Anda di halaman 1dari 6

Dalam rangka penghentian penularan IMS, HIV dan AIDS maka ada 3

komponen intervensi pokok membangun kedekatan dan kepercayaan


yang dilakukan yaitu pendampingan, klinik IMS, klinik VCT dan CST. Selain
itu, ada pula komponen tambahan berupa PMTCT. PMTCT secara garis
besar merupakan kegiatan perencanaan kehamilan pada ODHA menikah
untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayinya.
Latar Belakang
Sering ada kesan bahwa sebagian besar anak yang dilahirkan oleh ibu
yang HIV-positif akan terinfeksi, namun sebenarnya 6075% anak tersebut
tidak terinfeksi, walaupun tidak ada intervensi apa pun. Rata-rata 30%
terinfeksi: dengan 5% dalam kandungan, 15% waktu lahir dan 10% dari
ASI. Dari angka ini, kita dapat mulai lihat intervensi yang mungkin dapat
mengurangi jumlah anak yang tertular. Intervensi ini disebut sebagai
pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi atau sering disingkat PMTCT
(prevention of mother-to-child transmission). Penting bagi kita dan
masyarakat umum untuk mengetahui bahwa dalam keadaan terburuk
paling 40% bayi terinfeksi dan hanya ibu dengan status HIV + yang dapat
menularkan HIV secara langsung pada bayinya (status HIV + sang ayah
tidak mempengaruhi).
Faktor yang mempengaruhi penularan HIV dari ibu-ke-bayi
Risiko penularan dari ibu-ke-bayi adalah lebih tinggi bila:
viral load perempuan di atas 1.000;
ada infeksi plasenta tampaknya malaria dapat mempengaruhi ini;
perempuan terinfeksi suatu IMS; dan
bila gizi perempuan kurang.
Risiko juga ditingkatkan oleh intervensi yang keras waktu lahir (seperti
membantu persalinan dengan cara menyedot kepala bayi), dan bila si ibu
menyusui bayi sekaligus memberi pengganti ASI.
Definisi :
PMTCT ( Prevention from Mother to Child Transmission ) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Prong I mencegah WUS tertular HIV


Prong II merencanakan kehamilan bagi ODHA perempuan
Prong III menemukan kasus HIV pada bumil
Prong IV adalah CST
Ditujukan terutama pada kelompok non resiko yaitu WUS , ibu
rumah tangga.
6. Prong ke 3 sementara merupakan prioritas program yaitu mencegah
tertularnya bayi yang dilahirkan dari ibu HIV

Dikenal pula istilah :


Jangkauan yaitu menjangkau bumil dengan resiko tertular HIV
Pendampingan dalam PMTCT berarti Bumil dg resiko tinggi tertular
HIV yang terjangkau diikuti dengan VCT berikutnya termasuk bayi
yang dilahirkannya s/d umur 18 bulan.
Prioritas jangkauan bumil adalah wilayah dengan resiko tranmisi HIV
tinggi, yaitu banyak kasus IMS pada bumil resiko rendah atau non resiko ,
jumlah WPS langsung atau tidak langsung cukup banyak dengan insidens
HIV yang tinggi, terdeteksi kasus HIV pada bumil non resti, mobilisasi
penduduk tinggi, sebagai sentra TKI / TKW dll.
-

Target :
VCT Bumil non risti adalah semua bumil dengan keluhan IMS, suami
dengan keluhan IMS, suami 3 M ditemukan dini kasus HIV pada
bumil non risti
- Semua ODHA perempuan merencanakan kehamilannya .
- Semua bayi yang dilahirkan ODHA tidak tertular HIV dari ibunya
Strategi :
-

Prong I difokuskan penyuluhan ABCD, pada remaja, ibu rumah


tangga, konseling pra nikah, pendidikan seks di sekolah agar baik
perempuan risti dan non risti tidak tertulat HIV.
Prong II melalui MK bersama ODHA merencanakan kehamilan agar
seluruh perempuan risti dapat 100% merencanakan kehamilannya.
CD 4 > 400/mm3
PCR < 1000 /mm3
Prong III untuk Bumil dengan status HIV tidak diketahui maka
dideteksi dengan VCT.
Perempuan risti dapat dideteksi dini yaitu pada 3 bulan I
kehamilannya dan VCT setiap 3 bulan sampai anak umur minimal 9
bulan / berhenti menyusu.
Perempuan non risti VCT sama per 3 bulan, VCT ibu dilakukan
berkala sampai dinyatakan status HIV bila masih ada factor resiko.
Wilayah prioritas diintegrasikan dengan ANC di Puskesmas, rumah
sakit, Bidan praktek swasta, LSM untuk deteksi HIV melalui VCT
bumil.
Membangun kerjasama dengan rumah sakit yang telah terbentuk
tm PMTCT sebagai pusat layanan pemberian propilaksis ARV,
persalinan SC, pemeriksaan berkala bagi bayinya untuk mengetahui
ada tidaknya penularan HIV dari ibunya.
Perempuan ODHA hamil terdeteksi Beri ARV selama hamil
sesar susu

formula bila memenuhi syarat AFASS atau ASI eklusif dengan


perawatan payudara
dan meneteki yang baik
A = Affordable (terjangkau)
F = Feasible (praktis)
A = Acceptable (diterima oleh lingkungan)
S = Safe (aman)
S = Sustainable (kesinambungan)
-

Membangun kerjasama dengan klinik VCT swasta dan pemerintah


KPA Propinsi/ Kab / Kota dan Dinkes Propinsi / Kab / Kota
mengkoordinir dan menyediakan anggaran pelayanan PMTCT.

