Anda di halaman 1dari 41

Laporan

KELUARGA BINAAN
REHABILITASI PASCA STROKE

Oleh:
Nur Diana

06120043

Prima

07120115

Septry Larissa

07120118

Preseptor:
dr. Yusri Dianne J, SpA (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS


PADANG
2013

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1

Defenisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tandatanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.1

1.2

Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :1,2
1. Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik

Perdarahan intra serebral

Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid)

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

Stroke akibat trombosis serebrio

Emboli serebri

Hipoperfusi sistemik

2. Berdasarkan waktu terjadinya


a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke
d. Completed stroke

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler


a.

Sistem karotis

Motorik : hemiparese kontralateral, disartria

Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia

Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks

Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia

b.

1.3

Sistem vertebrobasiler

Motorik : hemiparese alternans, disartria

Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia

Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia

Stroke Hemoragik
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan
struktur otak dan juga oleh hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan
sekitarnya. Peningkatan tekanan intracranial pada gilirannya akan menimbulkan
herniasi jaringan otak dan menekan batang otak.2
Etiologi dari stroke hemoragik :
1)

Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri
dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.3
Gejala klinis :

Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan


aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan
tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori,
bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.

Penurunan

kesadaran

yang

berat

sampai

koma

disertai

hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.

Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks


pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi

Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya


papiledema dan perdarahan subhialoid.

2)

Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di
ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.3
Gejala klinis :

Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,


berlangsung dalam 1 2 detik sampai 1 menit.

Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang,


gelisah dan kejang.

Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam


beberapa menit sampai beberapa jam.

Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen

Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala


karakteristik perdarahan subarakhnoid.

Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau


hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan
pernafasan.2

1.4

Stroke Non-Hemoragik
Iskemia jaringan otak timbul akibat sumbatan pada pembuluh darah servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis,
emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik.2

Aterotrombosis terjadi pada arteri-arteri besar dari daerah kepala dan leher
dan dapat juga mengenai pembuluh arteri kecil atau percabangannya. Trombus yang
terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik
sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan.
Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang
terkena.2

1.5

Faktor Risiko Stroke


Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor
risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung
(fibrilasi atrium), diabetes melitus, merokok, konsumsi alkohol, hiperlipidemia,
kurang aktifitas, dan stenosis arteri karotis. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, dan faktor genetik.2,4
Menurut The seventh report of the joint national commite on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC 7), klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat.2
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan darah

Tekanan darah sistolik

Normal

1.6

Tekanan darah diastolik

< 120

Dan

< 80

Prahipertensi

120-139

Atau

80-89

hipertensi derajat 1

140-159

Atau

90-99

hipertensi derajat 2

160

Atau

100

Pencegahan Sekunder Stroke Sistemik


Pengendalian faktor risiko yang tidak dapt dimodifikasi bersifat tidak dapat
dirubah dan dapat dipakai sebagai penanda (marker)stroke pada seseorang.
Pengendalian faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah berikut ini.2
A. Pengendalian Faktor Risiko

1.
a.

Hipertensi
Penurunan tekanan darah direkomendaasikan baik untuk pencegahan stroke
ulang maupun pada penderita dengan komplikasi vaskuler lainnya yang
pernah mendapat serangan stroke iskemik maupun TIA sebelum 24 jam
pertama.

b.

Oleh karena manfaat ini diperoleh pada orang-orang yang telah diketahui
hipertensi sebelumnya maupun tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya,
rekomendasi ini dapat digunakan oleh semua pasien dengan stroke iskemik
dan TIA yang memenuhi syarat untuk penurunan tekanan darah.

c.

Target penurunan tekanan darah yang absolut tidak dapat dipastikan dan
tergantung pada keadaan setiap pasien, tetapi manfaatnya terlihat jika
penurunan rata-rata sekitar 10/5 mmHg, dengan tekanan darah normal
didefinisikan <120/80 mmHg oleh JNC VII.

d.

Beberapa modifikasi gaya hidup telah dibuktikan mengurangi tekanan darah


dan merupakan bagian dari pengobatan komprehensif antihipertensi. Yang
termasuk modifikasi gaya hidup ini adalah pembatasan asupan garam;
penurunan berat badan; diit dengan kaya buah-buahan, sayuran dan low fat
dairy products; senam aerobic yang regular; dan pembatasan konsumsi
alcohol.
Keterangan : yang dilakukan di Indonesia adalah olahraga teratur, dan tidak
minum alcohol sama sekali.

e.

Pemberian obat dengan dosis yang optimal untuk mencapai tingkat tekanan
darah yang direkomendasikan masih tidak pasti karena pengetahuan tentang
perbandingan yang langsung tentang obat-obatan tersebut masih terbatas.
Data yang ada menunjukkan bahwa diuretika atau kombinasi diuretika
dengan ACEI menunjukkan manfaat.

f.

Pilihan obat yang spesifik dan targetnya dipilih secara orang per orang
berdasarkan

efek

secara

mekanisme

farmakologi

dengan

mempertimbangkan karakteristik dari pasien yang spesifik, dimana


dikaitkan dengan obat yang spesifik, dan memberikan efek terhadap
pengobatan sesuai dengan indikasinya (contoh penyakit pembuluh darah
ekstrakranial, gangguan ginjal, penyakit jantung dan diabetes).
6

2.

Diabetes
Penggunaan dari guideline yang telah ada untuk kontrol gula darah dan
sasaran

tingkat

tekanan

darah

pada

penderita

dengan

diabetes

direkomendasikan untuk penderita yang pernah menderita stroke atau TIA.


Rekomendasi ESO 2008 mengenai diabetes mellitus adalah berikut ini:
a.

Gula darah diperiksa secara teratur. Direkomendasikan bahwa diabetes


ditangani dengan modifikasi gaya hidup dan secara individu diberikan
terapi farmakologi.

b.

Pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang tidak dibutuhkan insulin,


pegobatan dengan pioglitazon direkomendasikan sesudah stroke secara
prospektif, double-blind PROactive trial randomised dari 5238 pasien
DM Tipe 2dan riwayat dari penyakit makrovasluler pada pioglitazon atau
placebo.

3.

