TGPL Kel5
TGPL Kel5
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jumlah penduduk setiap
tahun
selalu
bertambah
sehingga
yang ada.
sudah
ada
menjadi
acuan
dalam
mengatasi
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan
Wilayah Pantai Kabupaten Kutai Kartanegara
2. Bagaimana Strategi yang digunakan dalam
perumahan
dan
permukiman
di
Kelurahan
pembangunan
Wilayah
Pantai
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana yang ada di
Kelurahan Wilayah Pantai Kabupaten Kutai Kartanegara
2. Untuk mengetahui Strategi yang digunakan dalam pembangunan
perumahan
dan
permukiman
di
Kelurahan
Wilayah
Pantai
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1
telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang terbagi
dalam satu lingkungan siap bangun atau lebih. Pelaksanaan kasiba dilaksanakan secara
bertahap dengan terlebih dahulu dilengkapi jaringan primer dan sekunder sarana prasarana
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah
kabupaten/kota dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan
lingkungan.
Lisiba atau lingkungan siap bangun adalah sebidang tanah yang merupakan bagian
dari kasiba yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasaran lingkungan dan sesuai
dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian serta
pelayanan lingkungan untuk pembangunanan kaveling tanah matang, selain itu juga terdapat
lisiba berdiri sendiri atau Lisiba BS, merupakan lisiba yang yang bukan merupakan bagian
dari kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun atu dikelilingi
oleh kawasan dengan fungsi- fungsi lain.
2.2 Tujuan Kasiba dan Lisiba
1. Sebagai alat untuk pengembangan ekonomi lokal dan alat bagi perkembangan
kota, dalam hal ini
mendorong
kesempatan kerja)
2. Alat penyediaan sarana dan prasarana yang memenuhi pembakuan pelayanan serta
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
3. Alat untuk penediaaan kavling tanah matang beserta rumah dengan pola hunian
yang berimbang, terencana dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat
4. Alat pengendali harga tanah. Yang berangkat dari paradigma bukan hanya
komoditi tetapilahan untuk pengembangan sosial ekonoomi
2.3 Kriteria Kasiba dan Lisiba
Kiteria kasiba yaitu:
1. Kasiba membangun 3000-10000 unit bangunan
2. Lisiba membangun 1000-3000 unit bangunan
3. Penyelenggara lisiba yaitu Badan Usaha Pembangunan Permukiman yang
dilakukan melalui kompetisi persyaratan kasiba dilengkapi jaringan primer dan
sekunder prasarana lingkungan
Kriteria Lisiba Berdiri Sendiri
1. Lisiba berdiri sendiri untuk membangun 1000-2000 unit bangunan
9. Lokasi Kasiba bagi tanah yang sudah ada permukimannya, akan merupakan
integrasi antara pembangunan baru dan yang sudah ada sehingga seluruhnya
menampung sekurangkurangnya 3.000 (tiga ribu) unit.
2.6 Kriteria pemilihan lokasi Kasiba
Berikut beberapa kriteria untuk pemilihan lokasi Kawasan Siap Bangun:
1. Jarak tempuh lokasi menuju pusat kegiatan dan pelayanan selama kurang lebih 30
menit
2. Ketersediaan jalan penghubung dengan kawasan sekitarnya
3. Keadaan topografi lapangan datar
4. Daya dukung tanah untuk bangunan sesuai
5. Drainase alam baik
6. Kemudahan memperoleh air bersih
7. Kemudahan memperoleh sambungan listrik
8. Kemudahan memperoleh sambungan telepon
9. Kedekatan dengan fasilitas pendidikan tinggi
10. Kedekatan dengan fasilitas kesehatan
11. Kedekatan dengan pusat perbelanjaan
12. Kemungkinan pembuangan sampah.
13. Tidak merubah bentang alam, seperti mengurug situ, memotong bukit/gunung,
reklamasi rawa (termasuk rawa pantai).
14. Masyarakat yang akan menghuni Kasiba mempunyai karakter/budaya yang tidak
berlawanan dengan karakter/budaya masyarakat yang ada di sekitarnya.
