Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
C. Klasifikasi fraktur
Klasifikasi fraktur menurut Chairuddin (2003) dalam Nur Arif dan Kusuma
(2013) mengatakan :
a. Klasifikasi etiologis
1) Fraktur traumatic
2) Fraktur patologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau
penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi,
tumor, kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau
akibat trauma ringan.
3) Fraktur stress, terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulangulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur
stress jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas.
b. Klasifikasi klinis
1) Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (compoun fraktur), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Karenadanya perlukaan dikulit.
Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed, union,
nonumion,infeksi tulang.
c. Klasifikasi radiologis
1) Lokalisasi : diafisial, metafisial, intra-artikuler, fraktur dengan
dislokasi.
2) Konfigurasi : fraktur transfersal, fraktur oblik, fraktur spinal,
fraktur segmental, fraktur komunitif (lebih dari deaf ragmen),
fraktur beji biasa vertebra karena trauma, fraktur avulse, fraktur
depresi, fraktur pecah, dan fraktur epifisis.
3) Menurut ekstensi : fraktur total, fraktur tidak total, fraktur
buckleatau torus, fraktur garis rambut, dan fraktur green stick
4) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : tidak
bergeser, bergeser (berdampingan, angulasi, rotasi, distraksi,
overring, dan impaksi).
d. Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu :
1) Derajat I :
a) Luka < 1cm. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda
luka remuk.
b) Fraktur sederhana, transversal, atau komunitatif ringan.
c) Kontaminasi minimal.
2) Derajat II :
a) Laserasi > 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap atau avulasi.
c) Fraktur komunitif sedang.
d) Kontaminasi sedang.
3) Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,
otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
D. Menifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur yaitu (Nur Arif dan Kusuma, 2013) :
a) Tidak dapat menggunakan anggota gerak.
b) Nyeri pembengkakan.
c) Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau
jatuh di kamar mandii pada orang tua,penganiayaan, tertimpa benda
berat, kecelakaan kerja, trauma olah raga).
d) Gangguan fungsio anggota gerak.
e) Deformitas.
f) Kelainan gerak
E. Proses Penyembuhan Fraktur
Fraktur akan menyatu baik di bebat atau tidak, tanpa suatu mekanisme
alami untuk menyatu. Namun tidak benar bila dianggap bahwa penyatuan
akan terjadi jika suatu fraktur dibiarkan tetap bergerak bebas. Sebagian
besar fraktur dibebat, tidak untuk memastikan penyatuan, tetapi untuk
meringankan nyeri, memastikan bahwa penyatuan terjadi pada posisi yang
baik dan untuk melakukan gerakan lebih awal dan mengembalikan fungsi
(Smeltzer & Bare, 2002). Proses penyembuhan fraktur beragam sesuai
dengan jenis tulang yang terkena dan jumlah gerakan di tempat fraktur.
Penyembuhan dimulai dengan lima tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap kerusakan jaringan dan pembentukan hematom (1-3 hari)
Pada tahap ini dimulai dengan robeknya pembuluh darah dan
terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada
permukaan fraktur, yang tidak mendapat persediaan darah, akan mati
sepanjang satu atau dua milimeter. Hematom ini kemudian akan
menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler
dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera gambaran khasnya
berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia (Suratun, dkk, 2008).
c) Sindrom kompartemen (Volkmanns Ischemia)
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam
kompartemen osteofasial yang
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ignatavicius dan Donna D (2006) dalam Wahid (2013) mengatakan
pemeriksaan diagnostik pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Radiologi
Untuk menentukan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan
(khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan patologi yang dicari
karena adanya super posisi. Perlu disadari bahwa X-ray harus atas
pada
kerusakan
tulang
dan
H. Penatalaksanaan Medis
1) Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah
collum femur dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada collum
femur-periosteumnya sangat tipis sehingga daya osteogenesinya sangat
kecil, sehingga seluruh penyambungan fraktur collum femur tergantung
pada pembentukan calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang
melewati collum femur pada fraktur collum femur terjadi kerusakan.
Lebih-lebih lagi terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran
darah sekitar fraktur tertekan alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur
intrakapsuler dengan dislokasi akan terjadi avaskular nekrosis.
2) Penanggulangan Impacted Fraktur
Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil,
penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan,
sakit sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat
penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan
dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto
impactednya kurang kuat ditakutkan terjadi disimpacted, penderita
dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation. Operasi yang
dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik
percutaneus.
3) Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur
Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit
dilakukan pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan buckextension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang
dilanjutkan dengan pemasangan internal fixation. Reposisi yang
dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara
yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi. Asisten
memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan
kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik
ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi
panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan
melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakuakn test.
Palm heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak
tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi
berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan
pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau
reposisi pertama gagal dapat diulangi sampai 3 kali, dilakukan open
reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah tereposisi dilakukan internal
fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi diantaranya: knowless pin,
cancellous screw, dan plate.
Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya
agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip
penanggulangan, tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita
dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian
penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty
dengan pemasangan prothese austine moore.
2. Konsep Bipolar Hemiarthroplasty
A. Definisi
Bipolar Hemiarthroplasty adalah penggantian total sendi. Penggantian
sendi total pinggul adalah prosedur operasi dengan mana tulang rawan
(cartilage) dan tulang yang berpenyakit (rusak) dari sendi pinggul secara
operasi diganti dengan materi-materi buatan. Sendi pinggul yang normal
adalah sendi bola dan socket (rongga). Socket (rongga) adalah tulang pelvis
yang "berbentuk mangkok" yang disebut acetabulum. Bola adalah kepala
dari tulang paha (femur). Penggantian total sendi pinggul melibatkan
pengeluaran dari bola dan socket yang berpenyakit (rusak) secara operasi
dan menggantikan mereka dengan bola dan batang metal yang dimasukan
kedalam tulang femur dan socket mangkok plastik buatan. Bola dan batang
metal buatan dirujuk sebagai "prosthesis". Setelah pemasukan prosthesis
kedalam pusat inti dari femur, ia dipastikan dengan semen tulang yang
disebut methylmethacrylate.
Secara alternatif, prosthesis "tanpa semen" digunakan yang mempunyai
pori-pori microscopik yang mengizinkan pertumbuhan tulang kedalam dari
femur yang normalkedalam batang prosthesis. Pinggul "tanpa semen" ini
dirasakan
mempunyai
durasi
yang
lebih
panjang
dan
terutama
3)
4)
5)
6)
7)
1) Anamnesa
a. Identitas
Meliputi usia ( kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin
( kebanyakan terjadi pada laki-laki biasanya sering mengebut saat
mengendarai motor tanpa menggunakan helm).
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama fraktur femur adalah rasa nyeri yang
hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
klien digunakan:
Provoking Incident
paha.
Quality of Paint
Region
Time
2) Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang.
Kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha,
pertolongan apa yang telah didapatkan. Selain itu, dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang
lain
b. Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit Paget
menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung.
Selain itu, klien diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko
mengalami osteomilitis akut dan kronis dan penyakit diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit patah tulang
paha adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis
yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara genetic.
3) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum:
e) B5 (Bowel)
Abdomen.
- Inspeksi
- Palpasi
-
tidak teraba.
Perkusi
: suara tymphani.
Auskultasi : peristaltic usus normal 20 kali / menit.
Inguinal - Genetalia - Anus : tidak ada hernia, tidak ada
keterlibatan
bekas
neurovaskuler
(saraf
dan
Move
4.
bagaimana
pasien
merespons
pertanyaan
dan
4.
5.
6.
mulut
Observasi bibir, daun telinga dan ujung kuku terhadap sianosis
Cek adanya gigi yang tanggal
Cek adanya gigi palsu. Jika ada dan pasien mengalami penurunan
tingkat kesadaran atau gigi palsu mempengaruhi jalan nafas,
lepaskan ; lalu beri nama dan simpan ditempat yang aman (lebih
7.
Leher :
1.
Observasi adanya bengkak atau deformitas di leher
2. Cek spinal servikal untuk deformitas dan nyeri palpasi. Perhatian:
jangan
menggerakkan
leher
atau
kepala
pasien
dengan
1.
2.
chest
Cek adanya fraktur iga dengan melakukan penekanan pada tulang
iga pada posisi lateral, lalu anterior dan posterior, maneuver ini
3.
berat
4. Catat memar, perdarahan, luka atau emfisema subkutaneus
5. Auskultasi paru untuk kualitas dan kesimetrisan bunyi nafas
Abdomen :
1. Catat adanya distensi, perdarahan, memar, atau abrasi khususnya
2.
peristaltic
Genetalia dan pelvis :
1. Observasi untuk abrasi, perdarahan, hematoma, edema atau
2.
discharge
Berikan tekanan lembut disetiap iliac crest dengan gerakan
gerakan kecil; pasien fraktur pelvis akan kehilangan rasa
3.
log-roll
Catat adanya keluhan nyeri dari pasien ketika mempalpasi sudut
2.
3.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Pre Operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan pada
tonjolan tulang
3. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, program
pembatasan gerak
Diagnosa Post Operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Risiko Infeksi
3. Risiko cedera
C. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
(NOC)
(NIC)
Nyeri Akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Analgesic Administration
cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka ...x.. jam diharapkan nyeri berkurang
bakar,
terpotong,
prosedur
berlebihan)
bedah,
mengangkat
trauma,
olahraga NOC:
Pain Level
batas
normal
vital
sign
sebelum
dan
sesudah
Kerusakan integritas kulit berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
dengan tekanan pada tonjolan tulang
...x..
jam
diharapkan
dapat
menjaga
Pressure Management
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Monitor aktivitas dan mobilasasi pasien
Hemodyalis akses
5. Monitor status nutrisi pasien
1. Integritas kulit yang baik bisa (sensasi,
Insision site care
elastisitas,
temperature,
hidrasi, 1. Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
Membranes,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
3. Perfusi dengan baik
4. Mampu
melindungi
kulit
staples,
program
NIC :
Bantuan Perawatan Diri : Berpindah
NOC :
Mobilitas
yang aman
3. Bantu pasien selama proses berpindah, gunakan
Pengaturan Posisi
1. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana postur
dan mekanika tubuh yang benar saat melakukan
aktivitas serta cara penggunaan alat bantu
2.
3.
4.
5.
mobilitas
Bantu mengatur posisi pasien
Ubah posisi pasien minimal setiap dua jam
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Awasi seluruh upaya mobilitas pasien
Post Operasi
No
Diagnosa Keperawatan
(NOC)
(NIC)
Nyeri Akut berhubungan dengan agens Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Analgesic Administration
cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka ...x.. jam diharapkan nyeri berkurang
bakar,
terpotong,
prosedur
berlebihan)
bedah,
mengangkat
trauma,
olahraga NOC:
Pain Level
Intervensi
batas
normal
Risiko Infeksi
vital
sign
sebelum
dan
sesudah
1.
NOC
2.
3.
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
4.
5.
6.
alat.
7.
Risiko Cedera
1.
2.
Fall Prevention
1. Kaji kelemahan kognitif/fisik pasien yang dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh
2. Kaji perilaku dan factor-faktor lain yang dapat