Lipid
a. Pengobatan

statin

dengan

efek

penurunan

lipid

yang

efektif

direkomendasikan untuk mengurangi risiko stroke dan penyakit


kardiovaskuler untuk pasien yang menderita stroke iskemik dan TIA
yang juga disertai arterosklerosis, Low Density Lipoprotein Cholesterol
(LDL C) 100mg/dl, dan tanpa menderita penyakit jantung koroner.
b. Untuk pasien dengan stroke iskemik aterosklerosis atau TIA tanpa
penyakit jantung koroner, target prnurunan LDL C sekurang-kurangnya
50% atau sasaran tingkat LDL C <70mg/dl untuk mencapai manfaat yang
optimum.
c. Pasien dengan stroke iskemik atau TIA disertai peninggian kadar
kolesterol atau menderita penyakit jantung koroner harus ditanggulangi
sesuai dengan guideline NCEP III, termasuk didalamnya modifikasi gaya
hidup, tuntutan diit dan obat-obat yang direkomendasikan.
d. Pasien dengan stroke iskemik atau TIA dengan High Density Lipoprotein
Cholesterol (HDL C) rendah dapat dipertimbangkan pengobatan dengan
niasin atau gemfibrozil.

e. Terapi dengan statin direkomendasikan pada subyek dengan stroke non


kardioemboli.
B. Modifikasi Gaya Hidup
1.

Merokok
a. Penyedia pelayanan kesehatan sebaiknya memberikan nasehat kepada
setiap pasien dengan stroke atau TIA dengan riwayat merokok untuk
segera berhenti merokok.
b. Memberikan nasehat untuk menghindari ligkungan perokok (perokok
pasif)
c. Konseling mengenai produk nikotin dan dapat memberikan obat oral
untuk menghentikan kebiasaan merokok sebagai upaya efektif untuk
membantu perokok berhenti merokok.

2.

Konsumsi Alkohol
a.

Pasien dengan stroke iskemik atau TIA yang menjadi peminum alcohol
berat harus menghentikan atau mengurangi konsumsi alcohol

b.
3.

Konsumsi alcohol tidak dianjurkan

Aktivitas Fisik
a. Untuk pasien dengan stroke iskemik atau TIA yang masih dapat
melakukan aktivitas fisik, setidaknya 30 menit latihan fisik dengan
intensitas sedang (berjalan cepat, menggunakan sepeda statis) dapat
dipertimbangkan menurunkan faktor risiko dan kondisi komorbid yang
meningkatkan

kemungkinan

stroke

berulang.

Intensitas

sedang

didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup berarti hingga


berkeringat atau meningkatkan denyut jantung, 1-3 kali perminggu.
b. Bagi individu dengan disabilitas setelah stroke iskemik, pengawaasan
oleh tenaga kesehatan profesional seperti fisioterapis atau rehabilitasi
kardiovaskuler berupa paket latihan fisik dapat dipertimbangkan.

1.7

Rehabilitasi Penderita Gangguan Peredaran Darah Otak


Rumusan

Departemen

Kesehatan

tentang rehabilitasi

adalah proses

pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha
mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk
suatu kehidupan yang penuh sesuai kemampuan yang ada padanya 1.
Pelayanan rehabilitasi medic berbeda dengan pelayanan kesehatan medic
lainnya, yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin: 1

Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim.

Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, latihan buang air


besar/buang air kecil, aktivitas sehari-hari, mobilisasi bersama fisioterapi dan
terapis okupasional di bangsal.

Fisioterapis, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik yang


mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara individu
sesuai keadaan pasien.

Terapis okupasional, dapat memberi alat penyesuaian, alat pelindung atau alat
bantu yang dibutuhkan.

Pekerja sosial medik (PSM), mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita


dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber daya
yang dipunyainya.

Speech therapist (ST) atau terapi wicara, mengevaluasi problem komunikasi.

Psikolog, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasuk


keluarganya.

Penderita dan keluarganya, diskusi yang memadai mengenai penyakit dan deficit
neurologic adalah penting untuk mengetahui gangguan fungsional yang
sebenarnya.

A.

Tahap Rehabilitasi 1
Rehabilitasi Stadium Akut
Sejak awal tim rehabilitasi medic telah diikutkan, terutama untuk
mobilisasi. Programnya segera dijalankan oleh tim, biasanya latihanaktif dimulai
9

sesudah prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah serangan, kecuali pada perdarahan.
Sejak awal ST diikutsertakan untuk melatih otot-otot menelan yang biasanya
terganggu pada stadium akut, apalagi kalau ada kesulitan bicara. Psikolog dan
PSM untuk mengevaluasi status psikis, dan membantu kesulitan keluarga.
Rehabilitasi Stadium Subakut
Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai menunjukkan
tanda-tanda depresi, fungsi bahasa dapat lebih terperinci. Pada pasca GPDO pola
kelemahan ototnya menimbulkan apa yang disebut hemiplegic posture. Kita
berusaha mencegahnya dengan cara pengaturan posisi, stimulasi sesuai kondisi
pasien.
Rehabilitasi Stadium Kronik
Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, di mana terapi ini biasanya
sudah dapat dimulai pada akhir stadium subakut. Keluarga penderita lebih banyak
dilibatkan, PSM dan psikolog harus lebih aktif.
B.

Terapi Pengembangan Saraf (TPS)1


Di rumah-rumah sakit dan pusat rehabilitasi di Eropa Barat terutama
dipakai konsep TPS untuk penanganan pasien GPDO. Karena metode TPS dapat
dipakai untuk semua penderita lumpuh separuh mulai dari yang akut, pasien tirah
baring di tempat tidur dan dapat berfungsi secara mandiri.
Akibat GPDO bukan mengenai gangguan gerakan saja melainkan lebih
kompleks. Pada penanganan pasien GPDO, kita harus memperhitungkan fungsifungsi yang lebih tinggi seperti:

Problem bahasa

Gangguan koordinasi

Gangguan perasaan

Problem melakukan sesuatu dengan baik

Problem emosi

Gangguan daya ingat

10

Konsep TPS dengan memperhatikan gejala-gejala yang dikemukakan,


mencoba mendekati pasien GPDO secara keseluruhan, mengantisipasi dan
mencegah sikap dan gerakan yang abnormal supaya pasien bisa berfungsi
seoptimal mungkin.
Titik awal penanganan pasien GPDO menurut konsep TPS adalah:
1.

Simetris dalam sikap dan gerakan. TPS tidak menangani hanya sisi yang
terkena saja, tetapi melaksanakan melalui kerjasama yang serentak dari sisi
yang sakit dan yang sehat, dan memperbaiki gerakan dari sisi yang sakit.

2.

Seaktif mungkin mengikutsertakan sisi yang sakit pada segala kegiatan.


Pemakaian dari sisi yang sakit menghasilkan masukan sensorik yang besar
(timbulnya rangsangan sensorik), sehingga saraf pada sisi yang sakit tetap
siaga dan memungkinkan kesembuhan yang lebih baik. Penelantaran sisi
yang sakit, memberi hasil yang buruk apabila kesembuhan mulai
berlangsung,. Makin sigap sisi yang sakit, makin baik kemungkinan
penyembuhan.

3.

