ABSTRAK
Pestisida adalah suatu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan
pemeliharaan tanaman maupun dalam meningkatkan hasil produksi pertanian. Pestisida
digunakan untuk memberantas hama tanaman sebab pestisida mempunyai kemampuan
mematikan yang tinggi, dengan penggunaan yang mudah dan hasil yang cepat. Namun
pestisida juga mempunyai dampak atau pengaruh negatif yang sangat besar bagi lingkungan
hidup akibat penggunaan yang sembarangan dan tidak sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan.
Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973
tentang Penggunaan, Penyimpanan dan Peredaran Pestisida untuk mengendalikan dan
mengawasi pemakaian pestisida agar sesuai dengan standar untuk melindungi lingkungan
hidup.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dampak / pengaruh pemakaian
pestisida terhadap lingkungan di desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei
Kabupaten Langkat.karena masyarakat di desa tersbut banyak menggunakan pestisida untuk
membasmi maupun mencegah hama padi dan sayur-sayuran. Cara mendapatkan data adalah
dengan metode observasi dan wawancara kepada aparatur pemerintah maupun responden
yang terkait dengan pestisida tersebut. Alasan penelitian dilakukan di Pasar VI Kwala
Mencirim ini karena desa tersebut mempunyai lahan persawahan dan perladangan yang
cukup besar di Kabupaten Langkat.
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I
:PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah..1
B. Perumusan Masalah ................ .. ..........................................................7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................8
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................................8
F. Metode Penelitian..24
G. Sistematika Penulisan26
BAB II
: IDENTIFIKASI MASALAH.27
A. Gambaran Umum lokasi Penelitian.27
B. Beberapa Masalah Yang Dihadapi..29
BAB III
: ANALISIS PERMASALAHAN40
A. Penggunaan Pestisida di Lokasi Penelitian..40
B.Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan.48
C. Mengatasi Keracunan63
D. Mencegah Keracunan65
BAB IV
: PENUTUP...67
1.Kesimpulan.67
2.Saran69
DAFTAR PUSTAKA
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
2
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
3
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
pestisida yang bertujuan membasmi hama tanaman padi dengan maksud agar produksi padi
semakin meningkat (tujuan ekonomis) ternyata mengakibatkan dampak negatif terhadap
kemampuan pelestarian lingkungan hidup.
Kontradiksi tersebut menjadi melebar karena masyarakat petani kemungkinan akan
lebih memfokuskan diri pada pencapaian tujuan ekonomis dibanding dengan kepatuhan
masyarakat terhadap perlindungan pelestarian hidup. Hukum lingkungan, dalam pengertian
sederhana dapat diterangkan sebagai : Hukum yang mengatur tatanan lingkungan :
lingkungan hidup (Munajat Donosaputro, 1978 : 8). Umumnya masyarakat menyadari
perlunya pemeliharaan lingkungan hidup setelah masyarakat tersebut menjadi korban
bencana alam seperti tanah longsor, bencana banjir dan lain sebagainya.
Menurut Hukum Tata lingkungan (HTL) mengatur penataan lingkungan guna
mencapai keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan
hidup fisik maupun lingkungan hidup sosial budaya (Hardjosoemantri,2001:42).
Masalah yang dihadapi para petani dengan munculnya serangan hama yang merusak
tanaman yang semakin hari semakin meningkat.
Upaya untuk mengantisipasi gangguan hama tanaman pada bidang pertanian,
manusia selalu mengembangkan teknologi di bidang pertanian termasuk di bidang metode
atau cara pemusnahan hama tanaman secara kimia seperti gangguan pestisida. Dalam
perkembangan selanjutnya mak akan timbul ketergantungan terhadap penggunaan pestisida
bagi masyarakat petani. Segala cara akan ditempuh untuk menciptakan pestisida yang paling
ampuh untuk membasmi hama.
Pestisida menjadi salah satu alat untuk mengatasi gangguan hama tanaman. Melalui
Paket Bimas dan Inmas, Pemerintah memperkenalkan metode penggunaan bibit unggul
dengan produksi tinggi, penggunaan pupuk tertentu dan pemberantasan hama dan
4
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
penggunaan pestisida sebagai bahan pemusnah hama tanaman. Pestisida telah merupakan alat
bantu yang sangat penting demi peningkatan produksi pertanian dan kebutuhan terhadap
bahan pangan semakin meningkat dari tahun ketahun seiring dengan pertumbuhan penduduk
di dunia. Sekitar 56% penduduk di dunia masih dalam tahap kekurangan gizi, dan sebagian
besar berada pada negara-negara yang sedang berkembang, seperti Ethiopia, Chad, Nigeria,
Sudan dan Mali, dimana hampir 70% penduduk di Negara-negara tersebut masih mengalami
keparahan. Hal ini diakibatkan keadaan geografis dan lingkungan yang telah rusak akibat
tindakan-tindakan manusia pendahulu dalam mengelola lingkungan hidup.
Masalah kependudukan, lahan dan penyediaan pangan memang saling berhubungan
satu sama lain seperti suatu lingkaran setan yang tidak terputus-pustus. Perkembangan
penduduk yang semakin meningkat sementara lahan semakin sempit memaksa para petani
untuk memaksimalkan hasil industri pertanian dengan lahan sedikit mungkin. Oleh karena
itulah penggunaan pestisida di bidang pertanian dalam rangka penyediaan pangan di dunia,
menjadi suatu keharusan sehingga hama tanaman yang mengganggu peningkatan produksi
tanaman harus dapat diatasi walaupun harus diakui bahwa penggunaan pestisida dapat
merusak lingkungan hidup. Penggunaan pestisida dapat berdampak negatif bagi
binatang-binatang lainnya yang sebenamya bukan merupakan hama tanaman.
Yang menjadi persoalan adalah sifat racun dari pestisida yang dapat meracuni manusia,
ternak piaraan, serangga penyerbuk, musuh alami serangga, hama dari tanaman serta
lingkungan bisa terpolusi. Bahan pemakaian dosis yang tidak tepat dapat membuat hama
menjadi kebal ( Rini, 1988:1).
5
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Pemakaian pestisida harus dapat diakui merupakan salah satu bagian dari pertanian
modern, tetapi penggunaan pestisida yang tidak efisien akan berdampak negatif bagi
ekosistem, hama menjadi resisten dapat memusnahkan binatang-binatang lainnya termasuk
juga manusia.
Proses pembangunan pertanian berwujud usaha mengalihkan sistem pertanian
dengan produktifitas yang relatif tinggi. Produksi tidak dapat ditingkatkan dengan pesat
tanpa menggunakan menggunakan pestisida, pelbagai jenis bibit unggul dan system
pengairan (Hardjosoemantri,1990:35).
Dari uraian-uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan pestisida telah
menimbulkan berbagai masalah di bidang pelestarian lingkungan hidup, di samping
keuntungan secara ekonomis. Demi keselamatan manusia dan lingkungan hidup lainnya,
maka Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973,
tentang Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida. Penerapan PP No. 7 Tahun 1973
bertujuan agar penggunaan, penyimpanan dan peredaran Pestisida tersebut memenuhi standar
pelestarian lingkungan hidup sehingga resiko kerugian dari penggunaan pestisida di
masyrakat dapat diminimalkan. Namun ketentuan ini kelihatannya belum efektif untuk
menanggulangi kerusakan lingkungan hidup. Masih banyak peredaran dan pengunaan
pestisida yang luput dari pengawasan Pemerintah yangmengakibatkan korban jiwa serta
kerusakan lingkungan hidup yang tidak sedikit.
Hasil ini dapat dilihat dari prilaku para petani atau para pekerja di perkebunan yang masih
cenderung untuk tidak memperdulikan resiko (ekonomis dan fisik) sebagai akibat dari
ketidaktahuan terhadap peraturan hukum dan tidak adanya kesadaran pemeliharaan
lingkungan hidup.
