BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Deskripsi Proses Secara Umum
2. C2S
C2S berperan untuk kekuatan semen dengan waktu yang lama. Kandungan
C2S pada Semen Portland bervariasi antara 15% - 35% dan rata-rata 25%.
3. C3A
C3A bereaksi dengan air menimbulkan panas hidrasi yang tinggi yaitu
850 joule/gram. Perkembangan kekuatan terjadi pada satu sampai dua hari, tetapi
sangat rendah. Kandungan C3A pada Semen Portland bervariasi antara 7% - 15%.
4. C4AF
C4AF bereaksi dengan air cepat dan pasta terbentuk dalam beberapa
menit, menimbulkan panas hidrasi 420 joule/gram. Warna abu-abu pada semen
dipengaruhi oleh C4AF. Kandungan C4AF pada semen Portland bervariasi antara
5% - 10% dan rata-rata 8%.
Semen Portland terdiri dari beberapa tipe yaitu sebagai berikut:
a. Semen Portland Tipe I (Ordinary portland cement)
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap sulfat, hidrasi tinggi dan tidak memerlukan
ketahanan kekuatan awal tinggi. Semen tipe ini digunakan untuk konstruksi
seperti: gedung, jembatan, jalan raya, dan perumahan. Semen Portland Tipe I ini
memenuhi standar:
-
SNI 15-2049-2004
ASTM C 150-04
BS S 12-78/89/91
JIS R 520-1981
SNI 15-2049-2004
ASTM C 150-04
10
SNI 15-2049-2004
ASTM C 150-04
SNI 15-2049-2004
ASTM C 150-04
SNI 15-2049-2004
ASTM C 91-05 Type M
11
OWC karena dengan menambahkan zat aditif dapat digunakan untuk berbagai
tingkat kedalaman dan temperatur.
Semen ini telah memenuhi standar:
-
SNI 15-2049-2004
API Spec. 10A-2002
SNI 15-2049-2004
ASTM C 595-03
12
CaO
SiO 2+ Al 2O3+Fe 2 O3
(1)
13
3) kekuatan
Hydraulic Modulus yang rendah menyebabkan:
1) klinker mudah dibakar karena fluxing material berlebih.
2) kekuatan awal rendah.
3) kandungan C3S, C3A, C4AF turun
2. Silica Ratio (SR)
SR yaitu perbandingan antara SiO2 dengan total Al2O3 dan Fe2O3. Nilai SR
berkisar antara 1,9 3,2.
SR=
SiO 2
Al 2O 3+Fe 2O 3
(2)
SR yang tinggi menyebabkan:
1) klinker sulit dibakar, sehingga memerlukan suhu yang lebih tinggi.
2) komposisi C3A dan C4AF turun.
3) komposisi C2S dan C3S naik.
4) fase meningkat karena suhu tinggi sehingga dapat merusak coating.
5) merusak batu tahan api.
6) memperlambat pengerasan semen.
SR yang rendah menyebabkan:
1) klinker mudah dibakar.
2) komposisi C3A dan C4AF naik.
3) komposisi C2S dan C3S turun, sehingga burnability factor rendah.
4) mempercepat pengerasan semen.
3. Alumina Ratio (AR)
AR merupakan perbandingan antara Al2O3 dengan Fe2O3. Nilai AR
biasanya antara 1,5 - 2,5.
14
AR=
Al2 O3
Fe 2 O3
(3)
Alumina ratio yang tinggi menyebabkan:
1) klinker sulit dibakar, sehingga membutuhkan suhu yang lebih tinggi.
2) kadar C3A dan C4AF naik.
3) pengerasan semen cepat dan kekuatan awal tinggi.
Alumina ratio yang rendah menyebabkan:
1) klinker mudah dibakar.
2) kadar C4AF turun karena Al2O3 kurang.
3) terdapat sisa Fe2O3.
4) warna semen kurang gelap.