Pemakaian gerakan-gerakan kegiatan sehari-hari dalam terapi. Latihan


dari gerakan-gerakan yang berguna seperti berpakaian, makan, menulis, dll
memberikan motivasi yang lebih baik dan karena itu hasilnya lebih baik
daripada berlatih dengan gerakan-gerakan yang tampaknya tidak bertujuan
seperti mengangkat tangan atau membengkokkan lutut.

4.

Konsekuensi selama penanganan. Keterangan dan susunan dalam sebuah


penanganan dan tidak berubahnya syarat-syarat tertentu seperti susunan
dalam ruang perawatan dan urutan dalam penanganan yang aman
menimbulkan rasa aman dan santai untuk pasien GPDO, sehingga pasien itu
akan lebih bisa berlatih. Paling baik kalau tim yang menangani bersifat tetap
demi untuk rasa aman pasien.
Pada garis besarnya terapi pada pasien GPDO dibagi dua yaitu: fase

flaksid dan fase spastik. Terapi pada masing-masing fase tidak terpisah melainkan
merupakan suatu kesatuan. Terapi fase flaksid merupakan persiapan pada fase
spastic. Setiap posisi atau gerak dari pasien harus selalu berada dalam lingkup
pola penyembuhan atau berlawanan dengan pola spastisitas yang timbul

11

kemudian. Posisi dan latihan gerak dalam pola penyembuhan harus dilaksanakan
sejak dini.1
1.

Posisi tidur1
Pada fase akut (0-3 minggu), posisi tidur pasien adalah sangat penting.

Pasien berada dalam fase lemah, bila saat ini sikap yang salah dilakukan, dapat
menjadi kaku yang dapat merugikan untuk penyembuhan, bahkan dapat
menyebabkan bertambahnya subluksasi sendi bahu yang terkena, yang kemudian
menjadi sangat sakit dan mengganggu terapi. Akibat dari GPDO, kebanyakan
lengan yang sakit cenderung untuk bengkok. Sedang pada tungkai yang sakit
cenderung lurus.
Karena itu ditempat tidur lengan yang sakit harus diluruskan dengan bahu
kedepan. Tungkai yang lumpuh harus dalam posisi sewajar mungkin. Di samping
itu usahakan merubah posisi pasien secara teratur. Pada waktu miring ke sisi yang
sakit, usahakan tidak lebih dari 20 menit.
Berbaring telentang : posisi kepala, leher dan punggung harus lurus.
Letakkan bantal di bawah lengan yang lumpuh secara hati-hati, sehingga bahu
terangkat ke atas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar ke arah luar, siku
dan pergelangan tangan agak ditinggikan. Letakkan pula bantal di bawah paha
yang lumpuh dengan posisi agak memutar ke arah dalam, lutut agak ditekuk.
Miring ke sisi yang sehat : bahu yang lumpuh harus menghadap ke depan,
lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan siku diluruskan. Kaki yang lumpuh
diletakkan didepan, di bawah paha dan tungkai diganjal bantal, lutut ditekuk.
Miring ke sisi yang lumpuh : lengan yang lumpuh menghadap ke depan,
pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar secara berlebihan. Tungkai yang
lumpuh agak ditekuk, tungkai yang sihat menyilang di atas tungkai yang lumpuh
dengan diganjal bantal.
2.

Duduk1

Duduk di kursi dengan sandaran yang lurus. Duduk yang lurus dengan
sendi-sendi paha dan lutut tertekuk 90 derajat.

Menundukkan pasien GPDO di belakang meja kerja adalah baik, di mana


kedua lengan bisa beristirahat di atas daun meja, sebaiknya simetris.
12

Dengan topangan untuk lengan, bahu jangan terlalu tinggi atau terlalu
rendah.

Duduk di atas kursi yang keras, untuk mencegah pola duduk yang tidak
simetris.
Pada saat penderita duduk dikursi bisa dilakukan latihan-latihan untuk

keseimbangan, karena tanpa keseimbangan yang baik tidak akan mungkin bisa
berdiri atau berjalan dengan baik. Menolong diri-sendiri adalah kebutuhan yang
amat penting bagi seseorang dan oleh sebab itu pertolongan yang banyak adalah
tidak baik. Bila penderita telah mampu menjaga keseimbangan waktu duduk,
letakkan bantal dibelakang kepala, leher dan bahu yang lumpuh.
3.

Berdiri dan keseimbangan1


Dari duduk di kursi ke berdiri, pasien harus:

Berdiri dengan kedua kaki berdampingan, agak terbuka.

Waktu berdiri lengan yang terlipat digerakkan ke depan untuk memindahkan


titik berat badan ke depan dan dengan demikian mempermudah berdiri.

Jangan menggunakan tongkat, karena memperkuat pola spastis.

Pembantu (perawat atau anggota keluarga) berdiri di jurusan gerakan, agar


pasien tidak jatuh.

Pada saat latihan diusahakan untuk mendapatkan pembebanan yang simetris


dengan cara bertumpu pada kedua tungkai.
Sediakan cermin besar supaya penderita dapat melihat apakah berdirinya

sudah tegak atau belum. Berikan kesempatan kepada pasien untuk berusaha
berdiri sendiri semaksimal mungkin.
4.

Berjalan1.
Pada prinsipnya berjalan dalam situasi latihan dilakukan tidak memakai

tongkat. Terlampau banyak bertumpu dengan bagian badan yang sehat pada
tongkat, menambah kuatnya kekuatan pada bagian yang sakit.

13

Waktu berjalan harus ditangani secara individual, belajar berjalan kembali


itu dengan langkah demi langkah dan hal ini bergantung pada kemampuan pasien
di mana terapi itu dimulai. Secara umum dapat ditentukan bahwa :

Terapis menopang pasien dan memberi arah dan gerakan dengan cara
meletakkan tangannya pada panggul pasien.

Dimulai dengan belajar mempertahankan keseimbangan ke arah samping


maupun ke depan dan ke belakang.

Menjaga supaya panggul pasien yang sakit tidak berpindah ke belakang.

Sesudah langkah pertama dilakukan dengan baik, berat badan dipindahkan ke


sisi yang sehat melalui penggeseran panggul, karena itu tungkai yang sakit
dapat mengayun ke depan.

5.

Activity of Daily Living (kegiatan sehari-hari)1


Tata cara makan:

Dikonsentrasikan pada latihan menelan, pada waktu menelan anjurkan untuk


memegang kerongkongannya untuk merasakan proses menelan. Bila perlu
digunakan peralatan makan khusus.
Tata cara berpakaian :

Masukkan terlebih dahulu lengan yang lemah ke dalam lengan baju. Tarik
lengan baju ke atas sampai bahu, putar baju ke arah lengan yang sehat dan
masukkan tangan yang sehat ke lengan baju lainnya. Begitu pula untuk
mengenakan celana, masukkan tungkai yang lemah terlebih dahulu ke dalam
celana setelah itu masukkan tungkai yang sehat. Jika keseimbangan berdiri
telah bagus, celana langsung ditarik ke atas.
Tata cara menggunakan kamar kecil :

Berikan pegangan yang menempel di dinding kloset. Untuk menjaga


keseimbangan dan keamanan pasien berpegangan pada kamar mandi.

14

C.

Problem khusus dalam rehabilitasi GPDO1


1.

Spastisitas
Pada prinsipnya dalam menangani masalah spastisitas harus dikaitkan
dengan

tujuan

terapi

yang

akan

ditetapkan.

Fisioterapis

akan

mempertimbangkan kebutuhan penderita, selain itu juga sosiobudayamasyarakat di mana penderita tinggal.
Kebutuhan penderita teridentifikasi dalam 3 kelompok :
a. Aktivitas memlihara diri, meliputi makan, minum, BAB, BAK, berpindah
posisi, tempat, mandi dsb.
b. Aktivitas kerja meliputi bekerja untuk mencari nafkah, pekerjaan
rumahtangga.
c. Aktivitas bersenang-senang, meliputi rekreasi, olahraga, dsb.
Pengurangan spastisitas dapat dilakukan dengan cara : memberikan
fasilitas kelompok antagonis untuk mengadakan relaksasi terhadap kelompok
otot yang kaku. Atau memberikan relaksasi, kelompok otot yang kaku secara
langsung. Pemberian obat antispastisitas perlu dipikirkan bila kekakuan
mengganggu mobilitas dan aktivitas kehidupan sehari-hari atau bahkan
menjadi sumber nyeri.
2.

Kelumpuhan sebelah kiri


Pasien dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan
ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan
ketidakacuhan sisi kiri. Kemampuan verbal umumnya baik dan ini sering
mengelabui kita menyangkut pemahaman tentang contoh gerak yang kita
uraikan dengan kata-kata. Penderita biasanya sering mengalami jatuh, sulit
belajar dari kesalahan yang dilakukannya. Selain ganggua persepsi raba,
propioseptif dan pendengaran, penderita golongan ini perlu pengawasan
khusus. Jauhkan alat-alat yang dapat membahayakan fisik pasien (api, benda
tajam). Karena penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang
berada dalam lapang pandang yang dapat dilihatnya, maka letakkan nampan
makanan pada sisi yang dapat dilihat pasien.

3.

Kelumpuhan sebelah kanan


15

Penderita golongan ini biasanya mempunyai kekurangan dalam


kemampuan komunikasi verbal. Namun persepsi dan memori visuomotornya
sangat baik, sehingga dalam melatih perilaku tertentu harus dengan cermat
diperlihatkan tahap demi tahap secara visual. Dalam berkomunikasi kita harus
lebih banyak menggunakan body language (bahasa tubuh).
4.

Depresi
Depresi lebih banyak terdapat pada kerusakan otak sebelah kiri. Tandatanda depresi dapat dilihat dari lamban dan tidak konsistennya proses
pemulihan. Reaksi depresi ini harus diatasi segera dengan medikamentosa dan
dukungan psikologik.
Dukungan psikologik dapat berupa:
a. Sikap yang tegas tetapi tampak penuh kasih terhadap penderita.
b. Fisioterapi pasif sedini mungkin agar pasien merasa ada perlakuan khusus
dan segera terhadap kelumpuhannya.
c. Bila saat keluar dari rumah sakit penderita GPDO belum dapat berjalan,
sebaiknya dianjurkan membeli kursi roda, agar tidak selalu terkurung
dalam kamar yang akan memperberat depresinya.
d. Sedapat mungkin atau sesering mungkin diusahakan agar pasien menerima
kunjungan saudara atau relasi di ruang tamu dengan duduk di kursi roda.
Ini membantu penderita merasa hidup normal dan tidak terlalu merasa
invalid.

BAB III
16

LAPORAN KASUS

1.

Identitas pasien :
Nama / jenis kelamin / umur : Jasnimar / perempuan / 51 tahun
Pekerjaan / pendidikan
Alamat

: Ibu rumah tangga / Tamat SD


: Jl. S. Parman Lolong, Belakang taman makam pahlawan

Identitas keluarga pasien yang tinggal serumah:


Nama / jenis kelamin / umur : Juliar Edi / laki-laki / 58 tahun
Hubungan dengan pasien

: Suami

Pekerjaan / pendidikan

: Sopir Angkot

Nama / jenis kelamin / umur : Riwal Eka Putra / Laki-laki / 24 tahun


Hubungan dengan pasien

: Anak

Pekerjaan / pendidikan

: Supir Angkot

Nama / jenis kelamin / umur : Cindiha Pratiwi / Perempuan / 15 tahun


Hubungan dengan pasien

: Anak

Pekerjaan / pendidikan

: Pelajar SMP

2. Latar belakang Sosek-demografi-lingkungan keluarga :


a. Status perkawinan

: Menikah

b. Jumlah anak

: 5 orang, 3 orang sudah menikah, 1 orang tamat

SMA, dan 1 orang pelajar SMP.

c. Status ekonomi keluarga :

17

Termasuk keluarga mampu. Suami pasien bekerja sebagai supir angkot.


Sumber ekonomi dari penghasilan suami dan anak-anaknya, sekitar Rp
2.500.000,-/bulan.
d. KB

: pasien saat ini tidak menggunakan KB

e. Kondisi rumah

Rumah permanen ukuran 12 x 6 m2, terdiri dari 3 kamar tidur, dihuni


oleh 4 orang anggota keluarga (pasien, istri dan 2 orang anak),
ventilasi rumah cukup, cahaya matahari masuk ke kamar, lantai
keramik, WC di dalam rumah 1 buah, sumber air dari PDAM, sampah
dibuang ke tempat pembuangan sampah umum, pekarangan tidak ada.

Kesan hygiene dan sanitasi cukup baik.

f. Kondisi lingkungan keluarga: keadaan dan lingkungan sosial keluarga baik


3. Aspek psikologis di keluarga:
-

Hubungan dengan keluarga lainnya baik

Pasien sudah tidak bekerja lagi sejak menderita stroke. Sebelumnya pasien adalah
seorang pedagang kain di pasar. Saat ini pasien merasa ada kesulitan untuk
membiayai pengobatannya.

4. Keluhan Utama:
Kontrol tekanan darah
5. Riwayat penyakit sekarang.
-

Pasien datang ke Puskesmas Ulak Karang untuk kontrol tekanan darah.

Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien kontrol
teratur ke puskesmas sejak menderita stroke dan mendapat pengobatan captopril 2
x 25 mg sehari. Tekanan darah tertinggi yang pernah diukur 220/120 mmHg.
Tekanan darah pasien terakhir seminggu yang lalu 150 / 90 mmHg.

Keluhan saat ini sakit kepala.

18

Riwayat serangan stroke pertama kali pada bulan Juli 2012. Dirawat 10 hari dan
pulang dengan keadaan lemah anggota gerak kanan. Sekarang pasien mengikuti
fisioterapi 2 x seminggu.

Pandangan kabur ( - ), nyeri dada seperti rasa terhimpit ( - ), buang air kecil
jumlah dan frekuensi biasa.

Riwayat suka makan makanan berlemak ( - )

Riwayat merokok ( - ), konsumsi alkohol ( - )

6. Riwayat Penyakit Dahulu


-

Riwayat menderita hipertensi ada sejak 5 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur

Riwayat serangan stroke pertama kali pada bulan Juli 2012.

Riwayat menderita penyakit jantung, diabetes mellitus tidak ada.

7. Riwayat penyakit keluarga :


-

Ayah dan adik kandung pasien menderita hipertensi.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita stroke, jantung, dan diabetes mellitus

8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: sakit ringan

Kesadaran

: composmentis cooperatif

Frekuensi nafas

: 20x/menit

Nadi

: 90x/menit

Suhu

: 37,2C

Tekanan darah : 180 / 100 mmHHg

Tinggi Badan

: 55 kg

Berat Badan

: 154

Sianosis

: Tidak ada

Edema

: Tidak ada

Anemis

: Tidak ada

Ikterik

: Tidak ada

(BMI 23,19 kg/m2)

Status Generalis
Kulit

: Teraba hangat, sianosis tidak ada

Kepala

: Tidak ada kelainan, rambut hitam tidak mudah dicabut,


uban (+)

19

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga

: Tidak ada kelainan

Hidung

: Tidak ada kelainan

Gigi

: Tidak ada kelainan

Mulut

: Mukosa mulut dan bibir basah.

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB, JVP 5-2 cmH2O

Dada, Paru

Inspeksi

: Gerakan paru simetris kiri dan kanan,


Jenis perrnapasan torakoabdominal
Frekuensi napas 20x/menit

Palpasi

: Fremitus normal kiri = kanan

Perkusi

: Sonor kiri dan kanan

Auskultasi

: Kanan = kiri vesikuler, ronkhi ( -/- ), wheezing ( -/- ).

Jantung :
Inspeksi

: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: Batas jantung atas : RIC II, kanan : LSD, Kiri 1 jari


medial LMCS RIC V

Auskultasi

: Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada.

Perut :
Inspeksi

: Tidak tampak membuncit

Palpasi

: Supel, hepar dan lien tidak teraba


Nyeri tekan tidak ada

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal.

Punggung

: Tidak ada kelainan.

20

Alat Kelamin : Tidak diperiksa.


Ekstremitas

: Akral hangat, sianosis tidak ada, refilling kapiler baik.

Status Neurologis:
1. Tanda perangsangan selaput otak :
- Kaku kuduk

:-

- Brudzinsky I : -

- Kernig
- Brudzinsky II

::-

Tanda peningkatan tekanan intracranial :


- Muntah proyektil

:-

- Sakit kepala progresif : 2. Nervi Kranialis:


N. I (Olfaktorius)

: subjektif +/+

N. II (Optikus)

: tajam penglihatan N/N, lapang penglihatan N/N

N. III (Occulomotorius) : Refleks cahaya langsung +/+, bulat, isokor,


diameter 2 mm, sentral, refleks akomodasi +/+
N. IV (Trochlearis)

: Gerakan bola mata ke lateral bawah +/+,

N. VI (Abducens)

: Gerakan mata ke lateral +/+

N. V (Trigeminus)

: membuka mulut +, menggerakkan rahang ke kiri


ke kanan +, menggigit +, mengunyah +
sensorik : supraorbital +/+ N, infraorbital +/+ N,
mandibuler +/+ N, refleks cornea +/+

N. VII (Facialis)

: raut muka simetris, menutup mata +/+,


menggerakkan dahi +/+, bersiul +/+,
sekresi air mata +/+ N

N. VIII (Vestibularis) : tidak ada gangguan pendengaran


N. IX (Glossofaringeus): Refleks muntah +
N. X (Vagus)

: Suara +, menelan +, artikulasi baik


21

N. XI (Asesoris)

: Menoleh ke kanan +, menoleh ke kiri +

N. XII (Hipoglossus) : Kedudukan lidah tak ada deviasi


4. Koordinasi :
- Test hidung jari

: tidak ada kelainan

- Test supinasi pronasi : sukar dilakukan


3. Motorik
Ekstremitas superior dan inferior
Dekstra

Sinistra

Pergerakan

aktif

aktif

Kekuatan

322
333

555
555

Tonus

eutonus

eutonus

4. Sensorik :

Sensibilitas halus dan kasar + normal kiri dan kanan

5. Fungsi Otonom :
Miksi

: terkontrol

Defekasi

: terkontrol

Sekresi keringat : (+) normal


8. Refleks fisiologis :
Reflek APR

: ++/++

Refleks KPR

: ++/++

9. Refleks patologis :
Babinski

: -/-

Gordon

: -/-

Chaddock

: -/-

Schaffer

: -/-

Oppenheim

: -/-

Hoffman Trommer

: -/-

10. Fungsi luhur : Reaksi emosi baik, fungsi bicara : bicara lancar.
9.

Pemeriksaan Penunjang
Anjuran : -

Lab faal hepar, Lab faal ginjal, LDL, HDL, kolesterol, glukosa (6
22

bulan sekali)
- Rontgen thorax PA-Lateral
- EKG
10. Diagnosis
Hipertensi Krisis + post stroke
11.

Manajemen

a. Preventif
-

Minum obat teratur dan kontrol tekanan darah teratur ke puskesmas satu kali
sebulan

Memodifikasi gaya hidup yaitu dengan pembatasan asupan garam, penurunan


berat

badan, diit dengan kaya buah-buahan, sayuran dan low fat dairy

products.
-

Menghindari ligkungan perokok dan menjauhi dari asap rokok.

Melakukan aktivitas fisik dengan pengawasan tenaga kesehatan profesional


dalam melakukan fisioterapis atau rehabilitasi kardiovaskuler berupa paket
latihan fisik.

b. Promotif
-

Memberikan edukasi tentang penyakit hipertensi adalah penyakit keturunan


dan tidak bisa disembuhkan tetapi bisa mencegah timbulnya komplikasi

Memberikan edukasi kepada pasien tentang kepentingan minum obat secara


teratur dan tidak boleh putus obat karena tekanan darah pada pasien hipertensi
bisa meningkat atau menurun tiba-tiba.

Memberikan edukasi tentang stroke bisa disebabkan oleh hipertensi dan stroke
dapat berulang kembali.

Menjelaskan tentang pengobatan hipertensi merupakan pengobatan seumur


hidup walaupun tekanan darah sudah dalam batas normal.

23

Memberikan edukasi tentang modifikasi gaya hidup yaitu dengan pembatasan


asupan garam, menurunkan berat badan, diit dengan kaya buah-buahan,
sayuran dan low fat dairy products.

Memberikan edukasi kepada pasien bahwa stroke merupakan kondisi yang


dapat dipulihkan hampir seperti semula dan yang dibutuhkan adalah kesabaran
dalam berusaha dan latihan aktif untuk mengembalikan fungsi motorik pasien

Memberikan edukasi tentang komplikasi yang dapat disebabkan oleh stroke.

Segera ke puskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat jika terdapat tandatanda lumpuh anggota gerak

Memberikan edukasi mengenai perawatan pasca stroke dengan melatih posisi


dan latihan anggota gerak yang masih lemah.

c. Kuratif
-

Amlodipin 1 x 10 mg

HCT 1 x 25 mg

Vitamin B1 3 x 1 tablet

Diet Rendah Garam :


-

Konsumsi garam minimal 1,5 3 g per hari

d. Rehabilitatif
-

Anggota gerak yang sakit harus semakin sigap, supaya penyembuhannya


menjadi semakin baik dan hindari dari menelantarkan anggota gerak yang
lemah karena akan memberikan hasil yang buruk apabila kesembuhan mulai
berlangsung

Melakukan latihan gerakan sederhana seperti berpakaian, makan, menulis, dll


agar dapat memberikan motivasi yang lebih baik dalam penyembuhan pasien.

Posisi tidur :

Ditempat tidur lengan yang sakit harus diluruskan dengan bahu ke depan.
Tungkai yang lumpuh harus dalam posisi sewajar mungkin. Di samping itu
usahakan merubah posisi pasien secara teratur. Pada waktu miring ke sisi
yang sakit, usahakan tidak lebih dari 20 menit.
24

Berbaring telentang : posisi kepala, leher dan punggung harus lurus.


Letakkan bantal di bawah lengan yang lumpuh secara hati-hati, sehingga
bahu terangkat ke atas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar ke
arah luar, siku dan pergelangan tangan agak ditinggikan. Letakkan pula
bantal di bawah paha yang lumpuh dengan posisi agak memutar ke arah
dalam, lutut agak ditekuk.

Miring ke sisi yang sehat : bahu yang lumpuh harus menghadap ke depan,
lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan siku diluruskan. Kaki yang
lumpuh diletakkan didepan, di bawah paha dan tungkai diganjal bantal,
lutut ditekuk.

Miring ke sisi yang lumpuh : lengan yang lumpuh menghadap ke depan,


pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar secara berlebihan. Tungkai
yang lumpuh agak ditekuk, tungkai yang sihat menyilang di atas tungkai
yang lumpuh dengan diganjal bantal.

Duduk :

Duduk di kursi dengan sandaran yang lurus. Duduk yang lurus dengan
sendi-sendi paha dan lutut tertekuk 90 derajat.

Berdiri dan keseimbangan :


Berdiri dengan kedua kaki berdampingan, agak terbuka.
Waktu berdiri lengan yang terlipat digerakkan ke depan untuk
memindahkan titik berat badan ke depan dan dengan demikian
mempermudah berdiri.
Pembantu (perawat atau anggota keluarga) berdiri di jurusan gerakan, agar
pasien tidak jatuh.
Pada saat latihan diusahakan untuk mendapatkan pembebanan yang
simetris dengan cara bertumpu pada kedua tungkai.
Sediakan cermin besar supaya penderita dapat melihat apakah berdirinya
sudah tegak atau belum. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
berusaha berdiri sendiri semaksimal mungkin.

25

Kegiatan sehari-hari
Tata cara makan: dikonsentrasikan pada latihan menelan, pada waktu
menelan.
Tata cara berpakaian : Masukkan terlebih dahulu lengan yang lemah ke
dalam lengan baju. Tarik lengan baju ke atas sampai bahu, putar baju ke
arah lengan yang sehat dan masukkan tangan yang sehat ke lengan baju
lainnya. Begitu pula untuk mengenakan celana, masukkan tungkai yang
lemah terlebih dahulu ke dalam celana setelah itu masukkan tungkai yang
sehat. Jika keseimbangan berdiri telah bagus, celana langsung ditarik ke
atas.
Tata cara menggunakan kamar kecil : berikan pegangan yang menempel di
dinding kloset. Untuk menjaga keseimbangan dan keamanan pasien
berpegangan pada kamar mandi

DINAS KESEHATAN KODYA PADANG


PUSKESMAS ULAK KARANG
Dokter
: Diana Larissa
Tanggal: 17 Desember 2012

R/ Amlodipin tab 10 mg

No. X

S1dd tab 1

_______

R/ HCT tab 25 mg

No. X

S1dd tab 1

R/ Vitamin B

(pagi) _______

tab

No. X

S1dd tab 1
Pro

_______

: Ny. Jasnimar

Umur : 51 th

DISKUSI
26

KESIMPULAN KASUS

Dilaporkan seorang pasien perempuan 51 tahun dengan diagnosis hipertensi


krisis dan riwayat serangan stroke 6 bulan yang lalu. Diagnosis ini ditegakkan melalui
anamnesis di mana pasien datang untuk kontrol tekanan darah. Saat ini pasien mengeluh
sakit kepala. Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
kontrol teratur ke puskesmas sejak menderita stroke dan mendapat pengobatan anti
hipertensi Captopril 2 x 25 mg sehari. Tekanan darah tertinggi yang pernah diukur
220/120 mmHg, yaitu pada saat terkena serangan stroke 6 bulan yang lalu. Tekanan darah
pasien terakhir seminggu yang lalu 150/90 mmHg.
Pada saat serangan stroke 6 bulan yang lalu, pasien dirawat di RSUP dr. M.
Djamil selama 10 hari dan diperbolehkan pulang dengan keadaan lemah anggota gerak
kanan. Sekarang pasien mengikuti fisioterapi 2 x seminggu. Dari riwayat penyakit
keluarga, ayah dan adik pasien juga menderita hipertensi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah saat ini 180/100 mmHg. Tidak
ada penurunan tekanan darah yang signifikan daripada tekanan darah pasien sebelumnya.
Kemungkinan ini terjadi karena pasien mendapat pengobatan anti hipertensi yang tidak
adekuat. Pasien teratur kontrol satu bulan sekali untuk diperiksa tekanan darahnya ke
puskesmas.
Dari kunjungan pasien saat ini, pasien diberikan terapi preventif berupa
perubahan life style. Dimulai dari pengaturan diet rendah garam dalam menu makanan
pasien sehari-hari, mengurangi konsumsi makan makanan berminyak dan berlemak,
melatih anggota gerak dan tubuh pasien dengan melakukan gerakan-gerakan ringan setiap
pagi bahkan setiap pasien ada kesempatan agar seluruh anggota gerak tetap aktif dan
tidak mengalami atrofi otot. Pasien juga sedapat mungkin menghindari kondisi
lingkungan udara yang tidak bersih, seperti asap rokok. Di lingkungan rumah pasien,
anak laki-laki pasien merupakan perokok aktif, sehingga pada keluarga ini, dianjurkan
agar anak pasien merokok di luar rumah saja dan tidak merokok di dalam rumah.
Tatalaksana promotif, pasien diberikan edukasi mengenai hipertensi, stroke dan
kondisi yang dialami pasien. Tekanan darah merupakan kondisi yang tidak dapat
disembuhkan namun dapat dikontrol dengan pengaturan life style yang baik dan obat-obat
hipertensi. Pasien juga perlu tahu bahwa stroke merupakan kondisi yang dapat dipulihkan
27

