Anda di halaman 1dari 15

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

BUDIDAYA KERAPU (Epinephelus sp.) DI TAMBAK SEBAGAI ALTERNATIF


PENGEMBANGAN USAHA SKALA KECIL MASYARAKAT PESISIR PANTAI
Oleh:
Marjoko, Budi Kurnia, Dzikri Wahyudi dan Anggoro Prihutomo
ABSTRAK
Kegiatan budidaya kerapu di tambak merupakan kegiatan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
dapat diaplikasikan dengan baik pada masyarakat pesisir pantai. Kegiatan budidaya kerapu di
tambak relative lebih ekonomsi dibandingkan dengan budidaya kerapu di karamba jarring apung di
laut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya biaya investasi serta biaya produksi yang digunakan serta
nilai resiko usaha yang dihadapi. Kegiatan budidaya kerapu di tambak dapat dilaksanakan dalam 1012 bulan persiklus dengan biaya investasi dibawah 50 juta serta biaya produksi antara 150-175 juta
persiklus. Metode pemeliharaan budidaya kerapu di tambak dilakukan dengan menggunakan
karamba tancap jarring apung untuk phase pendederan dan metode tebar lepas untuk phase
pembesaran. Satu modul kegiatan terdiri dari dua petak tambak ( phase pendederan dan phase
pembesaran), 15000 ekor benih kerapu berukuran 3 cm/ekor serta pakan buatan 1200 kg dan pakan
ikan rucah 15000 kg. Volume ikan yang dihasilkan adalah 3 ton/siklus/modul. Selama 10-12 bulan
pemeliharaan diperoleh nilai ikan yang dihasilkan sebesar Rp. 255.000.000,- dengan biaya produksi
Rp.55.000,- - Rp.65.000,-/kg, nilai B/C ratio 1,55 dan ROI 55%. Berdasarkan nilai tersebut diatas
kegiatan budidaya kerapu ditambak merupakan salah satu alternative pengembangan usaha skala
kecil masyarakat pesisir.
Kata kunci: Budiaya kerapu, tambak, skala kecil, masyarakat pesisir.

72

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

GROUPER CULTURE (Epinephelus sp.) IN POND AS AN ALTERNATIVE SMALL SCALE


BUSINESS DEVELOPMENT AT COASTAL MARINE COMMUNITY
By :
Marjoko, Budi Kurnia, Dzikri Wahyudi dan Anggoro Prihutomo
ABSTRACT
Grouper aquaculture activities in ponds is an activity that has a high economic value and can be well
applied in coastal communities. Grouper aquaculture activities in ponds ekonomsi relatively more
than the grouper aquaculture in floating net cages in the sea. It is associated with lower investment
costs and the costs of production are used as well as the value of the business risks faced. Grouper
aquaculture activities in ponds can be implemented within 10-12 months per cycle at an investment
cost below 50 million rupiah as well as the production cost between 150-175 million per cycle.
Maintenance methods grouper aquaculture in ponds is done using floating net cages step to phase
off the nursery and stocking methods for enlargement phase. One activity module consists of two
ponds (nursery phase and Grow-out phase), 15.000 seeds grouper measuring 3 cm/ind as well as
artificial feed 1.200 kg and 15.000 kg trash fish feed. The volume of fish produced was 3
ton/cycle/module.Maintenance for 10-12 months that the value of fish produced Rp. 255 million, production costs Rp.55.000, - - Rp.65.000, - /kg, the value of B/C ratio of 1.55 and a ROI of 55%.
Based on the above values ditambak grouper aquaculture activities is one alternative small-scale
business development of coastal communities.

