PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia/eklampsia
merupakan
penyebab
utama
morbiditas
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pre Eklampsia
2.1.1 Defenisi
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Menurut Cunningham (2005) criteria minimum untuk
mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi disertai proteinuria minimal.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg
dengan pengukuran tekanan darah sekurang - kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kemudian, dinyatakan terjadi proteinuria apabila terdapat 300 mg protein
dalam urin selama 24 jam atau sama dengan 1+ dipstick.
Preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam disebut sebagai
preeklampsia berat. Beberapa tanda dan gejala dari preeklampsia berat antara lain
nyeri epigastrium, sakit kepala dan gangguan penglihatan akibat edema serebral.
Pada kasus hipertensi karena kehamilan yang fulminan dapat terjadi
eklamsi. Bentuk serangan kejangnya ada kejang grand mal dan dapat timbul
pertama kali sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kejang yang timbul lebih
dari 48 jam setelah persalinan lebih besar kemungkinannya yang disebabkan lesi
lain yang bukan terdapat pada susunan saraf pusat (Cunningham et.al.1995)
Eklampsia yang terjadi dalam kehamilan menyebabkan kelainan pada
susunan saraf. Penyebab eklampsia adalah kurangnya cairan darah keotak,
hipoksik otak atau edema otak. (Rustam Mochtar 1998)
PEB dapat menjadi impending eklampsia. Impending eklampsia ditandai
dengan adanya hiperrefleksi. Gejala subyektif dari pasien yaitu jika merasa
kepalanya pusing, muntah, mual, atau adanya nyeri epigastrik.
2.1.2 Epidemiologi
Frekuensi preeklampsi untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya, jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi,
Perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain.
Diindonesia
frekuensi
kejadian
preeklampsia
sekita
3-10%
diartikan
sebagai
wanita
yang
hamil
untuk
pertama
pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi peningkatkan
risiko preeklamsia.
4. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis ini misalnya terjadi pada mola hidatidosa, kehamilan
multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.
5. Riwayat pernah mengalami preeklampsia
Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki
risiko 5 sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan
keduanya. Sebaliknya, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan keduanya,
maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar untuk
memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya bila dibandingkan
dengan wanita yang tidak mengalami preeklampsia di kehamilannya yang kedua.
6. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia akan meningkatkan
risiko sebesar 3 kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan preeklampsia berat
cenderung memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia pada kehamilannya
terdahulu.
7. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Pada penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk dengan menggunakan desain
penelitian case control study dikemukakan bahwa pada populasi yang
diselidikinya wanita dengan hipertensi kronik memiliki jumlah yang lebih banyak
untuk mengalami preeklampsia dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
penyakit ini.
8. Obesitas
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat menganggu kesehatan.
Indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan berat badan lebih dan
obesitas pada orang dewasa adalah indeks massa tubuh (IMT). Seseorang
dikatakan obesitas bila memiliki IMT 25 kg/m.
Sebuah penelitian di Kanada menyatakan risiko terjadinya preeklampsia
meningkat dua kali setiap peningkatan indeks massa tubuh ibu 5 - 7 kg/m terkait
dengan obesitas dalam kehamilan, dengan mengeksklusikan sampel ibu dengan
hipertensi kronis, diabetes mellitus, dan kehamilan
multipel. Sedangkan
2. Hipertensi kronis
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi sebelum kehamilan atau
sebelum usia kehamilan 20 minggu dan bukan merupakan penyebab dari penyakit
trofoblastik kehamilan. Hipertensi yang terdiagnosa setelah usia kehamilan 20
minggu dan menetap selama lebih dari 12 minggu pasca melahirkan termasuk
dalam klasifiasi hipertensi kronis.
3. Preeklampsia atau eklampsia
Pasien dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah usia kehamilan
20 minggu dengan sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan disertai
proteinuria (> 0,3 gr protein dalam spesimen urin 24 jam). Eklampsia dapat
didefenisikan sebagai kejang yang bukan merupakan dikarenakan penyebab
apapun pada wanita dengan preeklampsia.
4. Superimposed preeklampsia (dalam hipertensi kronis)
Proteinuria dengan onset yang cepat (>300 mg dalam urin 24 jam) dengan wanita
hamil dengan hipertensi tetapi tidak terjadi proteinuria sebelum usia kehamilan 20
minggu. Peningkatan tekanan darah atau proteinuria atau penurunan jumlah
platelet hingga di bawah 100.000 secara tiba tiba pada wanita dengan hipertensi
atau proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
5. Transient Hipertensi
Timbulnya hipertensi dalam kehamilan sesudah trimester II atau dalam 24
jam pertama post partum tanpa ada tanda tanda hipertensi kronis atau
preeklampsia eklampsia dan gejala ini menghilang setelah 10 hari post partum.
