7.
hmad Mujib
2.
8.
9.
ik Surya
10.
driyati
Ta
tit Ratnawati.I
11.
ewi Ningsih
6.
Gi
naris C. Y. Z
In
5.
N
ur Sopiyatun
Er
4.
M
uhammad Ponco.P
U
mi Habibatum. M
Sa
12.
pto Riyani
Y
uliati
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
i. Penyembuhan luka...............................................................
G.
H.
I.
J.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40. BAB I
41. PENDAHULUAN
42.
A. Latar Belakang
43.
operatif, dukungan psikologis, perawatan segera pasca operatif dan persiapan bagi pasien
yang akan dipulangkan dari rumah sakit tidak dibatasi hanya untuk mengelola drain,
mengganti balutan, dan mengangkat jahitan serta staples. Dengan memperbesar peran
perawat dalam perawatan pasien post operatif dapat mempengaruhi penyembuhan luka,
maka kemampuan observasi perawat sangat penting dalam deteksi awal adanya
komplikasi luka pasca operatif.
44.
dilakukan untuk mencegah trauma pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang
disebabkan adanya luka operasi yang merusak permukaan kulit. Penggantian balutan
dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan
terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang
memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka
hanya memakai normal saline. Oleh karena itu perawat harus mengetahui tentang
perawatan luka post operasi dengan benar sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi yang komprehensif.
45.
B. Identifikasi Masalah
46.
Dalam makalah ini
akan
membahas
perawatan luka,
47.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
48.
untuk salah satu memenuhi tugas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian luka.
b. Mahasiswa mampu mengetahui alat-alat Perawatan Luka
49.
50.
tentang
51.
52.
53.
54.
55. BAB II
56. PEMBAHASAN
57.
A. PERAWATAN LUKA POST OPERASI
1. Pengertian
58.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal
pada kulit ( Taylor, 1997)
59.
64.
Alat steril
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pinset anatomi
Pinset bedah
Gunting
Mangkuk kecil
Sarung tangan
Kasa
65.
Alat steril
1. Gunting verban
2. Plester/balutan
3. Bengkok
66.
Bahan
1.
2.
3.
4.
Larutan h2O2
Larutan NaCl 0,9%
Larutan boor water (BWC)
Larutan savlon
5. Bethadin
67.
Prosedur kerja
1.
2.
3.
4.
balutan
5. Lakukan pembersihan luka dimulai dengan :
Kaji status luka, apakah luka bersih atau kotor serta jenisnya.
68.
Perawatan luka kotor
69.
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset,
dicelupkan/diberi larutan savlon, dan lakukan pembersihan pada luka. Bila
perlu berikan h2O2(bila ada jaringan yang mati dan sulit diangkat).
Lanjutkan pembersihan dengan boor water (BWC) hingga bersih.
70.
Perawatan luka bersih
71.
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset.
Celupkan / beri larutan NaCl 0,9% atau WBC. Kemudian bersihkan luka
samapai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan
bethadin atau sejenisnya.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
7. Catat tindakan,respons pasien,dan kondisi luka.
72.
C. KLASIFIKASI LUKA
73.
Luka dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan Penyebab
a) Ekskoriasi atau luka lecet
b) Vulnus scisum atau luka sayat
c) Vulnus laseratum atau luka robek
d) Vulnus punctum atau luka tusuk
e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f) Vulnus combotio atau luka bakar
74.
2. Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan
a) Ekskoriasi
b) Skin avulsion
c) Skin loss
75.
3. Berdasarkan derajat kontaminasi
a) Luka bersih
1) Luka sayat elektif
2) Steril, potensial terinfeksi
3) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus elimentarius,
traktus genitourinarius.
minggu. Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase
proliferasi.
3. Fase Maturasi
82.
dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan
jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka
(Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:1).
83.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
84.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang
kompleks dan dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang
terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada
proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik (InETNA,2004:13).
1. Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi
jaringan,
status
imunologi,
dan
penyakit
penyerta
(hipertensi,
DM,
Arthereosclerosis).
2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres
psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,2004:13).
85.
86.
87.
G. KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA
88.
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam
manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang
tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi
dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
89.
hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga
infeksi luka (InETNA,2004:6).
H. PENATALAKSANAAN/PERAWATAN LUKA
90.
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa
tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan
jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit.
91.
Untuk
melakukan
pencucian/pembersihan
luka
perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka.
Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan
sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan
cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain
larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat
ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%.
Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl
dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas
308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l
(InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
I. PEMBERSIHAN LUKA
93.
dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa
diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit
dalam larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10
liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000
menggunakan kain kasa.
98.
jika terdapat infeksi, karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses
penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya.
Jika dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak
menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.BAB III
111.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
2.
Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan
pasien
3.
B.
C. SARAN
113.
dapat menambah wawasan orang yang membacanya,dalam pembuatan makalah ini kami
mengambil dari berbagai referensi yang berhubungan dengan makalah ini. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
DAFTAR PUSTAKA
126. Indonesia
Enterostomal
Therapy
Nurse
Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan
Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan
Luka, Makalah Mandiri, Jakarta
127. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
128. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan
Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny
Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.
129.
130.
131.