PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap
insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat
dengan mempertimbangan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya
memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah
meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line.
Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi
ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya
merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya
dengan masyarakat dan lingkungan. Namun saat ini perubahan sedang melanda dunia
kalangan usaha juga tengah dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk
meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah
kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari
pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam
pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan
berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Upaya tersebut secara umum dapat
disebut sebagai Corporate SocialResponsibility (CSR) dan dimaksudkan untuk mendorong
dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau
berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia
usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang
menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.
1.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan CSR ?
Apa manfaat dari CSR ?
Apa yang dimaksud dengan motif CSR ?
Bagaimana peraturan hukum terkait CSR ?
Bagaimana tahapan pelaksanaan dari CSR ?
Apa program dari CSR ?
Bagaimana Peran investor institusional, investor asing, dan Kreditur ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui Corporate Sosial Responsibility (CSR)
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Walaupun konsep CSR dewasa ini sangat popular, namun belum dijumpai ke
seragaman dalam mendefinisikan konsep CSR. Istilah CSR diperkenalkan pertama kali dalam
tulisan Social Responsibility of the Bussinessman tahun 1953. CSR digagas Howard
Rothman Browen untuk mengeleminasi keresahan dunia bisnis. CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintregasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis
mereka. CSR bisa dikatakan komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk
berprilaku seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta
komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Dalam interaksi dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
Elkington mengemukakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan mencakup tiga
dimensi, yang lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu: mencapai keuntungan (profit) bagi
perusahaan, memberdayakan masyarakat (people), dan memelihara kelestarian alam (planet).
Berdasarkan dari konsep 3P yang dikemukakan Elkington, konsep CSR sebenarnya ingin
memadukan 3 fungsi perusahaan secara seimbang yaitu :
a. Fungsi ekonomis. Fungsi ini merupakan tradisional perusahaan, yaitu untuk
memperoleh keuntungan (profit) bagi perusahaan.
b. Fungsi sosial. Perusahaan menjalankan fungsi ini melalui pemberdayaan manusianya,
yaitu para pemangku kepentingan (people) baik pemangku kepentingan primer
maupun pemangku kepentingan sekunder. Selain itu, melalui fungsi ini perusahaan
berperan menjaga keadilan dalam membagi manfaat dan menanggung beban yang
ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.
c. Fungsi alamiah. Perusahaan berperan dalam menjaga kelestarian alam (planet),
Perusahaan hanya merupakan salah satu elemen dalam sistem kehidupan bumi ini.
Bila bumi ini rusak maka seluruh bentuk kehidupan dibumi ini terancam musnah.
2.2
Manfaat CSR
Terdapat manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggunggjawab sosial
perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat, pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya. Wibisono (2007, hal 99) menguraikan manfaat yang akan diterima dari
pelaksanaan CSR, diantaranya:
1. Bagi Perusahaan. Terdapat empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan
mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan
berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra yang positif dari masyarakat luas.
Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga,
perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang
berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada
hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (risk management).
2. Bagi masyarakat, praktik CSR yang baik akan meningkatkan nilai tambah adanya
perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan
kualitas sosial di daerah tersebut. Pekerja lokal yang diserap akan mendapatkan
perlindungan akan hak-haknya sebagai pekerja. Jika terdapat masyarakat adat atau
masyarakat lokal, praktek CSR akan menghargai keberadaan tradisi dan budaya lokal
tersebut.
3
3. Bagi lingkungan, praktik CSR akan mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber
daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan justru
perusahaan terlibat mempengaruhi lingkungannnya.
4. Bagi negara, praktik CSR yang baik akan mencegah apa yang disebut corporate
misconduct atau malpraktik bisnis seperti penyuapan pada aparat negara atau aparat
hukum yang memicu tingginya korupsi.
