TUGAS 4
KELAS
:D
KELOMPOK
:2
FARMASI 2012
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan fingerprint dan penetapan kadar senyawa
marker dalam ekstrak.
2. PRINSIP TEORI
A. Tanaman (Kaempferia galanga)
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Kaempferia
Spesies
: Kaempferia galanga
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang
tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman
ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
Terdapat pula kerabat dekat kencur yang biasa ditanam dipekarangan sebagai tanaman
obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), namun mudah dibedakan dari daunnya.
Kencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau
pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun
kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh
menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk
dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum)
berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan.
Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam
pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah
ternaungi.
B. Ekstrak Etil Para Metoksi Sinamat / EPMS
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur
(Kaempferia galanga L). EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang
mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya
fingerprint
kandungan kimia suatu tanaman merupakan salah satu metode untuk menjamin
integritas, kesamaan, dan perbedaan kandungan kimia dari suatu tanaman.
Kromatografi fingerprint merupakan analisis semikuantitatif dari ekstrak tanaman
dan mampu nelakukan penggambaran secara sistematis semua konstituen yang ada
didalam tanaman. Dapat juga diartikan kromatografi fingerprint merupakan pola
kromatografi baik segi farmakologi secara aktif dari suatu tanaman atau karakteristik
kimiawi yang ada pada ekstrak. Kromatografi fingerprint dapat menggambarkan
kesamaan dan perbedaan yang ada pada suatu ekstrak tanaman dan variasi tanaman
dan identifikasi keaslian dari suatu tanaman dapat dilakukan secara akurat.
Metode fingerprint dilakukan dengan melakukan analisis kromatogram dari suatu
spesies tanaman yang aktif secara farmakologis atau hanya melakukan rerata intensitas
puncak puncak kromatogram dari minimal tiga daerah penghasil spesies tanaman
obat tanpa memperhatikan aspek farmakologis yang ditunjukkan untuk kontrol
kualitas saja.
Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian
kandungan tumbuhan atau bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik
tersebut. Keempat teknik Kromatografi tersebut yaitu kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi.
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis adalah yang
paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi karena hanya memerlukan
investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah
cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta
penanganannya sederhana.
KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya dengan menggunakan
densitometer sebagai alat pelacakbila cara penotolanya dilakukan secara kuantitatif.
Prinsip kerja dari densitometer adalah adanya pelacakan pada panjang gelombang
maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau pelacakan densitometer
ada dua metode yaitu dengan cara memanjang dan sistem zig-zag. Pada umumnya
lebih banyak digunakan metode zig-zag karena pengukuranya lebih merata serta
Etil
Para
Metoksi
Sinamat (EPMS)
N-Heksana
Etil asetat
Asam Formiat
Etanol 96%
4.
5.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
TLC scanner
Lempeng KLT
Labu ukur 5.0mL, 10.0mL
Pipet mikro
Cawan timbang
Vial tertutup
Gelas kur
Batang pengaduk
6.
7. PROSEDUR KERJA
1) Pembuatan Eluen / Fase Gerak
8. Eluen yang digunakan adalah n-heksana:etil asetat:asam formiat (90:10:1). Buatlah
eluen sebanyak 101 mL. Masukkan ke dalam chamber. Homogenkan di dalam
chamber dengan cara digoyang-goyang. Apabila volume eluen terlalu banyak, maka
dikurangi. Jangan sampai totolan awal pada lempeng KLT tercelup di dalam eluen.
9.
2) Pembuatan Larutan Baku
A. Larutan baku induk 5.000 ppm
10. Ditimbang standar EPMS dengan seksama sebanyak 50.0 mg, ditambah
dengan 5 mL etanol 96%, diultrasonik selama 5 menit kemudian ditambah dengan
etanol 96% sampai tepat 10,0 mL.
11.
12.
B. Larutan baku kerja
13.
Baku induk
400 ppm
BK1
= dipipet 5.0 m + etanol 96% ad 10.0 ml
= 5/10 x 400 =
200 ppm
B. BK5 = dipipet 3.0 ml + etanol 96% ad 10.0 ml
= 3/10 x 2000 = 600 ppm
BK2 = dipipet 5.0 ml + etanol 96% ad 10.0 ml
= 5/10 x 600 =
300 ppm
14.
