PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyebab kematian balita terbanyak di dunia,
jumlahnya lebih banyak daripada AIDS dan malaria. Pada tahun 2004, lebih dari 2
juta atau sekitar 19% balita di dunia meninggal karena pneumonia. Balita yang
meninggal karena pneumonia mencapai 20% di negara berkembang. Angka kejadian
pneumonia tiap tahunnya lebih dari 150 juta kasus dan sekitar 11- 20 juta anak
dengan pneumonia memerlukan perawatan di rumah sakit 1.
Angka kematian akibat pneumonia pada tahun 2010 di Indonesia sekitar 1.315
kasus2. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-6 untuk kejadian
pneumonia di dunia1. Dalam Buku Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011
menyatakan bahwa pneumonia termasuk kedalam 10 besar penyakit rawat inap di
rumah sakit. Angka kejadian pneumonia di Indonesia sekitar 9.340 pada tahun 20102.
Angka kejadian pneumonia tertinggi pada tahun 2009 terdapat di Provinsi Jawa Barat
dengan angka 196.655 kejadian3.
Pneumonia itu sendiri adalah proses yang merupakan hasil dari infeksi dan
yang diakibatkan oleh inflamasi di bagian ujung jalan nafas dan alveoli 4. Agen infeksi
pneumonia yang banyak menyerang balita di negara berkembang adalah
Streptococcus pneumonia1. Faktor risiko pneumonia yang banyak terjadi adalah
kejadian pneumonia yang berulang, berat bayi lahir rendah (BBLR), tidak melakukan
imunisasi, tidak mendapatkan ASI eksklusif dan status gizi buruk atau malnutrisi 5-8.
Beberapa sumber lain mengatakan bahwa salah satu faktor risiko pneumonia adalah
jenis kelamin, usia dan status gizi buruk1.
Menurut UNICEF, gizi buruk sendiri terlibat sekitar 53% dalam beberapa
penyakit yang menyebabkan kematian balita di dunia 1. Sedangkan pada balita
pneumonia di wilayah Pangkal Pinang sekitar 15.37% balita mengalami gizi buruk 9.
Menurut WHO, jenis kelamin balita yang menderita pneumonia paling banyak
adalah laki-laki, dibanding perempuan1. Penelitian yang dilakuan Doershuk
menyatakan bahwa terdapat perbedaan secara anatomi pada saluran pernafasan antara
laki-laki dan perempuan10.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Marie dkk, menyatakan bahwa
infeksi pneumonia pada anak banyak menyerang usia dibawah 2 tahun 11. Pada usia
muda seperti balita, sistem imun yang dimiliki belum matang, maka akan mudah
terkena infeksi6.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut, dengan melihat gambaran jenis kelamin, usia dan status gizi balita penderita
pneumonia yang melakukan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Ujungberung
Kota Bandung pada Tahun 2012, karena kejadian pneumonia di rumah sakit tersebut
sangat tinggi.
Aspek Teoritis
Dengan mengetahui gambaran infeksi pneumonia berdasarkan jenis
kelamin, usia dan status gizi pada balita rawat inap di Rumah Sakit
Aspek Praktis
Penelitian ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
kepada