Anda di halaman 1dari 2

sifat umum dari alat ukur

A.SIFAT UMUM DARI ALAT UKUR


Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, dengan demikian ketidak
sempurnaan adalah merupakan ciri utama. Meskipun alat ukur dibuat dan direncanakan
dengan cara yang paling seksama, ketidaksempurnaan tidak bisa dihilangkan sama sekali dan
hanya dalam batas-batas tertentu merekadiamggap sebagai cukup baik untuk digunakan
dalam suatu proses pengukuran.
Sifat-sifat alat ukur terdiri dari :
1. Rantai kalibrasi /mampu usut
Meskipun hubungan antara perubahan jarak yang terjadi pada sensor dan perubahan
harga yang ditunjukan pada petunjuk/pencatat dapat dihitung dan direncanakan secara
teoritis, akan tetapi pada akhirnya setelah alat ukur selesai dibuat, harus dilakukan suatu
kalibrasi yaitu mencocokan harga-harga (bukan satu harga) yang tercantum pada skala alat
ukur dengan harga-harga standar (harga sebenarnya). Kalibrasi bukan saja diharuskan pada
alat ukur yang baru dibuat, akan tetapi diwajibkan pula untuk alat ukur yang telah lama
dipakai.. hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penipuan dari alat ukur, karena satu
dan lain hal misalnya keausan dari komponen-komponenya.
Untuk menjamin hubungannya dengan sauna standar panjang maka alat ukur yang digunakan
oleh perator mesin perkakas ( alat ukur kerja ) dapat diperiksa melaalui suatu rantai kalibrasi
sebagai berikut :
Tingkat 1.
Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja.

Tingkat 2.
Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar.

Tingkat 3.
Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar dari tingkatan yang lebih tiggi ( standar
nasional atau yang telah ditera secara nasional)
Tingkat 4.
Kalibrasi standar nasional dengan standar meter.

2. Kepekaan (sensitivity)
Setiap alat ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur
untuk merasakan suatu perbedan yang relative kecil dari harga yang diukurr. Dalam segala
hal dikehendaki suatu hubungan yang linear antara penunjukan dengan harga yang diukur.
Oleh karena itu skala pada alat ukur hanya dibuat sepanjang daerah yang linear, dan diluar itu
mungkin hubungan tersebuttidak linear lagi.
3. Kemudahan baca ( readability )
Kemampuan system penunjukan dari alat ukur untuk memberikan suatu angka yang
jelas dan berarti dinamakn kemudahan baca . dengan membuatskala nonius dan/atau
membuat garis-garis skala yang tipis dengan jarak yang kecil serta jarum penunjuk yang tipis
memungkinkan kemudahan baca dari penunjuk alat ukur dipertinggi.
4. Histeris
Histeris adalah penyimpangan tang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara
continiu dari dua arah yang berlawanan, yaitu mulai dari skala nol hingga skala makssimum
kemudian diulangi lagi dari skala maksimum hingga skala nol.

5. Kepasifan ( passivity ) atau kelambatan reaksi


Kepasifan merupakan kejadian dimana suatu perbedaan/perubahan kecil dari harga
yang diukur tidak menimbulkan suatu perubahan apapun pada jarum penunjuk. Kepasifan
pada alat ukur mekanis disebabkan oleh pengaruh kelembaban .
6. Pergeseran ( shifting, drift)
Apabila terjaadi suatu perubahan hrga yang ditunjukan pada skala atau yang dicatat
pada kertas grafik, sedangkan sesungguhnya sensor tidak mengisyaratkan suatu perubahan
maka kejadian itu disebut dengan pergeseraan.
7. Kestabilan Nol ( zero stability )
Apabila benda ukur diambil seketika maka jarum penunjuk harus kembali ke posisi
semula.
8. Pengambangan ( floating )
Pengambangan terjadi apabil jarum penunjuk selalu berubah posisi atau angka
terakhir/paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan sensor yang kemudian diperbesar oleh
bagian pengubah alat ukur.

Anda mungkin juga menyukai