3) Preparasi Sampel
A. Sampel untuk penetapan kadar
Ditimbang sampel 20.0 mg untuk menentukan kadar EPMS.
Sampel dilarutkan dalam 2 ml etanol dengan labu ukur 5 ml lalu diultrasonik
selama 5 menit, ditambah etanol ad 5.0 ml.
Diambil 1 ml dan ditambah etanol 2 ml pada vial.
Totolkan pada plat sebanyak 5 l
B. Sampel untuk penentuan recovery
Ditimbang sampel 20.0 mg untuk menentukan kadar EPMS.
Sampel dilarutkan dalam 2 ml etanol dengan labu ukur 5 ml lalu diultrasonik
selama 5 menit.
Ditambah EPMS 5000 ppm sebanyak 100.0 l, ditambah etanol ad 5 ml.
Diambil 1 ml dan ditambah etanol 2 ml pada vial.
Totolkan pada plat sebanyak 5 l
15.
4) Pengamatan / Identifikasi
A. Penentuan panjang gelombang maksimum
16. Lempeng KLT yang sudah di-scan pada panjang gelombang 254 dan 365 nm,
kemudian di-scan pada panjang gelombang 200-400 nm. Dari sini dapat diketahui
pada panjang gelombang berapa EPMS memberikan absorbanmaksimum.Panjang
gelombang maksimum tersebut yang akan digunakan untuk pengukuran.
17.
18.
B. Penentuan linieritas
19. Linearitas menentukan dari larutan standart EPMS pada lempeng KLT,
kemudian dianalisis dengan menggunakan KLT-densitometer pada panjang
gelombang maksimum. Dihitung berapa regresi linear antara kadar dan luas area
noda.
C. Penentuan presisi
20. Untuk menghitung presisi, ditotolkan sampel masing-masing 2uL dan larutan
standar EPMS masing-masing 2 uL pada lempeng KLT.Lempeng ini kemudian
recovery =
23. CT
24. Cp
25. Cst
26. Hasil yang telah diperoleh kemudian dihitung standar deviasi (SD) dan
kefisien variasinya (KV).
27.
28. PENIMBANGAN
1.
4. Berat
2. Jenis bahan
3. Berat
ditimbang
wadah
wadah
5. Berat
bahan
bahan
6.
1.
11.
2.
16.
3.
21.
4.
26.
5.
31.
6.
36.
7.
29.
7. standar EPMS
12. sampel I
17. sampel II
22. sampel III
27. recovery I
32. recovery II
37. recovery III
10. 0.0513
8.
9.
13. 12.846
14. 12.867
8g
7g
18. 12.846
19. 12.867
g
15. 0.0209
g
20. 0.0211
3g
4g
23. 12.846
24. 12.867
25. 0.0212
6g
28. 12.847
8g
29. 12.869
g
30. 0.0220
3g
33. 12.848
3g
34. 12.870
g
35. 0.0220
6g
6g
38. 12.848
39. 12.870
9g
9g
g
40. 0.0220
30.
31. PEMBAHASAN
(1) Perhitungan Baku Induk, Baku Kerja
32.
Baku induk
410.4 ppm
BK1
= dipipet 5.0 m + etanol 96% ad 10.0 ml
= 5/10 x 410.4 =
205.2 ppm
B. BK5 = dipipet 3.0 ml + etanol 96% ad 10.0 ml
= 3/10 x 2052 = 615.6 ppm
BK2 = dipipet 5.0 ml + etanol 96% ad 10.0 ml
= 5/10 x 615.6 =
307.8 ppm
33.
34. PPM
35. dalam 5l
36. area
37. mg/L
38.
39.
40. g/mL
41.
42.
43. g/1000L
44. g/1000L x 5 L
45.
46. 205.2
47. 1.026
49. 307.8
50. 1.539
51. 13868.3
52. 410.4
53. 2.052
54. -
55. 513
56. 2.565
57. 22937.3
58. 615.6
59. 3.078
60. 22842.4
61. 820.8
62. 4.104
64. A
63. 34310.1
= 1888.47
65. B
= 7655.88
66. r
= 0.9763
68. dalam 5L
69. mg
70. S1 = 23629.7
71. 2.8398
72. 8.5194
73. S2 = 17993.9
74. 2.1037
75. 6.3110
76. S3 = 22244.4
77. 2.6589
78. 7.9766
79.