100 CaO
2,8 SiO 2+1,1 Al2 O3+ Fe 2O 3
(4)
Jika LSF < 89 menyebabkan terak mudah dibakar, kadar free lime rendah,
liquid fase berlebihan sehingga cenderung membentuk ring dan coating ashing,
potensial C3S rendah, C2S tinggi, dan panas hidrasi semen rendah. jika LSF > 98
menyebabkan terak sulit dibakar, kadar free lime tinggi, temperatur burning zone
15
tinggi, potensial kadar C3S tinggi, dan panas hidrasi tinggi. Nilai LSF standar
semen Portland antara 0,90 0,95.
C 3S
C 4 AF+C 3 A
(5)
(6)
(7)
16
17
18
3) Temperatur
4) Additive
Panas Hidrasi
Hidrasi merupakan reaksi eksotermis. Panas hidrasi merupakan panas
yang terjadi selama semen mengalami proses hidrasi. Pada komposisi kimia
semen yang menghasilkan panas hidrasi terbesar adalah C3A, sedangkan C2S
menghasilkan panas hidrasi yang terkecil (Tabel 2.1). Panas hidrasi yang terlalu
tinggi akan menimbulkan keretakan pada beton. Hal ini disebabkan panas yang
timbul sulit dilepaskan dan terjadi pemuaian, kemudian pada proses pendinginan
akan mengalami keretakan yang diakibatkan oleh adanya penyusutan. Tabel 2.2
menunjukkan perbandingan panas hidrasi yang ditumbulkan dari semen portland
dan semen pozzolan.
Tabel 2.1 Panas Hidrasi Komponen dalam semen
Komponen
Panas Hidrasi
C3S
C2S
C3A
C4AF
CaO
MgO
(J/kg)
500
250
1340
420
1150
840
Sumber: (Loscher and Kropp, 1986)
Panas Hidrasi
(J/kg)
Semen Portland 375-525
Semen Pozzolan 315-420
Sumber: (Loscher and Kropp, 1986)
2.5 Bahan Baku Pembuatan Semen
19
Fasa
Warna
Kadar air
Bulk density
: padat
: putih kekuningan
: 3%
: 1378 g/l (kasar), 1360 g/l (sedang), 1592 g/l
(halus)
Ukuran material
: 60 mm
Silica Modulus
: 3,21
Alumina modulus
: 1,44
Lime saturation factor: 279,3
Komposisi kimia yang terkandung didalam batu kapur:
SiO2
: 5,88 %
20
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
: 1,08 %
: 0,75%
: 50,9%
: 0,7%
Fasa
Warna
Bulk Density
Ukuran Material
Silica Modulus
Alumina Modulus
Lime Saturation Factor
: padat
: Cokelat Kemerahan
: 1210 g/l (kasar), 1216 g/l (halus)
: 60 mm
: 3,64
: 2,073
: 0,88
21
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
: 1,05%
: 68,76%
: 12,75%
: 6,15%
: 1,05%
Fasa
Warna
Bulk Density
Silica Modulus
Alumina Modulus
Lime Saturation Factor
: Padat
: Cokelat
: 750 g/l
: 0,91
: 3,017
: 0,3998
: 42,33 %
22
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
H2O
: 29,78%
: 11,65%
: 0,06%
: 0,22%
: 34,90%
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
: 26,48%
: 9,97%
: 59,79%
: 5,63%
: 2,75%
23
Fasa
Warna
Kemurnian
Ukuran
Bulk Density
Tinggi diatas ayakan
: Padat
: Putih keabuan
: Minimal 91%
: Maksimal 3 inch
: 1681,7 g/l (kasar), 1347 g/l (gembur)
: Minimal 25%
CaSO4
H2O
NaCl
SO3
MgO
CaO
CaSO4.2 H2O
: 2,88%
: 0,58%
: 0,006%
: 43,92%
: 1,29%
: 31,96%
: 91,35% (kemurnian gypsum)
b. Pozzolan
Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika reaktif, pozzolan ini
tidak mempunyai sifat seperti semen dengan bentuknya yang halus dan dengan
24
adanya air. Maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan
kalsium hidroksida dan membentuk senyawa kalsium aluminat hidrat yang
mempunyai sifat seperti semen.
