Case Ulkus Kornea Dengan Hipopion
Case Ulkus Kornea Dengan Hipopion
Nama
: Harrison
NIM
: 11-2009-062
Dr. Pembimbing
Fak. Kedokteran
: UKRIDA
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Pemeriksa
II.
ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal : 15 Juni 2010
Keluhan Utama: mata perih
Keluhan Tambahan: mata merah, penglihatan kabur, silau, mata berair, mata
terasa ada yang mengganjal, pusing, mata banyak kotoran
Riwayat Penyakit Sekarang:
3 bulan SMRS os mengaku sedang memotong rumput dan tidak
sengaja mata kiri kecipratan tanah, Setelah itu os mengatakan matanya terasa
perih, mata merah dan terasa ada yang menganjal, dan os hanya berobat
sendiri dengan obat tetes insto yang dibelinya di warung.
2 bulan SMRS os merasa mata kirinya tidak ada perbaikan, dan
mata masih terasa perih, mata merah, penglihatan os makin menurun, mata
kadang dirasakan berair dan hanya disertai kotoran yang sedikit, dan bila
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4 oC
Kepala
Mata
THT
ada
Thorak
Cor
Gallop tidak
Pulmo
tidak ada
Abdomen
ada
Ekstremitas
KGB
: Normocepali
: Palpebra tidak oedema, konjungtiva hiperemis,
didapatkan injeksi
siliar dan injeksi konjungtiva
: Serumen +/+, septum deviasi tidak ada, sekret tidak
: Simetris
: Bunyi jantung I dan II reguler, Murmur tidak ada,
ada
: Suara Napas Vesikuler, Rhonki tidak ada, Wheezing
: Datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan tidak
: Akral hangat, oedema tidak ada
: Tidak teraba membesar
B. STATUS OFTALMOLOGIKUS
KETERANGAN
SINISTRA (OS)
OKULO
1. VISUS
Axis Visus
Koreksi
Addisi
Distansia Pupil
Kacamata Lama
6/24
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Ada
1/300
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke segala arah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sulit dinilai
Hitam
Simetris
Hitam
Simetris
3. SUPERSILIA
Warna
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Ektropion
Entropion
Blefarospasme
Trikiasis
Sikatriks
Fissura palpebra
Ptosis
Hordeolum
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
kecil
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Injeksi
Subkonjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum
Lakrimalis
Tes Anel
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Putih
Tidak ada
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna
Ikterik
Nyeri Tekan
9. KORNEA
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Keratik Presipitat
Sikatriks
Ulkus
Perforasi
Arkus Senilis
Edema
Tes Placido
Jernih
Licin
12 mm
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Keruh
Tidak rata
12 mm
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada disentral
mengarah ke nasal,
3mm, tepi tidak rata
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Efek Tyndall
Tidak ada
Hipopion
Sulit dinilai
Tidak ada
Ada, kira-kira setinggi
1-2 mm
Tidak ada
Coklat
Jelas
Tidak ada
Tidak ada
Coklat
Jelas
Tidak ada
Tidak ada
Ditengah
Bulat
3 mm
Positif
Ditengah
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Positif
Sulit dinilai
11. IRIS
Warna
Kripte
Sinekia
Koloboma
12. PUPIL
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks
Cahaya
Langsung
Refleks Cahaya Tak
Langsung
13. LENSA
Kejernihan
Letak
Shadow Test
Sedikit keruh
Ditengah
negatif
Sulit dilihat
Sulit dilihat
Sulit dinilai
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
N
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
N
Tidak dilakukan
Sesuai pemeriksa
Sulit dinilai
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 14 juni 2010
- GDS = 117 mg/dL
- Pengecatan dengan metylen blue = tidak ditemukan Bakteri dan Jamur
- Laboratorium
Eritrosit = 4,92 juta/mm2
Hb = 11,4 g/dL
Ht = 40,1 %
Leukosit = 89000/mm3
Trombosit = 301.000/mm3
MCV = 81
MCH = 23,2
MCHC = 28,6
RDW = 13,9 %
MPV = 5,3 Lum3
PDW = 10,8 %
V.
VI.
RESUME
Pasien laki-laki berusia 71 tahun datang dengan keluhan mata perih disertai
penglihatan kabur secara perlahan dengan mata merah, berair, silau apabila
terkena cahaya, sedikit belekan, dan sekret mukopurulen sejak 3 bulan SMRS.
Riwayat terkena rumput di sawah, riwayat DM dan HT (-). Tajam penglihatan
OD 6/24, OS 1/300 tanpa kacamata. Pada mata kiri didapatkan blefarospasme,
injeksi konjungtiva, injeksi siliar, kornea keruh, permukaan tidak rata, ada
ulcus di sentral mengarah ke nasal, 3 mm, tepi tidak rata. Bilik mata depan
terisi hipopion kira-kira 2 mm pada OS. Pada lensa OD didapatkan sedikit
keruh, shaddow test negatif. Pada palpasi tidak didapatkan nyeri tekan dan
tensi okuli N pada kedua mata.
DIAGNOSIS KERJA
a. Okuli Dextra (OD) :
- Katarak senilis Insipien
b. Okuli Sinistra (OS) :
- Ulkus kornea cum hipopion
VII.
DIAGNOSIS BANDING
a. Okuli Dextra (OD) :
- Abses kornea
- Uveitis anterior
- Glaukoma sekunder
b. Okuli Sinistra (OS) :
- Katarak senilis imatur
VIII.
