Disusun Oleh:
1. Desyita Ayuma Wardani
2. Hasritatun Riskiyah
3. Eva Diana
4. Jawahirun Nadhifah
5. Anis Yulianti S
6. Ruly Dwi Arysanti
7. Rizka Huwaidah
8. Cahaya Rizki
9. Rizaldi Yudhistira
10. Risma Novia Widyanti
11. Balqist Allyya Nanda
12. Sandra Noermala D
(142110101046)
(142110101052)
(142110101068)
(142110101087)
(142110101094)
(142110101115)
(142110101133)
(142110101150)
(142110101171)
(142110101179)
(142110101122)
(142110101007)
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1
Latar Belakang..........................................................................................3
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3
Tujuan Masalah.........................................................................................4
2.5
Besarnya Masalah........................................................................................8
2.6
Faktor Resiko..............................................................................................9
2.7 Patogenesis...................................................................................................12
2.8
Gejala Klinik.............................................................................................16
2.9 Pengobatan..................................................................................................18
2.10 Pencegahan................................................................................................25
BAB 3. PENUTUP................................................................................................33
3.1 Kesimpulan...................................................................................................33
3.2 Saran.............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................35
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang tejadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu(Bustan, 2007).
Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 57,9
persen.Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
pendidikan rendah. Prevalensi pada masyarakat yang tinggal di kota juga lebih
tinggi daripada masyarakat yang tinggal di desa.
Menurut Gustaviani(2007) dalam Dinata (2013) Stroke atau yang juga
dikenal dengan istilah Gangguan Peredaran darah Otak (GPDO), adalah suatu
sindrom yang diakibatkan karena adanya gangguan pada aliran darah yang berada
di salah satu bagian otak dan menimbulkan gangguan fungsional otak berupa
defisit neurologik atau kelumpuhan saraf. Stroke adalah penyakit yang berupa
gangguan fungsi syaraf lokal atau global pada otak, munculnya mendadakdan
cepat. Gangguan fungsi syaraf yang terjadi disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak dan menimbulkan gejala seperti kelumpuhan wajah ataupun anggota
badan, bicara tidak jelas (pelo) atau tidak lancar dan lain-lain. Seseorang
dikatakan sebagai stroke jika orang tersebut pernah didiagnosis menderita
penyakit stroke oleh tenaga kesehatan atau belum pernah didiagnosis menderita
penyakit stroke tetapi pernah mengalami beberapa hal yang mengindikasikan
stroke. Hal tersebut misalnya secara tiba-tiba ada keluhan kelumpuhan pada satu
sisi tubuh, atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan, atau
mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata atau bicara pelo atau sulit
bicara/komunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan penyakit stroke?
1.2.2
Bagaimana epidemiologi penyakit stroke?
1.2.3
Apa saja faktor risiko dari penyakit stroke?
1.2.4
Bagaimana patogenesis dari penyakit stroke?
1.2.5
Apa saja gejala klinis dari penyakit stroke?
1.2.6
Bagaimana cara pengobatan penyakit stroke?
1.2.7
1.2.8
sadar.
Stroke Hemorhagica (stroke dengan pendarahan). Merupakan stroke
pendarahan yang terjadi karena dinding pembuluh darah otak robek.
Biasanya kesadaran penderita menurun.
2.3 Epidemiologi
Estimasi Penderita Penyakit Stroke Umur 15 Tahun
Menurut Provinsi Tahun 2013
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak
dan menimbulkan gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang
terganggu.
Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan
penduduk. Ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke
meningkat secara eksponensial denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi
peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 8090 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40
tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita.
Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur. Insiden stroke bervariasi
antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang dikoordinasi oleh WHO,
dari 16 pusat riset di 12 negara naju dan berkembang antara Mei 1971 sampai
dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang paling tinggi
adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedang yang
terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.
Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara
adalah sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan
umur, sedang perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia
muda.
Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna,
dari hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1984 dilaporkan prevalensi stroke
pada golongan umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan pada kelompok umur 55 tahun
ke atas berturut-turut 6,7; 24,4 dan 276,3 per 100.000 penduduk sedangkan
proporsi stroke di rumah-rumah sakit di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun
1986 meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari hasil survei kesehatan rumah
tangga, mortalitas stroke pada tahun 1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000
penduduk ; sementara di negara negara maju, stroke merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan. Walaupun
mortalitasnya sangat bervariasi antargeografi , namun secara rata
rata
Besarnya Masalah
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.
Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60
tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab
kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia.
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini
diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik
seseorang meninggal karena stroke. Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir
85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila
menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan dunia
memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan
kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010
menjadi 8 juta di tahun 2030.
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan
dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika,setiap tahun
terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan datatersebut
menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yangterkena
serangan stroke dan 4 dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke.
Di Indonesia,stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh no.1di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Kejadian stroke di Indonesia punselalu meningkat dari tahun ke tahun. Sebanyak
33 % pasien stroke membutuhkan bantuan orang lain untuk aktivitas pribadi, 20%
membutuhkanbantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki, dan 75 % kehilangan
pekerjaan.
Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia
untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai
138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi pada tahun 2011.
Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang penderita stroke di
Indonesia, sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Tetapi
jumlah sebenarnya sulitdiketahui karena banyak yang tidak dibawa ke dokter
karena ketiadaan biaya atau jarak rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal.
Kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dari
tahun ke tahun.
Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi terus melonjak. Pada tahun
2004, beberapa penelitian disejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap
yang disebabkanstroke berjumlah 23.636 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau
yang tidak dibawake rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Kompas, 2008). Di
Bali jumlah penderita stroke Hemoragik dan stroke non hemoragik yang masuk ke
RSUP Sanglah Denpasar didapatkan jumlah penderita stroke 2 tahun terakhir
memang mengalami penurunan, namun jumlah kasusnya masigh tergolong
banyak. Pada tahun 2011 jumlah penderita stroke yang menjalani perawatan
adalah 848 orangdimana bila dirata-ratakan terdapat 71 kasus per bulan.
Sedangkan pada tahun 2012 menjadi 715 orang dimana bila dirata-ratakan
terdapat 60 kasus per bulan.
2.6
Faktor Resiko
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis
berkaitan dengan stroke seperti alkholol, kontrasepsi hormonal, trauma dan herpes
zoster.
Beberapa factor risiko stroke yang dapat disebutkan, yakni :
1
2
3
Hipertensi
Transient ischemic attack
Hypercholesterolemia
Diabetes mellitus
B
1
2
-
Sidharta (1985)
memperingatkan
bahwa
Cerebrovascular
Disease merupakan
penyakit orang-orang
golongan usia di atas
50 tahun, karena pada
orang- orang golongan
tersebut terdapat
arteriosclerosis
cerebri.
Proses Atherosklerosis
disebabkan
dan
hipertensi
yang
menentukan timbulnya
manifestasi
stroke
sehingga
orang-orang yang mempunyai stroke profile dinamakan stroke prone person, yaitu
orang yang memiliki kecenderungan untuk mengidap stroke.gambaran tentang
luas dan jenis factor risiko ini dapat dilihat dalam table 2.1 (Millikan et al, 1987).
Dikenal adanya sigle risk factors dan multiple risk factors. Pada kelompok single
risk factor terbagi atas well-documented risk factors and less-welldocumented risk
factors.
2.7 Patogenesis
Lebih dari organ-organ lain, otak tergantung pada suplai oksigen yang
adekuat dari sirkulasi darah. Sirkulasi serebral yang konstan di atur oleh
baroreseptor dan refleks vasomotor yang dikontrol batang otak. Pada penelitian
hewan, dan mungkin pada manusia, penghentian aliran darah di otak selama lima
menit menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel (Adams dan Victor, 2009).
Efek oklusi ateri fokal sangat tergantung pada lokasi oklusi dan adanya jalur
kolateral dan anastomosis. Misalnya oklusi dari arteri karotis interna di leher, ada
anastomosis melalui arteri komunikan anterior dan posterior menghubungkan
arteri sirkulus Willis dari arteri karotis eksternal melalui arteri opthalmikus
(Adams dan Victor, 2009).
