Anda di halaman 1dari 28

Tugas :

MAKALAH KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

Disusun
Oleh :
LAILA RISAIDA
D1A1 15 350

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan.


Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seluruh semesta alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
KELEMBAGAAN

AGRIBISNIS.

Dalam

penyusunannya,

penulis

memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis


mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bias memberikan sedikit
langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Kendari,23 Desember 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat tani, yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan
produktivitas tenaga kerja, pembangunan sarana ekonomi, serta penataan dan
pengembangan kelembagaan pertanian. Sumber daya manusia, bersama-sama
dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan merupakan faktor
utama yang secara sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk
mencapai peningkatan produksi pertanian.
Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan
bagi pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan
pendapatan masyarakat, maupun sumbangan tidak langsung melalui
penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan
hubungan sinergis dengan sektor lain.
Lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan
atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting, atau, secara formal
dapat dikatakan sebagai sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang
berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Lembaga adalah proses-proses
terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki,
arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik dan
internasional produk-produk agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia
memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis. Prospek ini
secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
Pertama, pembangunan sistem agribisnis di Indonesia telah menjadi
keputusan politik. Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan
ekonomi sebagaimana dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang antara lain
mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai
negara agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah
pembangunan sistem agribsinis.
Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah dengan amanat
konstitusi yakni No. 22 tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun
2000 tentang pelaksanaan Otonomi Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi

Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan


mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang tidak lain
adalah sumberdaya di bidang agribinsis. Selain itu, pada saat ini hampir
seluruh daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan
tenagakerja, kesempatan berusaha, eskpor) sebagian besar (sekitar 80 persen)
disumbang oleh agribinsis. Karena itu, pembangunan sistem agribisnis identik
dengan pembangunan ekonomi daerah.

Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage)


dalam agribisnis. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati (biodivercity)
daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur,
dan agroklimat yang bersahabat untuk agribisnis. Dari kekayaan sumberdaya
yang kita miliki hampir tak terbatas produk-produk agribisnis yang dapat
dihasilkan dari bumi Indoensia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki
sumberdaya manusia (SDM) agribisnis, modal sosial (kelembagaan petani,
local wisdom, indegenous technologies) yang kuat dan infrastruktur
agribisnis yang relatif lengkap untuk membangun sistem agribisnis.
Keempat, pembangunan sistem agribisnis yang berbasis pada
sumberdaya domestik (domestic resources based, high local content) tidak
memerlukan impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar.
Hal ini sesuai dengan tuntutan pembangunan ke depan yang menghendaki
tidak lagi menambah utang luar negeri karena utang luar negeri Indonesia
yang sudah terlalu besar.
Kelima, dalam menghadapi persaingan ekonomi global, Indonesia
tidak mungkin mampu bersaing pada produk-produk yang sudah dikuasai
negara maju. Indonesia tidak mampu bersaing dalam industri otomotif,
eletronika, dll dengan negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman atau
Perancis. Karena itu, Indonesia harus memilih produk-produk yang
memungkinkan Indonesia memiliki keunggulan bersaing di mana negaranegara maju kurang memiliki keunggulan pada produk-produk yang
bersangkutan. Produk yang mungkin Indonesia memiliki keunggulan bersaing
adalah produk-produk agribisnis, seperti barangbarang dari karet, produk
turunan CPO (detergen, sabun, palmoil, dll). Biarlah Jepang menghasilkan
mobil, tetapi Indonesia menghasilkan ban-nya, bahan bakar (palmoil diesel),
palmoil-lubricant

1.2 Tujuan

1. Mampu Memahami Tujuan Kelembagaan Dalam Agribisnis


2

Mampu Memahami Kelembagaan/organisasi dalam Agribisnis Model


Strategi Operasi

Mampu Memahami Jenis Badan Usaha

Mampu Memahami Pola Kemitraan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lembaga
Apa yang dimaksud dengan lembaga ?Konsep sosiologis berbeda
dengan konsep yang umum digunakan.Sebuah lembaga bukanlah sebuah
bangunan , bukan sekelompok orang dan juga bukan sebuah
organisasi.Lembaga ( institution ) adalah suatu sistem norma untuk
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap
penting, atau secara formal sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang
berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia.Lembaga adalah proses-proses
terstruktur ( tersusun ) untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.
Lembaga tidak mempunyai anggota tetapi mempunyai
pengikut.Pembedaan antara anggota dan pengikut sangat halus namun
penting. Yang perlu kita ingat hanyalah bahwa lembaga selalu merupakan
sistem gagasan dan perilaku yang terorganisasi yang ikut serta dalam
perilaku itu .Setiap lembaga itu mempunyai kumpulan Asosiasinya dan
melalui asosiasi itulah norma-norma lembaga itu dilaksanakan.
Lembaga adalah sistem hubungan social yang terorganisasi yang
mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum tertentu dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Dalam definisi ini nilai-nilai umum
mengacu pada cita-cita dan tujuan bersama , prosedur umum adalahpolapola perilaku yang dibakukan dan di ikuti dan sistem hubungan adalah
jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan
perilaku tersebut .
Lembaga muncul sebagai produk kehidupan social yang sungguh
tidak direncanakan. Orang mencari-cari cara yang praktis untuk memenuhi
kebutuhannya,mereka menemukan beberapa pola yang dapat dilaksanakan