6
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari pemikiran tersebut di atas maka permasalahan dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak negatif penggunaan pestisida terhadap lingkungan di Desa Pasar VI
Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat ?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat terhadap bahaya yang timbul dalam
penggunaan pestisida ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebgai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak negatif penggunaan pestisida terhadap lingkungan di lokasi
penelitian tersebut.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei terhadap bahaya yang timbul dalam penggunaan pestisida.
7
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pengembangan wawasan penulis di bidang lingkungan hidup juga sebagai
bahan informasi bagi kalangan akademis dan juga dalam rangka penelitian lanjutan di
kemudian hari.
2. Sebagai sumbangan pemikiran tentang dampak penggunaan pestisida terhadap hasil
pertanian dan juga terhadap lingkungan hidup.
3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi Dinas Pertanian dan instansi
Pengadilan Negeri sebagai suatu bahan masukan sehubungan dengan kegiatan tugas
penyuluhan yang dilakukan kedua instansi tersebut kepada masyarakat dimana penelitian
ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk materi penyuluhan di bidang pertanian
oleh Dinas Pertanian maupun sebagai bahan masukan materi hukum penyuluhan hukum
bagi Pengadilan Negeri
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh.
Jadi secara sederhana pestisida dapat diartikan sebagai pembunuh hama (Sudarmo. 1999:9).
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995:763), Pestisida adalah zat yang
beracun untuk membunuh hama; obat pembasmi hama, racun hama. Menurut Pasal 1
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973, bahwa yang dimaksud pestisida adalah semua zat
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
8
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
a. Memberantas dan mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian.
b. Memberantas rerumputan.
c. mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan.
d. memberantas atau mencegah hama-hama air.
e. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad jasad renik dalam bangunan
rumah tangga, alat angkutan dan alat-alat pertanian.
f. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak.
g. Memberantas atau mencegah binatang-bintang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.
Pengertian yang lebih khusus dapat ditemui dalam The United States Federal
Environmental Pesticide Control Act. Dalam ketentuan tersebut pestisida dirumuskan adalah
semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan
serangga, binatang pengerat, nematode, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang
dianggap hama kecuali virus, bacteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan
binatang lainnya (Sudarmo, 1992:10).
Sehubungan dengan penggunaan istilah pestisida, menurut Hardjosoemantri : Bahwa
pestisida merupakan istilah umum yang dipergunakan untuk racun pembunuh hama yang
meliputi serangga, tikus, jamur, gulma, bakteri dan lain-lain. Sedangkan secara khusus racun
pembunuh serangga disebut insektisida, pembunuh tikus disebut rodentisida, pemunuh jamur
disebut fungisida, pembunuh gulma/herba disebut herbisida, pembunuh bakteri disebut
bakterisida, dan lain-lain (1998:318).
9
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Selanjutnya dalam laporan penelitian ini istilah yang dipilih untuk digunakan adalah
pestisida yang pengertiannya mencakup istilah insektisida, fungisida, herbisida, bakterisida
maupun rodentisida yang khusus digunakan sehubungan dengan pemeliharaan dan
perlindungan tanaman.
2. Jenis Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang dapat digolongkan bermacam-macam
berdasarkan fungsi dan asal katanya (Sudarmo, 1992:9 & 10). Sebagai salah satu bahan
kimia yang diformulasikan, bentuk pestisida dapat berupa cairan emulsi (emulsifiable
concentrates), butiran (granulars), debu (hust), tepung (powder), oli (oli) maupun uap, gas,
bau, asap (fumigansiia/fumigant).
Pestisida yang berfomulasi cairan emulsi memiliki cirri khas tersendiri yaitu adanya
singkatan ES (Emulsifable Solution), WSC (Water Soluble Concentrate), E (Emulsifiable)
dan S (Solution) yang dicantumkan di belakang merek dagang dari pestisida tersebut.
Misalnya Dursban 155E, Dimecron 50 SCW, Sevin 85S dan sebagainya. Sedangkan angka
yang tercantum di belakang merek dagang tersebut adalah besarnya persentase bahan aktif
yang dikandung oleh merek dagang dari pestisida tersebut. Menurut Sudarmo : Bila angka
tersebut lebih dari 90% berarti pestisida tersebut tergolong murni (1992:22).
Adapun jenis-jenis pestisida adalah sebagai berikut :
a. Insektisida
Insektisida berasal dari kata latin Insectum yang artinya potongan, keratan segmen tubuh
(Sudarmo, 1992:15) dan berfungsi untuk membunuh serangga, seperti penyakit bercak
ungu pada tanaman bawang (Alternaria Porii), hama penggerek
10
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
batang pada tanaman cengkeh (Nothoheus sp), hama penghisap buah pada tanaman coklat
(helopeltis) atau penyakit busuk daun pada tanaman kentang (Crocidolomia Binotalis,
Plutella Xylostella, Trichopulusiani dan Plusia sp) dan lain-lain. Di pasaran, insektisida
beredar dalam berbagai merek dagang, seperti Dursban 15/E, Furadan 36, Basudin 60EC,
Basminon Lannate 25 WP, Lirocide 650 EC, thiodan, sevin Sevidan 70 WP dan lain-lain.
b. Moluksida
Moluksida berasal dari kata Yunani Molluscus yang berarti berselubung tipis atau
lembek (Sudarmo, 1999:16). Moluksida adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk
mengendalikan hama siput atau parasut yang merusak tanaman. Misalnya untuk
membasmi penyakit busuk kaki (Phythophthora Parasticia) pada tanaman Roseda
maupun siput-siput pengganggu tanaman lainnya. Di pasaran Moluksida yang beredar
juga terdiri dari berbagai merek dagang seperti Antrocl 70 m Wp untuk membasmi
penyakit busuk kaki pad tanaman rosella dan merek brestan 60 untuk siput trisipan di
tambak.
c. Rodentisida
Rodentisida berasal dari kata Yunani Rodera yang artinya pengerat (Sudarmo,
1999:16). Sesudai dengan namanya, Rodentisida adalah bahan kimia yang berfungsi
untuk membunuh hama pengerat yang mengganggu tanaman seperti tikus. Di pasaran
Rodentisida beredar dengan berbagai merek dagang seperti ; untuk antikoagulan ada
merek Ramortal LB, Ratikus LC, Ratilan, Racumin, Ratilan, Fumarin, 22, Gisorin P,
Klerat RMB. Sedangkan untuk yang bersifat akut dikenal merek Mesophide 80 dan
Silmurin.
11
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
d. Piscisida
Piscisida berasal dari kata Piscis yang berarti ikan (Sudarmo, 1999:16). Piscisida
adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk membunuh ikan. Misalnya ikan mujair, dan
di pasar piscisida juga dijual dengan berbagai merek dagang. Salah satu yang sudah
terdaftar dan telah mendapat izin untuk diedarkan dan digunakan adalah merek Chemifish
5 EC.
e. Nematisida
Nematisida berasal dari kata Nematoda yang berarti benang (Sudarmo, 1999:16).
Nematisida adalah zat kimia yang berfungsi untuk membasmi hama nematode yaitu
sejenis cacing kecil dan serangga tanah lainnya yang biasanya hidup sebagai parasit pada
tanaman. Misalnya kumbang pada tanaman kelapa (brontispa sp), nematode bintil akar
tanaman pada kacang tanah, kpui, the dan kentang (Meloidogyne sp), nematode bintil akar
pada tanaman jeruk dan sebagainya. Di pasaran beredar merek Vydate, Furadan 3
Ginting, Teknik IOG, Nemacur, Thiodan 35EC dan sebagainya.
f. Repellents
Repellents adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan serangga maupun
hewan lainnya sehingga sangat multifungsi. Misalnya untuk membasmi lalat
muscadomistica pada kotoran ternak, lalat dau pada tanaman padi sawah (Hydrellia sp),
lalat bibit pada tanaman kedelai (Agromyza sp), hama jangkrik bahkan dapat digunakan
untuk anjing, tikus, burung dan sebagainya. Di pasaran Repellents dijual dengan berbagai
merek seperti ; Neprox 2 WSG, Brantasan, Curraterr 5 ginting, Sevidan 70 WP,
Agrothion 50 EC dan sebagainya.