1. Aterosklerosis
Infark aterosklerosis diperkirakan 14-25% dari stroke iskemik dan
laki-laki dua kali lebih beresiko daripada wanita. Stroke ini berhubungan
dengan akumulasi plak ateroskerosis pada lumen arteri besar atau sedang,
biasanya pada bikurfasi atau lengkungan dari pembuluh darah. Beberapa
arteri dari arkus aorta menuju sirkulus willisi dapat terkena, tetpai tempat
ateroskelrosis yang berhubungan dengan stroke paling sering junction
common and internal carotid artery, asal dari middle dan anterior arteri
cerebral, dan asal dari arteri vertebra (Frtzsimmons, 2007).
Patogenesis aterosklerosis belum sepenuhnya diketahui, tetapi
kerusakan dan hasil dari disfungsi sel endotel vaskular diketahui sebagai
fase awal. Sel endotel rusak akibat dari LDL (low-density lipoprotein),
radikal bebas, hipertensi, diabetes, homosistein, dan agen infeksi.
Monosit dan limfosit T melekat pada tempat yang mengalami kerusakan
dan
berpindah
ke
subendotel,
dimana
monosit
dan
makrofag
bertrasformasi pada lipid foam cells. Hasil dari lesi ini disebut fatty
streak. Pelepasan faktor pertumbuhan dan kemotaktis dari sel endotelo
dan makrofag memicu proliferasi dan migrasi dari sel intima otot polos
dan membenruk fibrous plaque. Platelet melekat pada tempat yang rusak
atau cedera dan melepaskan faktor pertumbuhan dan kemotaktik (Simon,
2009).
2. Stroke kardioemboli
Berdasarkan studi populasi, emboli yang berasal dari jantung
menyebabkan 15%-30% stroke iskemik. Emboli dapat menuju sirkulasi
otak dan menyebabkan obstruksi aliran darah otak dengan oklusi arteri
dimana diameter lumen sama dengan ukuran material emboli. Sumber
utama dari kardiaemboli termasuk intrakardia dan mural trobus oleh
atrial fibrilasi, dilatasi kardiomiopati dengan penurunan fraksi ejeksi, dan
abnormalitas pergerakan dinding yang diikuti oleh infark miokardium.
Penyakit katup jantung penyebab lain yang sering menyebabkan
tromboemboli jantung, seperti penyakit jantung rematik, mitral
regurgitasi atau stenosis, dan endokarditis (Simon, 2009).
Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan defisit
neurologi mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit.
Biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas. Trombus embolik ini
sering tersangkut di bagian pembuluh darah yang mengalami stenosis.
Stroke kardioembolik, yaitu penyebab tersering, didiagnosis apabila
diketahui adanya kausa jantung seperti fibrilasi atrium atau apabila
pasien baru mengalami infark miokardium yang mendahului terjadinya
sumbatan mendadak pembuluh besar otak. Embolik berasal dari bahan
trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung dan katup mitralis.
Karena biasanya adanya bekuan yang sangat kecil, fragmen-fragmen
embolus dari jantung mencapai otak melalui arteria karotis dan
vertebralis.
3. Stroke Kriptogenik
Di beberapa penelitian, 20-40% dari semua stroke, tidak diketahui
penyebabnya atau kriptogenik. Infark kriptogenik sering diperkirakan
disebabkan oleh emboli, tetapi setelah dievaluasi dengan diagnostik
lengkap, sumber emboli tidak dijumpai (Fitzsimmons, 2007).
Walaupun kardioembolik menimbulkan gambaran klinis yang
dramatis dan hampir patogmonik, namun sebagian pasien mengalami
oklusi mendadak pembuluh inrakranium besar tanpa penyebab yang
jelas. Kelainan ini disebut kriptogenik karena sumbernya tersembunyi,
bahkan setelah dilakukan pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinis
yang ekstensif (Price dan Wilson, 2002).