15. Adanya perhitungan neraca pembiayaan penetapan Kasiba (usulan pengeluaran,
perkiraan penerimaan, cash flow)
2.7
mengikuti
BAB III
STUDI KASUS
Studi Kasus : Penanganan Perumahan Tidak Layak Huni di Wilayah Pantai Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai Kartanegara sendiri terletak antara 11526
Bujur Timur dan 11736 Bujur Barat serta diantara 128 Lintang Utara dan 108 Lintang
Selatan dan memiliki luas wilayah 27.263,10 km2. Kabuaten Kutai Kartanegara tediri dari 18
kecamatan diantaranya Samboja, Muara Jawa, Sanga-Sanga, Loa Janan, Loa Kulu, Muara
Muntai, Muara Wis, Kota Bangun, Tenggarog, Sebulu, Tenggarong Seberang, Anggana,
Muara Badak, Marang Kayu, Muara Kaman, Kenohan, Kembang Janggut dan Tabang.
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki belasan sungai yang tersebar pada hampir semua
kecamatan. Sungai-sungai tersebut juga merupakan sarana angkutan utama di samping
angkutan darat, dengan sungai terpanjang yaitu Sungai Mahakam dengan panjang sekitar 920
kilometer. Berikut batas-batas wilayah Kabupten Kutai Kartaegara:
Utara : Kabupaten Bulungan, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang
Timur : Selat Makassar
Selatan: Kabupaten Penajam Pasir Utara dan Kota Balikpapan
Barat : Kabupaten Kutai Barat
Lokasi penelitian yang dilakukan terdiri dari 6 ibukota kecamatan wilayah Pantai
Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Kecamatan Muara Badak di Desa Sungai Bawang,
Kecamatan Marang Kayu di Desa Sebuntal, Kecamatan Anggana di Desa Sidomulyo,
Kecamatan SangaSanga di Desa Pendingin, Kecamatan Muara Jawa di Desa Muara
Kembang dan Kecamatan Samboja di Desa Kuala Samboja. Pemukiman yang diteliti terdiri
dari 45-50 rumah per Kecamatan di wilayah pantai pada rumah-rumah yang tidak layak huni,
di mana para penghuni rumah tersebut tidak dapat berbuat banyak untuk memperbaiki rumah
mereka karena faktor ekonomi. Sebagian besar penghuni pemukiman ini berprofesi sebagai
petani dan nelayan dengan pendapatan < Rp. 500.000 per bulan dan ada juga yang
berpendapatan tidak tetap dengan pekerjaan serabutan. Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa para penghuni pemukiman ini berpenghasilan rendah (MBR).
Dari hasil penelitian atau survei lapangan yang dilakukan di 6 ibukota kecamatan
wilayah Pantai Kabupaten Kutai Kartanegara diperoleh kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Kondisi Perumahan
Masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara hidup di lingkungan dengan kondisi
sanitasi yang sangat buruk serta tidak memiliki kamar mandi yang memenuhi
persyaratan baik dari standar perancangan fisik kamar mandi maupun dari segi
kesehatan. Selain itu rumah yang ditempati oleh masyarakat termasuk kategori
rumah tidak layak huni dengan luas satu unit bangunan 15 m2, dinding bangunan
yang terdiri dari papan, triplek dan terpal, lantai bangunan yang terbuat dari
plesteran semen dan hanya ditutup dengan karpet plastik bahkan ada yang lantai
rumahnya hanya aari tanah saja, serta atap bangunan atau rumah yang terbuat dari
daun nipah atau seng.
b. Kondisi Prasarana Jalan
Jalan poros yang dimiliki atau yang berada di tiap kelurahan memilik lebar
57 m dengan kondisi jalannya ada yang baik dan ada yang rusak. Jalan
lingkungan yang menghubungkan antar rumah sebagian masih merupakan jalan
tanah dan jika berada di atas air atau daerah pasang surut berupa jalan kayu seperti
pada sebagian wilayah di Desa Sebuntal Kecamatan Marang Kayu dan Kelurahan
Kuala Samboja Kecamatan Samboja.