12
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
13
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
1986, ada 30 merek dagang pestisida/herbisida yang telah resmi terdaftar dan mendapat
izin untuk diedarkan dan digunakan. Misalnya untuk gulma berdaun lebar ada merek
Banvel 480 EC atau Scount 180/22 AC, untuk gulma golongan rumput ada Codal 200/200
EC atau Karmex dan untuk golongan gala rumput teki ada merek Ustinex SP atau Bastaz
200 AS
h. Avisida berasal dari kata latin Ovum yang berarti telur. Avisida adalah zat kimia yang
berfungsi merusak telur atau untuk mengendalikan perkembangbiakan burung
(Sudarmo,1999:16).
Menurut Sudarmo ada 2 (dua) macam jenis Avisida yaitu :
1. Repellents (Zat penolak)
Yang tergolong dalam repellents adalah 4-1 mino pyridine dengan nam Avitrol.
Menthiocarb (Mesurol) suatu carbamate terdaftar sebagai repellent terhadap beberapa
jenis burung dan dipasang pada tanaman jagung, sorghum, padi dan anggur.
2. Chemosterillant
Yang terkenal adalah Chemosterillant bernama dagang ornitrol yang berfungsi untuk
mengintrol kelahiran burung merpati. Ornitrol dapat menyebabkan kemandulan
sementara pada merpati, sehingga dapat digunakan untuk mengontrol pertambahan
populasi (1990:48).
14
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
15
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
maupun lingkungan. Sementara itu pemanfaatannya oleh petani masih sangat tinggi. Jumlah
dan jenis pestisida yang beredar semakin banyak. Oleh sebab itu, pembinaan dan
pemeriksaan mutusarana pengendalian OPT baik berupa pestisida kimia sintetik, maupun
pestisida nabati sangat penting untuk menjamin efektifitas dalam upaya melindungi
kepentingan petani. Selain itu perlu diketahui dampak penggunaan sarana pengendalian
OPT dengan melakukan pengujian pada berbagai produk tanaman. Produk yang dihasilkan
diupayakan tidak melampaui batas maksimum residu.
Menurut Sudarmo, prinsip penggunaan pestisida adalah sebagai berikut :
1. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati.
2. Efisien untuk mengendalikan hama tertentu.
3. Meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan.
4. Tidak boleh persisten, jadi harus terurai.
5. Dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan labeling), harus memenuhi
persyaratan keamanan yang maksimum.
6. Harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut.
7. Sejauh mugkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota.
8. Relatif aman bagi pemakai (LD dermal dan oral) relative tinggi.
9. Harga terjangkau petani. (1992:10)
Sedangkan menurut Satuan Pengendalian BIMAS Departemen Pertanian, estisida
yang telah memenuhi syarat ambang batas toleransi lingkungan adalah pestisida yang
memenuhi banyak sebanyak mungkin sifat-sifat sebagai berikut :
a. Toksinitas oral rendah
b. Toksinitas dermal rendah
c. Tidak persisten
16
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
17
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
d. Tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keteranganketerangan
yang
dimaksud
dalam
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
No.
18
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
19
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
f. Nematisida
Nematisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang dapat
digunakan untuk mematikan cacing yang merusak tanaman.
g. Zat Pengatur Tumbuh
Zat Pengatur Tumbuh adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang dapat
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman, misalnya untuk merangsang suatu
pertumbuhan vegetatif, mematikan suatu cabang yang tidak dikehendaki dan sebagainya.
h. Jenis Pestisida Lain
Jenis pestisida ini tidak termasuk ke dalam pestisida yang disebutkan di atas, fungsinya
sebagai bahan campuran yaitu bahan pembasah (wetting agent), bahan perata (spreader)
dan bahan perekat (sticker).
Berkaitan dengan cara penggunaan bahan penyebaran pestisida, Rini Wudianto
menguraikan bahwa pestisida di lapangan dibedakan dalam berbagai bentuk sebagai berikut:
a. Tepung hembus (Dust=D)
Bentuk pestisida dalam bentuk tepung hembus ini harus dihembuskan dalam bentuk
tepung kering dengan menggunakan alat penghembus atau emposan.
Bentuk tepung hembus yang baik harus mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Tepung hembus harus mempunyai berat yang relatif ringan sehingga bisa terhembus
oleh angin sepoi basah.
2. Bagian tepung hembus tidak menempel satu dengan yang lainnya, sehingga tidak
diperlukan pengadukan selama pada proses pengembusan berlangsung.
20
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
3. Tepung hembus tidak lengket atau menggumpal walaupun dalam keadaan lembab.
b. Butiran (Granole=G)
Bentuk formulasi pestisida berupa butiran padat seperti pupuk urea atau TSP,
penggunaannya disebarkan atau ditaburkan di atas tanah. Di dalam tanah pestisida oleh
air akan larut yang kemudian akan diserap oleh akar. Melalui akar zat racun masuk ke
dalam jaringan tanaman, sehingga tanaman mempunyai daya tolak terhadap jasad
pengganggu tanaman.
c. Tepung yang harus dibasahi (Wettable Powder=WP). Sebelum disemprotkan terlebih
dahulu harus dibasahi dengan air. Untuk menghindari pengendalian diperlukan
pengadukan dengan cara penggoncangan.
d. Tepung yang dilarutkan dengan (Saluble Power=SP), sebelum tepung dipergunakan
harus dilarutkan terlebih dahulu.
e. Cairan (Emulsifeable Concentrate=EC)
Penggunaan harus dicampur terlebih dahulu dengan air baru boleh disemprotkan, kalau
tidak dicampur dengan air konsentrasinya terlalu tinggi dan kalau disemprotkan maka
tanaman akan mati.
f. Bentuk Gas (Flowable=F)
Pestisida ini dapat berbentuk cairan atau padatan dan sebelum diuapkan dicampur lebih
dahulu dengan air setelah racun menguap kemudian dihembuskan / ditiup menggunakan
alat peniup.
Racun akan terhisap oleh jasad penganggu umumnya melalui pernafasannya (Rini,
1988-12). Ada juga dalam bentuk oli (oil), bentuknya dapat dikenal dengan SCO
21
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
(Sollube Concentrate Oil), biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen karone
atau Aminoester (Subiyakto, 1990:32).
2. Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah jenis pestisida alami yang merupakan senyawa beracun yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Beberapa bahan tumbuhan seperti tembakau, piretrum, deris,
helebor, kasia, kamper dan yang terpenting sudah sangat lama sekali digunakan sebelum
insektisida sintetik ditemukan. Beberapa insektisida yang digunakan secara umum berasal
dari tumbuh-tumbuhan adalah bunga, daun atau akar dihancurkan dan kemudian langsung
digunakan sebagai insektisida atau bahan racunnya diekstraksi terlebih dahulu kemudian baru
digunakan (Soetikno, 1992:41)
Beberapa jenis pestisida nabati adalah sebagai berikut :
1. Nikotin yaitu senyawa yang berasal dari tembakau yang berfungsi untuk membasmi
belalang daun, afid dan serangga
2. Rotenone, senyawa yang diperoleh dari akar kacang-kacangan yang berfungsi untuk
melindungi tanaman pangan dan membasmi ikan-ikan di daun. Senyawa ini sudah jarang
digunakan.
3. Ryania, senyawa yang diperoleh dengan menumbuk halus batang dari Ryania speciosa.
4. Piretrum, senyawa yang diperoleh dari ekstrak bunga Chryantenum yang digunakan
sebagai insektisida di lingkungan perumahan dan aman untuk kesehatan.
22
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
3. Biopestisida
Biopestisida adalah pestisida yang berasal dari mikroba yaitu beberapa jenis
penyebab penyakit serangga yangtelah diisolasi dan dikembangkan secara missal yang
dikenal dengan sebutan Insektisida (Soetikno, 1999:49)
Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai sifat
spesifik artinya hanya menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis lain.
Pada saat ini hanya beberapa insektisida microbial yang sudah dipergunakan dan
diperdagangkan seperti Bacillus thuringensis (BT) yang merupakan bakteri penyebab
penyakit pada serangga.