4. Stroke Lakunar
Infark lakunar, atau stroke pembuluh darah kecil, 15-30% dari
stroke iskemik. Infark lakunar biasanya pada diameter kurang dari 1 cm
dan disebabkan oklusi arteri penetrasi kecil yang memperdarahi struktur
dalam otak, misalnya kapsula interna, basal ganglia, corona radiata,
talamus, dan batang otak (Fitzsimmons, 2007).
Infark lakunar terjadi karena penyakit pembuluh darah halus
hipertensif dan mneyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul
dalam beberapa jam atau kadang lebih lama. Infark lakunar merupakan
infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau hialin-lipid salah
satu dari cabang-cabang penetrans sirkulsus Willisi, arteri serebri media,
atau arteri vertebralis dan basilaris. Masing-masing cabang ini sangat
halus dan menembus jauh ke dalam substansia grisea dan alba serebrum
dan batang otak. Cabang-cabang ini rentan terhadap trombosis dari
penyakit
Hilangnya autoregulasi adalah penyulit stroke yang sangat
berbahaya dan dapat memicu lingkaran setan berupa meningkatnya
edema otak, meningkatnya TIK, dan semakin luasnya kerusakan neuron.
Dengan hilangnya autoregulasi, arteriol-arteriol tidak lagi mampu
mengendalikan CBF sesuai kebutuhan metabolik. Arteriol-arteriol
tersebut juga tidak dapat melindungi kapiler otak dari peningkatan atau
penurunan mendadak tekanan darah. Pada hipotensi berat, tekanan
perfusi serebrum menurun sehingga terjadi iskemik. Akhirnya karena
iskemik menimbulkan perubahan kimiawi di dalam sel, akan terjadi
kerusakan akibat meningkatnya edema serebrum, yang semakin
menurunkan aliran darah ke otak dalam suatu sistem aliran lambat (Price
dan Wilson, 2002).
Stadium Pascapatogenesis
yaitu stadium ini secara klinis ditandai dengan defisit neurologik yang
cenderung menetap.
2.8
Gejala Klinik
Pada suatu stroke trombotik, gangguan peredaran darah dapat berupa
penyumbatan di salah satu arteri otak. Penyumbatan ini mungkin berupa thrombus
atau emboli yang keduanya berakibat sama. Penderita didiagnosis klinis sebagai
stroke trombotik atas dasar penyisihan sebab-sebab lain. Jika tanda-tanda
perdarahan otak tidak jelas dan jika klinis tidak ditemukan sumber emboli, maka
penderita dianggap sebagai stroke trombotik .
Penderita stroke trombotik biasanya mempunyai wujud gambaran klinis
yang karakteristik sebagai berikut:
1. Penderita sedang santai atau tidur,lalu ketika akan bangkit tiba-tiba
merasa lemah atau tidak dapat berdiri kadang-kadang langsung jatuh
2. Sering beberapa waktu sebelumnya merasa pegal-pegal , agak lemah
atau keram linu pada separuh tubuh
3. Disertai atau tanpa pusing tidak lazim adanya nyeri kepala yang
hebat , mual muntah maupun panas
4. Tidak ada riwayat trauma capitis baru
5. Lebih sering mengenai orang-orang berusia 60 tahun atau lebih
dengan satu atau lebih factor risiko . Gejala-gejala tersebut bisa
perlahan lahan bertambah beratataupun sudah menetap
Proses penyumbatan pembuluh darah otak mempunyai beberapa sifat klinis
yang spesifik :
1. Timbul mendadak. Timbulnya gejala mendadak dan jarang didahului
oleh gejala pendahuluan (warning signs) seperti sakit kepala, mual,
muntah, dan sebagainya.
2. Menunjukkan gejala neurologis kontraleteral terhadap pembuluh yang
tersumbat. Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak
sistem karotis dan perlu lebih teliti pada observasi sistem vertebrabasilar meskipun prinsipnya sama.
perorangan maupun secara tim antara lain Skor Guys Hospital, skor Stroke
Djoenaidi, dan Skor Siriraj Hospital.
Untuk diagnosis stroke, Djoenaidi memperkenalkan system skoring yang
dapat digunakan untuk mendiagnosis stroke dan menentukan jenisnya atas yang
hemoraghik dan non hemoraghik dengan ketepatan yang cukup memadai
dibandingkan dengan CT scan.