Keywords: grouper culture, ponds, small-scale, coastal communities

73

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

I.
1.1.

Vol :1 No:1 2016

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin
meningkatnya
kebutuhan
konsumsi ikan segar dipasaran local maupun
luar terutama ikan kerapu hidup berdasarkan
data permitaan Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang
sepanjang tahun 2011-2014 untuk pasaran
Jakarta mencapai tidak kurang dari 1 ton/ hari.
Dengan demikian peluang usaha budidaya
kerapu cukup menjanjikan untuk dikembangkan
sebagai usaha masyarakat pesisir pantai
ditengah-tengah semakin menurun hasil
tangkap akibat iklim yang tidak menentu.
Tambak merupakan media yang sangat potensial
sebagai model pengembangan usaha budidaya
kerapu.
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang merupakan
institusi Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan yang memiliki lahan
berupa tambak yang dapat digunakan untuk
pengembangan produksi kerapu.
Sebagai
insitusi yang langsung berkaitan dengan aplikasi
budidaya
yang
memperhitungkan
skala
usahayang lebih aplikatif menghasilkan suatu
kegiatan yang berdaya guna dan berdaya saing
tinggi yang dapat memberikan nilai tambah
ekonomi bagi pelaku usaha sekaligus dapat
menggerakkan roda perekenomian daerah
tersebut.Berbagai metode terutama yang
aplikatif telah mulai dicobakan untuk
mendukung target pencapaian produksi dari
sektor budidaya laut dikembangkan di lahan
terbatas ini. Berdasarkan hasil kajian dan
analisa usaha didapat bahwa budidaya kerapu di
tambak relative lebih ekonomsi dibandingkan
dengan budidaya kerapu di karamba jarring
apung di laut. Hal ini berkaitan dengan
rendahnya biaya investasi serta biaya produksi

yang digunakan serta nilai resiko usaha yang


dihadapi.
Metode pemeliharaan budidaya kerapu di
tambak dilakukan dengan menggunakan
karamba tancap jaring apung untuk phase
pendederan dan metode tebar lepas untuk
phase pembesaran. Satu modul kegiatan terdiri
dari dua petak tambak ( phase pendederan dan
phase pembesaran), 15000 ekor benih kerapu
berukuran 3 cm/ekor serta pakan buatan 1200
kg dan pakan ikan rucah 15000 kg. Volume ikan
yang dihasilkan adalah 3 ton/siklus/modul.
Selama 10-12 bulan pemeliharaan diperoleh
nilai ikan yang dihasilkan sebesar Rp.
255.000.000,dengan
biaya
produksi
Rp.55.000,- - Rp.65.000,-/kg, nilai B/C ratio 1,55
dan ROI 55%. Total anggaran yang dibutuhkan
persiklus kurang dari 200 juta rupiah.
Berdasarkan nilai tersebut diatas kegiatan
budidaya kerapu ditambak merupakan salah
satu alternative pengembangan usaha skala kecil
masyarakat pesisir.
1.2.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan budiaya kerapu di


tambak sebagai alternatif pengembangan usaha
skala kecil masyarakat pesisir adalah :
Meningkatkan nilai tambah margin
keuntungan bagi pembudiaya kerapu khisusnya
bagi masyarakat pesisir dengan memperhatikan
nilai parameter ekonomis (biaya investasi dan
biaya produksi).
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan yaitu tercapainya
produksi ikan kerapu ukuran konsumsi (400
gram up) guna memenuhi permintaan pasar
yang semakin meningkat.

74

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

II.

Vol :1 No:1 2016

BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan


Waktu kegiatan dilakukan selama 12
bulan . Lokasi yang digunakan adalah sama
yaitu lahan tambak E3-5 untuk pendederan dan
Lahan tambak E3-9 untuk pembesaran.
2.2. Bahan dan Peralatan Kegiatan
Bahan dan peralatan yang digunakan
pada kegiatan ini adalah :
a. Ikan kerapu dan kerapu hybrid yang berasal
dari Situbondo dengan ukuran 3-4 cm/ekor
dan jumlah masing-masing 15.000 ekor.
b. Pakan yang digunakan pada pendederan
adalah pakan buatan total sedangkan pada
pembesaran menggunakan pakan ikan
rucah dan pakan buatan (komposisi 80% :
20%).
c. Panggunaan vitamin C dilakukan minimal
seminggu sekali dengan dosisi 3 gram/kg
pakan buatan.
d. 2 unit lahan tambak berkuran kotor 5.000
m2 yang memiliki inlet dan outlet yang baik
serta menggunakan kincir air (max. 2 unit).

e.

f.

g.
h.
i.
j.

