Anda di halaman 1dari 1

Belajar bisa dari mana-mana. Yakinkah kau akan hal itu? Aku iya.

Sangat yakin,
karena aku sudah mengalaminya sendiri.
Begini, aku adalah tipe pengamat. Mengamati banyak hal. Bahkan kata kakakku,
aku terlalu memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan. Hahaa, baiklah, aku
anggap ini istimewanya aku.
Saat pengajian, kadang aku kurang fokus dengan materi yang disampaikan
pematerinya. Aku justru melihat-lihat sekeliling. Bercakap dengan hati sendiri.
Membuat argumen-argumen yang ku paksakan dari berbagai sisi. Misalnya nih,
sore ini aku ikut pengajian. Saat pembukaan, kan lumrah ya ada pembacaan
ayat Alquran. Nah, ini yang membuat special acara pengajian tiap Kamis,
seringkali pembacaan ayat Alquran diganti dengan tasmi (melafadzkan
hapalan). Ada beberapa di antara anggota majelis talim yang sedang mengikuti
program hapalan, jadinya ya ayat yang dilafadzkan kadang surat tengah-tengah,
yang hanya beberapa orang hapal. Sebelumnya, dia menyebutkan ayat yang
akan ditasmi, kemudian kami spontan membuka ayat tersebut, menyimak. Jika
pun yang ditasmikan juz-juz akhir, kami pun menyimak dengan khidmat. Jika
ada yang kurang tepat, kami koreksi, bersama-sama. Aku pernah hingga
menangis saat menyaksikan kejadian serupa untuk pertama kalinya. Aku merasa
sangat bersyukur berada dalam lingkungan yang saling mendukung. Yang sudah
bisa, tetap rendah hati dengan cara meminta disimak. Yang belum
berkesempatan tasmi, menyimak dengan baik. Tidak segan-segan mengoreksi
jika yang di depan kurang tepat. Kita saling mengingatkan. Kita saling menjaga.
Tidak ingin ada satu pun dari kita yang tertinggal. Bukankah kita sedang
bersama-sama menuju kemenangan haqiqi? Maka kita saling menggenggam,
bahkan sering menarik dengan kencang. Akulah yang sepertinya paling sering
ditarik, karena seringkali aku stagnan pada titik yang sama, tidak hendak maju
seperti yang lain berlari. Kalian sangat sering menarikku, agar aku tidak
tertinggal. Aku tahu, itu wujud kasih sayang kalian kepadaku. Maaf ya, aku belum
bergerak segesit kalian. Saat hapalan kalian sudah berjuz-juz, aku malah masih
diam pada surat yang sama selama berbulan-bulan . Saat kalian bersemangat
tilawah hingga sekian juz perhari, aku malah satu juz baru khalas pada akhir
pekan . Maaf, aku salah. Aku tidak tahu diri. Bukankah kalian sudah membuka
tangan kalian, selalu siap memelukku kapanpun aku butuh? Tapi aku malah
mencari pelampiasan lain, yang sungguh tidak sepatutnya! Maaf..

Anda mungkin juga menyukai