Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI AKHIR SEMESTER

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi


Dosen Pembimbing : Dr. Agung Budi Sulistiyo, SE, Msi, Ak, CA

Oleh:
Kelas C
Awaly Fajariyah Istiqomah

Program Studi S1 Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
Tahun 2016

Etika

150810301011

Menurut Al Ghazali dalam Ludigdo (2007:37) membahas tentang diskusi

moralitas yang berpusat kepada pencapaian kebahagiaan. Dalam diskusi tersebut


pengetahuan (ilm) dan perbuatan (amal) menjadi unsur pencapaian kebahagiaan. Di
mana Tuhan adalah sumber utama dari pengetahuan yang dianugerahkan kepada
manusia melalui berbagai cara, etika sebagai pengetahuan tentang jiwa, sifat, perilaku
moral menurut Al Ghazali termasuk dalam pemilihan ilmu-ilmu teoritis. Disebutkan
pula bahwa etika adalah puncak dari ilmu praktis. Sehingga penyelidikan mengenai
etika harus dimulai dari pengetahuan tentang jiwa, kekuatan-kekuatan, dan sifatsifatnya. Pengetahuan ini dibutuhkan untuk membersihkan jiwa seperti yang tercantum
di dalam Al-Quran dan merupakan pengenalan menuju pengetahuan tentang Tuhan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa etika adalah tentang bagaimana manusia mencapai
kebahagiaan dalam hidup dan dalam menjalani kehidupannya (Ludigdo, 2007:38)
Diskusi tentang etika yang ada saat ini tidak muncul begitu saja. Terdapat
sejarah panjang perkembangan etika hingga menjadi salah satu elemen penting dalam
dunia pendidikan. Beberapa tahapan perkembangan telah dilalui etika bisnis hingga saat
ini. Menurut Bertens, awal mula inisiasi etika bisnis ke dalam dunia pendidikan bermula
pada 1970-an. Beberapa skandal besar di Amerika Serikat memicu kebutuhan akan
adanya pemahaman tentang etika dalam lingkungan bisnis. Salah satu usaha yang
dilakukan pada saat itu adalah mengembangkan etika bisnis menjadi materi perkuliahan
bagi perguruan tinggi. Perkembangan ini juga berimbas pada perkembangan mulai dari
literatur-literatur, dosen-dosen pengajar, dan diskusi-diskusi ilmiah dari para ahli etika
bisnis. Sehingga akhirnya, etika bisnis sendiri memiliki perannya sendiri dalam bidang
keilmuan yang diajarkan di perguruan tinggi hingga saat ini. (Bertens, 2000:40)
Apakah olah rasa berpengaruh bermanfaat atau memberi dampak pada diri
sendiri?
Berdasarkan pengalaman saya, setelah melakukan olah rasa pada berbagai objek,
misalnya olah rasa sungai, langit dan tumbuhan terdapat hati yang terpaut antara ciptaan
Tuhan ke jiwa saya. Awalnya, bagi saya hal tersebut bukan sesuatu yang sangat penting.
Saya mengerjakan olah rasa atas dasar tuntutan, bukan dari hati. Seiring berjalannya
waktu, pemikiran itu lama-lama terkikis atas apa yang saya temui. Saya banyak
menemukan hal-hal baru dan menyadari kejadian-kejadian yang sebenarnya itu salah
masih tetap saya lakukan, contohnya jam karet. Dari situlah saya menemukan hikmah
dan pembelajaran yang sangat berharga. Seiring berjalannya waktu atas kegiatan ini,
membuka lebar-lebar mata batin saya, bahwa yang saya anggap sesuatu tidak penting
itulah yang sebenarnya berharga. Satu kunci dan hikmah yang saya dapatkan dari
pembelajaran ini adalah pengorbanan dan pengapresiasikan. Mengapa saya mengatakan
hal tersebut, alasannya sebagai berikut:

a) Jika saya mampu menghargai sesuatu meskipun hal tersbut merupakan hal sepele,
saya yakin segala sesuatu yang meliputi aktivitas dan pekerjaan akan berjalan
sebagaimana mestinya.
b) Penghargaan terhadap waktu dan pekerjaan atas orang lain. Saya menyadari bahwa
setiap orang tidak bisa lepas dari bantuan dan kerjasama dari orang lain, membuat
saya mengerti bahwa setiap orang yang hadir dalam kehidupan kita, karena ada
sesuatu pesan yang akan disampaikan untuk kita.
c) Olah rasa mengajarkan saya untuk mensyukuri apa yang telah saya miliki.
Menjaganya dan memperjuangkannya. Hal ini ketika saya menuangkan seluruh ide
saya dalam olah rasa tubuh, bahwasanya kita diperkenankan menyakiti diri kita
sendiri dengan melakukan perubahan dan selalu melihat anugerah milik orang lain.
Setiap apa yang saya miliki harus dijaga dan disyukuri dengan cara
mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
d) Olah rasa mengajarkan saya untuk berusaha dan memahami posisi orang lain,
meskipun hal tersebut tidaklah mudah. Toleransi dalam teorinya sangat mudah
untuk diucapkan, namun ketika sudah dihadapkan atas apa yang kita butuhkan dan
kepentingan, tidak semudah dalam praktiknya. Dari sini lah saya belajar bahwa olah
rasa kasih sayang terhadap teman itu sangat penting. Kita boleh bersaing, namun
tetap dengan menggunakan cara-cara yang baik.
e) Olah rasa memang bukan sesuatu yang signifikan pengaruhnya namun jika
diresapi dalam-dalam pengaruhnya sangat luar biasa. Mencoba untuk melakukan
yang terbaik atas apa yang saya miliki dan untuk orang-orang yang mendukung penuh atas apa
yang saya lakukan
Pembelajaran ini harus ditingkatkan kualitasnya
Saya sebagai mahasiswa akuntansi yang sudah lama tidak mempelajari masalah
mengenai etika dan keperilakuan. Dari lubuk hati yang paling dalam, dimana saya
berada pada jurusan saya menghantarkan segala sesuatunya dikalkulasikan dengan
menggunakan uang dan untung/rugi. Hampir mayoritas pembelajaran saya mengenai
uang dan pengalokasian anggaran baik sektor publik maupun swasta. Mengharuskan
saya untuk bergelut dengan buku-buku James. A Hall, Keyso yang merupakan adopsian
dari luar, menjadikan mindset saya bahwa hasil adalah tujuan utama, bukan
menitikberatkan pada proses. Padahal yang lebih baik itu, adalah saya bisa menjalani
prosesnya dengan baik dengan menggunakan etika yang ada. Etika, bagi saya adalah kunci
keberhasilan hidup seseorang. Alasan saya mengatakan hal tersebut, antara lain:
a) Dengan etika yang baik, seseorang yang memimpikan sukses di kehidupannya bukan
menjadi sesuatu yang sulit. Dengan etika, orang bisa menjadi besar, dengan etika
pula seseorang bisa meraih apa yang dinginkannya. Antara cinta dan cita. Kata

