Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN

TENTANG KONSEP PERAWATAN LUKA

DI SUSUN OLEH KELOPOK :


1.

7.

hmad Mujib
2.

8.

ayu Azi Saputra


3.

9.

ik Surya
10.

driyati

Ta
tit Ratnawati.I

11.

ewi Ningsih
6.

Gi
naris C. Y. Z

In

5.

N
ur Sopiyatun

Er

4.

M
uhammad Ponco.P

U
mi Habibatum. M

Sa

12.

pto Riyani

Y
uliati

13.
14.
15.
16.

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2016

17.
18.
19.
20.
21.

22. DAFTAR ISI


23.
24. KATA PENGANTAR..........
25. DAFTAR ISI.........................
26. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .....................................................................
B. Tujuan ..................................................................................
27. BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Perawatan luka post operasi.................................................


Alat- alat perawatan luka......................................................
Klasifikasi luka.....................................................................
Tipe penyembuhan luka........................................................
Fase penyembuhan luka.......................................................
Faktor-faktor yang mempengaruhi ......................................

i. Penyembuhan luka...............................................................
G.
H.
I.
J.

Komplikasi penyembuhan luka ...........................................


Penatalaksanaan/perawatan luka..........................................
Pembersihan luka.................................................................
Prinsip-prinsip perawatan luka.............................................

28.BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran
29. DAFTAR PUSTAKA
30.
31.
32.
33.

34.
35.
36.
37.
38.
39.
40. BAB I
41. PENDAHULUAN
42.
A. Latar Belakang
43.

Peran perawat dalam memberikan asuhan pasien pre

operatif, dukungan psikologis, perawatan segera pasca operatif dan persiapan bagi pasien
yang akan dipulangkan dari rumah sakit tidak dibatasi hanya untuk mengelola drain,
mengganti balutan, dan mengangkat jahitan serta staples. Dengan memperbesar peran
perawat dalam perawatan pasien post operatif dapat mempengaruhi penyembuhan luka,
maka kemampuan observasi perawat sangat penting dalam deteksi awal adanya
komplikasi luka pasca operatif.
44.

Perawatan luka post operasi adalah perawatan yang

dilakukan untuk mencegah trauma pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang
disebabkan adanya luka operasi yang merusak permukaan kulit. Penggantian balutan
dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan
terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang
memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka
hanya memakai normal saline. Oleh karena itu perawat harus mengetahui tentang
perawatan luka post operasi dengan benar sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi yang komprehensif.
45.
B. Identifikasi Masalah
46.
Dalam makalah ini

akan

membahas

perawatan luka,
47.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
48.
untuk salah satu memenuhi tugas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian luka.
b. Mahasiswa mampu mengetahui alat-alat Perawatan Luka
49.
50.

tentang

51.
52.
53.
54.
55. BAB II
56. PEMBAHASAN
57.
A. PERAWATAN LUKA POST OPERASI
1. Pengertian
58.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal
pada kulit ( Taylor, 1997)
59.

Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa

membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).


60.
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas
jaringan (Mansjoer, 2000:396)
61.
Menurut INETNA, luka adalah sebuah injuri pada
jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan
adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai
dengan kehilangan substansi jaringan.
62.
B. ALAT- ALAT PERAWATAN LUKA
63.

Alat dan bahan

64.

Alat steril
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pinset anatomi
Pinset bedah
Gunting
Mangkuk kecil
Sarung tangan
Kasa

65.

Alat steril
1. Gunting verban
2. Plester/balutan
3. Bengkok

66.

Bahan
1.
2.
3.
4.

Larutan h2O2
Larutan NaCl 0,9%
Larutan boor water (BWC)
Larutan savlon

5. Bethadin
67.

Prosedur kerja
1.
2.
3.
4.

Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan


Cuci tangan
Gunakan sarung tangan steril
Plester dan balutan dibuka dengan menggunakan pinset apabilaluka tertutup oleh

balutan
5. Lakukan pembersihan luka dimulai dengan :
Kaji status luka, apakah luka bersih atau kotor serta jenisnya.
68.
Perawatan luka kotor
69.
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset,
dicelupkan/diberi larutan savlon, dan lakukan pembersihan pada luka. Bila
perlu berikan h2O2(bila ada jaringan yang mati dan sulit diangkat).
Lanjutkan pembersihan dengan boor water (BWC) hingga bersih.
70.
Perawatan luka bersih
71.
Gunakan kasa steril yang dipegang dengan pinset.
Celupkan / beri larutan NaCl 0,9% atau WBC. Kemudian bersihkan luka
samapai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka menggunakan
bethadin atau sejenisnya.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
7. Catat tindakan,respons pasien,dan kondisi luka.
72.
C. KLASIFIKASI LUKA
73.
Luka dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan Penyebab
a) Ekskoriasi atau luka lecet
b) Vulnus scisum atau luka sayat
c) Vulnus laseratum atau luka robek
d) Vulnus punctum atau luka tusuk
e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f) Vulnus combotio atau luka bakar
74.
2. Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan
a) Ekskoriasi
b) Skin avulsion
c) Skin loss
75.
3. Berdasarkan derajat kontaminasi
a) Luka bersih
1) Luka sayat elektif
2) Steril, potensial terinfeksi
3) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus elimentarius,
traktus genitourinarius.

b) Luka bersih tercemar


a) Luka sayat elektif
1) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal
2) Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan genitourinarius
3) Proses penyembuhan lebih lama
c) Luka tercemar
1) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu, traktus
genito urinarius, urine
2) b)Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
d) Luka kotor
1) Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
2) Perforasi visera, abses, trauma lama.
76.
D. TIPE PENYEMBUHAN LUKA
77.
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana
pembagian ini dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang terjadi
segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
2. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami
penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya
jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama.
Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka
selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka
dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir
(Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004)
78.
E. FASE PENYEMBUHAN LUKA
79.
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase
inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan
suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
1. Fase Inflamasi
80.
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat
berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah
invasi bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan
proses penyembuhan lanjutan.
2. Fase Proliferasi
81.

Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3

minggu. Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase
proliferasi.
3. Fase Maturasi
82.

Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan

dapat berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.

Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan
jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka
(Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:1).
83.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
84.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang
kompleks dan dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang
terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada
proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik (InETNA,2004:13).
1. Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi
jaringan,

status

imunologi,

dan

penyakit

penyerta

(hipertensi,

DM,

Arthereosclerosis).
2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres
psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,2004:13).
85.
86.
87.
G. KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA
88.
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam
manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang
tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi
dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
89.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah :

hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga
infeksi luka (InETNA,2004:6).
H. PENATALAKSANAAN/PERAWATAN LUKA
90.
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa
tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan
jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit.
91.

Untuk

melakukan

pencucian/pembersihan

biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti :


1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).

luka

2) Halogen dan senyawanya


a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam
konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci
karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air,
tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
3) Oksidansia
a) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari
dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur.
b) Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak
(korts)
5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
a) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
b) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
7) Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan
aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya
sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer,
2000:390).
92.

Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang

perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka.
Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan
sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan
cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain
larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat
ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%.
Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl
dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas

308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l
(InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
I. PEMBERSIHAN LUKA
93.

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah

meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari


terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).
94. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
pembersihan luka yaitu :
1. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati
dan benda asing.
2. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3. Berikan antiseptik
4. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
5. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
95.
J. PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN LUKA
96.

Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis

semacam ini. Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering


(tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan
digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air
steril atau NaCl 0,9 %.
97.

Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan

dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa
diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit
dalam larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10
liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000
menggunakan kain kasa.
98.

Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali

jika terdapat infeksi, karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses
penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya.
Jika dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak
menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.
99.
100.

101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.

110.BAB III
111.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1.

Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat

2.

Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan
pasien

3.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang


perawatan luka yang berkualitas
112.

B.
C. SARAN
113.

Demikianlah makalah ini kami buat dengan harapan

dapat menambah wawasan orang yang membacanya,dalam pembuatan makalah ini kami
mengambil dari berbagai referensi yang berhubungan dengan makalah ini. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

114.

115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.

124.
125.

DAFTAR PUSTAKA

126. Indonesia
Enterostomal
Therapy
Nurse
Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan
Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan
Luka, Makalah Mandiri, Jakarta
127. Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
128. Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan
Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny
Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.
129.
130.
131.

Anda mungkin juga menyukai