PMTCT berhasil bila bayi tidak tertular HIV dari proses hamil, melahirkan
dan meneteki

PMTCT dengan ART penuh


Untuk mengurangi viral load ibu, cara terbaik adalah dengan
memakai ART penuh sebelum menjadi hamil. Ini akan mencegah
penularan pada janin. WHO mengusulkan perempuan hamil dengan

penyakit stadium klinis 3 dan CD4 di bawah 350 ditawarkan ART.


Jelas bila CD4 di bawah 200, atau mengalami penyakit stadium
klinis 4, sebaiknya si perempuan memakai ART. Namun perlu
diperhatikan bahwa perempuan hamil tidak boleh diberikan
efavirenz pada triwulan pertama dan juga ada masalah dengan
pemberian nevirapine pada perempuan dengan CD4 yang masih
tinggi: efek samping ruam dan hepatotoksisitas (keracunan hati)
lebih mungkin dialami oleh perempuan dengan CD4 di atas 250. Jadi
dibutuhkan pemantauan yang lebih ketat, sedikitnya pada beberapa
minggu pertama, bila nevirapine diberikan pada perempuandengan
CD4 di atas 250.
PMTCT mulai dini
Namun sering kali si ibu baru tahu dirinya terinfeksi setelah dia
hamil. Mungkin ARV tidak terjangkau. Seperti dibahas, ibu hamil
tidak boleh memakai efavirenz pada triwulan pertama, tetapi
mungkin nevirapine menimbulkan efek samping. Bila dia pakai
terapi TB, diusulkan dihindari nevirapine, walaupun boleh tetap
dipakai NNRTI ini bila tidak ada pilihan lain. Dan apa dampak bila
ART diberikan pada perempuan tetapi tidak pada suami yang
terinfeksi juga? Apakah si perempuan akan kasih obatnya pada
suami, atau lebih buruk lagi, obatnya dibagi dengan dia? Bila
menghadapi beberapa masalah ini, atau si perempuan tetap tidak
memenuhi kriteria untuk mulai ART penuh, sebaiknya dia
ditawarkan protokol yang berikut:
Ibu: AZT dari minggu 28
NVP dosis tunggal + AZT + 3TC saat melahirkan
AZT + 3TC diteruskan selama 7 hari
Bayi: NVP dosis tunggal + AZT segera setelah lahir
AZT diteruskan selama 7 hari
AZT dan 3TC diteruskan setelah melahirkan untuk
mencegah resistansi nevirapine.
Hal ini membutuhkan diagnosis dan perawatan agak dini, dan obat
harus tersedia.
PMTCT mulai lambat
Bila baru dapat mulai pengobatan waktu persalinan, protokol yang
dapat dipakai seperti
berikut:
Ibu: NVP dosis tunggal + AZT + 3TC saat melahirkan
AZT + 3TC diteruskan selama 7 hari

Bayi: NVP dosis tunggal + AZT segara setelah lahir


AZT diteruskan selama 4 minggu

Manajemen Klinik PMTCT:


Latar belakang / analisa situasi :
-

Jumlah kelompok resti di wilayah kerja


Insidens HIV yang makin meningkat di kelompok resti
Insidens IMS pada Bumil non resti
Insidens gonoblenorrhoea, lues congenital
Seks yang permissive pada penduduk
Mobilitas pekerja yang tinggi
Tempat hiburan ( kafe, panti pijat, resosialisasi dll )
Komitment stake holder
Penganggaran penanggulangan IMS dan HIV
Perilaku stake holder formal dan informal dalam komitmentnya
penanggulangan HIV, terutama penemuan dini HIV
Interrelasi antar stake holder
Dll

Maksud dan tujuan :


-

Monitoring angka kesakitan HIV baru dan lama pada kelompok WUS
resti dan non resti, terutama kecenderungan penurunan angka
kesakitan penderita baru untuk prong I, II, III
Menurunkan jumlah bayi yang tertular HIV dari ibunya HIV (+)
melalui program PMTCT
Menemukan sumber penularan bagi bumil HIV (+) prong III di
populasi umum
Program isolasi bagi bumil prong II, III bagi populasi umum dan
kelompok resti.
Menghilangkan transmisi HIV pada keluarga
Meningkatkan kemandirian ODHA
Mencegah kematian

Target :
-

Semua WPS prong I dan WUS non resti tidak tertular HIV
Semua ODHA prong II , hamil direncanakan khususnya pada
kelompok resti dan mendapat pelayanan PMTCT
Semua ODHA prong III mendapat pelayanan PMTCT
Semua bayi yang dilahirkan dari ODHA bumil terbebas HIV

Strategi :
-

Partnership dengan stake holder


Advokasi dan memfasilitasi stake holder lokal dan wilayah dalam
dukungannya dalam program PMTCT
Meningkatkan kompetensi dan kapasitas klinik PMTCT untuk sarana,
prasarana, sdm dalam peningkatan mutu pelayanaan
Mengembangkan jaringan klinik VCT-CST
Membina ODHA untuk program isolasi dan mencegah kematian

Kegiatan Klinik :
-

Statis dan mobil


Menerima rujukan dari lain kelompok / lembaga
Terlibat dalam pelatihan, sosialisasi , pengemabangan informasi,
pengambilan keputusan untuk peningkatan mutu pelayanan SPM
( standart pelayanan minimal ( pendapingan, klinik IMS, VCT-CST
dan PMTCT )
Partnership dengan KPA, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas,
BPS, LSM untuk penemuan dini ODHA prong III
Memfasilitasi pendanaan untuk SC dan susu formula
Memfasilitasi pemeriksaan bayi yang dilahirkan

Anda mungkin juga menyukai