Tekanan sistol 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg
atau lebih dan tidak turun walaupun sudah menjalani perawatan RS dan
tirah baring.
Proteinuria 5gr atau lebih perurin 24 jam atau +3, +4 pada uji dipstik
Nyeri didaerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen karena
teregangnya kapsula glisson
Hemolisis mikroangiopatik
Sindroma hellp
PRE EKLAMPSIA
PRE EKLAMPSIA
RINGAN
<110 mmHg
< 160 mmHg
+1 atau +2
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Minimal
BERAT
>110 mmHg
>160 mmHg
+3 atau +4
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Meningkat
Ada
Sangat meningkat
serum
Restriksi pertumbuhan
Tidak ada
Nyata
janin
Edema paru
Tidak ada
Ada
10
2.1.6. Patofisiologi
Penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak
ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori yang sekarang
banyak dianut adalah sebagai berikut :
1. Teori vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, uterus dan plasenta mendapat aliran darah dari cabangcabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium sebagai arteri arkuata dan arteri arkuata bercabang
menjadi arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis dan bercabang menjadi arteri spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
kedalam lapisan otot spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada
uteroplasenta. Akibatnya, aliran darah kejanin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses
ini dinamakan Remodeling Arteri Spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis
relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan remodelling arteri spiralis,
sehingga aliran udara uteroplasenta menurun, dan terjadilah perubahan
perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan
selanjutnya.
2. Iskemik plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
11
melindungi trofoblast janin dari lesi oleh sel natural killer ibu.
Selain itu adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblast
kedalam jaringan desidua ibu. Pada hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan
12
13
proses apoptosis dan nekrotik trofoblast akibat dari reaksi stress oksidatif
dimana jumlahnya masih dalam batas wajarsehingga reaksi inflamasi juga
masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses pada preeklampsia dimana
terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan
nekrotik juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada
plasenta besar, pada hamil ganda,maka stress oksidatif akan sangat meningkat,
sehingga jumlah sisa trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini
menimbulkan beban reaksi inflamasi pada dalam darah ibu menjadi jauh lebih
besar , dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon inflamasi
ini akan mengaktifkan sel endotel , dan sel sel makrofag/granulosit, yang
lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan
gejala gejala preeklampsia pada ibu. Reman menyatakan bahwa disfungsi
endotel pada preeklampsia akibat produksi debris trofoblas plasenta
berlebihan tersebut diatas, mengakibatkan aktivitas leukosit yang sangat
tinggi pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini oleh redman disebut kekacauan
adaptasi dari proses inflamasi intravaskularpada kehamilan yang biasanya
berlangsung normal dan menyeluruh.
Perubahan pada organ organ yang di sebabkan oleh pre eklampsia :
1. Kardiovaskular
Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular normal lazim terjadi pada
preeklampsia dan eklampsia. Gangguan ini berkaitan dengan : peningkatan
afterload jantung yang di sebabkan oleh hipertensi, reload jantung yang sangat
dipengaruhi oleh tidak adanya hipervolemia pada kehamilan akibat penyakit atau
justru meningkat secara iatrogenik akibat infus larutan kristaliod atau onkotik
intravena dan aktivitas endotel disertai ekstravasasi cairan intravaskular kedalam
ruang ektrasel, dan yang penting kedalam paru- paru. Dimana selama kehamilan
normal, massa ventrikel kiri bertambah, tetapi tidak mendapat bukti meyakinkan
mengenai perubahan struktural lain yang diinduksi preeklampsia.
2. Metabolisme air dan elektrolit
14
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan
menyebabkan ganggaun
pada
15
6. Paru paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadina
aspirasi pneumonia, atau abses paru.
2.1.7. Manisfestasi klinik
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan kriteria paling penting dalam diagnosa penyakit
preeklampsia. Hipertensi ini sering terjadi sangat tiba tiba. Banyak primigravida
dengan usia muda memiliki tekanan darah sekitar 100-110/60-70 mmHg selama
trimester kedua. Peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau peningkatan
diastolik sebesar 30 mmHg harus di pertimbangkan sesuatu yang buruk. Oleh
karena itu pada pasien preeklampsia merupakan hipertensi relatif jika tekanan
darahnya 120/80 mmHg. Tekanan darah sangat labil, tekanan darah pasien
preeklampsia ataupun hipertensi kronis biasanya menurun pada saat pasien tidur,
tetapi pada pasien preeklampsia berat tekanan darah akan tetap tinggi walaupun
dalam keadaan tidur.
2. Proteinuria
Proteinuria merupakan gejala yang paling akhir timbul. Proteinuria berarti
konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 gr/liter dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau +2 atau 1 gr/liter atau lebih dalam
urin yang dikeluarkan kateter yang diambil minimal dua kali dengan jarak 6 jam.
3. Edema
Pada kehamilan normal dapat ditemukan edema yang bebas, tetapi jika
terdapat edema yang tidak bebas, terdapat ditangan dan wajah yang meningkat
pada pagi hari dapat dipikirkan merupakan edema yang patologis. Peningkatan
berat badan yang banyak dan tiba tiba dapat meningkatkan kemungkinan
preklampsia. Preeklampsia dapat terjadi tanpa adanya edema.
16
2.1.8. Pencegahan
Pencegahan upaya untuk mencegah terjadnya preklampsia pada wanita
hamil yang mempunyai resiko terjadinya preeklampsia, penerangan tentang
mamfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari hari perlu dikurngi dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah
lemak, karbohidrat, garam, dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretik dan obat antihipertensi. Memang merupakan
kemajuan dari pemeriksaan antenatal yang baik. (sarwono 2002)
2.1.9. Penanganan
1. Aktif (aggressive management) :
berarti kehamilan segera diakhiri/terminasi bersamaan dengan
pemberian pengobatan medika mentosa.
Bila didapatkan satu atau lebih keadaan berikut ini :
Ibu
-
Janin
-
17
Timbulnya Oligohidramnion
Laboratorium
-
Pengobatan medisinal
a) Segera masuk rumah sakit
b) Tirah baring kekiri secara intemitten
c) Infus D5% yang setiap liternya diselingin dengan larutan RL 500 cc(60
125 cc/jam)
d) Pemberian obat anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi.
Pemberian dibagi loading dose (dosis awal ) dan dosis lanjutan.
e) Antihipertensi diberikan bila TD > 160/110 mmHg
f) Diuretikum diberikan atas indiasi edema paru, payah jantung kongestif,
edema anasarka
g) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
2. Konservatif (ekspektatif)
berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medikamentosa jika kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda
tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2.1.8
Prognosis
Prognosis dari Pre eklampsia berat dikatakan jelek karena kematian ibu
antara 9,8 20,5 % sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaitu 42,2 48,9%.
18
2.1.9 komplikasi
Preeklampsia dapat menebabkan kelahiran awal atau komplikasi pada neonatus
berupa prematuritas. Resiko fetus diakibatkan oleh insufisiensi plasenta baik akut
maupun kronis. Pada kasus berat dapat ditemui fetal distress baik pada saat
kelahiran maupun sesudah kelahiran. Komplikasi yang sering terjado pada
preeklampsia adalah
1. Solusio plasenta
2. Hemolisis
3. Perdarahan otak
4. Kelainan mata
5. Nekrosis hati
6. Sindroma HELLP
7. Kelainan ginjal
8. prematuritas
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
19
Nama
: Ny. N
Usia
: 36 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Batak
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Alamat
:6 Desember 2016
Identitas Suami
Nama
: Tn. S
Usia
: 36 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Batak
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mules-mules ingin melahirkan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD DR. H. Kumpulan Pane dengan keluhan mules-mules
ingin melahirkan. Keluhan ini dirasakan pasien sejak 1 hari ini. Os juga
mengeluhkan keluar lendir bercampur darah (+), keluar air-air (+) bengkak pada
kedua kaki (+), nyeri uli hati (-), mual (+) muntah (-).
RPT
RPK
RPO
: Tidak jelas
Riwayat KB
: (-)
20
Riwayat Persalinan : -
HPHT
: 05 Maret 2016
TTP
: 12 Desember 2016
Riwayat ANC
kehamilan 3 bulan
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
-
Keadaan Umum
: Tampak Baik
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan Darah
: 200/130 mmHg
Frekuensi Nadi
: 100 x/menit
Frekuensi Nafas
: 24 x/menit
Suhu
: 36,9oC
Berat badan
: 47 kg
Tinggi badan
: 145 cm
Status Generalis
a. Kepala dan Leher
-
Kepala
: normocephali
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
21
b. Thoraks
Cor
Inspeksi : TDP
Palpasi
: TDP
Perkusi : TDP
Auskultasi : regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi :
Auskultasi :
TDP
TDP
TDP
Suara pernapasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)
c. Abdomen
Inspeksi : Membesar, simetris, linea nigra (+), luka bekas operasi (-)
Palpasi
: Soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Atas
: Akral Hangat (+), edema (-)
Bawah : Akral Hangat (+), edema (+)
Status obstetri
Inspeksi
Palpasi
DJJ
22
Hasil
14,4
42,7
12.900
190.000
5.14
Nilai Rujukan
12-14
37-54
5000-10000
150-450
3.50-5.50
Satuan
gr/dl
%
109/L
/mm3
1012/L
Urin Rutin
06 Desember 2016
PEMERIKSAAN HASIL
SATUAN
NILAI
RUJUKAN
WARNA
BERAT JENIS
PH
KEJERNIHAN
PROTEIN
GLUKOSA
BILIRUBIN
UROBILINOGEN
KETON
NITRIT
SEDIMEN
ERITROSIT
LEUKOSIT
SEL EPITEL
KUNING MUDA
1.015
6.0
JERNIH
(+)3 POSITIP
NEGATIVE
NEGATIVE
3.2
NEGATIVE
NEGATIVE
50-75
3-5
POSITIVE
NEGATIVE
1.003-1.03
5-8
Mmol/b
/L.pb
10^9/L
CYLINDER
KRISTAL NEGATIVE
IMMUNOLOGI
HIV KWANTITATIF NON-REAKTIF
NEGATIVE
NEGATIVE
NEGATIVE
3.2-16
NEGATIVE
NEGATIVE
0-2
0-5
NEGATIVE
Kimia Klinik
08 Desember 2016
23
Pemeriksaan
Bilirubin total
Bilirubin direct
SGOT
SGPT
Alkaline
Hasil
2,95
0,75
46
25
186
Satuan
Mg/dl
Mg/dl
U/I
U/I
U/I
Nilai rujukan
0-1
<0,3
< 40
< 43
Phosfatase
Ureum
Creatinin
Uric acid
28
1,0
3,3
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
10 40
0,6 1,2
27
3.5
RESUME
Seorang wanita 36 tahun G5P4A0 datang dengan keluhan mules mules
yang dirasakan sejak 1 hari ini. Keluar lendir bercampur darah (+), keluar air-air
(+) bengkak pada kedua kaki (+), nyeri uli hati (-), mual (+) muntah (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : DM(-), HT(-), Asma (-)
Riwayat Pemakaian Obat
: (-)
Riwayat KB
: (-)
Riwayat Kehamilan
: G5P4A0
Riwayat persalinan
: 05 Maret 2016
TTP
: 12 Desember 2016
Riwayat ANC
kehamilan 3 bulan
Pada pemeriksaan vital sign dijumpai
-
Keadaan Umum
: Tampak Baik
24
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan Darah
: 200/130 mmHg
Frekuensi Nadi
: 100 x/menit
Frekuensi Nafas
: 24 x/menit
Suhu
: 36,9oC
Berat badan
: 47 kg
Tinggi badan
: 145 cm
3.6 Diagnosis
PEB dengan Impending Eklampsia + MG + KDR (Aterm) + LK + AH
3.7 Rencana
Sectio Caesaria tetapi pasien mengalami partus spontan di ponek
3.8 Laporan Persalinan
-
Pada pukul 12:00 WIB VT lengkap, ketuban pecah sendiri, warna jernih,
kepala berada di hodge 4, HIS semakin kuat, ibu dipimpin untuk
persalinan dan lahir bayi secara spontan dan segera menangis.
Follow Up
25
Tanggal 06-12-2016
Terapi :
Mual (+)
Diet MII RG
Pandangan kabur(-)
Urin
30cc 14gtt/i
output
20cc/jam
10unit 10gtt/i
telpon
dr.Nazrin
Bey
Sitompul
Sp.PD
Tanggal 07-12-2016
Post Partus H I
Terapi :
TD : 168/105 mmHg
HR : 102 x/i
Mual (+)
RR : 20 x/i
Muntah (-)
T : 36 0 C
BAK : (+)
BAB : (-)
Tanggal 08-12-2016
Post Partus H II
Diet MII RG
IVFD RL + MgSo4 40% 30cc
14gtt/i
O2 2-4 l/i
TD : 151/108 mmHg
Diet MII RG
HR : 85 x/i
Pandangan
RR : 20 x/i
berkunang-kunang
T : 360 C
(+)
BAK : (+)
BAB : (-)
Input : 1700cc
Output: 1700cc
OS PAPS
26
BAB IV
DISKUSI KASUS
Preeklampsia
TEORI
berat
preeklampsia
KASUS
adalah Pada pasien ini dujumpai tekanan darah
dengan
>160/110mmHg
disertai
Pasien
di
diagnosa
dengan
dan
preeklampsia
berat
eklampsia
bila
disertai
nyeri
epigastrium
dan
27
BAB V
KESIMPULAN
Preeklampsia adalah penyakit hipertensi dan proteinuria yang didapatkan
setelah umur kehamilan 20 minggu (POGI , 2005). Dulu, pre eklampsia
didefenisikan sebagai enyakit dengan tnda tanda hipertensi edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara
pasti. Banyak teori teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori
Preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Pre eklampsia ringan
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel, kriteria
diagnostik : hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema setelah kehamilan
20 minggu
2. Pre eklampsia berat
Suatu preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan
tekanan darah dastolik > 110 mmHg disertai proteinuria 5 gr/24 jam. Dibagi
menjadi preeklampsia berat dengan impending eklampsia dan preeklampsia berat
28
29