PEMERIKSAAN ANJURAN
- Pemeriksaan Visus
- Pemeriksaan slit lamp
- Fluorescein tes
- Kultur kuman dan uji resistensi serta sensitivitas obat
- tekanan intra okular
IX.
X.
PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
2. Irigasi mata dengan bethadine sebelumnya diteteskan pantokain 1-2 tetes
OS bila banyak sekret
3. Levofloxacin topikal tiap jam OS
4. Solnazole topikal tiap jam OS
5. Interbi 1x1 tab
6. Ciprofloxacin 2x1 tab
7. Flavin 2x1 tab
8. Sulfat Atropin 1% 2 tetes OS
9. Bcomp-C 1x1 tab
10. mata di tutup pake kasa
11. edukasi pasien dan keluarga untuk keratoplasti bila gagal dengan
pengobatan
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam
OKULO
dubia ad bonam
dubia ad bonam
dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ULKUS KORNEA
I. PENDAHULUAN
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan
dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini
dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan
diobati secara memadai.1
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskuler dan deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif
jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan
edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel telah
beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang
menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing, dan
dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke
dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea
merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri, menurunkan
kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.2
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat
terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan
yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi
berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang
sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan
nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata
sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.
Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa
bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat
akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal
sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar
11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbedabeda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan
kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan
refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea
juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan
melihat halo.1
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel
polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
barrier.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.1
III. DEFINISI 2,4
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea
bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai
stroma.
IV. EPIDEMIOLOGI
Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 oleh
Leber, tetapi baru mulai periode 1950-an kasus-kasus keratomikosis diperhatikan dan
dilaporkan, terutama di bagian selatan Amerika Serikat dan kemudian diikuti laporanlaporan dari Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Banyak laporan menyebutkan
peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan
kortikosteroid topikal, penggunaan obat immunosupresif dan lensa kontak, di
samping juga bertambah baiknya kemampuan diagnostik klinik dan laboratorik,
seperti dilaporkan di Jepang dan Amerika Serikat. Singapura melaporkan (selama 2,5
tahun) dari 112 kasus ulkus kornea, 22 beretiologi jamur, sedang di RS Mata Cicendo
Bandung (selama 6 bulan) didapat 3 kasus dari 50 ulkus kornea, Taiwan (selama 10
tahun) 94 dari 563 ulkus, bahkan baru-baru ini Bangladesh melaporkan 46 dari 80
ulkus (kemungkinan keratitis virus sudah disingkirkan).3
V. PATOFISIOLOGI
Kornea adalah bagian mata yang paling depan, yang tidak berwarna atau
bening, yang secara awan kita lihat seolah-olah hitam atau coklat atau biru dan
sebagainya. Nah sebenarnya warna itu bukanlah kornea tapi itu adalah warna irisyang
ada di belakang kornea. Jadi tembus oleh karena kornea itu bening adanya.
Kornea tidak ada pembuluh darah, makanannya berasal dari oksigen dan dari
air mata yang membasahi kornea itu. Maka begitu kornea tertutup lama, misal
memakai lensa kontak pada waktu tidur maka akan kekurangan oksigen atau
hypoksia yang akibatnya mata kelihatan merah. Merah di sini karena pembuluh darah
yang ada di konjungtiva dan sclera akan mengirim oksigen yang ada dalam darah dan
akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi, hal
merupakan salah satu komplikasi pemakai lensa kontak.
Kornea mempunyai kekuatan dioptri yang sangat besar sekitar 43.00 D
berfungsi untuk membiaskan atau membelokkan sinar yang masuk ke mata, sehingga
dengan sedikit perubahan kelengkungannya saja akan berdampak /efek yang besar
pula untuk merubah jatuhnya sinar atau fokusnya sinar di dalam mata.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior)
pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris,
yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada
ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya
dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan
superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih
kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan
terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5
VI. ETIOLOGI 1,4,5
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk
sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar
bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal
pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan
garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan
pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik,
organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka
akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila
konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya
kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain
amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium
hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen
kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan
permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya
bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat
timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.
Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata
depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang
dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan
gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus
ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya
ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
b.. Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada
bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian
sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam,
seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong
dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada
mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea
keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk
dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster
berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan
rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan
tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan
epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi
pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar
preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan
fluoresin dengan benjolan diujungnya
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural.
Ulkus Kornea Perifer
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.
ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang
belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori
hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu
mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang
meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
VIII. MANIFESTASI KLINIS 4
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
4.
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C.
Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh
dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu
steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan
penyuntikan ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C.
Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam
badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap
mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga dapat
menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi :
1.
3.
4.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta
memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
XI. PENCEGAHAN 7
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil
pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat
buruk bagi mata.
-
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.
XII. KOMPLIKASI 4
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
XIII. PROGNOSIS 3
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi
tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi,
maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga
dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan
penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan
resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi
sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat
melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah
agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian
sikatrik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta. 2000.
2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari
http://medicastore.com/penyakit/862/Ulkus_Kornea.html. Pada tanggal 19 juni
2010.
3. Anonimous. Insiden ulkus kornea. Dikutip dari
http://mercywords.blogspot.com/2009_01_01_archive.html. pada tanggal 19 juni
2010.
4. Ilyas H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga FKUI. Jakarta. 2005.
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. edisi ke 2.
Penerbit Sagung Seto. Jakarta.2002.
6. Anonimous. Kornea. Dikutip dari http://optikonline.info/2008/06/11/anatomimata-kornea.html. pada tanggal 19 juni 2010.