Biopestisida ini telah diproduksi dalam bentuk insektisida microbial seperti Dipel,
Sok-bt, Thuriside, Certan, Bactispeine, Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. Insektisida ini
efektif untuk membasmi larva nyamuk dan lalat (Soetikno, 1992:50).
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan di Kecamatan Sei Bingei yang mengambil lokasi tempat
penyebaran wilayah geografis di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
2. Populasi
Sebelum proses pengumpulan data di lapangan dimulai, terlebih dahulu ditentukan
populasi dari penelitian lapangan, yang dapat diukur dari tujuan dan topik penelitian ini.
Populasi dari penelitian ini dibatasi hanya pada para petani yang ada berjumlah 83 orang.
23
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
4. Sumber Data
Adapun sumber data diharapkan dari :
a. Masyarakat petani pengguna pestisida.
b. Pedagang / penyalur pestisida / distribusi pestisida.
c. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
d. Pusat Kesehatan Masyarakat.
e. Studi Dokumen.
24
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
5. Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang berjumlah 83 orang. Untuk
menentukan sample terpilih digunakan metode purposive sampling dengan kriteria untuk
petani yang menggunakan pestisida. Untuk pejabat digunakan secara accidental sampling
dengan kriteria tugas dan wewenang mengetahui permasalahan yang diteliti.
Menurut Arikunto (1996:120) dikatakan untuk sekedar ancar-ancar maka apabila
kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika subjeknya lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara 10 -15%
atau 20-25% atau lebih.
Berpedoman kepada pendapat di atas maka dalam penelitian ini mengambil
sebahagian dari populasi untuk dijadikan sample yaitu sejumlah 10% dari 830 orang maka
berjumlah 83 orang.
6. Analisis Data
Data yang diperoleh, baik data primer maupun data skunder terlebih dahulu diedit,
data yang relevan dipisahkan dari data yang diperlukan. Editing kemudian dilanjutkan
dengan tabulasi data, kemudian data yang ditabulasi, dianalisis dengan melakukan
interpretasi secara logis untuk menjawab permasalahan yang diajukan guna mengambil suatu
kesimpulan.
7. Proses Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada para responden yang
telah ditentukan terlebih dahulu. Kepada responden diberikan daftar kuessioner yang telah
disusun terlebih dahulu. Setiap pertanyaan dibacakan oleh peneliti dan kemudian
25
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
responden memilih jawaban yang sesuai. Untuk mendukung serta melengkapi pendapat
para responden maka peneliti mengadakan wawancara kepada informan guna memperoleh
informasinya.
G. Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I
Pendahuluan
Yaitu berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2, Bab II
Identifikasi Masalah
Yaitu yang berisi kondisi fisik menyangkut letak maupun luas daerah,
tempat penelitian, topografi, organisasi sosial, komunikasi serta beberapa
masalah yang dihadapi.
3. Bab III
Analisis
Yaitu berupa pembahasan yang menyangkut pengertian pestisida di lokasi
penelitian, dampak penggunaannya, mengatasi keracunan serta usaha
mencegah keracunan.
4. Bab IV
Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran.
26
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
: Deli Serdang
: Aceh / NAD
: Binjai Selatan
: Tanah Karo
Secara geografis Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat merupakan daerah yang strategis
untuk lahan pertanian. Karena itu mata pencaharian pokok sebagian besar penduduk adalah
bertani atau berkebun.
2. Keadaan Penduduk
Penduduk di lokasi penelitian terdiri dari beberapa suku yaitu ; Jawa, Batak, Melayu,
Nias dan Banjar. Jumlah penduduk di Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei
3325 jiwa dan agama yang ada adalah Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Budha.
27
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
4. Organisasi Sosial
Yang dimaksud dengan organisasi sosial adalah organisasi yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan usaha pertanian. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah salah satu
bentuk organisasi dalam bidang ini yang berfungsi melayani petani untuk meningkatkan
produksi pertanian. Di Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei ini KUD sudah
ada sejak tahun 1980 dengan Badan hukum No.003-165/KUD_Pt/1980. Namun KUD ini
kurang berfungsi sehingga para petani mengalami kesulitan dalam menjual hasil pertanian
kecuali hasil Karet dan Sawit, tennasuk dalam membeli bahan-bahan pertanian seperti pupuk
dan obat-obatan.
5. Media Komunikasi
Media komunikasi memegang peranan penting dalam transfer arus informasi. Media
komunikasi yang dimaksud adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan
atau menerima informasi mengenai yang berkaitan dengan usaha pertanian, misalnya televisi,
radio, surat kabar dan majalah.
Di daerah penelitian sebagian besar dari penduduk dapat menikmati siaran televisi,
hanya beberapa orang saja yang tidak memiliki televisi, hal ini dikarenakan daya beli
masyarakat yang kurang mampu. Di desa ini juga hanya sebagian kecil saja yang tidak
mempunyai radio.
28
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
29
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
2. Masalah Pertanian
a. Lahan Pertanian
Keadaan lahan pertanian umumnya termasuk lahan yang subur, tetapi akhir akhir ini
menjadi kurang subur. Hal ini diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Perluasan areal pertanian yang terus menerus sehingga mengakibatkan kurangnya
daerah hutan / pemotongan/penebangan pohon yang seharusnya menjadi sumber
air.
b. Merupakan akibat dari seringnya musim kemarau yang berkepanjangan
mengakibatkan tanah menajdi kurang subur.
c. Pengolahan lahan yang tidak efektif akibat kurangnya pengetahuan dari
masyarakat tentang cara-cara mengelola tanah yang baik mengakibatkan tanah
menjadi rusak bila ditambah pupuk kandang (kotoran lembu, kambing dan ayam).
d. Penebangan-penebangan pohon dengan skala besar dan berbagai alasan, misalnya
perluasan perkampungan, untuk kayu bakar dan lain-lain mengakibatkan erosi.
30
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
kemudian petani membakarnya. Tetapi saat ini cara demikian barangkali sudah dianggap
aneh dan kurang efektif untuk areal pertanian yang luas.
Proses pembangunan pertanian pada asasnya bertujuan untuk meningkatkan produksi
pertanian menjadi efektif dengan hasil yang lebih tinggi. Sementara itu tidak mungkin dapat
ditingkatkan tanpa menggunakan bahan kimia seperti pupuk maupun pestisida, bibit unggul
dan sistem pengairan yang baik. Namun demikian akibat dari penggunaan bahan tersebut
harus juga diperhatikan dan diperhitungkan untuk kepentingan bersama.
Dari wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat diketahui bahwa Desa Pasar VI
Kwala Mencirim mata pencaharian asli penduduk adalah petani dan pedagang. Seiring
dengan kemajuan transportasi para pendatang dari luar daerah juga ikut meramaikan desa
tersebut, sebagai penduduk pendatang pekerjaan mereka juga beragam baik dalam sektor
formal seperti instansi pemerintahan maupun sektor informal seperti buruh tani, pedagang,
buruh pabrik dan sebagainya.
Hasil utama dari Desa ini adalah padi hal ini disebabkan lahan pertanian untuk padi
lebih besar daripada lahan pertanian untuk perladangan. Saat ini untuk persawahan luasnya
850 Hektar dan untuk perladangan luasnya 350 Hektar. Lahan ini kemungkinan akan terus
semakin berkurang jika tidak ditangani dengan serius, hal ini disebabkan karena lahan
pertanian berubah/beralih fungsi menjadi daerah hunian.
Dari tabel berikut dapat diketahui bahwa tanaman padi sangat berpengaruh dalam
meningkatkan pendapatan perkapita dari masyarakat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei.