Karamba tancap bambu yang dipasang di


lahan tambak dengan jumlah antara 2
unit/tambak.
Waring hitam ukuran 1 x 1,5 x 1,2 dan jaring
poly ethylenen ukuran 2 x 2 x 1,5 dengan
pemberatnya. Ukuran mata jaring antara
0,75-1,5 inchi.
Anco tempat pakan, satu petak tambak
dipasang 8-10 buah
Alat tulis dan penunjangnya seperti
kalkulator, laptop dan lain-lain.
Peralatan lapangan seperti ember, serok,
golok dan gunting.
Bahan lain seperti air sirih untuk tratemen
ikan, pupuk urea, kapur dan kaporit untuk
persiiapan lahan dll.

2.3. Methode Pemeliharaan


Metode
pelaksanaan
kegiatan
pembesaran
kerapu
dengan
model
pemeliharaan di karambah tancap (Gambar 1.)

Gambar 1. Karamba Jaring Tancap

A.

Persiapan Lahan Tambak

Lahan yang diperlukan dalam menunjang kegiatan pembesaran kerapu meliputi petakan
tambak pemeliharaan dengan luasan 5000 m dan petakan tambak pengelolaan kualitas air tandon
(Gambar. 2).
75

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

a). Petakan Tambak Pemeliharaan

Vol :1 No:1 2016

(b). Petakan Tandon


Gambar 2. Lahan Budidaya

Persiapan tambak meliputi pengeringan


kolam, pengolahan tanah dasar dan pembuatan
caren (saluran tengah kolam), pengapuran,
pemupukan dan pengisian air. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk urea dengan dosis 2
gram/m2, NPK dengan dosis 4 gram/m2. Kapur
yang digunakan adalah hidup (CaO) dengan
dosis 50-100 gram/m2.pengeringan, perbaikan

(a). Pengeringan

pematang, saluran, dan dasar kolam serta


pengapuran, pemupukan, dan pembasmian
hama dan predator. Untuk tanah yang masam
pH < 6,8 dilakukan pengapuran dengan dosis
0,5- 1 ton per Ha. Pembasmian hama dan
predator menggunakan saponen dengan dosis
20-30 gr per m2

(b). Pengapuran

(c) Perbaikan Pematang

Gambar 3. Proses Persiapan Lahan


B.

Persiapan Sarana Produksi

Persiapan sarana produksi dalam


kegiatan
pembesaran
kerapu
meliputi
pembuatan karambah tancap, persiapan waring
dan jarring, pembuatan pemberat jarring dan
pemasangan bioscurity. Kontruksi per unit
karambah tancap terbuat dari bambu dengan
ukuran lebar 3 meter panjang 30 meter
dilengkapi dengan peneduh dari setding net.
Waring hitam dari plastik (aquatec) berukuran 1
x 1,5 x 1,2 meter dan Jaring pemeliharaan
terbuat dari bahan sintetik (PE) dengan ukuran

2.5 x 2.5 x1,5m. Pemberat jarring digunakan


paralon berdiameter 1 yang disesuaikan
dengan ukuran jarring serta bioscurity dipasang
pada sekeliling areal tambak.
C.

Teknik Pemeliharaan

1.

Phase Pendederan
Teknis pemeliharaan budidaya kerapu
diawali dari sekmen pendederan, kegiatan ini
bertujuan membesarkan benih kerapu dari
ukuran 3 cm menjadi ukuran benih 9-12 cm
dipelihara dalam waktu 3 bulan.
76

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

Pemilihan Benih
Kreteria benih berasal dari hasil
pembenihan intensif yang telah menerapkan SNI
Pembenihan. Ukuran benih berkisar antara 3-4
cm/ekor, tidak cacat, warna kecoklatan cerah,
bebas penyakit, gerakan lincah, berenang
normal, bergerombol dan responsive terhadap
pakan.

Penebaran Benih.
Langkah-langkah dalam penebaran benih yang
harus dilakukan meliputi aklimatisasi yang
bertujuan untuk mpenyesuaian terhadap suhu
dan salinitas benih, penghitungan benih
bertujuan untuk mengetahui dan kroscek benih
yang dikirim dengan data pengiriman, dan
penentuan padat tebar Adapun padat tebar
yang digunakan pada pendederan Kerapu
disajikan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Padat Penebaran Pembesaran Ikan Kerapu


Masa pemeliharaan

Ukuran jarring (meter)

Ukuran Benih (Cm)

Bulan 0

2,5

Bulan I

1 X 1,5 X 1,2

Bulan II-III

Pemberian Pakan.
Jenis pakan yang digunakan pada
phase pendederan menggunakan pakan buatan
secara keseluruhan. Dosis pemberian pakan

Kepadatan
(per/jaring)
1200

38

1000 500

8 12

500 300

berkisar antara 3-7% dari total biomas dengan


frekuensi pemberian pakan untuk pendederan
3-6 kali/hari sedangakan pembesaran diberikan
3 kali sehari secara adlibitum.

