Jurnal Cut Intan Salasiyah - ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN KOGNITIF Revisi 25 Aktober 2013 Finish
Jurnal Cut Intan Salasiyah - ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN KOGNITIF Revisi 25 Aktober 2013 Finish
mahasiswa
pendidikan
matematika
memiliki
tingkat
kemampuan
. Cut Intan Salasiyah adalah dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh
I.
Latar Belakang
Setiap mahasiswa di Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry telah melalui seleksi
penyaringan mahasiswa baru. Mahasiswa yang lulus adalah mahasiswa yang memiliki skor
tertinggi selama proses penyeleksian, atau yang telah mampu menjawab sejumlah soal
yang telah ditentukan. Sehingga mereka ini diharapkan memiliki pengetahuan dasar guna
melanjutkan pembelajaran pada tahap yang lebih tinggi, termasuk mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika. Mahasiswa matematika sebenarnya telah dibekali beberapa materi
matematika di sekolah menengah sebelumnya. Di mana materi ini merupakan materi dasar
dari matematika untuk pengembangan kemampuan bidang matematika. Sehingga
penguasaan materi dasar merupakan salah satu hal penting bagi mahasiswa matematika.
Lebih jauh tentang penguasaan materi matematika, setiap mahasiswa memiliki
tingkat penguasaan materi yang berbeda. Ini tergantung pada latar belakang pendidikan,
ketekunan, lingkungan dan sebagainya. Namun hal penting yang selalu diperhatikan
bahwa setiap mahasiswa matematika seharusnya memiliki pengetahuan awal matematika
yang baik. Pengetahuan awal ini merupakan modal atau batu loncatan menuju
pembelajaran matematika pada tingkat yang lebih tinggi. Winkel 2 mengatakan bahwa
pengetahuan seseorang dalam ilmu tertentu juga ikut menentukan sampai seberapa jauh
orang tersebut mampu berfikir secara tepat dan benar di bidang ilmu tersebut. Sehingga
penguasaan pengetahuan matematika akan selalu berpengaruh pada pola fikir mahasiswa
selama dan setelah pembelajaran berlangsung. Di samping itu, pembelajaran matematika
hanya dapat benar-benar dipahami dengan baik apabila pembelajaran dilakukan secara
beruntun dan bertahap. Ini disebabkan banyak konsep matematika yang saling berkaitan
dan mengikat. Ketidakpahaman suatu bagian akan mengakibatkan terputusnya alur berfikir
kesatuan bagian tersebut. Hal ini didukung oleh Hudojo3 bahwa matematika memuat ideide/konsep abstrak yang tersusun hirarkis dan penalaran deduktif.
Seiring berjalannya waktu, mahasiswa terus belajar dengan materi yang berbeda
dan semakin tinggi tingkat penguasaanya. Pengajaran yang diberikan kepada mahasiswa
juga disusun secara hirarkis. Kurikulum dan silabus selalu direvisi untuk mendapatkan
suatu bentuk yang lebih baik. Sehingga mahasiswa dapat belajar dengan baik dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih bermakna.
II.
Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mengidentifikasi dan mengambarkan kemampuan kognitif
mahasiswa matematika pada mata kuliah Aljabar Elementer, sehingga termasuk kedalam
penelitian deskriptif. Suryabrata6 mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan
membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifatsifat populasi daerah tertentu. Dalam melakukan penelitian, perlu mengkaji, merancang,
6
. Suryabrata, S. Pengembangan Tes Hasil Belajar. (Jakarta: Rajawali Press, 1987), hal. 18
dan mempersiapkan subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang berusaha mengambarkan
tingkat penguasaan mahasiswa pada matakuliah aljabar elementer khususnya materi
persamaan kuadrat.