31
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Tabel I
Intensifikasi dan Jenis Tanaman
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Tanaman
Padi
Cabai
Ubi
Karet
Jagung
Kentang
Sawit
Jumlah
Jenis Tanaman
Menggunakan
Pestisida
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Padi
Cabai
Ubi
Karet
Jagung
Tidak Menggunakan
Pestisida
Ya
-
32
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
6
Kentang
Ya
7
Sawit
Ya
Ya
Sumber : Kantor Kepala Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei
Dari Tabel II terlihat bahwa pada umumnya para petani menggunkan pestisida untuk
meningkatkan hasil pertaniannya, kecuali karet dan sawit menggunakan peralatan berat pada
permulaan untuk membersihkan lahan pertanian dari tanaman-tanaman rumput, kemudian
barulah digunakan pestisida pada saat perawatan tanaman.
Pengetahuan penduduk tentang penggunaan pestisida dan dampak pestisida dapat
dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel III
Pengetahuan Petani Tentang Pestisida dan Dampak Pestisida
No
Standar Pengetahuan
Tahu
Tidak
Tahu
Jenis pupuk
80%
20%
Kegunaan
80%
20%
Jenis sasaran
80%
20%
Jasad sasaran
80%
20%
Cara penggunaan
70%
30%
40%
60%
40%
60%
33
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
dijadikan tolak ukur bahwa responden mengetahui jika pestisida dapat berbahaya terhadap
lingkungan sekitarnya.
Pengertian pestisida seperti yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahub 1973, apabila diperhatikan bukan hanya racun untuk memberantas tikus, bakteri,
hama tanaman dan sebagainya. Tetapi juga juga merupakan racun yang berbahaya bagi
manusia dan untuk menghindari kecelakaan karena penggunaan pestisida tersebut diperlukan
pengetahuan yang cukup tentang penggunaan pestisida itu sendiri.
Di lokasi penelitian sebagian dari petani tidak menyadari bahaya dari penggunaan
pestisida, hal ini disebabkan kurangya pengetahuan mereka akan penggunaan pestisida yang
bukan tujuannya. Dari 83 responden menyatakan bahwa mereka telah pernah menggunakan
pestisida dan hal ini dilatarbelakangi oleh hal antara lain :
a. Untuk mengendalikan gulma/rumput liar pada tanaman
b. Pengendalian hama serangga yang mengganggu tanaman.
c. Karena terpaksa untuk menghindari beralihnya hama-hama maupun gulma.
d. Untuk menghindari beralihnya hama-hama dari pertanian sekitarnya.
e. Lebih efisien dan efektif
f. Karena informasi dari sesama petani.
Tetapi pengaruh dinamika masyarakat atau faktor kemajuan zaman yang diikuti dengan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang mereka peroleh
menjadikan mereka berkembang dan tidak lagi berfikir seperti tradisi yang mereka lakukan
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini :
34
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Tabel IV
Responden Memperoleh Pengetahuan Cara Menggunakan Pestisida
Dengan Baik dan Benar Adalah Dari
No
Jawaban Responden
6,03
15
18,07
13
15,66
30
36,14
20
24,10
Jumlah
83
100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peran PPL dan PKL serta Label yang ada
di botol pestisida mempunyai peranan yang sangat penting guna meningkatkan pengetahuan
petani tentang pestisida terutama akibat atau dampak negatif dari penggunaan pestisida. Hal
ini juga dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel V
Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Bahaya dan Dampak
Penggunaan Pestisida
No
Jawaban Responden
Mengetahui
65
7810
Kurang mengetahui
13
15,66
6,24
83
100
Jumlah
35
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebesar 78,10 % petani sudah mengetahui bahaya
dan dampak dari penggunaan pestisida, hal ini cukup menggembirakan dan perlu
ditingkatkan lagi dengan peningkatan PPL dan PKL dari mahasiswa akan menyebabkan para
petani akan mengetahui dengan baik bahaya atau dampak dari penggunaan pestisida.
Adapun jenis pestisida yang digunakan oleh para petani di Desa Pasar VI Kwala
Mencirim ini dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel VI
Jenis Pestisida Yang Biasa Digunakan
No
Jenis Pestisida
Jumlah
Drusban
35
87,5
Agroxone-4
32
80
Raundaup
35
87,5
Dithane M-45
17,5
Curater 3 G
Citowet
2,5
83
100
Jumlah
36
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
petani mengetahui jenis dan penggunaan pestisida itu umumnya dari pedagang/pengecer
di pasar sebagian lagi mengetahui dari sesama para petani, Sedangkan para pedagang atau
pengecer sebenarnya juga kurang mengetahui jenis pestisida dan penggunaannya.
Ditambah lagi banyaknya jenis pestisida yang beredar di pasaran membuat para petani
harus lebih berhati-hati dalam memilih jenis pestisida tersebut.
b. Masalah penyemprotan pestisida.
Penyemprotan pestisida pada tanaman harus diperhatikan waktu atau saat yang tepat.
Umumnya hama serangga sangat peka terhadap pestisida pada saat stadium larva dan
mimva atau pada saat berupa telur.
Jika dilakukan penyemprotan tidak pada saat yang demikian maka penyemprotan akan
sis-sia malah hama akan semakin kebal terhadap pestisida tersebut.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 83 orang respoden, 100% mengatakan
bahwa mereka melaksanakan penyemprotan pada pagi hari ( sekitar pukul 06.00 -11.00
WIB )
c. Alat Pelindung
Untuk menghindari keracunan melalui pernafasan, dan kerusakan kulit diperlukan adanya
alat-alat pelindung pada saat penggunaan pestisida. Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 83 responden, terdapat 20% yang tidak menggunakan alat pelindung dan 80%
yang memakai baju berlengan panjang, hal ini terjadi karena para petani telah banyak
mengetahui pengaruh negatif dari pestisida.
37
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
d. Penyimpanan Pestisida
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus
asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus dan
dikunci sehingga anak-anak tidak dapat menjangkaunya, demikian pula hewan ternak /
peliharaan.
Dalam hal penyimpanan untuk menghindari pestisida dari jangkauan anak-anak atau
hewan peliharaan dan ternak, 90 % responden yang menyimpan pestisida dengan benar
dan tepat, sedangkan 10% lainnya menyimpan pestisida secara sembarangan di dalam
rumah, misalnya di dapur, di bawah meja dan sebagainya.
e. Mengukur dan Mencampur Pestisida.
Dari label yang melekat pada plak-plak atau botol pestisida, dapat dilihat dan dipilih dosis
ataupun cara-cara mencampuri pestisida yang akan digunakan dan alat-alat apa saja yang
digunakan dan diperlukan.
Dari hasil penelitian terhadap 83 responden, 45 % mengatakan mereka mengetahui untuk
mengukur dan mencampuri pestisida dari label yang melekat pada plak-plak atau botol
pestisida, sedangkan 55% mengatakan bahwa mereka mengetahui dari pengalaman.
f. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden ternyata PPL di Desa Pasar VI
Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei masih jarang datang memberikan penyuluhan,
begitu juga mahasiswa yang melakukan PKL.
Pada kenyataannya peranan PPL dan PKL mempunyai peranan yang sangat penting
dan merupakan jembatan penghubung yang bersifat 2 (dua) arah antara petani dan
petugas penyuluh. Hubungan ini yaitu :
38
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
1. Pengetahuan dibutuhkan petani dan pengalaman yang bisa dilakukan para petani.
2. Pengalaman baru yang terjadi dengan petani akan memberikan cara-cara pemecahan
(Kartasapoetra, 1991:9)
Dengan demikian penyuluhan itu merupakan bentuk transfer informasi sehingga
mampu meningkatkan produksi pertanian dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi.
39
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN
Bentuk Pestisida
Merek Pestisida
Cairan
Appland
Butiran
Curater
Tepung
Darmabes
40
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Cairan
Mipein 50 WP
Cairan
Hepein
Tepung
Romoltal
Tepung
Ziak Phospit
Cairan
Appland
41
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
3. Tepat Waktu
Maksudnya sebelum melakukan penyemprotan harus terlebih dahulu dilihat
perkembangan hama itu sendiri yang mana harus diketahui tahapan-tahapan
perkembangan hama tersebut untuk mendapatkan hasil semprotan yang efektif.