2.3
Motif CSR
Selain manfaat yang telah diuraikan sebelumnya, tidak ada satu perusahaan pun yang
menjalankan CSR tanpa memiliki motivasi. Karena bagimanapun tujuan perusahaan
melaksanakan CSR terkait erat dengan motivasi yang dimiliki. Wibisono (2007, hal 78)
menyatakan bahwa sulit untuk menentukan benefit perusahaan yang menerapkan CSR,
karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa bila perusahaan yang telah
mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat kepastian benefit-nya. Oleh karena
itu terdapat beberapa motif dilaksanakanya CSR, diantaranya:
1. Salah satu motif perusahaan dalam melaksanakan CSR adalah menjalin hubungan
yang baik dengan regulator. Perusahaan berdiri berdasarkan izin yang diberikan
pemerintah, dan diharapkan mampu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran kewajiban berupa pajak dan lainnya, juga secara sadar turut membangun
kepedulian terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. .
2. Dalam konteks hubungan kemitraan antara pemerintah dengan perusahaan,
pemerintah daerah mengharapkan agar program-program CSR bisa membantu
menyelesaikan permasalahan sosial seperti : masalah pengangguran, kemiskinan,
masalah pendidikan, kesehatan, perumahan. Selain itu menyelesaikan masalah
lingkungan yang dihadapi pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
swasta dituntut untuk membantu pemerintah daerah untuk mendukung program
pembangunan regional yang diimplementasikannya.
3. Hal terpenting dari cara pandang perusahaan sehingga melaksanakan CSR adalah
upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). Kewajiban bisa bersumber dari
aturan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan, baik yang ditetapkan melalui
Undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, hingga peraturan daerah,
ataupun peraturan yang dibuat berdasarkan kesepakatan antar perusahaan maupun
lembaga yang melakukan standarisasi produk. Kepatuhan terhadap hukum menjadi
penting, karena dimensi dibuatnya aturan bertujuan agar perusahaan tidak hanya
fokus pada keuntungan bisnis semata, melainkan mampu memberikan kontribusi
positif bagi pembangunan.
2.4
2.5
Program CSR
Menurut Philips Kotler, 6 Program ini adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan
untuk mencapai tujuan CSR, yaitu :
1) Cause Promotions
Perusahaan menyediakan sejumlah dana atau kontribusi lainnya atau menggelar
sebuah kegiatan dengan tujuan membantu meningkatkan awareness masyarakat dalam
suatu program CSR. Contoh untuk hal ini mungkin adalah Body Shop. Melalui
produknya dan promotion atau marketing kit-nya, mereka tak henti-hentinya
menghimbau masyarakat untuk menentang tes obat dan kosmetik terhadap binatang,
menjaga kelestarian alam dan isu lingkungan lainnya.
2) Cause-Related Marketing
Perusahaan mendukung suatu program CSR tertentu dengan cara menyumbangkan
dana hasil penjualan produk perusahaan, biasanya dilakukan untuk jenis produk
tertentu dan untuk periode tertentu saja. Contoh, Misalnya, jika anda membeli produk
A, maka sekian persennya akan otomatis disumbangkan untuk Yayasan B. Mungkin
contoh paling gress yang ada di Indonesia adalah program air mineral Aqua. Dimana
5
3)
4)
5)
6)
setiap membeli seliter Aqua akan digunakan untuk menghasilkan 10 liter air bersih
buat warga yang kekeringan di NTT.
Corporate Social Marketing
Perusahaan mendukung program CSR yang sifatnya kampanye perubahan perilaku
yang tidak baik menjadi baik atau lebih baik seperti peningkatan kesehatan
masyarakat, keselamatan kerja, kerusakan lingkungan, dll. Bisa dilakukan sendiri atau
mencari mitra yang mempunyai kepedulian terhadap isu yang sama. Contoh
Misalnya, produk popok sekali pakai Pampers yang melalui kemasannya
mengkampanyekan tips-tips mencegah terjadinya SIDS (Sudden Infant Death
Syndrome), atau kalau di Indonesia mungkin sabun Lifebuoy yang selalu mengajak
kita untuk cuci tangan.
Corporate Philanthropy
Program CSR ini dilakukan dengan cara memberikan bantuan langsung, baik dana
maupun tenaga terhdap isu sosial tertentu. Contoh, Microsoft memberikan bantuan
uang tunai dan software gratis kepada sekolah-sekolah.