Subjek Penelitian
Mahasiswa TMA berjumlah 383 orang. Subjek penelitian diambil dengan
purporsif sampling, dari angkatan 2010 sebanyak 15 orang, 2009 sebanyak 15 orang, 2008
sebanyak 15 orang, 2007 sebanyak 15 orang dan 2006 sebanyak 15 orang. Sehingga
jumlah subjek sebanyak 75 orang. Dari setiap angkatan tersebut, mencakup mahasiswa
dengan nilai aljabar elementer A, B, C, D. Sehingga diharapkan dapat memberi gambaran
yang menyeluruh dari tingkat kemampuan kognitif mahasiswa.
f
x100%
N
III.
HASIL PENELITIAN
Pembelajaran matematika yang dilakukan dan dipahami mahasiswa merupaakan
1.a
1.b
1.c
1.d
Setiap orang yang belajar akan mencapai tingkat penguasaan pengetahuan tertentu.
Tingkat ini tentu berbeda untuk setiap orang, tergantung pada tingkat kedalaman
pengkajian yang telah ia lakukan. Begitu juga dengan mahasiswa selama proses belajarnya.
Mahasiswa yang benar-benar tekun dalam belajar dan mencari pengetahuan yang lebih luas
tentu akan mendapatkan informasi yang lebih banyak daripada mahasiswa lain. Hal ini bisa
dimengerti bahwa kemampuan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh keseriusan dan
ketekunannya dalam belajar. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas tingkat
kemampuan kognitif mahasiswa berdasarkan taksonomi Bloom; dinamika tingkat
kemampuan kognitif menurut angkatan yang berbeda; dan solusi yang ditawarkan guna
peningkatan kemampuan kognitif mahasiswa pada materi tersebut.
mahasiswa. Setiap jenjang yang lebih tinggi selalu mencakup jenjang di bawahnya.
Tabel 2. Jumlah Mahasiswa pada Pencapaian Jenjang Terakhir
Jenjang
Mahasiswa
Angkatan
2010
Angkatan
2009
Angkatan
2008
Angkatan
2007
Angkatan
2006
Jumlah
(Persen)
Non
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Jenjang
(Knowledge)
(Comprehension)
(Application)
(Analysis)
10
15
15
15
15
15
33
19
10
(12%)
(45%)
(25%)
(13%)
(5%)
Jumlah
75
diberikan. Hal ini disebabkan mereka lupa tentang konsep tersebut, padahal konsep ini
sudah sangat familiar bagi siswa. Informasi tentang persamaan kuadrat yang awalnya
pernah mereka pelajari tetapi tidak tersimpan dengan baik sehingga Informasi tersebut
akan mudah hilang.
Dalam menjawab soal, beberapa mahasiswa mencoba menjawab tetapi jalan yang
ditempuh bukan merupakan prosedur untuk menyelesaikan soal tersebut. Mereka hanya
mencoba-coba menggunakan konsep matematika lain dengan harapan akan memberi hasil
benar, misalnya untuk menyelesaikan 5x2 + 18x + 9 = 0 menjadi 10x + 18 = 0, x = -18/10
(menggunakan turunan). Ada juga mahasiswa hanya menuliskan arti symbol, bukan makna
dari symbol yang ditanyakan, misalnya dalam menentukan makna dari D > 0, D < 0 dan
D= 0, menjadi Diskriminan lebih dari 0 dst.
Melihat fenomena yang ada, sangat tidak diinginkan mahasiswa yang berada pada
bagian ini. Hal ini berarti mahasiswa tidak punya informasi yang baik untuk belajar materi
ini. Pada hal materi ini harus dikuasai oleh mahasiswa karena merupakan materi dasar pada
persamaan kuadrat. Informasi tentang materi ini seharusnya menjadi materi dalam masa
ingatan jangka panjang. Ini berarti bila ada suatu bagian yang terlupakan, maka akan
memudahkan mengingat kembali karena kebermakanaan tentang materi tersebut akan
menjadikan pancingan untuk memunculkan kembali bagian dari materi tersebut.
b. Knowledge
Knowledge atau pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal ini meliputi fakta, kaidah, prinsip dan
metode yang diketahui. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan akan dipanggil pada
saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali ( recognition).
Jenjang knowledge ini dapat dirinci sebagi berikut.
-
kelompok: ingat-benar dan ingat-salah. Ingat-benar, di mana konsep atau rumus yang
ditanyakan dapat dijawab dengan benar dan ingat-salah dimana konsep atau rumus yang
ditanyakan tidak dapat dijawab dengan benar, tetapi terdapat hubungan yang sangat dekat.
Misalnya: tidak tepat menuliskan rumus kuadrat (adanya suatu bagian rumus yang keliru)
tetapi secara umum bentuk rumus sudah mengarah benar; bertukarnya penjelasan untuk D
> 0, D < 0 dan D = 0; bertukarnya x1 . x2 dengan x1 + x2 ; menyelesaikan 5x2 + 18x + 9 = 0
dengan rumus kuadrat, padahal soal meminta tidak menggunakan rumus tersebut.
Keadaan tidak ingat akan suatu informasi menurut Hudojo (1988:27) dapat
disebabkan karena intervensi informasi lain yang tersimpan dalam masa ingatan lama
sehingga mengaburkan informasi yang dibutuhkan; penggunaan kunci yang tidak tepat;
tidak diolah dengan baik informasi di masa ingatan pendek sehingga informasi tidak
jelas masuk ke masa ingatan lama.
Mereka hanya ingat akan suatu konsep atau rumus persamaan kuadrat, atau hanya
dapat mengerjakan prosedur perhitungan yang merupakan hal rutin. Meskipun begitu
masih juga dijumpai kesalahan dalam perhitungan secara aljabar, sehingga sangat
dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam mengerjakan soal sehingga dapat menghasilkan
jawaban yang tepat. Keadaan tidak ingat itu dapat sedikit dikurangi melalui pembelajaran
matematika yang bermakna sehingga dapat berfungsi sebagai kunci yang akan membuka
informasi lain mengenai hal yang dikaji.
c. Comprehension
Comprehension atau pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna
dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini ditunjukkan dengan mengurai
suatu pokok bahasan dari suatu bacaan; mengubah suatu data yang disajikan dalam bentuk
tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika kedalam bentuk kata-kata; membuat
perkiraan tentang kencendruangan yang tampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik.
Jenjang pemahaman ini dapat dirinci sebagai berikut.
-
bahwa nilai x dapat dilihat pada perpotongan grafik dengan sumbu x yaitu nilai x1 dan x2.
e. Analysis
Analisis mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau
komponen-komponen dasar, bersamaan dengan hubungan/relasi aantara bagian-bagian itu.
Jenjang ini lebih tinggi dari jenjang aplikasi karena disamping mampu menerapkan juga
harus mampu mampu menangkap persamaan dan perbedaan dari sejumlah hal.
Mahasiswa yang berada pada jenjang ini hanya 5 %. Sangat sedikit mahasiswa
yang mampu mengerjakan soal pada tahap ini. Mereka diharuskan mengetahui syarat dari
bentuk yang diberikan dan mengetahui hubungan dari dua persamaan yang diberikan.
Umumnya mahasiswa tidak menjawab soal pada tingkat ini. Namun ada beberapa
mahasiswa yang mencoba menjawab, ada yang benar, sebagian jawaban salah karena
hanya melakukan prosedur tetapi tidak tahu tentang syarat yang harus terpenuhi. Bahkan
ada mahasiswa yang menjawab benar tetapi melalui cara yang berbeda yang terhindar dari
syarat yang diharuskan dan prosedur yang dilalui juga benar.
Dalam meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa terhadap suatu konsep
matematika, mahasiswa harus paham tentang suatu konsep dan konsep lainnya apabila
dihubungkan. Oleh karena itu, dibutuhkan juga pembelajaran terpadu dimana mahasiswa
akan belajar suatu konsep dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga pola
fakir dan sudut pandang lebih berkembang.
Hal yang menyebabkan kesulitan mahasiswa dalam menjawab soal-soal yang
diberikan diantaranya:
-
Belum pernah mempelajari dengan benar tentang konsep persamaan kuadrat, hal ini
disebabkan belum pernah mereka dapati karena guru hanya memberikan contoh
sederhana atau kurangnya perhatian terhadap pelajaran yang diberikan
Lupa, ini merupakan alasan yang sangat sering dilontarkan mahasiswa menanggapi
setiap soal, meskipun materi persamaan kuadrat merupakan salah satu materi yang
sudah sangat familiar bagi mereka yang seharusnya menjadi pengetahuan yang siap
recall.
mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari
seseorang itu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut.
c. Angkatan 2007 dan 2006
Hanya angkatan 2007 dan 2006 yang mampu mencapai jenjang analisis (jumlahnya
juga sedikit). Hal yang mendukung pencapaian tahap tersebut diantaranya karena telah
mengambil matakuliah matematika lain yang menjadi pembanding dan membentuk pola
fakir matematis, telah PPL kegiatan yang mengharuskan mahasiswa untuk menguasai
materi materi dasar secara lebih baik termasuk materi persamaan kuadrat, dll.
Penguasaan suatu materi akan bertambah baik apabila konsep materi yang telah
dipelajari diaplikasikan dan dikomunikasikan kepada orang lain. Mahasiswa yang telah
mengajarkan suatu materi kepada siswa tentu akan lebih paham dibandingkan sebelum
diajarkan. Hal terjadi karena proses mengkomunikasikan juga merupakan proses belajar
yang sedang berlangsung. Aktifitas mental yang terjadi adalah penyaringan informasi,
interpretasi, dan pengembangan informasi yang bersesuaian. Di samping itu, timbulnya
tanggung jawab moral bila mengajarkan hal yang keliru. Peran matakuliah lain juga akan
mempengaruhi ketepatan pemahaman konsep dan prosedur pengerjaan. Hal ini
dikarenakan adanya konsep yang bersesuaian sehingga memperluas ruang kajian, sehingga
informasi tentang konsep akan lebih teliti dan mendalam.
Secara umum mahasiswa telah belajar konsep persamaan kuadrat di tingkat sekolah
menengah atas, tingkat penguasaan konsep matematika seharusnya berada pada tingkat
aplikasi. Meskipun begitu, tidak menafikan berbagai kendala di lapangan dalam
mewujudkannya. Dan di tingkat perguruan tinggi, mahasiswa tersebut juga telah diajarkan
tentang persamaan kuadrat. Namun setiap angkatan memiliki porsi besar pada jenjang
knowledge sehingga dari keadaan tersebut (lebih dari 50 % pada non jenjang dan jenjang
knowledge) menunjukan banyak mahasiswa memiliki kemampuan rendah tentang materi
persamaan kuadrat.
Pannen. dkk, Konstruktivisme dan Pembelajaran. (Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001), hal.2-29
Pannen. Dkk, Konstruktivisme, hal. 107
10
tertentu, karena merupakan keterampilan berfikir mahasiswa yang internal dan dapat
diterapkan dalam berbagai bidang ilmu. Pada saat mahasiswa mempelajari materi bidang
ilmu, dia juga terlibat dalam proses pengembangan strategi kognitif. Proses pembelajaran
sangat berperan dalam membantu mahasiswa untuk menjadi mahasiswa yang mandiri dan
menjadi pemikir yang independent.11
Ada beberapa jenis strategi kognitif12 yang dapat dikembangkan dosen untuk
pembelajaran mahasiswa sebagai berikut.
-
Spatial, merupakan strategi untuk menunjukkan hubungan satu hal dengan hal lain,
termasuk salah satunya peta konsep.
11
12
VII.
Referensi