Tabel 2. Ukuran, bentuk, feeding rate,dan frekuensi pemberian pakan


Ukuran Pakan

Bentuk

Ukuran ikan

Feeding Rate

Frekuensi pemberian pakan

No. 1
No. 1,3
No. 1,6
No. 3
No. 5
No. 7
No. 10

Crumble
Crumble
Crumble
Pelet
Pelet
Pelet
Pelet

0,3 0,5 gr
0,5 1 0 gr
1 3 gr
3 10 gr
10 50 gr
50 100 gr
> 100 gr

6-5%
5-4%
4-3%
3-2%
2-1,5%
15 1,2%
1,2 1%

6 kali / hari
6 kali / hari
6 kali / hari
4 kali / hari
4 kali / hari
3 kali / hari
3 kali / hari

Grading

Grading atau pemilahan ukuran

mengurangi kanibal, karena pertumbuhan

dilakukan secara periodic terutama pada

benih dalam satu jarring selalu terjadi,

phase awal kedatangan ikan (ukuran 3

biasanya dalam satu jaring terdapat 3

cm/ekor).

ukuran yang berbeda.

Tujuan grading ini

untuk

77

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

Penggantian waring/jaring

Pergantian jarring dilakukan setiap

akibat kekurangan okasigen terlarut yang

3-5 hari sekali, hal ini bertujuan untuk

disebabkan oleh rapatnya lubang jaring.

menjaga kebersihan media pemeliharaan

Penggantian media pemeliharaan

juga

agar benih yang dipelihara tidak mudah

bertujuan

ikan

terserang penyakit dan mecegah kematian

ditempat yang baru yang lebih bersih.

Sampling

untuk

memindahkan

Methode Pengambilan Data (Sampling)

bertujuan

untuk

penentuan

jumlah

pakan

yang

harus

mengetahui laju pertumbuhan ikan, adapun

diberikan. Sampling phase pendederaan

aspek yang diukur yaitu panjang dan berat

dilakukan setiap 4-10 hari sekali dengan ikan

sehingga dapat digunakan sebagai dasar

sample 5-10% populasi.

Tabel, 3. Siklus kegiatan grading, sampling, pergantian jarring dan treatmen


Ukuran

2.

Grading

Sampling

Pergantian jaring

Treatmen

Pergantian Air

3 - 6 cm

4 hari

4 hari

4 - 5 hari

4 - 5 hari

20 %

6 9 cm

7 hari

7 hari

7 hari

7 hari

20 %

9 12 cm

10 hari

10 hari

5 hari

10 Hari

Phase Pembesaran

Yaitu merupakan kegiatan lanjutan dari


phase pendederan untuk pembesarkan benih
kerapu ukuran 9-12 cm menjadi ikan konsumsi
ukuran 450-500 gram. Tenis pemeliharaan
dengan metode Tebar Lepas yaitu teknis
pemeliharaaan ikan dengan pemeliaharaan
tebar langsung pada petakan tambak

Pemilihan Benih
Kreteria benih berasal dari hasil
kegiatan pendederan intensif yang telah
mencapai ukuran benih berkisar antara 9-12
cm/ekor, tidak cacat, warna kecoklatan cerah,
bebas penyakit, gerakan lincah, berenang
normal, bergerombol dan responsive terhadap
pakan.

20

Penebaran Benih.
Penebaran benih dilakukan setelah
lahan dan semua sarana dan prasarana selesai
dan benar-benar siap,dan benih dalam kondisi
sehat. dan benih tersebut telah terbiasa dengan
pakan pellet dan ikan rucah. Padat tebar
disesuaikan atau dihitung berdasarkan luasan
petakan tambak yaitu 2 ekor/m3

Pakan Dan Pemberian Pakan


Pakan yang digunakan pada sekmen
pendederan adalah total pakan buatan
dan ikan rucah dengan kualitas baik.
Teknis pemberian pakan yaitu pakan
ditempatkan pada anco yang telah
dipersiapkan

