terkait Gubernur nonaktif
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Gelar perkara tersebut akan
dilakukan Selasa (15/11/2016) pagi. "20 dari ahli hukum pidana, ahli agama, dan
ahli bahasa," ujar Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Senin (14/11/2016).
Baik pelapor maupun terlapor masing-masing mengajukan ahli untuk
dimintai pendapat dalam gelar perkara tersebut. Para ahli itu sebelumnya sudah
dimintai keterangan selama penyelidikan kasus Ahok. Ahok selaku terlapor,
disebut bakal menghadirkan ahli dari Mesir. Sementara itu, ahli yang sudah
pernah dimintai pendapat saat penyelidikan antara lain Imam Besar Front Pembela
Islam Rizieq Shihab, pakar hukum dari Universitas Islam Indonesia Mudzakir,
dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin. Gelar perkara besok tak terbuka
sepenuhnya. Media hanya diperkenankan masuk ke ruang rapat pada saat
pembukaan. "Pada saat pembicaraan substansi, semua menunggu di luar," kata
Boy. Gelar perkara akan dibuka Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Ari
Dono Sukmanto yang memimpin gelar perkara.
Nantinya, tim penyelidik akan memaparkan kasus yang ditangani.
Kemudian, para ahli yang dihadirkan akan memberikan tanggapan. Masyarakat
yang melaporkan juga diberi kesemparan untuk menjelaskan laporannya. Apapun
yang dibahas dalam gelar perkara akan dicatat dan dijadikan pertimbangan
penyelidik untuk menyimpulkan. "Penyidik akan menjadikan hasil gelar perkara
untuk merumuskan keputusan kesimpulan dalam penyelidikan, apakah laporan
polisi yang diterima penyidik, layak dinaikkan statusnya jadi penyidikan," kata
Boy. Rencananya, keputusan hasil gelar perkara diumumkan pada Rabu
(16/11/2016) atau Kamis (17/11/2016).
Gelar perkara juga melibatkan Ombudsman, Komisi III DPR RI, dan
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sebagai unsur netral untuk pengawasan.
(Baca: Komisi III Tolak Hadiri Gelar Perkara Kasus Ahok). Sementara itu, dari
internal Polri akan dihadiri Divisi Profesi dan Pengamanan, Inspektorat

Pengawasan Umum, Biro Pengawas Penyidikan, dan penyelidik yang menangani


kasus itu
Ahli Bahasa pelapor dari Universitas Mataram M Husni Muadz
menyebutkan, kata dibohongi pada kasus penistaan agama Gubernur DKI
Petahana, Basuki T Purnama (Ahok), itu merupakan instrumen tak netral. Kata
dibohongi, bersifat merendahkan saat disandingkan dengan kata Al Quran. Oleh
sebab itu, ucapan Ahok itu merupakan penistaan agama. "Dalam perkataan itu
(Ahok), ada instrumen kata 'pakai', lalu ada kata benda (Al Maidah). Nah, dalam
frase itu (pakai Surat Al Maidah), bergantung pada kata kerjanya," ujar Husni
Muadz di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (15/11). Dalam
frase, kata dia, Dibohongi Pakai Surat Al Maidah, kata kerja Dibohongi itu
merupakan instrumen tak netral yang juga berarti kebohongan. Alhasil, saat
disandingkan dengan kata pakai Al Maidah itu memiliki nilai yang merendahkan
isi Al Quran. Apalagi, katanya, dalam konteks umat Islam, Al Quran itu memiliki
nilai mutlak kebenarannya. "Secara bahasa, di situ penistaannya. Dengan dia
mengundang instrumen yang kebetulan isinya Al Quran. Kenapa tak pakai buku
yang lain misalnya, kenapa pakai Al Quran. Disandingkan dengan kata-kata
kebohongan," tuturnya. Seperti diberitakan, Selasa (15/11/2016) polisi melakukan
gelar perkara atas kasus penistaan agama yang diduga dilakukan Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja

Purnama alias Ahok.

Dalam

kunjungan

kerja

ke

Kepulauan Seribu 27 September 2016, di depan warga sekitar Ahok berbicara


seputar surat Al Maidah dalam konteks memilih pemimpin menurut Islam.
Gubernur

nonaktif

DKI

Jakarta Basuki

Tjahaja

Purnama sempat

mencurahkan hati kepada kakak angkat, Andi Analta. Basuki yang biasa
dikenal Ahok ini membeberkan laporan yang diarahkan kepadanya soal dugaan
penistaan agama. "Katanya 'Kak, saya bingung kok bisa begini?'," ujar Andi,
menirukan ucapan Ahok, saat ditemui di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa
(15/11).
Atas keputusan dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, keputusan
menaikkan kasus dugaan penistaan agama oleh Gubernur nonaktif DKI