H2O
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
: 16,95%
: 71,62%
: 17,29%
: 1,46%
: 0,37%
: 0,59%
H2O
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
CaO
: 46,52%
: 12,92%
: 21,35%
: 0,91%
: 29,66%
: 7,30%
25
26
27
28
29
Gambar 2.12
Electro Static
Precipitator
30
31
32
33
Ga
mbar 2.18 Coal mill dan cariolis
b. Proses Pemanasan Awal (Suspension Preheater)
Suspension preheater mempunyai fungsi utama sebagai tempat pemanasan
awal sehingga pemanasan selanjutnya dalam kiln lebih
mudah. Suspension
Suhu
310-400 C
500-650 C
700-820 C
850-900 C
Sumber: CCR Indarung V, 2016
34
panas dari kiln dan grate cooler yang dihisap dengan menggunakan ID Fan
melalui bagian bawah suspension preheater (kalsiner). Selain itu, panas juga
dihasilkan dari pembakaran batu bara pada kalsiner. Suspension preheater tersebut
terdiri dari dua bagian yaitu ILC dan SLC. Masing-masing bagian tersebut terdiri
dari 4 buah cyclone separator dan sebuah kalsiner.
Suspension Preheater mempunyai bagian-bagian yaitu:
1. Cyclone
Cyclone adalah sebuah alat yang terdapat di pabrik Indarung V yang
berfungsi sebagai pemisah material dengan material dengan gas pembawanya.
Selain itu sebagai pembagi string A dan string B.
2. Calciner
Calciner mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya proses kalsinasi.
Proses kalsinasi adalah proses pembentukan CaO dan MgO serta penguraian CO2.
Material masuk ke bagian Riser Duct I dengan bantuan bucket elevator
karena pengaruh dari arus udara pemanas, maka material tersebut terbawa ke atas
dan masuk ke cyclone I. Dalam cyclone I, material akan terpisah dari udara
pemanas, kemudian jatuh ke Riser Duct II. Dari Riser Duct II, material terbawa
keatas oleh udara dan masuk ke Cyclone II. Dan seterusnya, sampai pada akhirnya
material masuk Cyclone IV dan siap diumpankan ke kiln. Di stage 4 ILC terdapat
gate yang dapat mengatur arus keluar ILC langsung masuk kiln atau SLC terlebih
dahulu. Pada saat start up, unit ILC dioperasikan terlebih dahulu (dengan bahan
bakar solar). Baru setelah ILC stabil, SLC mulai dioperasikan. Pada kondisi start
up, material keluar ILC akan langsung dimasukkan kiln. Setelah steady state,
material keluar SLC akan dialirkan ke ILC untuk dikalsinasi lanjut, dan
selanjutnya masuk sebagai umpan kiln. Dalam suspension preheater, air bebas
serta air hidrat yang terdapat pada tanah liat mengalami penguapan. Deskripsi
prosesnya adalah sebagai berikut:
35
H2O
H2O
T=100C
Pada temperatur 500C terjadi pelepasan air hidrat pada tanah liat
Al2O3xH2O
Al2O3 + xH2O
T=500C
SiO2xH2O
SiO2 + xH2O
T=500C
CaO + CO2
T=700C - 900C
MgCO3
MgO + CO2
T=700C - 900C
36
CaO + CO2
T=900C - 1100C
MgCO3
MgO + CO2
T=900C - 1100C
2CaO + SiO2
2CaO.SiO2
T=900C - 1100C
CaO.Al2O3
T=1100C - 1250C
2CaO + CaO.Al2O3
3CaO.Al2O3
T=1100C - 1250C
37
2CaO.SiO2
T=800C - 900C
2CaO + CaO.Al2O3
3CaO.Al2O3
T=1100C - 1250C
4CaO.Al2O3.Fe2O3
T=1100C - 1250C
CaO + 2CaO.SiO2
3CaO.SiO2
T=1250C - 1400C
terjadi diakhir kiln. Senyawa C2A tidak stabil yang terdapat dalam klinker akan
berubah menjadi C3A. Selain itu, ada yang bergabung dengan CaO bebas yang
tidak membentuk C2S dan ada juga yang bergabung dengan CaO dari mineral
C3S yang cenderung melepaskan CaO selama pendinginan dan kembali menjadi
C2S. Sebanyak 28% mineral C3A terbentuk di dalam cooling zone kiln dan
didalam grate cooler. Selain itu, di daerah ini campuran kalsium alumina ferrit
yang berbentuk cairan, mengalami perubahan fisis menjadi kristal. Untuk
pembangkit panas pada rotary kiln, digunakan batu bara sebagai bahan bakar
dalam burner. Sedangkan untuk operasi start up kiln, digunakan Industrial Diesel
38
Oil (IDO) sebagai bahan bakar sementara. Pemasok oksigen menggunakan dua
sumber yaitu udara primer (udara luar) dan udara sekunder (berasal dari grate
cooler).
Material yang keluar dari pemijaran mempunyai suhu 1250C akan
mengalami pendinginan di dalam alat yang terpasang di sekeliling Kiln pada
bagian belakang yang disebut dengan Cooler. Jenis Cooler yang digunakan oleh
pabrik Indarung V adalah grate cooler. Beberapa penjelasan mengenai grate
cooler:
Prinsip kerjanya adalah perpindahan panas antara klinker dengan udara secara
cross-current, udara pendingin masuk dari arah bawah tumpukan klinker bed,
kemudian udara pendingin ini digunakan untuk pembakaran di kiln dan
calciner.
Biasanya grate cooler dalam pengontrolan dibagi 3 grate, grate 1 yang paling
ketat pengontrolannya karena merupakan daerah jatuhan pertama klinker dari
kiln dan merupakan patokan keberhasilan pendinginan grate berikutnya. Grate
cooler desain terbaru akan mengutamakan pada pemanfaatan panas setinggi
mungkin pada grate 1 dengan pembagian pengaturan flow udara (constant flow)
yang bergantung pada ukuran klinker yang didinginkan (ditujukkan oleh
differential pressure) karena klinker yang jatuh dari kiln terpisahkan
berdasarkan ukuran dan berat akibat putaran klinker.
Jumlah aliran udara pendingin melebihi udara pembakaran yang dibutuhkan,
sehingga ada udara yang terbuang ke lingkungan (waste air).
Temperatur udara untuk pembakaran sangat tinggi, mencapai >1000C. Mampu
mendinginkan klinker pada kapasitas produksi tinggi, saat ini mencapai 10.000
ton/hari.
Setelah klinker didinginkan didalam grate cooler, klinker dingin akan
disimpan kedalam silo penyimpanan klinker melalui appron conveyor. Silo yang
digunakan untuk menyimpan klinker adalah dome silo dengan kapasitas 110.000
ton.
39
40
41
Diameter
Distribusi
t
I
(mm)
70
(%)
37,9
60
28,0
50
21,1
40
13,1
30
20,3
25
38,0
20
41,7
II
Hasil penggilingan kemudian keluar dari mill dan dibawa oleh bucket
elevator dan air slide untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam separator.
Sedangkan gas dari cement mill yang ditarik dari fan masuk ke Electro Static
Precipitator dan gas dibuang menuju cerobong. Debu yang tertangkap ESP
ditransportasikan oleh screw conveyor ke air slide. Separator yang digunakan di
Indarung V adalah berjenis sepax separator. Produk separator yang kasar (tailing)
kemudian dibalikkan seluruhnya ke dalam kompartmen I mill melalui air slide.
Fineness produk separator kemudian ditransport oleh air slide kemudian
dilanjutkan oleh belt conveyor menuju ke silo semen, seperti yang ditunjukkan
Gambar 2.21
42
43
telah selesai dikantongkan akan disalurkan dengan belt conveyor dan diteruskan
oleh boumer. Boumer adalah alat untuk membawa semen ke truk.