78

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

Tabel 4. Ukuran Ikan, Jenis Pakan, feeding rate,dan frekuensi pemberian pakan
Ukuran Ikan
(gr)
50 - 100

Jenis Pakan
Ukuran (disesuaiakan dg
bukaan mulut)

Feeding Rate
Pelet

Ikan Rucah

Pelet

Ikan Rucah

1%

2%

3 kali / hari

200

Pelet

Ikan Rucah

1%

2%

3 kali / hari

250

Pelet

Ikan Rucah

0,5 %

3%

3 kali / hari

300

Pelet

Ikan Rucah

0,5 %

3%

2 kali / hari

350 - 400

Ikan Rucah

3%

2 kali / hari

450 - 500

Ikan Rucah

3%

2 kali / hari

Adapun padat tebar yang digunakan


pada pendederan Kerapu disajikan pada Tabel 1
berikut :
1.

2.

Frekuensi
pemberian pakan

Wadah Pemeliharaan
Wadah Pemeliharaan yaitu petakan
tambak yang dilengkapi system inlet dan
outlet sehingga memungkinkan air
mengalir secara terus menerus dengan
pergantian air mencapai 20 - 50 %/hari,
serta telah dilengkapi dengan selter dan
anco sebagai tempat pemberian pakan.
Bahan dan Alat

Benih ukuran 9-12 cm hasil dari


sekmen pendederan.

Pakan ikan rucah

Vitamin dan obat-obatan

Kapur

Pompa air

Timbangan

Pompa semprot jarring

Jaring Panen (jarring badut)

Anco pakan

Selter ( ban bekas, paralon dan daun


kelapa dll)

Senter

Jas hujan
Sepatu boat
Serokan
Keranjang panen

3.

Penebaran
Penebaran benih dilakukan setelah lahan
dan semua sarana dan prasarana selesai
dan benar-benar siap, Adapun benih yang
digunakan
berasal
dari
kegiatan
pendederan ukuran 9-12 cm dan benih
dalam kondisi sehat. dan benih tersebut
telah terbiasa dengan pakan pellet dan
ikan rucah.
Padat tebar disesuaikan atau dihitung
berdasarkan luasan petakan tambak yaitu
2 ekor/m3 .

4.

Pakan Dan Pemberian Pakan


Pakan yang digunakan pada sekmen
pendederan adalah total pakan buatan
dan ikan rucah dengan kualitas baik.
Teknis pemberian pakan yaitu pakan
ditempatkan pada anco yang telah
dipersiapkan

79

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

Tabel 5. Ukuran Ikan, Jenis Pakan, feeding rate,dan frekuensi pemberian pakan
Ukuran Ikan
(gr)
50 - 100

5.

Jenis Pakan
Ukuran (disesuaiakan dg
bukaan mulut)

Feeding Rate
Pelet

Ikan Rucah

Frekuensi
pemberian pakan

Pelet

Ikan Rucah

1%

2%

3 kali / hari

200

Pelet

Ikan Rucah

1%

2%

3 kali / hari

250

Pelet

Ikan Rucah

0,5 %

3%

3 kali / hari

300

Pelet

Ikan Rucah

0,5 %

3%

2 kali / hari

350 - 400

Ikan Rucah

3%

2 kali / hari

450 - 500

Ikan Rucah

3%

2 kali / hari

Pengelolaan Kesehatan Ikan


Yaitu upaya menjaga kondisi fisik ikan pemeliharaan tetap sehat sehingga ketahanan

kesehatan tetap terpelihara. Adapun upaya yang dilakukan yaitu: sampling, dan penggantian air.
Tabel, 6. Siklus Kegiatan Sampling, pergantian Air
Ukuran Ikan (gr)

Sampling

Pergantian Air

50 - 100

10 hari

20 %

100 - 200

12 hari

20 %

250 - 350

12 hari

30 %

350 -500

12 hari

30 %

Methode Pengelolaan Kualitas Air/Media

Monitoring kualitas air merupakan


kegiatan penunjang dan dilakukan setiap hari
yaitu pada pagi hari dan sore hari. Parameter
yang harus dikontrol dan diamati yaitu : suhu
air, DO, pH air, salinitas, Alkalinitas, metabolit
toxic, kecerahan dan warna plankton, kualitas

plankton. Monitoring kualitas air ini bertujuan


untuk mengetahui kondisi perairan tempat
pemeliharaan kerapu, agar bila mana terjadi
kondisi yang ekstrim dapat langsung diambil
tindakan.

Methode Pengelolaan Kesehatan

Pengendalihan hama dama penyakit


dilakukan dengan cara pencagahan dan
penanganan (pengobatan). Adapun pencegahan
dilakukan dengan cara pemberian pakan yang
baik dan penambahan vitamin melalui pakan
serta perendaman dengan air tawar secara

periodic. Pengobatan dilakukan berdasarkan


jenis dan karasteristik penyerangan hama dan
penyakit. Jenis hama dan penyakit yang sering
menyerangan benih yaitu Perasiit, jamur,
bakteri, dan virus.

80

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

III.

Vol :1 No:1 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Phase Pendederan


Kegiatan budidaya ikan kerapu di
tambak dibagi atas dua bagian yaitu pendederan
dan pembesaran. Phase pendederan dilakukan
selama 90 hari menunjukan hasil yang cukup
baik, bila dibandingkan dengan hasil produksi

kegiatan pndederan dan penggelondongan di


karamba jaring apung di laut. Hasil data
pengukuran ikan selama 90 hari phase
pendederan ikan kerapu di tambak disajikan
pada Tabel7,

Tabel 7. Data Pendederan ikan kerapu di tambak

Parameter
Bobot
(gr)
Sampling I
Sampling X

GRADE
II
panjang
(cm)

panjang
(cm)

3.5
92

13

Waktu
Jumlah Awal (ekor)
Jumlah Akhir (ekor)

Bobot
(gr)

III
bobot
(gr)

3
67

11

panjang
(cm
2.5

64

10

90 hari
2343

15000
6496.5

Total Jumlah (ekor)

10650

Total biomass (kg)

791.7

SR (%)

71%

Jumlah pakan buatan (kg)

Berdasarkan hasil kegiatan pendederan kerapu


macan dan kerapu hybrid di tambak
menunjukkan bahwa selama pemeliharaan
terdapat tiga grade dengan sebaran masingmasing grade mencapai panjang 13 cm 22 %, 11
cm 61 % dan 10 cm 17 %.
Nilai sintasan pada phase pendederan
yang diperoleh menunjukkan (71,12%) dengan
total biomas 791.7 kg, kosumsi pakan buatan
sebanyak 1150 kg sehingga nilai FCR 1.5,tinggi
kematian diduga akibat kanibalisme ikan kerapu

1810.5

1150 kg

pada saat ukuran 4-5cm. Selain itu, daya tahan


ikan kerapu diketahui sedikit lebih baik
dibandingkan kerapu macan. Hal ini terlihat dari
minimnya serangan bakteri pada ikan ini
dibandingkan kerapuy macan.
3.2. Phase Pembesaran
Hasil data pengukuran kegiatan bididaya
pembesaran kerapu di tambak dapat disajikan
pada Tabel 8

81

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

Tabel 8, Data Pembesaran Ikan Kerapu Di Tambak


GRADE
II
Jumlah
Berat
(ek)
(gr)
6496
67
4686
480

Parameter

Jumlah
(ek)
2343
2556

Tebar awal
Hasil akhir

Berat
(gr)
92
500

Rata-rata SGR

III
Jumlah
(ek)
1811
1278

Berat
(gr)
64
420

1,69

Total biomas awal (kg)


Total biomas akhir (kg)
SR ( %)
Pakan rucah
Pakan pellet

767
4064
80%
24384
2032

Berdasarkan data kegiatan kegiatan


phase pembesaran ikan kerapu di tambak
BLUPPB Karawang
selama 9 bulan lebih
menunjukkan hasil bahwa ikan kerapu memiliki
pertumbuhan harian spesifik rata-rata baik,bila
dibandingkan hasil budidaya keraapu di karamba
jaring apung di laut, tingat pertumbuhan cukup
baik mencapai rata-rata SGR 1.69. FCR pakan
ikan rucah 1:8. Kematian yang terjadi pada ikan
phase ini biasanya akibat serangan bakteri vibrio
namun dalam jumlah dan intensitas yang relatif
kecil.Secara keseluruhan selama 9 bulan masa

pemeliharaan diperoleh nilai sintasan budidaya


kerapu hybrid di tambak (80%) dengan total
biomas 4064 kg.
3.3. Analisa Usaha Kegiatan
Nilai analisa usaha secara global ini
relatif sama baik rakit yang digunakan, media
maupun peralatan lainnya.
Komponen
pembeda yaitu harga benih, nilai pakan, nilai
jual, jumlah biomass akhir, lama pemeliharaan
dan sintasan.