Jakarta Basuki Tjahaja Purnamake tingkat penyidikan dilakukan berdasarkan


fakta hukum yang ada.
Pihaknya sudah mengkaji sejumlah bukti, di antaranya video, beberapa dokumen,
dan keterangan saksi-saksi serta para ahli. "Kami bekerja berdasarkan fakta-fakta
hukum sesuai yang ada di Indonesia," kata Tito di Mabes Polri, Rabu
(16/11/2016). Ia memastikan, pihaknya tidak mendapat tekanan untuk menetapkan
Ahok sebagai tersangka dalam kasus ini. Ia mengatakan, para penyelidik
memahami bahwa hasil keputusan ini akan menimbulkan pro dan kontra, baik dari
pihak pelapor maupun terlapor. Meski demikian, pihaknya sudah siap dengan
berbagai resiko tersebut. Ia meminta semua pihak bisa menerima dan
menghormati keputusan tersebut. "Saya harap masyarakat menghargai proses
hukum," kata dia.

Gubernur non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah


ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama
oleh Bareskrim Mabes Polri

Pada keterangan pers di Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo,


Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kapolri Jenderal Tito Karnavian

mengungkapkan, keputusan tersebut murni didasari oleh pertimbangan


hukum dan bukan karena adanya tekanan masyarakat. Ia menyadari
keputusan yang diambil memiliki risiko. Namun, pihaknya siap menghadapi
risiko terburuk sekalipun.
"Demo mayoritas masyarakat adalah demo untuk menuntut proses
hukum. Polri tidak tertekan pada itu, kita bekerja pada fakta-fakta hukum
objektif sesuai aturan dan sistem pembuktian hukum yang ada di
Indonesia," ujar Tito dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo,
Jakarta Selatan, Rabu, 16 November 2016. Namun dia mengakui ada
segelintir pihak tertentu yang berniat memanfaatkan aksi demonstrasi
mayoritas masyarakat. Motif pihak tertentu itu kata dia ingin melakukan
tindakan inkonstitusional.
"Maka kita perlu tegakkan permasalahan ini pada permsalahan hukum,"
ucapnya.

Terkait keputusan menetapkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)


sebagai tersangka kasus penistaan agama, Kepala Bareskrim Polri Komjen
Ari Dono Sukmanto menegaskan bahwa tidak ada tekanan dalam penetapan
keputusan tersebut. Penetapan Ahok berdasarkan bukti yang dikantongi tim
penyelidik "Bukti yang kita sita, kita periksa dengan forensik itu video

kemudian ada dokumen-dokumen itu dasar kita dan keterangan melanjutkan


kasus ini ke penyidikan untuk tekanan enggak ada," ujar Kabareskrim
Komjen Ari Dono Sukmanto di Rupatama Mabes Polri, Jl Trunojoyo,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 16 November 2016. Kabareskrim
Ari Dono menjelaskan, penetapan tersangka Ahok berdasarkan hasil gelar
perkara yang dilakukan atas laporan terkait sambutan Ahok di Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Ada 27 orang
penyelidik yang merumuskan status kasus Ahok yang akhirnya naik ke
penyidikan.
"Setelah dilakukan diskusi tim penyidik dicapai kesepakatan
meskipun tidak bulat didominasi pendapat disimpulkan perkara ini harus
diselesaikan di peradilan yang terbuka. Konsekuensi proses penyelidikan ini
dilanjutkan ke tahap penyidikan dengan menetapkan saudara Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok sebagai tersangka," ujar Ari.
Sebelumnya, Ahok mengatakan dirinya akan bertarung di pengadilan
nanti. Ia justru senang jika kasusnya tersebut dibawa ke pengadilan sebab
publik akan melihat secara jelas siapa pihak yang sebenarnya bersalah.
"Kalau sampai ditentukan tersangka, kita fight di pengadilan seperti kasus
reklamasi dan Sumber Waras," kata Ahok di Rumah Lembang, Jl Lembang
No. 27, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/11).
Indonesia Police Watch (IPW) memberi apresiasi pada Polri yang telah
meningkatkan status dugaan penistaan agama Gubernur DKI Jakarta nonaktif
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi tersangka. Ketua Presidium IPW Neta S
Pane mengatakan, keputusan ini menunjukkan Polri telah bekerja profesional,
proporsional, independen, dan berorientasi pada soliditas NKRI. Karenanya lanjut
Neta, Polri diharapkan bekerja cepat menuntaskan dan melanjutkan kasus Ahok
agar bisa dilimpahkan ke kejaksaan untuk diteruskan ke pengadilan, agar bola
panas kasus ini bisa diselesaikan secara hukum. "Pengadilanlah yang akan
memutuskan kasus Ahok," kata Neta melalui keterangan tertulis, Rabu
(16/11/2016). Neta mengatakan, gelar perkara kasus Ahok telah dilakukan Polri

dengan baik. Menurutnya, niat baik Polri menuntaskan kasus ini patut diapresiasi.
Meski sebelumnya ada suara pejabat Polri yang terkesan berpihak kepada Ahok
sebelum gelar perkara dilakukan. Dalam kasus Ahok, lanjut Neta, Polri
diharapkan profesional, proporsional, independen, dan tidak mudah diintervensi.
"Jangan sampai gara-gara kasus Ahok, soliditas Polri terganggu atau Polri
terpecah. Dengan adanya keputusan melanjutkan penyidikan, Polri tampaknya
sudah mencermati dan memperhatikan argumentasi MUI," tandas Neta.

Ahok Ditetapkan Jadi Tersangka, Presiden Jokowi Angkat


Bicara

Presiden Joko Widodo memberi komentar tentang Basuki Tjahaja


Purnama yang ditetapkan menjadi tersangka oleh penyidik Bareskrim Polri,
tentang kasus penistaan agama. Menurut Jokowi, seluruh pihak harus
menghormati mekanisme hukum yang tengah ditunaikan kepolisian. Jangan
sampai ada yang menekan-nekan. Janganlah ada yang coba mengintervensi,
tutur Jokowi dalam acara pameran buah nusantara bertemakan Fruit Indonesia
2016 di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Kamis (17/11/2016) pagi.

Dengan ditetapkannya Ahok jadi tersangka, tak membuat surut niat Calon
Gubernur DKI Jakarta. Justru dengan ditetapkan dirinya jadi tersangka Ahok juga
mengungkap terima kasih kepada pihak berwajib yang telah memproses
permasalahan itu. Menurut dia hal ini yakni bentuk dari demokrasi yang baik.
Meski sudah ditetapkan jadi tersangka Ahok mengaku tetap akan bertarung di
Pilkada DKI Jakarta 2017 lain kesempatan.
Ruhut Sitompul yang merupakan juru bicara Ahok mengatakan bahwa pihaknya
akan tetap semangat menuju pilkada 2017 mendatang, pihaknya tidak akan goyah
dan tidak akan menyerah, Bahkan Ruhut meyakini jika pasangan Ahok Dan
Djarot akan menang satu kali putaran lagi. Dirinya juga menyebutkan bahwa
pihak Ahok dan Djarot mendukung apa yang dilakukan presiden Jokowi perihal
menjadikan hukum sebagai panglima.
Sebelum menjadi tersangka, Ahok sudah memiliki firasat jika dirinya bakal
menjadi tersangka, Hal ini disampaikan Ahok beberapa waktu sebelum dirinya
ditetapkan menjadi tersangka. Kendati demikian Ahok mengakui jika dirinya akan
ikhlas menerima apa yang telah diputuskan oleh polri terhadap dirinya.
Diketahui sebelumnya sesaat sebelum ditetapkannya Ahok menjadi tersangka,
Presiden Jokowi menyampaikan pesan agar demo lanjutan terkait kasus Ahok
tidak terjadi lagi, Kasus ini disampaikan pada pukul 08.43 WIB atau satu jam
sebelum ditetapkannya Ahok menjadi tersangka. Kapolri Jenderal Tito Karnavian
menduga, ada motif lain apabila massa kembali ke jalan. Menurutnya, tujuan
demo mendatang tak lagi pada proses hukum Ahok.
Tak hanya Jenderal Tito Karnavian, Hal ini juga diungkap oleh Ketua Pusat Studi
Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Muradi mengatakan apabila demo
masih tetap dilakukan maka ada dugaan aksi aksi yang dilakukan tersebut
memiliki agenda politik lain. Melalui juru bicaranya, Jokowi menugaskan JOhan
Budi agar menyampaikan kepada masyarakat supata menghormati proses hukum
yang sedang berjalan.

Soal Status Kasus Ahok Nanti, Kapolri Himbau Masyarakat


Hormati Keputusan Penegak Hukum

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menghimbau kepada semua pihak


untuk dapat menghormati apapun keputusan Bareskrim Polri terkait status
kasus dugaan penistaan agama yang menyeret Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok). Kapolri mengatakan gelar perkara Ahok sudah berjalan sesuai
ketentuan. "Saya harap semua masyarakat menghormati dan menghargai
setiap keputusan penegak hukum," kata Tito di Mabes Polri, Jalan
Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 16 November 2016.
Tito mengatakan, semua pihak terlapor dan pelapor diundang dalam
pengumuman ini. Namun, pengumuman secara terbuka tetap dilakukan
meski pihak terlapor dan pelapor hadir atau tidak hari ini.
"Karena mereka sudah menyaksikan semuanya kemarin ya. Karena
memang secara hukum produk hukum pada tingkat penyelidikan tidak boleh
dilakukan secara terbuka. Kemarin semua dilakukan transparan terbuka
saksi ahli terlapor, pelapor, saksi ahli netral semua dihadirkan,tunggu saja,"
ujarnya.

Rencananya, pemgumanan status kasus Ahok dijadwalkan digelar di


Rupatama Mabes Polri pukul 10.00 WIB pagi ini. Kadiv Humas Polri Irjen
Boy Rafli Amar menyebut ada 7 orang ahli dari Polri yang hadir dalam
gelar perkara. Sedangkan pihak pelapor membawa 6 ahli dan pihak terlapor
yakni Ahok mengikutsertakan 5 orang ahli. Namun ahli dari terlapor tidak
menggunakan kesempatan untuk memberikan keterangan tambahan terkait
penyelidikan laporan dugaan penistaan agama. Dalam penyelidikan, Ahok
sudah dua kali menjalani pemeriksaan dengan total 40 pertanyaan yang
diajukan penyelidik. Sambutan Ahok yang kini jadi kontroversi terkait
penyebutan surat Al Maidah 51 dilakukan saat berkunjung ke Kepulauan
Seribu dalam sosialisasi program pengembangan perikanan oleh warga.

Kata Warga Jakarta soal Penetapan Ahok sebagai Tersangka.

JAKARTA, KOMPAS.com
Penetapan tersangka Gubernur non-aktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok), ditanggapi beragam oleh sejumlah warga Ibu Kota.
Rio (34), warga Pisangan Baru, Matraman, Jakarta Timur, mendukung
keputusan Bareskrim Mabes Polri yang menetapkan Ahok sebagai tersangka kasus
dugaan penistaan agama tersebut. "Kita sebagai warga mendukung apa yang

dilakukan polisi," kata Rio kepada Kompas.com di Jakarta, Rabu (16/11/2016). Ia


menilai keputusan ini diambil untuk meredam suasana di Jakarta. Meski begitu,
Rio juga sedikit kecewa akan keputusan tersebut. "Keputusan polisi kayak
semacam nyari aman," ujar Rio. Kini, Rio hanya bisa menunggu kelanjutan dari
proses hukum tersebut. Ia juga berpesan kepada polisi agar tetap memeriksa pihak
yang menyebarkan video ketika Ahok mengutip ayat suci yang dinilai menistakan
agama tersebut.
Riki (31), warga Kayu Manis, Matraman, mengungkapkan hal senada.
Riki menyatakan, secara pribadi, dia menghormati keputusan Polri. "Sepanjang
penyidik menetapkan hasil gelar perkara sebagai tersangka sesuai aturan hukum,
kami menghormati," ujar Riki. Ia berharap, penetapan Ahok sebagai tersangka
bukan karena tekanan publik, melainkan berdasarkan ketentuan hukum.
"Kita berharap penyidik obyektif," ujar Riki.
"Kalau dibilang saya kecewa atau tidak, itu kan subyektif ya. Setiap orang
berbeda-beda. Ada sebagian pihak yang menilai itu adil, tetapi belum tentu
sebagian pihak menilainya juga adil," kata dia. Namun, Riki meminta semua
pihak menghormati asas praduga tak bersalah. "Kita tunggu Pak Ahok melakukan
praperadilan. Mengenai apakah penetapan itu sudah sesuai prosedur KUHAP, ya
kita lihat di praperadilan," kata Riki.
Tomo (20), mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Jakarta Timur, berharap
penetapan tersangka Ahok ini sudah sesuai aturan. "Kalau sudah sesuai bukti jadi
tersangka, oke enggak apa-apa," kata Tomo. Ia juga menilai pidato Ahok saat
kunjungan kerja ke Kabupaten Kepulauan Seribu pada 27 September 2016
memang menyinggung soal agama. "Dalam pidatonya kalau yang saya lihat
videonya memang menyenggol soal agama," ujar pemuda yang berdomisili di
Cengkareng, Jakarta Barat, itu. Menurut dia, sebagian publik tersulut emosinya
dengan pernyataan Ahok. Ia pun berharap proses hukum terhadap Ahok berjalan
terbuka dan netral. Bareskrim Polri menetapkan Ahok sebagai tersangka dugaan
penistaan agama setelah melakukan gelar perkara terbuka terbatas di Mabes Polri,
Selasa (15/11/2016). Penetapan tersangka ini berawal dari laporan masyarakat
terhadap Ahok mengenai pengutipan ayat suci oleh Ahok saat kunjungan kerja ke

Kabupaten Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Terkait penetapannya


sebagai tersangka, Ahok menerima hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai