Anda di halaman 1dari 17

I.

TUJUAN
Tujuan dari Kunjungan praktikum Ilmu Penyakit Tanaman ke
Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Temanggung adalah:
1. Untuk mengetahui aplikasi Mikoriza pada media tanam
2. Mengetahui peran agen pengendali hayati dalam pengendalian penyakit
tanaman yaitu PGPR dan Tricoderma sp.
3. Mengetahui teknik pengamatan atau identifikasi penyakit tanaman.

II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikoriza
1. Pengertian Mikoriza
Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti
fungi akar (mykos = miko= fungi dan rhiza = akar ) atau fungi
tanah karena hifa dan sporanya selalu berada di tanah terutama di
areal rhizosfer tanaman (Mikola, 1980; Smith and Read, 1997).
Asosiasi antara fungi mikoriza dengan tanaman inang merupakan
hubungan simbiosis mutualisme (Simanungkalit, 2003; Brundrett et
al., 2008).).

2. Morfologi Mikoriza
Perkembangan kolonisasi FMA dimulai dengan pembentukan
apresorium. Apresorium merupakan struktur penting dalam siklus
hidup FMA. Hal ini diinterpretasikan sebagai kejadian kunci bagi
pengenalan interaksi yang berhasil dengan bakal calon tanaman inang.
Fase kontak akan diikuti dengan fase simbiotik. Sejak fase itu, fungi
menyempurnakan
memproduksi

hifa

proses

morfogenesis

interseluler

dan

kompleks

dengan

intraseluler, vesikel,

dan

arbuskular.Struktur utama FMA adalah arbuskular, vesikel, hifa


eksternal dan spora (Dewi, 2007).
Menurut Smith dan Read (2008) dan Brundrett et al. (2008),
arbuskular adalah struktur hifa yang berasal dari percabangan hifa di
dalam sel korteks akar tanaman inang. Bentuk arbuskular menyerupai
pohon kecil yang berfungsi sebagai tempat pertukaran zat-zat
metabolit primer (terutama Glukosa dan Fosfor) antara fungi dan akar
tanaman.
3. Pengelompokan Mikoriza

Berdasarkan struktur dan cara fungi menginfeksi akar, mikoriza


dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe yaitu ektomikoriza,
endomikoriza dan ektendomikoriza. Jenis ektomikoriza mempunyai
sifat antara lain akar yang terkena infeksi membesar, bercabang,
rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi
sebagai alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air.
Hifa fungi tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang di
antara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur
seperti pada jaringan hartiq. Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)
tergolong ke dalam tipe endomikoriza yaitu memiliki jaringan hifa
yang masuk kedalam sel korteks akar dan membentuk struktur yang
khas berbentuk oval yang disebut vesikular dan sistim percabangan
hifa yang disebut arbuskul.
Sedangkan

ektendomikoriza

merupakan

bentuk

antara

(intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya


selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq. Hifa dapat
menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya.
Penyebarannya

terbatas

dalam

tanah-tanah

hutan

sehingga

pengetahuan tentang mikoriza tipe ini sangat terbatas (Brundrett,


2004).

4. Sifat-sifat Mikoriza
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) tergolong ke dalam tipe
endomikoriza dan mampu membentuk organ-organ khusus yaitu
arbuskul, vesikular dan spora.
a. Vasikular
Vesikular merupakan struktur fungi yang berasal dari
pembengkakan hifa internal, berbentuk bulat telur yang berukuran
30-50 m-sampai 80-100 m dan berisi banyak senyawa lemak
sehingga merupakan organ penyimpan cadangan makanan dan pada

kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk


mempertahankan kehidupan fungi (Brundrett, 2004).
b. Arbuskular
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) di dalam akar
membentuk struktur khusus yang disebut arbuskular. Arbuskular
merupakan hifa yang bercabang halus yang dibentuk oleh
percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai
pohon di dalam sel inang (Brundrett, 2004).
Pada akar yang telah dikolonisasi oleh FMA dapat dilihat
berbagai arbuskular dewasa yang dibentuk berdasarkan umur dan
letaknya. Arbuskular dewasa terletak dekat pada sumber unit
kolonisasi tersebut (Pattimahu, 2004).
c. Spora
Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat
dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp
tergantung pada jenis funginya. (Mosse, 1981). Ukuran spora fungi
yaitu sekitar >35 sampai >500 m. Karena ukurannya yang cukup
besar, maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam
tanah dengan menyaringnya (Simanungkalit, 2004).
5. Manfaat Mikoriza
Sebagai mikroorganisme tanah, fungi mikoriza menjadi kunci
dalam memfasilitasi penyerapan unsur hara oleh tanaman (Suharno
dan Sufati, 2009; Upadhayaya et al., 2010). Peran mikoriza adalah
membantu

penyerapan

unsur

hara

tanaman,

peningkatan

pertumbuhan dan hasil produk tanaman. Mikoriza meningkatkan


pertumbuhan tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang rendah,
lahan terdegradasi dan membantu memperluas fungsi perakaran
dalam memperoleh nutrisi (Garg dan Chandel 2010). Secara khusus,
fungi mikoriza berperan penting dalam meningkatkan penyerapan
3ion dengan tingkat mobilitas rendah, seperti fosfat (PO4 ) dan

amonium (NH4+) dan unsur hara tanah yang relatif immobil lain
seperti belerang (S), tembaga (Cu) dan juga Boron (B). Mikoriza
juga meningkatkan luas permukaan kontak dengan tanah, sehingga
meningkatkan daerah penyerapan akar hingga 47 kali lipat. Mikoriza
tidak hanya meningkatkan laju transfer nutrisi di akar tanaman inang,
tetapi juga meningkatkan ketahanan terhadap cekaman biotik dan
abiotik (Smith dan Read, 2008).

B. Agens Hayati
1. PGPR
PGPR adalah sejenis bakteri yang menguntungkan yang
hidup di sekitar perakaran tanaman dimana bakteri ini memberi
keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Jika
di daerah perakaran suatu tanaman kekurangan mikroorganisme
menguntungkan maka akan menyebabkan tanaman menjadi terserang
berbagai macam penyakit akar seperti layu dan busuk akar. Selain itu
tanaman juga akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya
(kurang subur). PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan
Schroth tahun 1978, dimana mereka menemukan bahwa keberadaan
bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan
tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman
nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit.
Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesuburan tanaman
dapat terjadi melalui 3 cara (Amalia, 2007), yaitu:
a. Menekan

perkembangan

hama/penyakit

(bioprotectant):

mempunyai pengaruh langsung pada tanaman dalam menghadapi


hama dan penyakit;
b. Memproduksi fitohormon (biostimulant): IAA (Indole Acetic
Acid); Sitokinin; Giberellin; dan penghambat produksi etilen:
dapat menambah luas permukaan akar-akar halus;
c. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer).
Bila penyerapan unsur hara dan air yang lebih baik dan nutrisi
tercukupi, maka menyebabkan kebugaran tanaman juga semakin
baik, sehingga akan semakin meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap tekanan-tekanan, baik tekanan biologis (OPT) maupun
non biologis (Iklim).
Aplikasi PGPR dapat dilakukan melalui pelapisan benih dan
perendaman benih dalam suspensi. Bakteri PGPR merupakan bakteri
tanah yang masa hidupnya tidak panjang karena itu perlu
mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih. Menurut

Bowen and Rovira (1999), media perkecambahan yang digunakan


harus memiliki kemampuan untuk menahan air, bersih dan bebas dari
benih lain, cendawan, bakteri atau zat beracun yang dapat
mempengaruhi perkecambahan benih dan pertumbuhan kecambah,
untuk media tanah dan pasir harus dalam keadaan yang cukup
seragam dan sebelum digunakan perlu dicuci dan disterilisasi.
Bibit akan tumbuh dengan baik di lapang jika kecambah
tumbuh dengan baik pada fase perkecambahan. Penggunaan media
perkecambahan yang tepat akan memudahkan kecambah untuk
menembus permukaan media. Pada pengujian daya berkecambah
benih maka akan dihitung persentase daya berkecambahnya (Raybum,
1993).
2. Trichoderma sp.
a. Jamur Trichoderma sp.
Klasifikasi Trichoderma sp. menurut Alexopoulus (1979)
sebagai berikut :
Kingdom

: Fungi

Devisio

: Amastigomycota

Class

: Deutromycetes

Ordo

: Moniliales

Famili

: Moniliaceae

Genus

: Trichoderma

Spesies

: Trichoderma sp.

Jamur Trichoderma sp mempunyai morfologi seperti


konidiofora hylin (bening), tegak lurus, bercabang, bersepta,
phialida tunggal atau kelompok, konidia hylin, oval, satu sel,
biasanya mudah dikenali dengan pertumbuhan yang cepat dan
bantalan konidia yang hijau (Supiandi, 1999).
b. Patogen Tular Tanah

Patogen tular tanah ( soil-borne pathogens ) merupakan


kelompok mikroorganisme yang sebagian besar siklus hidupnya
berada di dalam tanah dan memiliki kemampuan untuk
menginfeksi perakaran atau pangkal batang, sehingga dapat
menyebabkan infeksi dan kematian bagi tanaman (Garrett, 1970).
Ciri-ciri utama dari patogen tular tanah adalah mempunyai stadia
pemencaran dan masa bertahan yang terbatas di dalam tanah,
walaupun beberapa patogen tular tanah ini dapat menghasilkan
spora udara sehingga dapat memencar ke areal yang lebih luas.
c. Penggunaan Trichoderma sp dalam Pengendalian Patogen Tular
Tanah
Jamur pathogen tular tanah yaitu jamur yang bersumber dari
dalam tanah. Jamur ini umumnya menyebabkan akar tanaman/
umbi menjadi busuk sehingga tanaman mati. Salah satu contoh
manfaat penggunaan biofungisida dengan bahan aktif Jamur
Trichoderma sp. Untuk mencegah kegagalan tanam, dapat
diberikan Trichoderma sp dengan dosis perlakuan yang berbedabeda tergantung umur tanaman dan tingkat serangan penyakit.

C. Identifikasi Penyakit
1. Gejala Penyakit Tanaman
Gejala penyakit sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan
di dalam sel-sel bagian tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu
gejala yang ditunjukkan oleh tanaman yang sakit juga dapat
dibedakan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
sel atau pada sekumpulan sel yang bersangkutan, yaitu sebagai
berikut :
a. Tipe Nekrotik
Nekrotik yaitu tipe gejala yang disebabkan oleh adanya
kerusakan fisik atau kematian pada sel, bagian sel, atau
jaringan. Gejala yang termasuk tipe nekrotik antara lain:
1) Nekrose
2) Chlorosis
3) Layu
4) Terbakar
5) Busuk
6) Dumping Off
7) Kanker
8) Hydrosia
9) Pendarahan
10) Mati Ujung
a. Tipe Hipoplastik
Tipe hipoplastik, yaitu tipe kerusakan yang disebabkan
karena adanya hambatan atau terhentinya pertumbuhan
(underdevelopment) sebagian atau seluruh jaringan tanaman
akibat serangan patogen. Contoh gejala yang termasuk tipe
hipoplastik yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Kerdil
Perubahan Simetri
Chlorosis
Roset (Sapu)
Etiolasi

b. Tipe Hiperplastik
Tipe hiperplastik, yaitu tipe gejala yang diakibatkan

karena

adanya

pertumbuhan

jaringan

yang

melebihi

(overdevelopment) dari pada pertumbuhan yang biasa. Contoh


kerusakan yang termasuk tipe hiperplastik antara lain yaitu:
1) Sapu (Witches Broom)
2) Menggulung/Mengeriting
3) Cercidia (Tumor)
4) Fasciasi
5) Erinose
6) Pembentukan alat yang luar biasa
7) Kudis
8) Prolepsis
9) Rontoknya Alat
10) Intrumescentia
11) Perubahan Warna

III.

METODOLOGI
Praktikum kunjungan ke laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
Tanaman Temanggung dilaksanakan pada tanggal 4 November 2016.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Mikoriza
Bahan tanam yang digunakan dalam pembiakan mikoriza yaitu
zeolit dan akar jagung. Cara pembiakannya zeolit diletakan dalam kotak
yang terbuat dari kayu dan diberi alas karung pada sisi dalam kotak
biakan. Sebelum penanaman zeolit disiram terlebih dahulu sampai
kapasitas lapang, kemudian beri lubang tanam dengan jarak 10 cm. setiap
lubang diberi 5 gram mikoriza, kemudian benih jagung ditanam

dan

ditutup rata.
Inokulum tanah merupakan inokulum alami yang paling murah
harganya dan teknologinya juga paling sederhana. Keuntungan dengan
menggunakan inokulum tanah ialah kadang-kadang terbawa jasad renik
tanah lainnya yang juga dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
Inokulum tanah juga berisi spora, akar dan hifa yang semuanya dapat
menginfeksi akar tanaman.
Fungi mikoriza arbuskular merupakan suatu bentuk asosiasi antara

fungi dan akar tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk asosiasi yang terjadi
antara fungi dengan tanaman adalah bentuk asosiasi yang saling
menguntungkan (simbiosis mutualisme), yaitu fungi memperoleh nutrisi
dari tanaman dan tanaman memperoleh tambahan serapan air dan hara.
Fungi mikoriza arbuskular dapat membentuk resting spora dalam tanah
baik tunggal maupun dalam bentuk sporokarp hingga FMA berhubungan
dengan akar tanaman inang.
Dalam pemeliharaan tanaman pada fase vegetatif penyiraman
dilakukan sebanyak 30 kali, sedangkan pada fase generatif dilaparkan
hingga dua bulan karena merupakan pembentukan spora (struktur
istirahat). Bibit mikoriza menemukan akar maksimal tiga hari karena
apabila lebih dari tiga hari maka mikoriza akan mati. Pemupukan
dilakukan dua minggu setelah tanam. Dilakukan satu minggu sekali,
sehingga selama satu bulan dilakukan empat kali pemupukan. Penen
dengan cara mengambil dari hasil perbanyakan kemudian dicacah 1 cm
kemudian diaduk rata-rata lalu dikemas. Dalam pemanenan media harus
tetap dijaga sterilitasnya. Setelah dilakukan perbanyakan maka dilakukan
pengujian yaitu mengambil sampel dan pads pengujuan ini ada standar
yang harus terpenuhi.
Cara pengaplikasian pada lahan menggunakan mikoriza yaitu
dengan cara memasukkan 0,5 g mikoriza ke dalam lubang tanam.
Kemudian memasukkan bibit tanaman. Dengan penggunaan mikoriza
potensi hasil akan meningkat 30 %, menekan serangan hama karena
tanaman menjadi lebih tahan.
Cara pengaplikasian pada polybag yaitu dengan cara memasukkan
0,5 g mikoriza ke dalam lubang tanam. Bahan tanam dari polybag
disobek kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam. Pemberian
mikoriza pada tanaman ketela pohon meningkatkan bobot ubi, kualitas
rasa, kualitas aroma, dan warna lebih mengkilap. Sistem kerja mikoriza
yaitu sistemik karena membentuk pertahanan tanaman pada sistem

perakaran. Penghasil hormon/ZPT yang prinsipnya hampir sama dengan


PGPR yang berasal dari bakteri dan mikoriza berasal dari jamur.
Pemberian untuk tanaman perkebunan yaitu pada saat pembibitan di
polybag diberikan mikoriza. Kelebihannya 1 kali pemberian mikoriza
akan berada selamanya di akar. Untuk tanaman musiman hanya 1 kali
pemberian kemudian untuk penanaman berikutnya diberikan lagi.

B. Agens Hayati
1. PGPR
PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobium) adalah sejenis
bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut
hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman
keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik karena bakteri ini
memberi

keuntungan

dalam

proses

fisiologi

tanaman

dan

pertumbuhannya.
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan
PGPR adalah akar bambu. Alasan penggunaan akar bambu karena :
a.
b.
c.
d.
e.

Bambu tidak pernah terserang hama dan penyakit


Bambu tidak pernah dipupuk
Bambu mudah beradaptasi
Tanah yang ditumbuhi bambu merupakan tanah yang gembur
Pertumbuhan bibit bambu baik.
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan PGPR

adalah :
a. Akar bambu 100 gram
b. Dedak 1 kg
c. Terasi 200 gram
d. Gula pasir / Molasses 400 gram
e. Kapur sirih 100 gram
f. Air bersih 10 L
g. Galon
h. Jenis bakteri : Pseudomonas flourecence, Bacillus subtilis
Langkah-langkah pembuatan PGPR adalah sebagai berikut :

a. Memotong akar bambu sebanyak 1 genggaman (100 gram)


beserta tanahnya, kemudian direndam dengan air matang (dalam
keadaan dingin) selama kurang labih 4 5 hari.
b. Merebus gula pasir, dedak dan terasi hingga mendidih selama
kurang lebih 30 menit, kemudian didinginkan.
c. Setelah dingin, memasukkan semua bahan kedalam galon dan
menutupnya dengan rapat.
d. Membuka penutup dan mengaduk setiap pagi, kemudian
menutupnya kembali.
e. Setelah kurang lebih 2 minggu, PGPR sudah jadi dan siap untuk
digunakan.
Aplikasi PGPR pada tanaman sebagai berikut :
a. PGPR yang telah diinkubasi selama 3 hari, dapat diaplikasikan
untuk tanaman.
b. Encerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 200 cc larutan
PGPR dalam 20 liter air.
c. Hasil pengenceran dapat dikocorkan pada tanaman dengan
konsentrasi 200 cc per tanaman (umur 1 bulan setelah tanam
atau 40 hari setelah tanam).
d. Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau
pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB.
e. Untuk pembenihan, rendam terlebih dahulu bibit yang akan
disemai dalam larutan PGPR selama 10 menit, kemudian
disemai.
f. Sedangkan untuk bibit yang akan dipindah tanam, terlebih
dahulu dicelupkan dalam larutan PGPR selama 10 menit,
selanjutnya siap untuk ditanam.

2. Trichoderma sp.
Trichoderma sp. adalah jenis cendawan yang tersebar luas di
tanah, dan mempunyai sifat mikoparasitik. Mikoparasitik adalah
kemampuan untuk menjadi parasit cendawan lain. Sifat inilah yang
dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenis-jenis
fitopatogen.

cendawan

Jamur pathogen tular tanah yaitu jamur yang bersumber dari


dalam tanah. Jamur ini umumnya menyebabkan akar tanaman/ umbi
menjadi busuk sehingga tanaman mati. Salah satu contoh manfaat
penggunaan biofungisida dengan bahan aktif Jamur Trichoderma sp.
Bibit atau isolat Trichoderma sp. yaitu berwarna hijau, dan
tumbuh disekitar perakaran. Cara kerja isolat Trichoderma sp.dalam
mengendalikan OPT adalah kompetisi dalam kelangsuan hidup dan
nutrusi, menghasilkan toksin dan menyerang langsung, dapat pula
mengendalikan OPT di bagian atas tanaman.
Teknik perbanyakan Trichoderma sp. yaitu dari isolat yang
berasal dari beras (satu kemasan untuk 50 batang), kemudian
melarutkan dalam 10 Liter air dengan cara dikocorkan satu gelas air
minerah untuk setiap tanaman. Satu tabung isolat dapat menjadi 25
bungkus dengan setiap bungkusnya kurang lebih satu ons. Media
perbanyakan mengandung karbohidrat tetapi tidak menyebabkan
bakteri. Dengan menggunakan beras lebih tahan lama atau dengan
tepung kaolin yang mengandung Ca karena harganya murah dan
massa jenisnya tidak terlalu berat. Mencuci beras sampai bersih
kemudian merendam selama satu malam dan ditiriskan. Setelah itu
membungkusnya dengan plastik tahan panas dan ditutup rapat.
Setelah semua selesai kemudian disterilkan.
Dalam perbanyakan Trichoderma sp. dapat bertahan
maksimal satu bulan apabila disimpan pada suhu kamar. Daya simpan
tidak tahan lama kecuali disimpan dalam lemari pendingin.

C. Identifikasi Penyakit
Penyebab munculnya penyakit tanaman secara garis besar dibagi
menjadi 3 golongan pathogen utama, yaitu jamur (cendawan), bakteri,
dan virus.
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu
sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit.
Berdasarkan peruubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit

tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan


hiperplastis.
Identifikasi penyakit dilakukan untuk mengetahui gejala visual
dan melihat sejarah tanaman baik dari cara budidayanya maupun sifat
yang dibawa, sehingga dapat segera melakukan pengendalian penyakit
dengan tepat.

V. KESIMPULAN
Dari kunjungan yang telah dilaksanakan
ke Laboratorium
Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Temanggung dapat disimpulakan :
1. Mikoriza dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman, serta fungsinya
dalam tanaman yaitu membantu penyerapan unsur hara tanaman,
peningkatan pertumbuhan dan hasil produk tanaman
2. PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobium) mempunyai fungsi dalam
memacu pertumbuhan sehingga mempengaruhi proses fisiologi.
Tricoderma sp. mempunyai fungsi dalam kegagalan pertumbuhan
tanaman.
3. Identifikasi penyakit dilakukan untuk mengetahui gejala visual dan
melihat sejarah tanaman baik dari cara budidayanya maupun sifat yang
dibawa.

DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos, C.J. dan Mimms, C.W. 1979. Introductory Mycology. John Wiley &
Sons.
Amalia, R. 2007. Pengaruh Perlakuan Benih Menggunakan Rizobakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman ( RPPT ) dan Pemupukan P terhadap
Pengendalian Penyakit Antraknosa, serta Pertumbuhan Cabai Merah
(Capsicum annuum L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 45 hal.
Bowen, G. D., and Rovira, A. D. 1999. The rhizosphere and its management to
improve plant growth. Adv. Agron. 66:1-102.
Brundrett, M. C., 2008. Mycorrhizas In Natural Ecosystems. Asv. Ecol. Res.
21:171-313.
Garg N, Chandel S. 2010. Arbuscular mycorrhizal networks: process and function.
A review. Agron Sustain Dev 30: 581-599.
Garrett, S.D. 1970. Cambridge at University Press. Cambridge.
Mikola, P., 1980. Tropical Mycorrhiza Research. Clarendon Press Oxford, New
York. p. 215.
Mosse, S., 1991. Vesicular Arbuscular Mycorizarescarh For Tropical Agriculture.
Ress. Bull
Pattimahu, D.V., 2004. Restorasi Lahan Kritis Pasca Tambang Sesuai Kaidah
Ekologi. Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana,
IPB. Bogor.
Rayburn, E.B. 1993. Plant Growth and Development as the Basis of Forage.
Simanungkalit, M. D. R., 1994. Potensi Mikoriza Vesikula Arbuskula Dalam
Peningkatan Produktifitas Tanaman Pangan. Laporan Program Pelatihan
Biologi dan Bioteknologi, Bogor.
Smith. S. E., and Read. D. J., 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Second Edition.
Academic Press. Harcourt Brace & Company Publisher, London. pp. 3279.
Suharno, Sufaati S. 2009. Efektivitas pemanfaatan pupuk biologi fungi mikoriza
arbuskular (FMA) terhadap pertumbuhan tanaman matoa (Pometia
pinnata Forst.). SAINS 9 (1): 81-36

LAMPIRAN
MIKORIZA

AGENS HAYATI

IDENTIFIKASI PENYAKIT

Anda mungkin juga menyukai