Tabel 9. Analisa Usaha Budidaya Kerapu di Tambak


Analisa Usaha Pendederan Kerapu Macan
Proses produksi
1
2

Jangka waktu pemeliharaan


Kebutuhan benih

12
15,000

Ukuran benih tebar

3.0

Harga benih per kg

3,000

Kelangsungan hidup

FCR pakan

Harga pakan pellet

8,000

Rupiah

Harga pakan rucah

4,000

Rupiah

Kebutuhan pakan pellet

3,180

Kg

10

Kebutuhan pakan rucah

4,384

Kg

11

Harga jual panen

57

95,000

Bulan
Ekor
Cm
Rupiah
%

rupiah/kg

82

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

12

Total panen

4,064
Uraian

Vol :1 No:1 2016

Kg

Volume

Satuan

Harga/sat

Harga/tot

JUE
(periode)

Penyusutan
(periode)

BIAYA INVESTASI
1. Keramba apung 4 unit

Unit

3500000

7000000

3500000

2. Jaring uk. 1x1.5x1.5 m

20

Buah

450000

9000000

4500000

3. Rumah jaga ( 3x4 m )

Unit

5000000

5000000

1666666.7

4. Freeser

Unit

3500000

3500000

1750000

5. Pompa 3 ince

Unit

3000000

3000000

1500000

7. Kincir

Unit

4000000

8000000

4000000

10000

KVA

10000000

10000000

5000000

50000

1000000

500000

1750000

1750000

875000

8. Pemasangan Listrik
9. Pemberat jaring
10. Jaring badut

20

Buah

Unit

48250000
II

23291667

BIAYA TETAP
1. Penyusutan

2. Upah tenaga kerja 3 org

12

3. Persiapan tambak

23291667

23291667

Orang

4500000

54000000

Kali

1500000

3000000
80291667

III

BIAYA VARIABEL
Benih kerapu 3 CM

15,000

ek

3000

45000000

pellet

3,180

Kg

18,000

57240000

ikan rucah

24,384

Kg

4,000

97536000

Paket

750000

Pakan

Obat obatan

1500000

Vitamin (Vit.C+mulitivitamin)

Pkt

750000

750000

Listrik

12

Bln

1000000

12000000

Peralatan lapang

Pkt

2500000

2500000
216526000

IV

TOTAL BIAYA
Biaya Tetap

80291667

Biaya Variabel

216526000
296817667

PENERIMAAN
Panen Kerapu uk 500 gram

1278

Kg

95000

121410000

Panen Kerapu uk. 480 gram

2249

Kg

95000

213655000

Panen Kerapu uk. 420 gram

537

Kg

95000

51015000

4064
VI.

386080000

Keuntungan
Total Penerimaan

386080000

Total Biaya

296817667
91512333

VII

B/C RATIO

83

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

Hasil penjualan per musim

386080000

Modal produksi

296817667
1.3

Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa


nilai ekonomi kegiatan ditunjukkan bahwa
budidaya kerapu di tambak dengan modal
investasi < 50 juta dan biaya variable sebesar Rp
214.026.800,- sudah dapat memproduksi ikan
kerapu konsumsi > 4 ton. Keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp.91.512.333,-, dengan
demikian nilai rasio benefit dan Cost (B/C ratio)
sebesar 1.3.

3.4.

Rekapitulasi Kegiatan Pembesaran


Kerapu di Tambak

Hasil rekapitulasi kegiatan budidaya


kerapu di tambak disajikan pada Tabel 10 di
bawah ini.