4. Tepat Cara
Maksudnya cara penyemprotan atau cara pengendalian hama harus disesuaikan
dengan cara hama menyerang tanaman. Misalnya bila hama menyerang daun, maka
penyemprotan harus melalui daun. Tetapi bila ingin mengendalikan hama wereng
yang menyerang batang, maka penyemprotan dilakukan melalui batang.
Dari hasil penelitian di Desa Pasar VI Kwala Mencirim, diketahui bahwa sebahagian
masyarakat belum mengetahui dengan tepat penggunaan pestisida tersebut. Dengan kata lain
penggunaan pestisida di Desa Pasar VI Kwala Mencirim masih ada secara sembarangan.
Dari hasil penelitian ada beberapa masalah yang ditemukan, antara lain :
1. Petani pada umumnya menggunakan pestisida tertentu bukan karena mempunyai
pengetahuan tentang jenis dan penggunannya, tetapi cenderung karena ikut-ikutan.
2. Ada kecenderungan bagi petani untuk mencampur beberapa jenis pestisida tanpa
mengetahui dengan jelas-jenis pestisida tersebut dapat dicampur atau tidak.
3. Kurangnya kegiatan PPL dan PKL mahasiswa untuk memberikan informasi kepada
pengguna pestisida.
4. Sebahagian para petani pengguna pestisida mengetahui jenis dan cara penggunaan
pestisida dari pedagang atau pengecer pestisida, sedangkan pedagang atau pengecer
tersebut sebenarnya kurang mengetahui dan memahami dengan jelas.
42
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
43
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
44
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
45
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
e. Jangan merobek tempat pembungkus pestisida dengan tangan terbuka. Gunakan pisau
atau gunting yang tajam dan alat ini harus dicuci setelah dipakai.
f. Hindarkan memegang pestisida di dekat mata.
g. Sewaktu memindahkan larutan hendaknya secara hati-hati sehingga tidak tumpah.
h. Alat-alat cucian yang telah digunakan hendaknya segera dicuci sebersih mungkin dan
hindarkan agar air bekas cucian masuk ke dalam tanah dan tidak mengalir ke sungai
atau parit.
i. Semua bekas-bekas pestisida yang tidak digunakan dibuang ke dalam lobang yang
sengaja telah disediakan kemudian ditimbun dengan tanah.
j. Semua bekas-bekas pestisida sebagai tempat menyimpan makanan atau minuman sama
sekali dilarang karena pencucian tidak dapat membersihkan pestisida.
4. Penyemprotan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan antara
lain :
a. Alat semprot (tabung) yang harus disesuaikan dengan areal agar tidak terjadi pengisian
berulang-ulang.
b. Alat pengaman yang lengkap seperti sarungtangan, masker, baju lengan panjang dan
sepatu karet.
c. Waktu yang tepat dan baik dalam melakukan penyemprotan adalah pagi pada pukul 06.00 11.00 dan sore pada pukul 15.00-18.00.
Di samping hal-hal tersebut di atas, masih ada lagi hal-hal yang perlu dipedomani
pada saat penyemprotan agar tidak mengganggu kesehatan si penyemprot serta tidak
mencemari lingkungan, yaitu :
46
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
5. Penyimpanan
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah pembungkus
asli, tertutup rapat dan tidak bocor atau rusak. Penyimpanan pestisida pada tempat yang
aman dapat mencegah terjadinya pencemaran dan bahaya lainnya. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penyimpanan, antara lain :
a. Pestisida yang dibeli hendaknya segera disimpan dan jangan sekali-kali meletakkan
pestisida pada tempat yang dapat dijangkau anak-anak ataupun ternak.
b. Tempat penyimpanan sebaiknya dikunci dan jika perlu memakai tanda larangan masuk
bagi yang tidak berkepentingan.
c. Jangan menyimpan pestisida dalam bekas penyimpanan makanan dan minuman.
d. Perlu mengadakan pengecekan untuk mengetahui ada atau tidaknya kebocoran.
e. Tempat penyimpanan pestisida harus mempunyai ventilasi udara yang cukup
47
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
48
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Pestisida yang diemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena
sinar matahari. Pestisida akan menyatu dengan udara dan ikut terbang mengikuti aliran angin
dan jatuh kembali ke tanah, sedangkan makhluk-makhluk yang bukan menjadi sasaran juga
akan ikut terbunuh oleh pestisida seperti katak, ular, serangga penyerbuk dan lain-lain.
Sebagian pestisida juga akan sampai ke tanah dan air bahkan bisa juga ke laut yang tentu saja
akan mempengaruhi ekosistem laut.
Suatu skema penyebaran pestisida pada lingkungan dapat dilihat pada gambar
berikut:
49
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
50
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
51
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
1. Membunuh jasad bukan sasaran. Beberapa serangga berguna dapat ikut mati runtuh,
ternak juga manusia.
Salah satu dampak negatif akibat penggunaan pestisida adalah timbulnya resistensi
jasad pengganggu terhadap senyawa yang digunakan. Resistensi ini adalah sejenis hama yang
setelah mendapat perlakuan pestisida berkembang menajdi lebih banyak disbanding dengan
tanpa mendapat keperluan pestisida. Resistensi ini timbul akibat penggunaan pestisida secara
terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei ditemukan sebagian besar daripada para petani sudah mengetahui
bahwa pestisida tersebut mempunyai dampak negatif yang dapat membahayakan dirinya
maupun binatang di darat, di udara dan di air dan juga merugikan tanaman.
Dari table di bawah ini dapat dilihat dampak negatif dari penggunaan pestisida :
Tabel VIII
Dampak Negatif Penggunaan Pestisida
No
Jawaban Responden
Persentase
Merusak tanaman
28
33,73
40
48,19
15
18,08
Jumlah
83
100
52
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
udara. Hal ini disebabkan keteledoran dalam menyemprot sehingga pestisida yang
disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung kena sinar matahari. Kemudian
pestisida menyatu dengan udara dan ikut terbang menurut aliran angin dan jatuh kembali ke
tanah yang meyebabkan keracunan bagi binatang darat, sebagian lagi sampai ke air yang
menyebabkan keracunan binatang di dalam air. Sebanyak 15 orang (18,08%) menjawab
dapat membahayakan kesehatan manusia.
Jadi dampak negatif dari penggunaan pestisida di Desa Desa Pasar VI Kwala
Mencirim Kecamatan Sei Bingei ini pada umumnya disebabkan kecerobohan dan kelalaian
ataupun kurang teliti dan telaten baik dari segi penyemprotan, penyimpanan dan
pembuangan sisa-sisa pestisida.
Adapun gejala-gejala apabila terkena racun pestisida, melalui mulut, kulit ataupun
pernafasan adalah antara lain ; rasa mual, daya penglihatan kabur, kejang-kejang, mencret,
anggota tubuh yang terkena menjadi kebal dan anak mata menjadi tidak normal, serta
mengeluarkan keringat berlebihan.
Jika tingkat keracunan cukup parah, si penderita akan muntah-muntah, denyut
jantung menjadi kencang, otot-otot mengendur atau melemah, sukar bernafas dan pingsan.
Oleh karena masyarakat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei belum
mengetahui bahwa pestisida tersebut disamping berdampak positif tetapi juga berdampak
negatif bagi masyarakat khususnya para petani yang belum memahami bahaya efek samping
yang ditimbulkan oleh pemakaian pestisida.
Hal ini dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut :
1. Penyimpanan dan penempatan bekas pestisida tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk
penggunaan pestisida.
53
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
54
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
55
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
56
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp. 450.000.000,(empat
ratus lima puluh juta rupiah).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam pasal 44 UU No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan sebagai berikut :
(1) Barangsiapa dengan melanggar ketentuan perunang-undangan yang berlaku, karena
kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, diancam
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau
luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).
Di samping sanksi pidana seperti yang telah diuraikan di atas, dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup juga diatur mengenai
sanksi administratif sebagaimana disebutkan dalam Pasal 25 sebagai berikut :
(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintahan
terhadap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri
terjadinya pelanggaran, serta menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu
pelanggaran,
melakukan
tindakan-tindakan
penyelamatan,
penanggulangan,
dan
pemulihan atas biaya penanggung jawab usaha dan kegiatan, kecuali ditentukan lain
berdasarkan Undang-Undang.
(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diserahkan kepada
Bupat/Walikotamadya/Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I.
57
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
(3) Pihak ketiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang
berwenang untuk melakukan paksaan pemerintah, sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2).
(4) Paksaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didahului dengan surat
perintah dari pejabat yang berwenang.
(5) Tindakan penyelamatan, penanggulangan dan pemulihan sebagaimana dimaksud ayat (1)
dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uang.
Terhadap para petani yang melakukan tindakan pelanggaran dalam penggunaan
pestisida maka dapat dikenakan tuntutan untuk membayar sejumlah uang tertentu sebagai
upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan sebagai akibat penggunaan pestisida.
Dengan demikian karena pestisida sebenarnya merupakan sejenis racun yang dapat
merusak lingkungan hidup termasuk membunuh manusia dan jasad hidup lainnya, maka
penggunaan pestisida bagi para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim seharusnya
dilakukan secara hati-hati, karena baik kealpaan/kelalaian maupun kesengajaan penggunaan
pestisida yang sembarangan, dapat mengakibatkan petani tersebut dikenakan sanksi dan
denda sebagaimana telah diuraikan di atas.
Adapun ancaman hukum pidana dalam UU No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan
lingkungan Hidup menegaskan betapa kelestarian dan kemampuan lingkungan hidup harus
dipertahankan oleh setiap orang termasuk para petani di Desa Desa Pasar VI Kwala
Mencirim Kecamatan Sei Bingei. Dengan pengaturan sedemikian rupa diharapkan bahwa
lingkungan hidup Indonesia yang dikaruniakan Tuhan kepada bangsa Indonesia wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar senantiasa dapat menajdi sumber dan
penunjang hidup bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas lingkungan hidup itu sendiri.
58
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
59
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara
a. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan.
b. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
c. menumbuhkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan pengawasan social.
d. menyampaikan informasi dan meyampaikan laporan.
Kemandirian
dan
keberdayaan
masyarakat
merupakan
prasyarat
untuk
60
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
sebagai individu dan makhluk sosial. Kewajiban tersebut mengandung makna bahwa setiap
orang turut berperan serta dalam mengembangkan lingkungan hidup, misalnya peran serta
dalam mengembangkan budaya bersih lingkungan hidup dengan kegiatan penyuluhan dan
bimbingan di bidang lingkungan hidup.
Demikian halnya bahwa penduduk di Desa Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei yang secara umum merupakan petani, harus menyeimbangkan
kepentingan ekonomis dengan kepentingan terhadap pemeliharaan lingkungan hidup dalam
menggunakan pestisida pada kawasan pertanian. Karena pestisida adalah racun yang dapat
mematikan jasad hidup, maka seharusnya para petani mendapat informasi mengenai dampak
dari pestisida tersebut. Untuk itu peranan PPL adalah sangat penting sekali, khususnya untuk
memberikan pemahaman dan penyuluhan yang baik kepada masyarakat yang kurang
memahami bahaya dari penggunaan pestisida, sehingga akibat-akibat yang merugikan
masyarakat dapat dihindarkan.
Sesuai dengan konsep PHT berdasarkan Inpres No. 3 tahun 1986 dimana penggunaan
pestisida dengan menggunakan sistem kalender terus berkembang hingga saat ini yang lebih
menekankan pada pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati.
Pada
dasarnya
masyarakat/petani
dan
perlindungan
pemerintah.
tanaman
Petani
pangan
sebagai
merupakan
pemilik
lahan
tanggungjawab
berkewajiban
61
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
Tanjung Morawa Medan. Sekolah latihan ini diperuntukkan khususnya bagi para PPL
dengan tujuan agar PPL dapat lebih baik menjalankan tugasnya.
Keberadaan dan pelembagaan program PHT di lokasi penelitian Desa Pasar VI Kwala
Mencirim belum berjalan secara maksimal, hal ini karena kurangnya kesiapan SDM Petugas,
petani, tehnologi dan adanya jaringan/organisasi petani alumni SLPHT serta dukungan oleh
kebijakan pemerintah. Sehingga penerapan dan pemasyarakatan PHT yang merupakan
konsep pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam penggunaan
pestisida yang tidak sesuai dengan prinsip ketepatan yang dapat membahayakan lingkungan
kesehatan dan organisme belum mencapai sasaran yang diharapkan.
Dilihat dari sumber penghidupan masyarakat di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei tersebut, tergantung dari usaha pertanian / pedagang, para petani sudah
lama mengenal dan menggunakan pestisida sebagai bahan untuk meningkatkan hasil
pertanian.
Melihat kondisi dan kendala-kendala sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, serta
akibat atau pengaruh sampingan yang ditimbulkan oleh pestisida tersebut, maka di Desa
Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei ini peranan PPL dan PKL mahasiswa
sangat diharapkan dan lebih ditingkatkan lagi. Walaupun dalam kenyataannya sudah
mengalami perkembangan.
Ketidakberhasilan PPL ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu :
1. Sisi PPL
a. Ketidakmampuan dalam mengadakan pendekatan dengan para petani, baik secara
formal maupun informal.
62
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
b. Penguasaan materi yang berkenaan dengan pestisida masih sangat kurang. Dari hasil
wawancara yang dilakukan terhadap PPL, ternyata mereka masih ada yang belum
pemah mengikuti Sekolah Latihan Pengendalian Hama.
2. Sisi Petani
a. Tingkat pengetahuan para petani yang masih relatif rendah.
b. Kurangnya sikap keterbukaan dari petani, sehingga penerapan pengetahuan dan
tekhnologi baru mengalami kegagalan.
c. Sikap dari petani yang tetap mempertahankan sistem pertanian tradisional.
d. Tidak adanya media di antara petani / wadah yang menghubungkan antara petani.
Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah prilaku petani
dan keluarganya agar mereka mengetahui dan mempunyai kesadaran maupun kemauan serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Kartasapoetra, 1993:3).
Dengan demikian penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas untuk
memberikan dorongan kepada para petani agar mau merubah cara hidupnya yang lama
dengan cara-cara yang baru sesuai dengan perkembangan zaman, karena dengan dorongan
yang kuat serta dari hati nurani yang murnilah maka masyarakat akan mau mengikuti serta
menerima perkembangan-perkembangan baru di bidang pertanian.
Sesuai dengan tugas yang diembannya, maka seorang penyuluh pertanian mempunyai
peranan yaitu :
1. berperan sebagai pendidik yang dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai
cara-cara baru dalam budi daya pertanian.
63
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
2. berperan sebagai pemimpin dan dapat memotivasi para petani agar mereka mau merubah
cara berpikir yang baru sesuai dengan perkembangan zaman.
3. berperan sebagai penasehat, yakni melayani, memberi petunjuk dan membantu petani
dengan memberikan contoh-contoh kerja dalam usaha tani.
4. berperan sebagai pengawas secara tidak langsung, dengan memberikan bimbingan
maupun bentuk penyuluhan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin timbul dari
penggunaan pestisida.
C. Mengatasi Keracunan
Hentikan segera kegiatan menggunakan pestisida setelah tubuh terasa kurang enak,
misalnya pusing, mual, kulit panas dan gatal serta mata berkunang-kunang. Juga bila
beberapa jam setelah bekerja dengan pestisida tubuh terasa lemas, sukar tidur, gangguan
perut, berkeringat tidak wajar, gugup dan sebagainya. Perlu disadari sepenuhnya bahwa ini
semua adalah gejala keracunan. Langkah-langkah pertolongan cepat perlu dilakukan, antara
lain :
1. Bila pestisida masuk mulut dan penderita sadar.
a. Muntahkan, dengan mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat
lainnya yang bersih atau memberinya minum air putih hangat yang dicampur 1 sendok
makan garam. Usahakan muntahan tidak masuk keparu-paru dengan cara kepala lebih
rendah dan menghadap ke bawah.
b. Jangan beri susu atau minuman dan makanan yang berlemak bila teracuni golongan
klorhidrokarbon.
c. Beri minum susu atau putih telur dalam air bila tertelan bahan korosif. Bila keduanya
tidak ada dapat diberi air putih.