yang menjadi kebiasaan yang baku karena terus menerus diulangi. Dari
waktu kewaktu orang mungkin bergabung untuk mengkodifikasikan dan
melegalisasikan praktek-praktek tersebut karena terus berkembang dan
berubah .Dengan cara itulah lembaga tumbuh.
Kelembagaan terdiri dari penetapan norma-norma yang pasti yang
menentukan posisi status dan fungsi peranan untuk perilaku. Kelembagaan
mencakup penggantian perilaku spontan atau eksperimental dengan perilaku
yang diharapkan,dipolakan,teratur dan dapat diramalkan . Seperangkat
hubungan social akan melembaga apabila sudah dikembangkan suatu sistem
yang teratur tentang status dan peran serta sistem harapan status dan peran
sudah umum diterima oleh masyarakat.
Di dalam kelembagaan terjadi suatu hubungan timbal balik seperti
halnya pada kelembagaan pendukung dalam pengembangan agribisnis dan
hortikultura.

2.2 Kelembagaan Pendukung Pengembangan Agribisnis


Agribisnis adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu sistem
pertanian yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang paling tinggi
baik berbentuk natura maupun uang melalui usaha dibidang pertanian.
Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis
nasional sangat penting untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang
tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga pendukung tersebut sangat
menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam
mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga
pendukung pengembangan agribisnis adalah:
(1)pemerintah
(2)lembaga pembiyatan

(3)lembaga pemasaran dan disitribusi


(4)koperasi
(5)lembaga pendidikan formal dan informal
(6)lembaga penyuluhan
(7)lembaga Riset Agribisnis
(8) lembaga penjamin dan penanggungan resiko
Peranan lembaga-lembaga pendukung pengembangan agribisnis
(1)Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang
kompetitif dan adil.
(2)Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai
hilir. Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam membuka
akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah yang
tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh
pembiayaan usaha.
(3) Lembaga pemasaran dan disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara
deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus
unit ( produsen yang menghasilkan produk).
(4) Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur inputinput dan hasil pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD

terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan


pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang
profesional.
(5) Lembaga pendidikan formal dan informal
Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya
Malaysia, lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan
agribisnis dampaknya Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian
juga Universitas Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan tenagatenaga terdidik di bidang agribisnis, hal ini dibuktikan dengan
berkembangnya agribisnis buah-buhan dan hortikultura yang sangat pesat.
Oleh karena itu, ke depan pemerintah hanyalah sebagai fasilitator bukan
sebagai pengatur dan penentu meknisme sistem pendidikan. Dengan
demikian diharapkan lembaga pendidikan tinggi akan mampu menata diri
dan memiliki ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh aturan main
yang berbelit-belit.
(6) Lembaga penyuluhan
Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun
(1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang konsisiten
memperkenalkan berbagai program, seperti Bimas, Inmas, Insus, dan Supra
Insus. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu penataan
dan upaya pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik. P
peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih kepada
fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.
(7) Lembaga Riset Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan
agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk
mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi. Misalnya

Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna daging buahnya


kuning kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk buah yang
besar dengan biji yang kecil.
(8) Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat
diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading
dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana
penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiwa dapat
1. Menjelaskan macam-macam kelembagaan dalam agribisnis
beserta perannya
2. Menjelaskan pola kemitraan agribisnis
3. Mengetahui pola pengelolaan organisasi agribisnis

3.2 Kelembagaan /Organisasi Dalam Model Strstegi Operasi


Adapun beberapa pengertian Kelembagaan dalam Agribisnis
menurut pendapat beberapa pakar, diantaranya:

Soekanto (2003) mendefinisikan lembaga kemasyarakatan


sebagai himpunan dari norma-norma segala tindakan berkisar
pada suatu kebutuhan pokok manusia didalam kehidupan
masyarakat.

Koentjoroningrat (1964) lembaga kemasyarakatan atau lembaga


sosial atau pranata sosial adalaha sistem norma khusus yang
menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna
memenuhi kebutuhan khusus dari manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.

Rahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial dapat


di artikan sebagai kompleks norma-norma atau kebiasaankabiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang
sangat penting dalam masyarakat, merupakan wadah dan
perwujudan yang lebih kongkrit dari kultur dan struktur.

Berdasarkan pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


belum ada kesepahaman yang baku tentang kelembagaan agribisnis,
namun untuk semantara dapat di pahami kelembagan agribisnis
sebagai norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta di
praktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota
masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang
pertanian di masyarakat.
Kelembagaan pertanian pada masyarakat pedesaan yang masih
bersahaja terkait erat dangan kegiatan ekonomi masyarakat
tradisional.

Dalam perkembangannya kelembagaaan pertanian juga


mencakup lembaga formal dan modern yang diarahkan untuk
mendorong pertumbuhan sektor pertanian seperti lembaga penyuluhan
pertanian, BIMAS/INMAS, menejemen kontrol. Secara terperinci
revitalisasi kelembagaan pertanian meliputi :
1. Peningkatan kualitas SDM
2. Diperlukan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian
yang mampu mengentuh langsung kebutuhan petani dengan
melibatkan petani secara lebih aktif lagi.
3. Meningkatakan kualitas menejeman koperasi yang ada
khususnya kualitas SDM para pengurus dan manajer dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan petani.
4. Meningkatkan koordinasi peran lembaga keuangan dengan
lembaga penyuluhan, sarana produksi, sarana koperasi untuk
meningkatkan pelayanan kepada petani secara optimum.
5. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi
pertanian.
6. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti
organisasi lumbung desa dan pengairan.
7. Meningkatkan kemandirian organisasi petani.
Kelembagaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pengembangan agribisnis, mengingat rangkaian kegiatan yang terkait
dalam sistem agribisnis tersebut diatas digerakkan oleh berbagai
kelembagaan. Yang dimaksud dengan kelembagaan adalah berupa
tradisi baru yang cocok dengan tuntutan industrialisasi atau organisasi
yang mampu menghasilkan ragam produk yang dapat memanfaatkan
dan mengembangkan keunggulan komparatif atau keunggulan
kompetitif. Untuk lebih mengenal kelembagaan yang terkait dalam
sistem agribisnis, berikut ini akan disajikan berbagai bentuk
kelembagaan yang terkait dalam sistem agribisnis.
1) Kelembagaan Sarana Produksi
Kelembagaan sarana produksi merupakan kelembagaan ekonomi yang
bergerak di bidang produksi, penyediaan dan penyaluran sarana
produksi seperti: BUMN, Koperasi Unit Desa (KUD) dan usaha
perdagangan swasta. Kelembagaan ini pada umumnya melakukan
usaha dalam produksi, perdagangan/pemasaran sarana produksi
seperti pupuk, pestisida, dan benih yang diperlukan petani.
a) Produsen Saprodi
Kelembagaan sarana produksi ini ada yang berfungsi sebagai
produsen atau perusahaan yang bergerak dibidang industri
pupuk.
b) Distributor/penyalur saprodi

Kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang


distribusi/penyaluran sarana produksi ini cukup banyak
jumlahnya, baik yang berstatus sebagai perusahaan BUMN
maupun swasta dan koperasi/KUD. Kelembagaan ini tersebar di
semua-sentra produksi tanaman pangan dan hortikultura di
daerah.
c) Asosiasi
Untuk mengkoordinasi kegiatan baik dibidang produksi maupun
distribusi sarana produksi, biasanya beberapa kelembagaan
usaha membentuk asosiasi.
2) Kelembagaan Usaha Tani/Produksi

Kelembagaan agribisnis yang bergerak di bidang usaha tani/


produksi meliputi: 1) Rumah tangga petani sebagai unit usaha terkecil
di bidang tanaman pangan dan hortikultura; 2) Kelembagaan tani
dalam bentuk kelompok tani, dan 3) kelembagaan usaha dalam bentuk
perusahaan budidaya tanaman pangan dan hortikultura.
3) Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan pengolahan


hasil ini dapat dibedakan antara lain: 1) Kelembagaan yang melakukan
usaha di bidang pasca panen meliputi: Usaha jasa perontokan, Usaha
pengemasan, sortasi, grading yang dilakukan oleh pedagang dan
sebagainya; 2) Kelembagaan usaha di bidang pengolahan
(agroindustri) seperti perusahaan penggilingan industri tepung tapioka,
industri kecap, dan sebagainya; 3) Kelembagaan lumbung desa yang
berperan untuk mengatasi masalah pangan yaitu untuk memenuhi
kebutuhan pangan yang sangat mendesak, dimana ketersediaan
pangan tidak mencukupi sementara untuk memperolehnya masyarakat
relatif tidak memiliki daya beli.
4) Kelembagaan Pemasaran Hasil

Kelembagaan pemasaran meliputi kelembagaan yang terkait


dalam sistem tataniaga hasil pertanian sejak lepas dari produsen
sampai ke konsumen. Bidang pemasaran hasil Pertanian dapat juga
bertugas menyelenggarakan pembinaan, fasilitasi dan pengembangan
penanganan pasca panen, pengolahan, pemasaran hasil pertanian
tanaman pangan, hortikultura dan peternakan. Contoh dari
kelembagaan pemasaran tersebut adalah asosiasi pemasaran hasil
tanaman pangan dan hortikultura.
5) Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung

Diantara banyak kelembagaan jasa pendukung ada beberapa


yang dianggap penting, antara lain:
a) Kelembagaan di Bidang Permodalan

Kelembagaan ini juga sangat bervariasi mulai dari perbankan,


Dana Ventura, maupun dana dari penyisihan keuntungan BUMN.
Kelembagaan permodalan ini menyediakan modal bagi sektor
agribisnis baik berbasis komersial maupun menyalurkan kredit
program yang pada umumnya diskemakan oleh pemerintah.
b) Kelembagaan di Bidang Penyediaan Alat, mesin dan kendaraan
Wujud kelembagaan ini berupa perusahaan/industri pembuatan
dan perakitan alsintan baik skala besar maupun skala menengah
dan kecil, termasuk usaha perbengkelan yang melakukan
perakitan dan pembuat alsintan sederhana yang tersebar di
daerah.
c) Kelembagaan Aparatur
Kelembagaan aparatur yang melaksanakan fungsi
pelayanan/penyuluhan adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain dari kelembagaan
penyuluhan, ada pula kelembagaan aparatur yang memiliki
fungsi pengaturan dan pembinaan antara lain adalah organisasi
pemerintah baik di pusat dan di tingkat provinsi serta instansi
terkait; serta Dinas Pertanian dan Instansi terkait di tingkat
kabupaten.

3.3 Jenis Badan Usaha


Badan usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan
Usaha seringkali disamakan dengan perusahaan, walaupun pada
kenyataannya berbeda. Perbedaan utamanya, Badan Usaha adalah
lembaga, sementara perusahaan adalah tempat dimana Badan Usaha
itu mengelola faktor-faktor produksi.
Pengembangan agribisnis harus berdasarkan asas
keberlanjutan yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi.
Dalam hal ini diperlukan suatu wadah yang sesuai untuk
merealisasikan pembangunan yang berasaskan keberlanjutan yaitu
suatu organisasi dalam setiap skala usaha agribisnis. Adapun
macam-macam organisasi utama dalam agribisnis sesuai dengan
bentuk dasar usahanya sebagai berikut: perusahaan perseorangan,
persekutuan, perseroan, koperasi.
1) Perusahaan Perseorangan atau Individu (Single
Proprietorship)
Bentuk organisasi bisnis yang paling tua dan paling
sederhana adalah perusahaan perorangan atau pribadi (single or
individual proprietorship), yang merupakan organisasi yang
dimiliki dan dikendalikan oleh satu orang. Individu dapat
membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara
tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa
adanya batasan untuk mendirikannya. Pada umumnya
perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta

jumlah produksi, memiliki tenaga kerja / buruh yang sedikit dan


penggunaan alat produksi teknologi sederhana. Contoh
perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang bakso
keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.
Ciri dan sifat perusahaan perseorangan :
a) Relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan.
b) Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.
c) Tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi.
d) Seluruh keuntungan dinikmati sendiri.
e) Sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri.
f)

Keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan


penghasilan yang lebih besar.

g) Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.


h) Sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan
Adapun keunggulan Perusahaan Perorangan, diantaranya :
a) Perusahaan perorangan memungkinkan pemilik perorangan
memegang kendali penuh atas bisnisnya dan hanya tunduk pada
peraturan pemerintah yang berlaku untuk semua tipe khusus
bisnis ini.
b) Sekiranya modal diperlukan, pemiliknya akan menyediakannya
dari dana pribadi atau dipinjam entah dari bisnis lainnya atau
harta pribadi.
c) Perusahaan perorangan tidak membayar pajak penghasilan
sebagai bisnis tersendiri.
d) Perusahaan perorangan unggul dalam hal kebebasan dan
keluwesan pelaksanaan usaha karena bentuk usaha ini lebih
banyak berpegang pada hak milik pribadi yang dilindungi oleh
undang-undang negara yang bersangkutan.
Sedangkan kelemahan dari Perusahaan Perorangan :
a) Terbatasnya jumlah modal yang biasanya dapat disumbangkan
seseorang.
b) Pemberi pinjaman enggan meminjamkan dana kepada pemilik
perorangan kecuali jika kejujuran pribadi seseorang dapat
menjaminnya.
c) Kewajiban pribadi sebagai pemilik untuk semua hutang dan
kewajiban bisnis meluas bahkan kepada warisan pribadi pemilik.
d) Pembebasan dari pajak bisnis dikarenakan keuntungan bisnis
pada perusahaan perorangan dianggap keuntungan pemilik,
maka keuntungan bisnis yang tinggi bisa mengakibatkan pemilik
dikenakan tarif pajak tinggi daripada bentuk perseroan.