Menurut Kementrian Kesehatan RI 2014,Stroke dapat juga disebabkan
oleh perdarahan dari pembuluh darah di otak atau dari gumpalan darah. Berikut
adalah Gejala penyakit stroke :
-
Rasa lemas secara tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, seringkali
terjadi pada salah satu sisi tubuh
Mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh
Sakit kepala parah tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau
pingsan
Stroke dapat juga disebabkan oleh perdarah-an dari pembuluh darah di otak
atau dari gumpalan darah. Gejala Stroke dapat disimpulkan menjadi SEGERA
RAWAT KE RUMAH SAKIT
2.9 Pengobatan
a) Pengobatan stroke akut
Stroke sebagai salah satu penyakit yang bisa berulang, membawa
kecacatan, bahkan kematian, harus mendapat penanganan yang serius.
selanjutnya.
Pemberian obat atau tindakan bedah untuk meningkatkan
ulang stroke.
- Perencanaan program rehabilitasi.
Pendekatan terapi pada fase akut, difokuskan pada restortasi aliran
darah otak dan menghenntikan kerusakan selular yang berkaitan dengan
iskemik. Berdasarkan model stroke pada hewan percobaan, periode
waktu ini berkisar antara 12-24 jam, walaupun secara khusus ditekankan
antara 3-6 jam (Wibowo dan Gofir, 2001).
Berikut merupakan terapi supportif dan terapi komplikasi akut
(Ikawati, 2011 :
- Pernafasan, ventilatory support dan suplementsi oksigen. Tujuan
terapi ini adalah untuk mencegah hipoksia dan potensi yang
dapat memperburuk kerusakan otak. Terapi ini dapat dilakukan
intubation.
Pemantaun temperatur. Apabila temperatur tubuh pasien tinggi,
diperlakukan terapi yang dapat menurunkan secara akurat yang
diperkirakan dapat meningkatkan prognosis pasien. Obat yang
obatan.
Nutrisi
Nutrisi yang memadai sangat penting selama perawatan
stroke. Kekurangan nutrisi dapat menghambat penyembuhan.
Makanan yang diberikan adalah yang bisa menjaga agar feses
tetap lunak.
Perbaikan fungsi saraf
Fungsi saraf yang terganggu perlu diberikan rangsangan
sedini mungkin agar perbaikan fungsi tercapai dengan cepat.
Rangsangan yang diberikan dapat berupa rangsangan sensorik
ataupun perabaan.
Mobilisasi
Mobilisasi
segera
dapat
mencegah
komplikasi
pembekuan
darah
sehingga
tidak
lagi
darah
pada
stroke
dengan
perdarahan
subarachnoid.
Aminocaproic acidacid
Obat ini bekerja melawan activator plasminogen,
jadi hampir kebalikan dari kerja tPA. Perdarahan
subarachnoid dapat berkurang 13-20% setelah terapi
adalah
menghambat
tersebut, ada obat-obat yang harus terus diminum oleh pasien antara lain
sebagai berikut :
a. Aspirin
Aspirin, popular sebagai obat nyeri kepala. Namun, aspirin
ternyata mempunyai efek antiperlekatan trombosit sehingga dapat
digunakan untuk pencegahan stroke. Obat ini harus diminum terus,
kecuali bila terjadi reaksi yang merugikan. Efek samping aspirin
adalah nyeri lambung (maag) dan perdarahan.
b. Sulfirazon
Sulfirazon merupakan obat yang sering digunakan untuk terapi
asam urat. Obat ini mempunyai efek menghambat perlekatan
trombosit, tetapi efeknya kurang bagus jika dibandingkan dengan
aspirin.
c. Dipiridamol
Obat ini mampu menurunkan perlekatan trombosit, tetapi bila
diberikan tunggal tidak lebih unggul dari aspirin sehingga sering
dikombinasikan dengan aspirin.
d. Tiklopidin
Tiklopidin merupakan obat terpilih jika pasien tidak tahan
dengan efek samping aspirin atau gagal dalam terapi aspirin.