c. Kondisi Drainase
Jalan poros di 6 desa atau kelurahan tersebut ada yang sudah dilengkapi oleh
sistem drainase dan ada juga yang belum dilengkapi sistem drainase. Jenis
konstruksi sistem drainase yang ada berupa pasangan batu gunung dan tanah
alami. Kondisi drainasenya banyak yang tidak berfungsi dengan baik karena
Kondsi
Kelurahan
Pendingin,
Sangasanga
Jalan
Air
Listrik
Sanitasi
Sampah
Rumah
Tanah
asli,
jika
terjadi
hujan
maka
akan
sulit
lewat
Tidak ada
air dari
PDAM,
sumber air
lain yang
digunakan
tidak
layak pakai
karena
tercemar
Jaringan
listrik
sudah ada,
namun
tidak
mencukupi
kebutuhan
masyarkat
setempat
Penduduk
yang
memiliki
WC
kondisinya
buruk,
namun
Lebih
banyak
penduduk
yang tidak
memiliki
Tidak ada
Tempat
Pembuangan
Sampah
(TPS)
sehingga
masyarakat
Membuang
sampah di
sungai atau
di
sekitar rumah
Atap dari
seng/daun
nipah/sirap/bam
bu/terpal
dengan kondisi
buruk dan
sering bocor
jika hujan.
Dinding
papan/kayu
berlubang,
Lantai kayu
WC pribadi
2
Sidomulyo,
Anggana
Sudah
baik
Kuala
Samboja,
Samboja
Papan
kayu
Muara
Kembang,
Muara
Jawa
Sebuntal,
Marang
Kayu
yang
berlubang
Tidak ada
plafond,
Lantai dari
tanah asli,
Dinding bambu
dan kayu
dengan
kondisi yang
sudah
lapuk
Masyarakat
tidak
mampu
membiayai
jaringan
PDAM
dirumahny
a
sendiri,
walaupun
di
depan
rumahnya
sudah ada
jaringan
PDAM.
Sebagian
sudah ada
yang
menggunak
an jaringan
PDAM,
sebagian
tidak
Jaringan
listrik
sudah ada,
namun
tidak
mencukupi
kebutuhan
masyarakat
setempat
WC tanpa
septic tank,
Ada MCK
komunal
namun
kondisinya
tidak
layak
tidak ada
Tempat
Pembuangan
Sampah
(TPS)
sehingga
masyarakat
membuang
sampah
disekitar
rumah atau
dibakar
Jaringan
listrik
sudah ada,
namun
tidak
mencukupi
kebutuhan
masyarakat
setempat
Tidak ada
Tempat
Pembuangan
Sampah
(TPS)
Kondisi
bangunan
yang rapat,
masyarakatyan
g masih
membuang
sampah
sembarangan
Tanah
asli,
Sebagi
an ada
yang
dari
papan
kayu
Sebagian
sudah ada
yang
menggunak
an jaringan
PDAM,
sebagian
tidak
Tidak ada
Tempat
Pembuangan
Sampah
(TPS)
Kondisi
bangunan yang
Rapat
Tanah
asli,
Sebagi
an ada
yang
dari
papan
kayu
Tidak ada
jaringan air
PDAM
Jaringan
listrik
sudah ada,
namun
tidak
mencukupi
kebutuhan
masyarakat
setempat
Jaringan
listrik
sudah ada,
namun
tidak
mencukupi
kebutuhan
masyarakat
setempat
Aktivitas
mandi dan
BAB
dilakukan
di
pinggir
laut,
WC Umum
Maupun
WC
pribadi
Aktivitas
mandi dan
BAB
dilakukan
di
pinggir laut
Sebagian
tidak
memiliki
WC
Sebagian
sudah
memiliki
WC
namun
tanpa
Tidak ada
Tempat
Pembuangan
Sampah
(TPS)
Dinding
berlubang,
Atap nipah
yang
perlu perbaikan
Sungai
Bawang,
Muara
Badak
Sudah
baik
Tidak ada
jaringan air
PDAM
Jaringan
listrik
sudah ada,
namun
tidak
mencukupi
kebutuhan
masyarakat
setempat
septic tank
WC tanpa
septic tank
Tidak ada
Tempat
Pembuangan
Sampah
(TPS)
Atap berlubang,
Lantai
berlubang,
Dinding
berlubang
yang telah dietapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba dimaksudkan
untuk mengembangkan kawasan perumahan secara terencana mulai dari kegiatan
tanah siap bangun dan kavling tanah yang matang serta penyediaan prasarana dan
sarana permukiman termauk utilits umum secara terpadu dan pelembagaan
manajemen kawasan yang efektif, yang diharapkan mampu untuk berfungsi
sebagai instrumen yang mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan
permukiman yang tidak teratur (cenderung kumuh).
3. Pemberdayaan kelompok swadaya masyarakat
Belum adanya kelompok swadaya masyarakat yang bergerak di bidang
perumahan di Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga untuk mendorong
kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan titik berat kepada masyarakat
miskin dan berpendapatan rendah perlu diterapkan pembangunan perumahan yang
berbasis keswadayaan masyarakat.
4. Pengadaan Rumah Susun Sewa
Pembangunan rumah susun sewa sederhana dengan sistem sewa ditujukan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses untuk
mendapatkan KPR dan rumh yang dibangun perum Perumnas, masyarakat yang
tidak memiliki pendapatan dan pekerjaan tetap, masyarakat yang tinggal tidak
tetap dan bagi yang baru berumah tangga dan belum memliki rumah.
5. Adanya Kebijakan Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara di dalam pemberian
kemudahan dan bantuan kepada masyrkat berpenghasilan rendah untuk memiliki
rumah layak huni.
6. Pemahaman dan pelaksanaan Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Pemukiman Daerah (RP4D) Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Dari hasil identifikasi dan isu aktual yang terjadi di Kabupaten Kutai Kertanegara,
sasaran prioritas yang diharapkan mampu untuk memecahkan masalah dibidang
perumahan dan permukiman di Kabupaten Kutai Kertanegara yaitu :
1. Masalah mengenai kekurangan/kebutuhan perumahan yang sehat dan layak huni
bagi
sebagian
lapisan
masyarakat
ekonomi
terbatas/rendah
melalui
kegiatan
proyek
pengelolaan/pengolahan
air
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai kasiba dan lisiba dan studi kasus yang ada maka
dapat disimpulkan bahwa pengembangan kawsan perumahan dan permukiman melalui skema
Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) yang telah dietapkan melalui
peraturan daerah dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan perumahan secara terencana
mulai dari kegiatan tanah siap bangun dan kavling tanah yang matang serta penyediaan
prasarana dan sarana permukiman termauk utilits umum secara terpadu dan pelembagaan
manajemen kawasan yang efektif, yang diharapkan mampu untuk berfungsi sebagai
instrumen yang mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang
tidak teratur (cenderung kumuh).
4.2
Saran
1. Melakukan perbaikan atau penataan ulang perumahan dan pemukiman bagi
masyarakat di wilayah pantai dengan mengacu kepada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Perumahan dan Pemukiman atau Standar Pelayanan Minial
(SPM) Bidang Perumahan Rakyat Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten Kota.
2. Perlunya pemerintah daerah menyusun suatu skenario penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan pemukiman di daerah dalam bentuk Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Daerah (RP4D) dimana skenario
tersebut merupakan salah satu alat operasional sehingga semua orang dapat
menghuni rumah yang layak dalam lingkungan pemukiman yang sehat, aman dan
serasi.
3. Perlunya pemerintah daerah memiliki atau mempunyai kelembagaan/badan yang
mengkoordinasikan program dan kegiatan perumahan dan pemukiman di Wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
DAFTAR PUSTAKA
Akil, syarifuddin. 2005.Petunjuk Teknis Kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun
yang berdiri sendiri. Kmenetrian Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan
Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
Anggita,C.2013.Penanganan Perumahan Tidak Layak Huni di Wilayah PantaiKabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.JurnalTeknik.XIV(1):01-14