e) Pemusatan kendali dan laba pada satu individu


2. Perusahaan / Badan Usaha Persekutuan / Partnership
Perusahaan persekutuan (partnership) adalah badan usaha
yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara bersama-sama
bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Jadi perusahaan
persekutuan merupakan asosiasi atau perhimpunan dari dua orang
atau lebih sebagai pemilik bisnis. Terlepas dari kenyataan bahwa
persekutuan melibatkan lebih dari satu orang , persekutuan sama
seperti perusahaan perorangan. Persekutuan dapat didasarkan pada
perjanjian tertulis atau lisan, atau kontrak antara kelompok yang
terlibat. Persekutuan merupakan bentuk organisasi bisnis yang paling
sederhana di mana sejumlah orang mengumpulkan sumber daya dan
bakatnya demi keuntungan bersama. Dalam perusahaan persekutuan
tidak ada batasan untuk orang dari luar untuk masuk menjadi
anggota.
Keunggulan dari perusahaan persekutuan antara lain
yaitu:
a) Sangat sedikit pengeluaran yang dibutuhkan walaupun perlu
diminta bantuan pengacara yang baik untuk menggambarkan
perjanjian persekutuan.
b) Persekutuan biasanya dapat mengumpulkan lebih banyak
sumber daya daripada perusahaan perorangan sebab lebih
banyak orang yang terlibat
c) Sekutu-sekutu lebih termotivasi daripada karyawan
perusahaan perorangan atau perseroan karena merupakan
suatu tim dan setiap anggota tim berbagi tanggung jawab dan
kentungan
d) Sekutu-sekutu secara perorangan hanya membayar pajak
atas penghasilan yang diperoleh sebagai bagian dari laba.
Bisnis itu sendiri tidak dipajaki yang mana dapat merupakan
keuntungan besar tergantung dari penghasilan para sekutu
e) Kendali atau manajemen atas keputusan dan kebijakan bisnis
dipusatkan pada para sekutu
f) Perkara-perkara bisnis persekutuan dibatasi pada persekutuan
saja
Selain itu kelemahan dari perusahaan persekutuan yaitu:
a) Terletak pada kewajiban yang tidak terbatas dari sekutu umum
Bila seseorang bertindak sebagaimana sekutu umum bertindak,
maka hukum akan menafsirkan bahwa dia pada kenyataannya,
merupakan sekutu umum dengan segala kewajiban yang
berlaku pada kedudukan tersebut

b) Persekutuan biasanya hanya mempunyai anggota yang terbatas


Persekutuan terbatas menderita kekurangan baik dana siap
pakai maupun orang-orang berbakat dibanding dengan
perseroan
c) Kurangnya kesinambungan dan kestabilan
Kalau sekutu meninggalkan persekutuan karena pengunduran
diri, kematian, atau ketidakmampuan, persekutuan baru harus
dibentuk.
d) Ketidaksanggupan seorang sekutu untuk bekerja karena
kecelakaan, penyakit, usia lanjut, penyakit jiwa, atau karena
sesuatu alasan tidak mampu melaksanakan tugas sepenuhnya.
Pada dasarnya ada dua jenis persekutuan. Kedua jenis
dari persekutuan tersebut yaitu :
A. Persekutuan Umum (General Partnership)
Pada persekutuan umum masing-masing sekutu, tanpa
memperhitungkan persentase modal yang ditanamkan, mempunyai
hak dan kewajiban yang sama. Sekutu umum mempunyai wewenang
untuk bertindak sebagai agen untuk persekutuan, dan biasanya ikut
serta dalam manajemen dan operasi bisnis. Masing-masing sekutu
umum menanggung semua hutang persekutuan, dan dapat berbagi
laba dalam perbandingan yang disepakati bersama ataupun dalam
pembagian yang merata.
B. Persekutuan Terbatas
Dalam tipe persekutuan ini individu-individu menyetor uang
atau kepemilikan modal tanpa mengharuskan kewajiban hukum
penuh seperti sekutu umum. Kewajiban sekutu terbatas, biasanya
hanya terbatas sebesar jumlah yang diinvestasikan secara pribadi
dalam bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah
firma dan persekutuan komanditer atau CV. Untuk mendirikan badan
usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi
pemerintah yang terkait. Beberapa contoh dari perusahaan atau
badan usaha persekutuan (Partnership) antara lain yaitu :
1) Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari
dua orang atau lebih dengan nama bersama yang tanggung
jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada setiap pemiliknya. Ciri
dan sifat firma :
a) Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik
wajib melunasi dengan harta pribadi.
b) Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin
c) Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru
tanpa seizin anggota yang lainnya.
d) Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup

e) Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma


f) Pendiriannya tidak memelukan akte pendirian
g) Mudah memperoleh kredit usaha
2) Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap atau CV)
Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap atau
CV) adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan
dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama
dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda di antara
anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif yang
melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan
modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis
finansial. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif,
dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat
CV adalah sulit untuk menarik modal yang telah disetor, Modal besar
karena didirikan banyak pihak, Mudah mendapatkan kredit pinjaman,
Ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan
ada yang pasif tinggal menunggu keuntungan, relatif mudah untuk
didirikan, Kelangsungan hidup perusahaan CV tidak menentu.
C. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT) adalah organisasi bisnis yang memiliki
badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan
tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa
melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya.
Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan,
karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk
menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT dibutuhkan sejumlah modal
minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
Ciri dan sifat dari PT :
a) Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.
b) Modal dan ukuran perusahaan besar.
c) Kelangsungan hidup perusahaan PT ada di tangan pemilik saham.
d) Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham.
e) Kepemilikan mudah berpindah tangan.
f) Mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan / pegawai.
g) Keuntungan dibagikan kepada pemilik modal / saham dalam
bentuk dividen.
h) Kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang
saham.
i) Sulit untuk membubarkan PT.

j) Pajak berganda pada pajak penghasilan (pph) dan pajak deviden.


D. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang berlandaskan asas-asas
kekeluargaan. Organisasi Buruh Sedunia (Intemational Labor
Organization/ILO), dalam resolusinya nomor 127 yang dibuat pada
tahun 1966, membuat batasan mengenai ciri-ciri utama koperasi
yaitu:
1)
2)
3)
4)

Merupakan perkumpulan orang-orang;


Yang secara sukarela bergabung bersama;
Untuk mencapai tujuan ekonomi yang sama;
Melalui pembentukan organisasi bisnis yang diawasi secara
demokratis
5) Yang memberikan kontribusi modal yang sama dan menerima
bagian resiko dan manfaat yang adil dari perusahaan di mana
anggota aktif berpartisipasi
Koperasi resmi yang pertama pada zaman modern ini adalah
Perkumpulan para pelopor Keadilan Rochdale di Inggris 1844
dengan lebih dikenal sebagai Prinsip-prinsip Rochdale yakni:
1. Modal harus mereka sediakan sendiri dan modal tersebut mendapat
suku bunga tetap.
2. Koperasi hanya menyediakan bahan makanan yang paling pokok
dan yang dapat diperoleh kepada para anggota.
3. Timbangan dan ukuran penuh harus diberikan.
4. Harga pasar harus dibayar langsung, tidak ada kredit yang diberikan
atau diminta.
5. laba harus dibagi menurut perbandingan jumlah pembelian yang
dilakukan oleh setiap anggota.
6. Prinsipnya adalah bahwa setiap satu anggota memiliki satu suara
yang menentukan, dan harus ada persamaan bagi semua jenis
kelamin dalam keanggotaan.
7. Manajemen harus dikelola oleh para pejabat dan komite atau panitia
yang dipilih secara berkala.
8. Presentase tertentu dari sisa hasil usaha harus disediakan bagi
pendidikan.
9. Perhitungan (laporan) keuangan dan neraca harus sering disajikan
kepada para anggota.
Undang-undang Capper-Volstead tahun 1922 merupakan
undang-undang koperasi yang paling menonjol diantaranya karena
UU tersebut member kepastian hak-hak pengusaha tani untuk
mengorganisasi pasar dan hasil secara kolektif selama memenuhi
syarat sebagai berikut:

a) Asosiasi/koperasi menyelenggarakan sekurang-kurangnya setengah


dari bisnisnya dalam hubungan para anggotanya.
b) Tidak ada anggota asosiasi yang mempunyai lebih dari satu hak
suara atau asosiasi membatasi dividen tidak lebih dari 8 persen.
Fungsi dari didirikannya koperasi anatara lain yaitu:
1) Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia.
2) Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia.
3) Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia.
4) Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan
pembinaan koperasi
Selain memiliki fungsi seperti tersebut di atas, koperasi di dalam
pendiriannya juga memiliki peran dan fungsi. Adapun peran dan
fungsi dari koperasi itu antara lain yaitu :
1) Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia.
2) Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia.
3) Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata
dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan
setiap potensi yang ada.
Jenis-jenis koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa
bentuk. Terdapat beberapa penggolongan dari koperasi.
Penggolongan dari koperasi dapat dilakukan antara lain yaitu
menurut sifat usahanya. Menurut sifat usahanya, koperasi dibedakan
menjadi empat macam sebagai berikut.
a) Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan
kebutuhan sehari-hari, misalnya barang-barang pangan (seperti
beras, gula, garam, dan minyak goreng), barang-barang sandang
(seperti kain batik, tekstil), barang-barang pembantu keperluan
sehari-hari (seperti sabun, minyak tanah, dan lain-lain). Tujuan
koperasi konsumsi adalah agar anggota-angggotanya dapat membeli
barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan harga yang
layak.
b) Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik
yang dilakukan oleh koperasi organisasi maupun orang-orang yang
mampu menghasilkan suatu barang dan jasa-jasa. Dengan demikian,
dapat meningkatakan taraf kesejahteraan anggota. Orang-orang
tersebut adalah kaum buruh dan kaum pengusaha. Misalnya Peternak
Sapi Perah, Koperasi Kerajinan Banbu dan Rotan, serta Koperasi
Pertanian.

c) Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam


Koperasi kredit didirikan guna menolong anggota denagn
meminjamkan uang secara kredit dengan bunga ringan. Uang itu
dimaksud untuk tujuan produksi. Oleh karena itu, disebut
koperasi kredit.Untuk memberikan pinjaman, koperasi
memerlukan modal. Modal utama koperasi kredit berasal dari
simpanan anggota sendiri. Uang simpanan yang dikumpulkan
bersama-sama itu dipinjamkan kepada anggota yang
memerlukan. Oleh karena itu, koperasi kredit lebih tepat disebut
kperasi simpan pinjam.Tujuan koperasi kredit adalah saling
membantu, memperbaiki keadaan ekonomi, atau kesejahteraan
anggota. Adapun cara koperasi kredit dalam membantu keadaan
ekonomi anggota sebagai berikut.(a)membantu keperluan kredit
para anggota, yang sangat membutuhkan denagn syarat-syarat
yang ringan.(b)Mendidik kepada para anggota, supaya giat
menympan secara teratur, sehingga membentuk modal sendiri.
(c)Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan
sebagian dari pendapatan mereka.(d)Menambah pengetahuan
tentang perkoperasian.
d) Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang
penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat
umum.