hampir seperti semula yang dibutuhkan adalah kesabaran dalam berusaha dan latihan
aktif untuk mengembalikan fungsi motorik pasien.
Tatalaksana kuratif, pasien diberikan amlodipin 1 x 10 mg dan HCT 1 x 25 mg
karena hasil pengukuran tekanan darah pasien 180/100 mmHg yang tergolong hipertensi
krisis. Pasien dianjurkan untuk dirujuk ke poliklinik penyakit dalam RSUP untuk
dilakukan pemeriksaan target organ, namun pasien menolak karena alasan biaya. Oleh
karena itu pasien diberikan tatalaksana untuk menurunkan tekanan darah segera. Selain
itu pasien diberikan vitamin B1 sebagai neurotropik untuk memperbaiki sirkulasi ke sel
saraf.
Untuk rehabilitatif, pasien diajarkan untuk dapat secara mandiri melaksanakan
kgiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian dan makan. Selain itu pasien
diajarkan bagaimana posisi berbaring, duduk dan juga berdiri yang baik yang sesuai
dengan kondisi pasien.

BAB IV
HASIL
28

4.1

Perumusan Masalah
Masalah pada pasien :
-

Kurangnya pengetahuan pasien tentang hipertensi yang merupakan penyakit yang


berkaitan dengan genetik.

Kurangnya pengetahuan pasien mengenai perawatan pasca stroke terutama


melatih posisi dan latihan anggota gerak yang masih lemah

Kurangnya pengetahuan pasien mengenai bahaya komplikasi akibat stroke.

Masalah pada anggota keluarga pasien :


- Anggota keluarga pasien kurang mengetahui mengenai penyakit pasien yang
merupakan penyakit keturunan dan gaya hidup sehat untuk pencegahan primer.
- Anggota keluarga lainnya seperti anak-anaknya belum pernah memeriksakan
tekanan darah ke pusat pelayanan kesehatan.
- Anggota keluarga kurang mengetahui tentang kepentingan memberikan dukungan
kepada pasien untuk dalam penyembuhan penyakit pasien.
- Anak laki-laki pasien merupakan perokok aktif, dan pasien sering terpapar dengan
asap rokok.

4.2 Pemecahan Masalah


Masalah pada pasien :

Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyakit hipertensi meliputi: apa


itu hipertensi, penyebabnya, gejala, pencegahan serta pentingnya pengobatan dan
komplikasi yang mungkin terjadi.

Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa penyakit hipertensi ini tidak bisa
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan minum obat secara teratur, control
tekanan darah secara teratur, dan tidak boleh putus obat karena tekanan darah pada
pasien hipertensi bisa meningkat dan menurun tiba-tiba, serta gaya hidup sehat.

Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai stroke, komplikasi yang bisa


terjadi, dan pencegahan sekunder karena stroke bisa berulang lagi.

29

Memberikan edukasi mengenai perawatan pasca stroke dengan melatih posisi dan
latihan anggota gerak yang masih lemah.

Masalah pada anggota keluarga pasien :

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien mengenai penyakit hipertensi dan


stroke meliputi : apa itu hipertensi dan stroke, penyebabnya, gejala, pencegahan
serta pentingnya pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien mengenai penyakit hipertensi


yang merupakan penyakit yang bersifat genetik atau familial dan dapat dicegah
dengan melaksanakan gaya hidup sehat.

Menganjurkan kepada keluarga pasien untuk memeriksakan tekanan darah ke


pusat pelayanan kesehatan.

Memberikan penjelasan kepada pasien tentang kepentingan dukungan dan


semangat dari keluarga bahwa pasien bisa berjalan kembali seperti biasa, sehingga
pasien termotivasi untuk penyembuhan yang lebih baik.

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien, bahaya asap rokok terrhadap


pasien dan dianjurkan agar anak pasien merokok di luar rumah saja dan tidak
merokok di dalam rumah.

4.3 Rencana Tindakan


1. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur satu kali sebulan untuk memantau
penyakitnya.
2. Pemeriksaan tekanan darah untuk keluarga pasien yang berisiko hipertensi.
3. Pemeriksaan faal hepar dan faal ginjal untuk memantau efek samping obat
yang diminum pasien (6 bulan sekali).
4. Pemeriksaan kimia darah (glukosa, kolesterol, LDL dan HDL) untuk
memantau jika terdapat komplikasi dari penyakit hipertensi (6 bulan sekali).
5. Mengajarkan cara-cara perawatan pasca stroke terutama melatih anggota
gerak yang masih lemah.

30

Follow Up Pasien
Tanggal 19 Desember 2012
Riwayat penyakit sekarang :
- Nyeri kepala berkurang (+)
Pemeriksaan Fisik
31

Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: CMC

Frekuensi Nadi

: 89x/ menit

Frekuensi Nafas

: 19x/menit

Tekanan Darah

: 160/90 mmHg

Kekuatan Motorik

Diagnosis Kerja

322

555

333

555

: Hipertensi Stage II terkontrol + post stroke

Outcome intervensi perilaku dan kebiasaan :


-

Pasien minum obat anti hipertensi secara teratur.

Pasien rutin periksa tekanan darah ke puskesmas satu kali seminggu

Pasien mulai menggunakan bola kenyal untuk melatih jari-jari tangan.

Pasien sudah membatasi asupan garam, diit dengan kaya buah-buahan,


sayuran dan konsumsi low fat dairy products

Pasien mampu berjalan dengan menggunakan kursi plastik sebagai penopang.

Pasien sudah bisa memakai baju sendiri tanpa dibantu

Keluarga pasien belum memeriksakan tekanan darah di pusat pelayanan


kesehatan.

Anak laki-laki pasien sudah merokok di luar rumah.

Kesan pasien :

Ada perbaikan perilaku kesehatan.

Pasien sudah melaksanakan latihan untuk anggota gerak yang lemah.

Pasien sudah mengatur dietnya.

Pasien sudah tidak terpapar asap rokok.

Tanggal 22 Desember 2012


32

Riwayat penyakit sekarang :


-

Nyeri kepala tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: CMC

Nadi

: 88 x / menit

Nafas

: 20 x / menit

TD

: 150/90 mm Hg

Kekuatan motorik :

Diagnosis Kerja

322

555

333

555

: Hipertensi stage I + post stroke

Outcome Intervensi Perilaku dan kebiasaan :


-

Pasien minum obat anti hipertensi secara teratur.

Pasien rutin periksa tekanan darah ke puskesmas satu kali seminggu

Pasien sudah sering melatih jari-jari tangan menggunakan bola kenyal.

Pasien sudah menerapkan teknik posisi anggota gerak pada saat tidur, duduk
dan berdiri.

Pasien sudah membatasi asupan garam, diit dengan kaya buah-buahan,


sayuran dan konsumsi low fat dairy products

Pasien mampu berjalan dengan menggunakan kursi plastik sebagai penopang.

Pasien sudah bisa memakai baju sendiri tanpa dibantu

Keluarga pasien belum memeriksakan tekanan darah di pusat pelayanan


kesehatan.

Anak laki-laki pasien sudah merokok di luar rumah.

Kesan pasien :

Ada perbaikan perilaku kesehatan.

33

Pasien sudah menjalankan pengaturan diet dan latihan untuk anggota gerak yang
lemah.

Pasien lebih bersemangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dan latihan


anggota gerak.

Belum ada perbaikan pada anggota gerak yang lemah

Pasien sudah tidak terpapar asap rokok.

Tanggal 26 Desember 2012


Riwayat penyakit sekarang : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: CMC

Nadi

: 84 x / menit

Nafas

: 20 x / menit

TD

: 150/80 mm Hg

Kekuatan motorik : 3 2 2
333
Diagnosis Kerja

555
555

: Hipertensi Stage I + post stroke

Outcome intervensi perilaku dan kebiasaan :


-

Pasien kontrol tekanan darah ke puskesmas dan mendapat obat Amlodipin 1 x


10 mg dan HCT 1 x 12,5 mg

Pasien minum obat anti hipertensi secara teratur.

Pasien rutin periksa tekanan darah ke puskesmas satu kali seminggu

Pasien sudah sering melatih jari-jari tangan menggunakan bola kenyal.

Pasien sudah membatasi asupan garam, diit dengan kaya buah-buahan,


sayuran dan konsumsi low fat dairy products

Pasien mampu berjalan dengan menggunakan kursi plastik sebagai penopang.


34

Pasien sudah bisa memakai baju sendiri tanpa dibantu

Keluarga pasien sudah diperiksakan tekanan darahnya di rumah mereka,


dengan hasil tekanan darah dalam batas normal.

Anak laki-laki pasien sudah merokok di luar rumah.

Kesan pasien :

Ada perbaikan perilaku kesehatan.

Pasien sudah menjalankan pengaturan diet dan latihan untuk anggota gerak yang
lemah.

Pasien lebih bersemangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dan latihan


anggota gerak.

Belum ada perbaikan pada anggota gerak yang lemah

Pasien sudah tidak terpapar asap rokok.

Tanggal 2 Januari 2013


Riwayat penyakit sekarang : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: CMC

Nadi

: 86 x / menit

Nafas

: 20 x / menit

TD

: 140/90 mm Hg

Kekuatan motorik :

Diagnosis Kerja

322

555

333

555

: Prehipertensi + post stroke

Outcome intervensi perilaku dan kebiasaan :


-

Pasien minum obat anti hipertensi secara teratur.


35

Pasien rutin periksa tekanan darah ke puskesmas satu kali seminggu

Pasien sering melatih jari-jari tangan menggunakan bola kenyal dan pasien
sudah bisa menggenggam.

Pasien sudah membatasi asupan garam, diit dengan kaya buah-buahan,


sayuran dan konsumsi low fat dairy products

Pasien mampu berjalan dengan menggunakan kursi plastik sebagai penopang.

Pasien sudah bisa memakai baju sendiri tanpa dibantu

Keluarga pasien sudah diperiksakan tekanan darahnya di rumah mereka,


dengan hasil tekanan darah dalam batas normal.

Anak laki-laki pasien sudah merokok di luar rumah.

Kesan pasien :

Ada perbaikan perilaku kesehatan.

Tekanan darah terkontrol

Pasien sudah menjalankan pengaturan diet dan latihan untuk anggota gerak
yang lemah.

Pasien lebih bersemangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dan latihan


anggota gerak.

Belum ada perbaikan pada anggota gerak yang lemah.

Pasien sudah tidak terpapar asap rokok.

Tanggal 5 Januari 2013


Riwayat penyakit sekarang : tidak ada keluhan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran

: CMC

Nadi

: 86 x / menit

Nafas

: 20 x / menit
36

TD

: 120/80 mm Hg

Kekuatan motorik :

Diagnosis Kerja

322
333

555
555

: Hipertensi grade I + post stroke

Outcome intervensi perilaku dan kebiasaan :


-

Pasien kontrol tekanan darah ke puskesmas dan mendapat obat Amlodipin 1 x


5 mg

Pasien minum obat anti hipertensi secara teratur.

Pasien rutin periksa tekanan darah ke puskesmas satu kali seminggu

Pasien sering melatih jari-jari tangan menggunakan bola kenyal dan pasien
sudah bisa menggenggam.

Pasien sudah membatasi asupan garam, diit dengan kaya buah-buahan,


sayuran dan konsumsi low fat dairy products

Pasien mampu berjalan dengan menggunakan kursi plastik sebagai penopang.

Pasien sudah bisa memakai baju sendiri tanpa dibantu

Keluarga pasien sudah diperiksakan tekanan darahnya.

Anak laki-laki pasien sudah merokok di luar rumah.

Kesan pasien :

Ada perbaikan perilaku kesehatan.

Tekanan darah terkontrol.

Pasien sudah menjalankan pengaturan diet dan latihan untuk anggota gerak
yang lemah.

Pasien lebih bersemangat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dan latihan


anggota gerak.

Belum ada perbaikan pada anggota gerak yang lemah.

37

DAFTAR PUSTAKA

1.

Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


2005.

2.

Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, dkk. Guideline stroke tahun 2011. Jakarta :


Pokdi Stroke Perdossi. 2011.
38

LAMPIRAN

39

40

41

Anda mungkin juga menyukai