Berdasarkan
sejumlah
penelitian,
tiklopidin
lebih
unggul
penyakit.
Pencegahan
primordial
yang
pada orang sehat dan kelompok risiko tinggi yang belum pernah
terserang
stroke.
atau
upayapencegahanygdilakukansaat
proses
LDL
dan
trigliserida
tetapi
tidak
jantung
mencegah
risiko
kematian
(<6
gram/hari).
Bahan-bahan
yang
Mengutamakan
makanan
yang
mengandung
Nutrient
harus
diperoleh
dari
makanan
bukan
suplemen.
-
jiwa
sehat
satu
menurut
demi
satu,
WHO,
bersikap
menyelesaikan
ramah
dan
dapat
meningkatkan
stress
tekanan
darah.
Penanganan
Kesehatan
Secara
Teratur dan
Taat
Factor-faktor
resiko
ini
dapat
dikoreksi
dengan
Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (pathogenesis
awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut Tujuan:
menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan (yang tepat)
yaitu dengan cara ;
1. Mengontrol faktor resiko stroke atau aterosklerosis melalui
modifikasi gaya hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes
mengatasi
perubahan
gaya
hidup,
hubungan
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke adalah penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang tejadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Di Indonesia, berdasarkan
data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 57,9 persen. Adapun faktor risiko
dari stroke adalah umur, ras, seks, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, atrial
fibrilation, obesitas, rokok, kolesterol dan trigliserida. Stroke terdiri atas tiga
stadium yaitu stadium prapatogenesis, patogenesis, pascapatogenesis. Stroke
dapat diobati dengan beberapa cara berdasarkan kebutuhannya yaitu untuk
pengobatan stroke akut atau stroke yang berulang.
3.2 Saran
Untuk mencegah stroke sebaiknya dilakukan empat tingkatan pencegahan :
1
Pencegahan Primordial :
a
b
2
Pencegahan Primer
a. Mengatur Pola Makan yang Sehat
b. Penanganan Stress dan Beristirahat yang Cukup
c. Pemeriksaan Kesehatan Secara Teratur dan Taat Anjuran Dokter dalam
Hal Diet dan Obat
Pencegahan Sekunder
Berupa deteksi dini yang meliputi:
a. Mengontrol faktor resiko stroke atau aterosklerosis melalui modifikasi
gaya hidup, seperti mengobati hipertensi, diabetes melitus dan penyakit
jantung dengan obat atau diet, stop merokok dan minum alkohol, turunkan
berat badan dan rajin olahraga, serta menghindari stress.
b. Melibatkan peran serta keluarga secara seoptimal mungkin yang dapat
mengatasi kriris sosial dan emosional penderita stroke dengan cara
memahami kondisi baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada
orang lain.
c. Menggunakan obat-obatan dalam dalam pengelolaan dan pencegahan
stoke, seperti anti agregasi trombosit dan koagulan.
Pencegahan Tersier
a. Rehabilitasi Fisik
b. Rehabilitasi Mental
c. Rehabilitasi Sosial
DAFTAR PUSTAKA
http://penyebabstroke.com/faktor-risiko-timbulnya-stroke/ (diakses pada tanggal
19 September 2016)
DR. M.N. Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka
Cipta
https://bahankedokteran.wordpress.com/2012/07/21/stroke/ (diakses pada tanggal
24 September 2016)
https://bahankedokteran.wordpress.com/2012/07/21/stroke/ (diakses pada tanggal
24 September 2016)
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka
Cipta, . Jakarta.
Info DATIN (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI) tahun 2013
Sari, Wening. dkk. 2016. Care Yourself, Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta :
Penebar Plus (Penebar Swadaya Grup).
Linton, A. D., Matteson, M. A. & Maebius N. K. (2000) Introductory nursing
care of
adults. (2nd ed.) Philadelphia: W. B. Saunders company
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127168-TESIS0453%20Ism%20N08p-Pengaruh
%20latihan-Literatur.pdf (Di akses pada 25 September 2016: 16.23 PM)
Anies, 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. elex Media
Komputindo.
Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta.