Pada 30 tahun belakangan ini, telah dikembangkan sebuah teknologi baru yang menawarkan kecepatan
data
yang lebih besar dan panjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah daripada sistem kawat
tembaga. Teknologi baru ini adalah serat optik, serat optik menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi
(data). Cahaya yang membawa informasi dapat dipandu melalui serat optik berdasarkan fenomena fisika yang
disebut total internal reflection (pemantulan sempurna). Secara tinjauan cahaya sebagai gelombang
elektromagnetik, informasi dibawa sebagai kumpulan gelombang-gelombang elektro-magnetik terpandu yang
disebut mode. Serat optik terbagi menjadi 2 tipe yaitu single mode dan multi mode. Secara umum sistem
komunikasi serat optik terdiri dari : transmitter, serat optik sebagai saluran informasi dan receiver. Pada
transmitter terdapat modulator, carrier source dan channel coupler, pada saluran informasi serat optik terdapat
repeater dan sambungan sedangkan pada receiver terdapat photo detector, amplifier dan data processing.
Sebagai sumber cahaya untuk sistem komunikasi serat optik digunakan LED atau Laser Diode (LD). Teknik
transmisi sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi serat optik berupa spektrum dan kapasistas
bandwidth. Teknik tranmisi data melalui serat optik pada awalnya menggunakan teknik clock tunggal dan
kemudian dikembangkankan dengan teknik penjamakan salah satu diantaranya yaitu DWDM (Dense
Wavelength Division Multiplexing). Penerapan DWDM harus memperhatikan perencaan dan perhitungan Link
Budget DWDM.
Kata Kunci : Serat Optik, DWDM, Link Budget.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dalam bidang
telekomunikasi memungkinkan penyediaan
sarana telekomunikasi dalam biaya relatif
rendah, mutu pelayanan yang tinggi, cepat,
aman, dan mempunyai kapasitas yang besar
dalam menyalurkan informasi. Dampak dari
perkembangann teknologi digital adalah
perubahan jaringan analog menjadi jaringan
digital baik dalam sistem switching maupun
dalam sistem transmisinya. Katerpaduan ini
akan meningkatkan kualitas dan kuantitas
informasi yang dikirim, serta biaya operasi dan
pemeliharaan lebih ekonomis.
Sebagai sarana transmisi dalam
jaringan digital, serat optik berperan sebagai
pemandu gelombang cahaya. Serat optik dari
bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil
dan sangat ringan, dapat melakukan informasi
dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif
rendah. Permasalahan yang muncul ketika
serat optik ini mulai diimplementasikan adalah
pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan
backbone mengalami percepatan yang tinggi
sehingga kapasitas jaringan tersebut dengan
cepatnya terisi. Sedangkan teknik lama terbatas
pada kapasitas serat optik yang begitu besar di
1.3
Batasan
Masalah
Batasan masalah yang diambil oleh
penulis
1.
1.
(inti)
Core
3.
4.
5.
6.
7.
Kerugian Serat
Optik
1. Konstruksi fiber optik lemah
2. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga
tidak dapat memberikan catuan pada
pemasangan repeater.
3. Konversi optik Elektrik.
4. Instalasi khusus.
5. Perbaikan yang lebih kompleks karena
sifatnya lebih rapuh
2.2 Teknologi WDM
Teknologi WDM pada dasarnya adalah
teknologi transport untuk menyalurkan
berbagai jenis trafik (data, suara, dan video)
secara transparan, dengan menggunakan
panjang gelombang (l) yang berbeda-beda
dalam suatu fiber tunggal secara bersamaan.
Implementasi WDM dapat diterapkan baik
pada jaringan long haul (jarak jauh) maupun
untuk aplikasi short haul (jarak dekat).
WDM sistem dibagi menjadi 2 segmen,
dense and coarse WDM. Sistem dengan lebih
dari 8 panjang gelombang aktif per fiber
dikenal sebagai Dense WDM (DWDM),
sedangkan untuk panjang gelombang aktif
diklasifikasikan sebagai Coarse WDM
(CWDM). Teknologi CWDM dan DWDM
didasarkan pada konsep yang sama yaitu
menggunakan beberapa panjang gelombang
cahaya pada sebuah serat optik, tetapi kedua
teknologi tersebut berbeda pada spasi antar
gelombang, jumlah kanal, dan kemampuan
untuk memperkuat sinyal pada medium optik.
2.3 DWDM (Dense Wavelength Density
Multiplexing)
2.3.1 Pengertisan DWDM
Dense
Wavelength
Division
Multiplexing (DWDM) merupakan suatu teknik
transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai
kanal-kanal informasi, sehingga setelah
1.
Mempunyai lebar pita
frekuensi
(bandwith yang lebar).
2. Redaman sangat rendah
dibandingkan dengan kabel yang
terbuat dari tembaga,
terutama
pada
frekuensi
yang
dilakukan proses multiplexing seluruh panjang
gelombang
tersebut
dapat
ditransmisikan
Sebelum
melakukan
operasi
perhitungan yang berhubungan dengan modul
OBA terlebih dahulu dibahas tentang cara
pembacaan parameter perangkat OBA. Apabila
pada modul tertulis tipe OBA adalah
OBA2520 maka ini berarti 25 merupakan gain
............................................................(3.9)
Misalkan
diketahui
dari
perhitungan ( Pn ) OBA sebelumnya
didapatkan nilai sebesar 14.4 dBm dan
jarak medium yang dilalui adalah 66 Km,
maka ( Pi ) OPA dapat dicari dengan
mengurangkan nilai 14.4 dBm dengan ( 66
x 0.27 ) sehingga didapat nilai ( Pi ) OPA =
- 3.6 dBm. Hasil dari ( Pi ) OPA yang
didapat kemudian digunakan untuk mencari
besarnya ( Pn ) OPA yaitu dengan
menambahkan nilai ( Pi ) OPA yang
didapat yaitu -3.6 dBm dengan Gain 14
dBm sehingga didapat nilai ( Pn ) OPA
sebesar 10.4 dBm.
4. ODU40 ( Optical De Multiplexer Unit
(40) )
Modul ODU merupakan masukan
untuk modul OTU pada sisi penerima. Pada
perhitungan harus disesuaikan dengan type
Modul OTU yang digunakan. Best input
OTU tipe PIN yaitu antara -6 s/d -9 Bm,
sedangkan untuk tipe APD yaitu antara -4
dBm s/d -17 dBm. Untuk perhitungan pada
modul ODU40 ini yang digunakan dalam
perhitungan adalah Modul OTU tipe PIN
dan nilai masukan referensi ( Pi ) yang
diambil adalah -6 dBm, sehingga untuk
mencari ( Pn ) gabungan pada ODU dapat
diterapkan pada rumus :
( Pn ) ODU = ( Pi )+10 log (N) + IL...(3.10)
Sehingga dengan memasukan nilai
yang diketahui kita mendapatkan ( Pn )
ODU = (-6) + 10 log (11) + 6 = 10.4 dBm.
= 4 dBm
n = 11
Persamaan :
=
+ 10 log (n)
Maka :
= + 10 log (11)
= 4 + 10.4
= 14.4 dBm
c) Menghitung power input OBA
Jenis OBA = OBA 2520
OBA =
(11 lambda)
OBA = 14.4 dBm
Gain
= 25
Persamaan :
OBA = OBA + Gain
Maka:
14.4
OBA + 25
OBA = 14.4 25
OBA = -10.6 dBm
d) Menghitung power output ideal OMU (
OMU)
=
OTU di mana memiliki nilai ideal
yaitu -3 dBm
= 11
= 6 dB
Persamaan :
OMU = + 10 log (N) Maka :
OMU = -3 + 10 log (11) 6
OMU = -3 + 10.4 6
= OPA 1412
= 38 x 0.27 dB
Maka:
OPA = 14.4 (10.26
) OPA = 4.14 dBm
b) Menghitung nilai power output
OPA Yogyakarta
Gain OPA = 14 dB
Persamaan :
OPA = OPA Gain OPA
Maka:
OPA = 4.14 + 14
OPA = 18.14 dBm
= 20 10 log (40)
= 20 16
= 4 dBm
d) Menghitung nilai power ideal 11 channel
= 4 dBm
= 11
Persamaan :
= + 10 log
(n) Maka :
= 4 + 10 log (11)
= 4 + 10.4
= 14.4 dBm
e) Menghitung nilai power input
OBA Yogyakarta
Jenis OBA = OBA2520
OBA
=
untuk 11 channel
OBA
= 14.4 dBm
Persamaan :
OBA = OBA + Gain
OBA Maka :
OBA = 14.4 ( 25
) OBA = -10.6
dBm
f) Menghitung nilai attenuator
yang dibutuhkan antara OPA 1412 dan
OBA
2520
OPA = 18.14 dBm
OBA = -10.6 dBm
Karena terdapat perbedaan nilai
power antara keluaran OPA yang akan
menjadi masukan OBA dengan nilai
masukan OBA, maka hendaknya
dipasang sebuah attenuator antara
perangkat OPA
1412 dengan OBA 2520 yang
dapat dihitung dengan persamaan berikut
: Persamaan :
Attenuator =
OPA (
OBA) Maka :
Attenuator = 18.14 ( 10.6 )
Attenuator = 28.74 dB
iii.Perhitungan Lokasi Solo (SLO4)
Perhitungan
selanjutnya
akan
menghitung besarnya power input dan power
output pada modul OPA di lokasi Solo.
Jarak
antara Yogyakarta Solo adalah 85
Km dengan Loss rata-rata sebesar 0.27
dB.
Perhitungan power kalkulasinya dapat
dilihat pada langkah-langkah berikut :
a) Menghitung power input OPA
dari keluran OBA terhadap Loss FO
Jenis OPA
= OPA 2212
OBA Yogyakarta
= 14.4 dBm
Loss FO
= 85 x 0.27 =
22.95 dB
Persamaan :
OPA =
OBA Yogyakarta Loss FO
Maka :
OPA = 14.4 22.95
OPA = -8.55 dBm
b) Menghitung power input OPA
OPA
= 12 dBm
Gain OPA
= 22 dB
Persamaan :
OPA = OPA + Gain OPA
Maka :
OPA =
OPA - Gain OPA
OPA
OPA
= 12 22
= 10 dBm
= 11
= 6 dB
Persamaan :
ODU= OTU ideal + 10 log ( n ) +
Maka :
ODU = -6 + 10 log ( 11 ) + 6
ODU= 10.4 dBm
d) Menghitung attenuator yang dipasang
antara OBA dan OPA
Dari hasil perhitungan terlihat
bahwa power output OPA (
OPA)
nilainya tidak sama dengan power input
ODU ( ODU ), sehingga perlu dipasang
suatu attenuator atau LACT antara
perangkat OPA 2212 dengan ODU
dengan perhitungan sebagai berikut :
OPA 2212
ODU
Persamaan :
Attenuator =
Maka :
Attenuator =
= 12 dBm
= 10.4 dBm
OPA -
ODU
OPA -
ODU
Attenuator = 12 ( 10.4 )
Attenuator = 1.6 dB
didapatkan link budget untuk OBA Wates dan
OPA Yogyakarta adalah 26 / 27 dB.
OBA
2520
OPA
1412
Biodata Penulis
Ahmad
Fashiha
Hastawan
(L2F008003)
lahir di Semarang, 10
Februari
1988.
Menempuh pendidikan
Di TK Mardi Putra,
kemudian SD Negeri
Banyumanik 02, SMP
Negeri 21 Semarang,
SMA Negeri 4 Semarang dan saat ini
melanjutkan di Jurusan Teknik Elektro
Universitas
Diponegoro
Konsentrasi
Elektronika Telekomunikasi.
Menyetujui, Dosen
Pembimbing