64
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
d. Bila penderita kejang, jangan dilakukan pemuntahan, baringkan dan beri bantal di
bawah kepala penderita, buka kancing baju sekitar leher agar pernafasan lancar.
2. Apabila Pestisida terisap
a. Bawa ke tempat terbuka dan segar bila penderita mengisap debu, bubuk, uap, atau
bulir-bulir semprotan.
b. Longgarkan pakaian dan baringkan dengan dagu terangkat agar dapat bernafas bebas.
c. Gerakkan tangannya naik turun agar penderita bisa menghirup udara segar secara
maksimal.
d. Hubungi segera petugas kesehatan.
3. Apabila mengenai mata
Segera cuci mata dengan air bersih yang banyak secara terus menerus selama 15 menit,
kemudian tutup mata dengan kapas steril.
4. Bila tertelan dan penderita tidak sadar.
a. Usahakan saluran pernafasan tidak tersumbat. Bersihkan hidung dari lender atau
muntahan dan bersihkan mulut dan air liur, lender. Sisa makanan dan lepaskan gigi
palsu.
b. Baringkan penderita dengan posisi tengkurap dan kepala menghadap kesamping.
c. Bila penderita berhenti bernafas lakukan pernafasan buatan, namun bukan pernafasan
dari mulut ke mulut agar penolong tidak ikut keracunan.
5. Bila Penderita kejang
Longgarkan pakaian di sekitar leher, taruh bantal di bawah kepala, lepaskan gigi palsu
dan berilah ganjal antara gigi agar bibir dan lidah tidak tergigit.
6. Bila Mengenai kulit
65
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
D. Mencegah Keracanan
Tindakan pencegahan lebih penting daripada mengobati, untuk itu waspada saat
menggunakan pestisida, melakukan penyimpanan dan pembuangan sisa atau bekas kemasan
pestisida adalah tindakan yang tepat
1. Tempat menyimpan pestisida
Tempat penyimpanan bisa berupa almari atau peti khusus, atau bisa juga ruangan khusus
yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan piaraan. Bila perlu tempat
penyimpanan ini dikunci. Letak tempat penyimpanan ini harus jauh dari makanan dan
minuman serta sumber air. Peletakkan pestisida di gudang bahan makanan sangat tidak
dianjurkan.
Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena matahari
langsung dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak.
2. Pengelolaan wadah pestisida.
Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat label
atau keterangan mengenai penggunannya dan petunjuk keamanannya. Dengan demikian
bila ada keracunan atau akan digunakan lagi petunuknya masih jelas terbaca.
Wadah tidak bocor dan harus tertutup rapat. Bila terkena uap air atau zat asam pestisida
dapat cepat rusak dan tidak efektif lagi. Pindahkan isi bila wadah bocor ke tempat yang
merek dagangnya sama dengan petunjuk yang masih jelas. Bila tidak
66
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup rapat dengan menuliskan keterangan
mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya, kegunaannya dan cara penggunaannya.
Wadah pestisida yang sudah tidak berguna dirusak agar tidak dimanfaatkan untuk
keperluan lain. Kubur wadah ini jauh dari sumber air.
Perlu diperhatikan dalam hal pemakaian pestisida.
1. Simpan dalam tempat aslinya, berikut etiket yang masih ada dan jelas.
2. Hindarkan menghirup atau memercik.
3. Jangan makan, minum atau merokok pada saat menggunakan pestisida / menyemprot.
4. Jangan mengotori saluran air, sumber air, kolam-kolam, tempat ternak, misalnya dengan
mencuci alat-alat yang telah dipakai untuk melakukan penyemprotan tersebut di
tempat-tempat di atas.
5. Pergunakan menurut petunjuk etiket.
6. Buanglah botol atau kaleng pestisida yang tidak dipakai atau rusak etiketnya. Jangan
sekali-kali membuang secara sembarangan tempat bekas penyimpanan pestisida.
Tanamlah dalam tanah.
7. Musnahkan semua kaleng kosong dan semua bekas pembungkusnya.
67
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
BAB IV
PENUTUP
Dari hasil penelitian penulis di lapangan terhadap permasalahan dalam tulisan ini,
akhirnya penulis dapat memberikan suatu kesimpulan dan selanjutnya mengajukan saran.
A. KESIMPULAN
1. Seiring dengan kemajuan tekhnologi dan semakin tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk membuat kebutuhan hasil pertanian semakin meningkat juga. Oleh sebab itu
dengan adanya pestisida membuat pekerjaan petani semakin efektif dengan hasil yang
semakin meningkat.
Keberadaan PPL maupun PKL sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan,
penyuluhan dan memberikan informasi yang baru sesuai dengan kemajuan teknologi
kepada para petani, seperti bagaimana penanggulangan pertama kecelakaan akibat
penggunaan pestisida, peralatan yang harus digunakan dan sebagainya.
2. Para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat
pada umumnya sudah mengetahui bagaimana penggunaan pestisida yang baik dan benar,
hanya saja mereka kurang megetahui dampak pemakaian pestisida terhadap lingkungan
hidup khususnya terhadap tanaman lain yang bukan sasaran dari pemakaian pestisida itu.
a. Para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat sangat mengharapkan adanya PKL mahasiswa untuk membantu mereka dalam
hal informasi dan pengetahuan yang baik dan benar.
b. Para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei Kabupaten
Langkat sudah mengetahui bahwa pemakaian masker, sepatu karet, sarung tangan,
68
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
baju lengan panjang topi dan lain-lain sangat penting untuk melindungi diri mereka.
Para petani juga sudah mengalami kemajuan dalarn memilih pupuk maupun
pencegahan serta penanggulangan hama tanaman yang cocok sesuai dengan jenis
tanaman dan hamanya.
c
sudah
mengetahui
tata
cara
penggunaan
pestisida
melalui
penyuluhan-penyuluhan pertanian.
2. SARAN
1. Guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagi masyarakat petani di Desa Pasar VI
Kwala Mencirim Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat agar mencegah kerusakan
lingkungan hidup yang semakin memprihatinkan maka perlu segera diadakan
pengawasan ketat dari Departemen Pertanian dan instansi pemerintah yang lainnya.
2. Perlu adanya sanksi / tindakan tegas dari pemerintah bagi penyalah gunaan pemakain
pestisida, bukan hanya sekedar himbauan-himbauan saja. Pemerintah juga harus secara
rutin memberikan penyuluhan-penyuluhan dan juga mensosialisasikan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Peredaran, Penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida, karena ternyata para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim
Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat ini tidak mengetahui Peraturan Pemerintah
tersebut.
69
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
70
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta,
1998
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1995
Eka Iswasta, Dilema Pestisida Tragedi Revolusi Hijau, Kanisius, Yogyakarta, 1988
Hardjasoemantri Koesnadi, Hukum Tata lingkungan, Gajah Mada, University, Press,
1999
Karta Sapoetra, AG, Tehnologi Penyuluhan Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta, 1991
Kusno, Pencegahan Pencemaran Pupuk & Pestisida, Penebar Adaya, Jakarta, 1990.
Munadjat Donusaputra, Hukum lingkungan, Litera, Bandung, 1978
Sastroutomi Soetikno, Pestisida Untuk Tanaman, Kanisius, Yogyakarta, 1992
Supardi Gurwono, Sifat & Ciri Tanah, Bogor, 1983
Wen David & Mark Sehairo, Lingkungan Racun Pestisida, Sinar Harapan, Jakarta.,
1998
Widarto Rini, Petunjuk Penggunaan Pestisida, PT. Penebar Swadaya, Jakarta, 1990
Undana-Undang
Republik Indonesia, UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolalaan Lingkungan
Hidup
Peraturan Pemerintah No. 7 Tabun 1973 Tentang Peredaran, Penyimpanan,
Penggunaan Pestisida
Zulfi Chairi : Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup di Kecamatan Sei Binge, 2006