Tabel 10. Rekapitulasi Budidaya kerapu hybrid dan Kerapu Macan di Tambak
Parameter
Bobot Awal Rerata (gr/ek)

Hasil
1,85

Panjang Awal Rerata (cm/ek)

3,1

Bobot Akhir Rerata (gr/er)

450

Panjang Akhir rerata (cm/ek)

27,1

SGR Pendederan (% BT/h)

5,37

SGR Pembesaran (% BT/h)

1,69

Jumlah awal (ekor)

15.000

Jumlah akhir (ekor)

8.520

Sintasan total (%)


Jumlah pakan buatan (kg)
Jumlah pakan rucah (kg)
Total Biomas akhir (kg)
Biaya benih

57
3,180
24,384

4064
Rp. 45.000.000

Total biaya pakan

Rp. 154,776.000

Nilai penjualan (s/d bulan ke-5)

Rp. 386,080,000

B/C Ratio
Secara keseluruhan dari perbandingan ekonomis
budidaya kerapu hybrid dan kerapu macan di
tambak selama lima bulan pemeliharaan
diperoleh nilai parameter biologis (pertumbuhan
dan sintasan) dan ekonomis (B/C ratio) kerapu

1,31
hybrid relatif lebih baik dengan kerapu macan.
Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan
sintasan yang secara langsung akan berpengaruh
pada lamanya masa panen ikan tersebut.

84

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkani Hasil Kegiatan yang telah
dilakukan selama 12 Bulan pemeliharaan dengan
metode pemeliharaan yang dilakukan di Tambak
dapat Disimpulkan bahwa :
Dibandingkan dengan Kerapu memiliki
pertumbuhan yang cepat. Hal ini dilihat dari
hasil akhir selama 12 bulan pemeliharaan
(Bobot Total Biomass) yang didapat yaitu
bobot yang didapat 4064 Kg.
Sintasan / Survival Rate (SR) yang didapat
selama 12 bulan pemeliharaan dari kegiatan
pedederan 71% sedangkan pada kegiatan
pembesaran 80 %, sehingga nilai sintasan
selama masa pemeliharaan didapat 57 %
Bila dilihat secara analisa finansial,
keuntungan yang didapat yaitu Rp.
91.512,333 dengan B/C ratio 1,33
Kerapu lebih ekonomis dan efisien untuk
dibudidayakan dan dikembangkan di

Tambak, karena dengan modal kerja untuk


biaya investasi < 50 juta dan biaya produksi
Rp.216.526.000,- dapat menghasilkan 4064
kg ikan kerapu konsumsi.
4.2.
Saran
Perlu dilakukan perbandingan ekonomis
secara keseluruhan pada budidaya ikan
kerapu hybrid dan kerapu macan di tambak
sebagai hasil akhir kegiatan di atas.
Perlu inovasi teknologi yang lebih baik untuk
meningkatkan nilai sintasan sehingga
memiliki nilai ekonomis yang lebih baik.
Perlu uji multilokasi dengan mengambil
lahan pembudidayaan yang memiliki
karakteristik berbeda dengan pantai utara
seperti pantai selatan atau daerah lain
sehingga aplikasi teknologi dapat diterapkan
secara menyeluruh.

85

AQUACULTURE FOR BUSINESS AND FOOD SECURITY

Vol :1 No:1 2016

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1988. Training on Marine Finfish Netcage Culture in Singapore. Primary Product
Department, Republic of Singapore.
Budi Rahardjo, B. 1992. Teknik Budidaya Ikan di Laut. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal
Perikanan. Balai Budidaya Laut. Lampung.
Chang, S.L. 1996. Marine Fish Culture. Tungkang marine Fish Laboratory. Taiwan Fisheries
Research Institute
Cho, C.Y., Cowey and Watanabe. 1983. Finfish Nutrition in Asia, Methodological Approaches to
Research and Development. Ottawa, Ont. IDRC. 154 pp.
Kurnia, B. , Arief Prihaningrum dan Yuwana Puja. 2004.Kajian Abnormalitas Ikan Ukuran Konsumsi
Dalam Satu Siklus Budidaya Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus). Disampaikan
pada Lintas UPT, Mataram 2004.
Williams,K.C. and Michael A. Rimmer. The Future of Feed and Feeding of Marine Finfish in Asia
Region : The need to Develop Alternative Aquaculture Feeds. Presented at Regional
wokshop on low value fish and trahfish in the Pacific Asia Region. Vietnam, 7-9 June 2005.
Pusat Riset Perikanan Budidaya. 2003.
Aplikasi Teknologi Pakan dan Peranannya Bagi
Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya. Prosiding Semi-Loka.

86

Anda mungkin juga menyukai