3.4 Pola Kemitraan


A. Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan
pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masingmasing, dengan demikian untuk membangun kemitraan harus
memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian,
saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari
pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan
dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama,
kesediaan untuk berkorban.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah
gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara
individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Adapun unsur-unsur kemitraan yaitu:

a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih.


b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut (equality).
c. Adanya keterbukaan atau trust relationship antara pihak-pihak

tersebut (transparancy).
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau

memberi manfaat (mutual benefit).


B. Jenis atau Pola Kemitraan
Dalam Pasal 27 Undang-Undang Usaha Kecil ditentukan polapola kemitraan sebagai berikut:
1. Inti Plasma
Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha
kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di
dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai
inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti
melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana
produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil
produksi.
2. Subkontrak
Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha
kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di
dalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan
oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari
produksinya. Kelemahan pola subkontrak ini adalah pada
besarnya kebergantungan pengusaha kecil pada pengusaha
menengah atau besar. Hal tersebut dapat berdampak negatif
terhadap kemandirian dan keuntungan yang diperoleh oleh
pengusaha kecil. Manfaat yang diperoleh pengusaha kecil
melalui pola subkontrak ini adalah dalam hal :
a. Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau
komponen.
b. Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan
baku.
c. Bimbingan dan kemampuan teknis produksi dan atau
manajemen.
d. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang
digunakan.
e. Pembiayaan.
3. Dagang Umum

Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara


usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di
dalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan
produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar
mitranya.
4. Waralaba
Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di
dalamnya usaha menengah atau usaha besar pemberi waralaba
memberikan hak penggunaan lisensi merk dan saluran distribusi
perusahaan kepada usaha kecil penerima waralaba dengan
disertai bantuan dan bimbingan manajemen.
Pengaturan yang terinci mengenai kemitraan bisnis pola
waralaba ini telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 26 Tahun 1997 tentang waralaba. Di
dalam peraturan pemerintah kemitraan sendiri terdapat
pengaturan khusus tentang waralaba ini, antara lain dalam
pasal 7 yang menentukan sebagai berikut :
a. Usaha besar dan atau usaha menengah yang bermaksud
memperluas usahanya dengan memberi waralaba,
memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha kecil
yang memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai
penerima waralaba untuk usaha yang bersangkutan.
b. Perluasan usaha oleh usaha besar dan atau usaha
menengah dengan cara waralaba di kabupaten atau
kotamadya Daerah Tingkat II di luar ibukota propinsi
hanya dapat dilakukan melalui kemitraan dengan usaha
kecil.
5. Keagenan
Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di
dalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan
barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Pengertian agen hampir sama dengan distributor karena samasama menjadi perantara dalam memasarkan barang dan jasa
perusahaan menengah atau besar (prisipal). Namun, secara
hukum berbeda karena mempunyai karakteristik dan
tanggungjawab hukum yang berbeda.
6. Modal Ventura

Modal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi.


Pada dasarnya berbagai macam definisi tersebut mengacu pada
satu pengertian mengenai modal ventura yaitu suatu
pembiayaan oleh suatu perusahaan pasangan usahanya yang
prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal.
Meskipun prinsip dari modal ventura adalah penyertaan
namun hal tersebut tidak berarti bahwa bentuk formal dari
pembiayaannya selalu penyertaan. Bentuk pembiayaannya bisa
saja obligasi atau bahkan pinjaman, namun obligasi atau
pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa
karena mempunyai sifat khusus yang pada intinya mempunyai
syarat pengembalian dan balas jasa yang lebih lunak.
C. Tujuan / manfaat Kemitraaan
Kenyataan menunjukkan bahwa Usaha Kecil masih belum
dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara optimal
dalam perekonomian nasional. Hal itu disebabkan oleh kenyataan
bahwa Usaha Kecil masih menghadapi berbagai hambatan dan
kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam
bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber
daya manusia, dan teknologi, serta iklim usaha yang belum
mendukung bagi perkembangannya. Sehubungan dengan itu, Usaha
Kecil perlu memberdayakan dirinya dan diberdayakan dengan
berpijak pada kerangka hukum nasional yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 demi terwujudnya demokrasi
ekonomi yang bedasar pada asas kekeluargaan.
Pemberdayaan Usaha Kecil dilakukan melalui :
1. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung bagi
pengembanganUsaha Kecil;
2. Pembinaan dan pengembangan Usaha Kecil serta kemitraan
usaha.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka untuk
menghasilkan tingkat efisiensi dan produktivitas yang optimal
diperlukan sinergi antara pihak yang memiliki modal kuat, teknologi
maju, manajemen modern dengan pihak yang memiliki bahan baku,
tenaga kerja dan lahan. Sinergi ini dikenal dengan kemitraan.
Kemitraan yang dihasilkan merupakan suatu proses yang
dibutuhkan bersama oleh pihak yang bermitra dengan tujuan
memperoleh nilai tambah. Hanya dengan kemitraan yang saling
menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat,
dunia usaha baik kecil maupun menengah akan mampu bersaing.
dapun secara lebih rinci tujuan kemitraan meliputi beberapa
aspek, yang diantaranya yaitu :
a) Tujuan dari Aspek Ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam


pelaksanaan kemitraan secara lebih kongkrit yaitu :
1. Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat;
2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan;
Mengenal tiga jenis efisiensi diantaranya yaitu pertama,
efisiensi teknis adalah cara yang paling efektif dalam menggunakan
suatu sumber yang langka (tenaga kerja, bahan baku, mesin dan
lain sebagainya) atau sejumlah sumber dalam suatu pekerjaan
tertentu. Kedua, efisiensi statis meliputi efisiensi teknis yang
mencerminkan alokasi sumber-sumber yang ada dalam rangkaian
waktu tertentu, dengan kata lain, efisiensi ekonomi diperoleh bila
tak ada kemungkinan realokasi sumber lain yang dapat
meningkatkan output produk lainnya. Ketiga, efisiensi dinamis,
pada pihak lain menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan
kenaikan sumber yang seharusnya menyebabkan pertumbuhan ini.
Jadi walaupun dua perekonomian mungkin telah meningkatkan
persediaan modal dan tenaga kerja mereka dengan persentase
yang sama, tapi tingkat pertumbuhan nasional dalam kedua kasus
ini mungkin sangat berlainan.
b) Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya
Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya
pemberdayaan usaha kecil. Pengusaha besar berperan sebagaai
faktor percepatan pemberdayaan usaha kecil sesuai kemampuan
dan kompetensinya dalam mendukung mitra usahanya menuju
kemandirian usaha, atau dengan perkataan lain kemitraan usaha
yang dilakukan oleh pengusaha besar yang telah mapan dengan
pengusaha kecil sekaligus sebagai tanggung jawab sosial
pengusaha besar untuk ikut memberdayakan usaha kecil agar
tumbuh menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri. Adapun
sebagai wujud tanggung jawab sosial itu dapat berupa pemberian
pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, dengan
pembinaan dan bimbingan yang terus menerus diharapkan
pengusaha kecil dapt tumbuh dan berkembang sebagai komponen
ekonomi yng tangguh dan mandiri.
c) Tujuan dari Aspek Teknologi
Secara faktual, usaha kecil biasanya mempunyai skala usaha
yang kecil dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja, maupun
orientasi pasarnya. Demikian pula dengan status usahanya yang
bersifat pribadi atau kekeluargaan; tenaga kerja berasal dari
lingkungan setempat; kemampuan mengadopsi teknologi,
manajemen, dan adiministratif sangat sederhana; dan struktur
permodalannya sangat bergantung pada modal tetap. Sehubungan
dengan keterbatasan khususnya teknologi pada usaha kecil, maka
pengusaha besar dalam melaksanakan pembinaan dan

pengembangan terhadap pengusaha kecil meliputi juga memberikan


bimbingan teknologi. Teknologi dilihat dari arti kata bahasanya
adalah ilmu yang berkenaan dengan teknik. Oleh karena itu
bimbingan teknologi yang dimaksud adalah berkenaan dengan
teknik berproduksi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
d) Tujuan dari Aspek Manajemen
Manajemen merupakan proses yang dilakukan oleh satu atau
lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain
untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu
individu bertindak sendiri. Sehingga ada 2 (dua) hal yang menjadi
pusat perhatian yaitu : Pertama, peningkatan produktivitas individu
yang melaksnakan kerja, dan Kedua, peningkatan produktivitas
organisasi di dalam kerja yang dilaksanakan. Pengusaha kecil yang
umumnya tingkat manajemen usaha rendah, dengan kemitraan
usaha diharapkan ada pembenahan manajemen, peningkatan
kualitas sumber daya manusia serta pemantapan organisasi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Agribisnis merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur
kegiatan pra-panen, panen, pasca-panen dan pemasaran. Sebagai sebuah
sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan
menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis
melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta
bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua
sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik
secara nasional.
Kelembagaan adalah organisasi yang mampu menghasilkan ragam
produk yang dapat memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan
komparatif atau keunggulan kompetitif.Kelembagaan Agribisnis memiliki
berbagai macam keragaman dan peranan.Namun,didalam kelembagaan
agribisnis ini juga terdapat berbagai macam masalah sehingg harus
diperhatikan berbagai macam upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
berbagai masalah yang ada .
4.2 Saran
Diharapkan untuk pembaca dapat memahami isi dari makalah ini
serta dapat menerapkannya dalam kehidupannya . Penulis juga sangat
berharap untuk mendapatkan saran dari pembaca untuk memperbaiki
kesalahan dalam menulis makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://andhy-brenjenk.blogspot.co.id/2011/04/kelembagaanagribisnis.html

http://blog.ub.ac.id/mistikdwiwilujeng/2012/06/05/makalahkelembagaan-agribisnis-dalam-pengembangan-agribisnis-tanamanpangan-dan-hortikultura/

https://www.academia.edu/7397123/MA_4_MSDM_I

Anda mungkin juga menyukai