80.
81.
82. R1 = 13559.5
83. 1.5245
84. 4.5734
85. R2 = 23804.0
86. 2.8626
87. 8.5877
88. R3 = 28448.1
91.
92.
89. 3.4692
dalam 5L
93.
mg
90. 10.4075
= (area sampel - A) / B
=
94.
(2) Penetapan Kadar
95.
96.
total ekstrak
97.
98.
99.
= 53.03 g
% ekstrak kencur
100.
= 15.00 g
ekstrak kencur
x 100
total ekstrak
38.03 g
x 100
53.03 g
= 71.71 %
101.
a) kadar ekstrak dalam penimbangan
102.
103.
104.
S1
= 71.71% x 0.0209 g
=
0.0150
g
106.
107.
S2
14.99 mg
105.
= 71.71% x 0.0211 g
=
0.0151
g
15.13 mg
108.
109.
S3
110.
= 71.71% x 0.0212 g
= 0.0152 g
15.20 mg
111.
b) kadar EPMS dalam ekstrak
kadar diperoleh
x 100
kadar ditimbang
112.
113.
S1
8.5194 mg
x 100
14.99 mg
114.
115.
116.
S2
6.3110 mg
x 100
15.13 mg
direject
= 56.83%
117.
41.71%
118.
S2
119.
7.9766 mg
x 100
15.20 mg
= 52.48%
120.
121.
Kadar rata-rata
= 54.65%
122.
SD
= 3.07
123.
KV
= 5.63
0.0220 g
130.
12.023 mg
131.
= 54.65% x
132.
= 0.0120 g
0.0220 g
133.
R2
12.023 mg
134.
= 54.65% x
= 0.0120 g
135.
136.
R3
= 54.65% x 0.0220 g
= 0.0120 g
12.023 mg
137.
b) % recovery
138.
139.
kadar diperoleh
x 100
( EPMS dalam sampel+ EPMS ditambahkan )
R1
140.
141.
R2
142.
143.
144.
R3
4.5734 mg
x 100
( 12.023 mg+0.513 mg )
4.5734 mg
x 100
( 12.536 mg )
8.5877 mg
x 100
( 12.023 mg+0.513 mg )
8.5877 mg
x 100
( 12.536 mg )
10.4075 mg
x 100
( 12.023 mg+0.513 mg )
10.4075 mg
x 100
( 12.536 mg )
145.
146. recovery rata-rata
147. SD
148. KV
149.
150.
Kadar EPMS
= 36.48%
= 68.50%
= 83.02%
= 62.67%
= 23.81
= 38.00
dalam ekstrak bervariasi dari ketiga replikasi, hal ini
menunjukkan bahwa homogenitas ekstrak sangat rendah dan perlakuan praktikan pada
proses pengenceran mempengaruhi keseragaman kandungan EPMS dalam ekstrak.
Kadar EPMS standar adalah
kelompok kami memenuhi syarat namun dengan homogenitas yang sangat rendah.
Kadar EPMS dalam ekstrak kelompok kami adalah 54.65 %, tingginya niai kadar
tersebut dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang dipilih sebelumnya, pelarutan
menggunakan ultrasonic sangat baik terkait kandungan yang terlarut akan semakin
banyak pula.
151.
Kadar recovery EPMS dalam ekstrak bervariasi pula dari ketiga
replikasi, hal tersebut menunjukkan bahwa ketepatan penambahan EPMS sangat
kurang. Dapat terjadi bila EPMS yang ditambahkan tidak langsung bercampur dengan
larutan melainkan menyentuh dinding sehingga tidak dapat dihomogenkan bersama
dengan larutan ekstrak yang akan ditotol, hal ini sangat berpengaruh terhadap kadar
EPMS yang terukur dalam densitometer.
152.
153.
KESIMPULAN
154.
Kadar rata-rata
SD
KV
155.
156.
Recovery rata-rata
SD
KV
= 62.67%
= 23.81
= 38.00
157.
158. PUSTAKA
159.
Wikipedia. Kencur/Wikipedia/bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas diakses 24
September 2015
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.