Ibu saya, bahwa etika itu sangat penting. Secantik dan sepandai apapun, jika
etika kita jelek maka hancurlah semua yang kita bangun dari awal. Dan saya
sudah membuktikannya pada hal kecil, dan memang hal tersebut benar-benar
adanya.
b) Menurut saya, pengembangan teori etika sangat diperlukan. Namun, tidak hanya
mempelajari mengenai etika masalah bisnis, sedangkan pembelajaran etika
mengenai komunikasi dengan klien, berhadapan dengan orang baru, juga perlu
untuk diajarkan, meskipun dari kecil saya sudah diajarkan akan hal-hal tersebut.
c) Sungguh sangat disayangkan jika, mata kuliah yang mengajarkan bagaimana
seoarang bersikap dan menyesuaikan harus dikurangi bahkan dihapuskan.
Mengingat mata kuliah ini hanya satu sepanjang perjalanan perkuliahan,
demikian juga dengan mata kuliah pendidikan agama. Ada beberapa hal yang
perlu saya tambahkan dalam pembelajaran etika ini:
1. Materi yang diberikan akan lebih baik jika, ada muatan kode etik dalam
kehidupan sehari-hari misalnya, bagaimana seseorang harus bersikap,
menghadapi orang dan berkomunikasi yang baik. Sehingga materi yang diajarkan tidak
hanya materi bisnis. Menurut saya, itulah yang paling penting dan menjadi dasar
ketika seseorang akan memasuki dunia perbinisan.
2. Disela-sela perkuliahan, akan lebih baik jika ada sesi keluh kesah selama masa
perkuliahan karena hanya di mata kuliah etika lah tempat yang paling tepat
untuk menyalurkan segala macam persoalan dan beban terpendam bagi
mahasiswa. Bisa jadi, untuk kedepannya bisa dijadikan saran bagi dosen untuk
menerapkan kurikulum yang tidak hanya teori dan praktik.
3. Materi tentang teori psikologis. Bagi mahasiswa jurusan psikologis hal tersebut
memang sudah biasa untuk mempelajari akan hal-hal tersebut, namun bagi
mahasiswa akuntansi tentu sangat perlu, karena di kedepannya nanti kita akan
dihadapkan pada persaingan dan tuntutan global yang lebih besar dan ketat. dari
situlah mulai memahami bahwa pentingnya etika dan religiusitas di era
modernisasi.
4. Serta bisa menjadi pertimbangan lagi dosen mendengarkan permintaan
mahasiswa jika ada sesuatu yang diperlukan bisa menjadi pertimbangan. Salah
satu contohnya, penambahan atau penggantian materi yang sangat dibutuhkan oleh
mahasiswa akuntansi di dunia profesi dan dunia umum. Pengaruh dari
menempuh etika bisnis setelah satu semester dan harapan terkait dengan
pengembangan mata kuliah etika bisnis dan profesi.

Sebagai mahasiswa yang haus akan materi keperilakuan dan moralitas, saya merasa
bahwa mata kuliah ini benar-benar memang sangat dibutuhkan dalam hal perbaikan
etika. Mata kuliah ini untuk memperbaiki etika saya yang selama ini masih perlu
perbaikan menurut pandangan saya. Saya masih terlalu egois dan mengedepankan kepentingan
saya, belum bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk masyarakat dan manusia yang lain.
Ternyata apa yang tidak saya butuhkan, selamanya belum tentu itu tidak bermanfaat.
Bahkan saya masih mempertanyakan kualitas kepribadian saya sendiri dalam
pengolahan emosional dan psikologis. Tentu dengan menempuh etika bisnis ini,
kedepannya diharapkan dapat menjadi mahasiswa dan generasi muda Indonesia yang
berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Selain itu, jangan sampai mata kuliah ini
dihapuskan dari kurikulum, akan sangat mengerikan jika tidak ada pondasi pada mata
kuliah yang lainnya..
ETIKA MERUPAKAN HAL YANG PENTING DI DALAM KEHIDUPAN

Anda mungkin juga menyukai