Community Volunteering
Perusahaan memberikan bantuan untuk isu tertentu dengan cara memberikan bantuan
tenaga sukarela yang diperlukan dalam program CSR tersebut. Contoh, misalnya
karyawan bergiliran menjadi guru tamu di sekolah-sekolah lokal, karyawan dan
pelanggan bekerja bakti membersihkan taman kota, dan banyak contoh lainnya
Socially Responsible Business Practices
Program CSR ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dengan cara memilih cara-cara operasi yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
Contoh, produk Kraft yang menghentikan penjualan beberapa produknya di sekolahsekolah di Amerika karena mereka memandang produk itu kurang sehat untuk anakanak.
2.7
2.7.1
penerapan GCG. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil jika memang sudah menjadi sebuah
itikad dalam melakukan investasi yang bertanggung jawab, dalam mengelola dana
masyarakat.
2.7.2
Investor Asing
Sesuai dengan teori stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi stakeholder, semakin
besar kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasi diri terhadap keinginan stakeholdernya.
Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan aktivitas pertanggungjaawaban terhadap
sosial dan lingkungan atas aktivitas yang dilakukan perusahaan tersebut. Perusahaan yang
berbasis asing kemungkinan memiliki stakeholder yang lebih banyak dibanding perusahaan
berbasis nasional sehingga permintaan informasi juga lebih besar dan dituntut untuk
melakukan pengungkapan yang lebih besar juga, sehingga :
a. Investasi asing akan menciptakan perusahaan-perusahaan baru, memperluas pasar
atau merangsang penelitian dan pengembangan teknologi lokal yang baru.
b. Investasi asing akan meningkatkan daya saing industri ekspor, dan merangsang
ekonomi lokal melalui pasar kedua (sektor keuangan) dan ketiga (sektor
jasa/pelayanan).
c. Investasi asing akan meningkatkan pajak pendapatan dan menambah pendapatan
lokal atau nasional, serta memperkuat nilai mata uang lokal untuk pembiayaan impor.
2.7.3
Kreditur
Perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk
memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Dengan semakin tinggi leverage,
yang mana akan menambah beban untuk program corporate social responsibility menjadi
terbatas atau semakin tinggi leverage, maka semakin rendah program CSR.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
KPC memiliki proporsi untuk pemberian dana CSR pada masyarakat dan pemerintah
daerah di sekitar tempat produksinya. Strategi penyaluran CSR yang dilakukan KPC masih
disusun dari satu pihak, yakni dari pihak KPC sendiri sehingga ada beberapa ketidaksesuaian
antara apa yang dibutuhkan pemda dan masyarakat dengan kegiatan yang dilakukan dari
realisasi anggaran. Masyarakat dan Pemda merasa tidak puas dengan tidak terpenuhinya
janji-janji yang dilontarkan stockholders juga KPC seringkali menggembar-gemborkan
komunikasi publikasi di media luar sehingga akhirnya mendapatkan banyak penghargaan,
akan tetapi kurang meningkatkan keeratan hubungan dan frekuensi komunikasi dengan pihak
yang bersentuhan langsung dengan mereka, yaitu masyarakat sekitar dan pemda
bersangkutan.
3.2
Saran
Dari analisis dan kesimpulan yang bisa didapatkan, ada beberapa saran yang bisa
disampaikan yaitu:
a. Perumusan strategi pengalokasian dana CSR yang harus mengikutsertakan
masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
b. Proses penjelasan bagaimana sistem penyaluran dana CSR dilakukan pada forum
bersama dan forum yang akhirnya dilaksanakan secara berkala untuk monitoring
pelaksanaan kegiatan yang dicanangkan pada perumusan jangka pendek maupun
jangka panjang alokasi dana CSR.
c. Proses evaluasi dan pertanggungjawaban yang tidak hanya dilakukan melalui media
luar dan berbentuk laporan semata, tetapi juga berbentuk forum yang mengundang
masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut mengevaluasi dan memberikan
masukan terhadap kinerja penggunaan dana CSR selama tahun berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
8
LAMPIRAN
KASUS PT. KALTIM PRIMA COAL
Profil Perusahaan
PT Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pertambangan dan pemasaran batubara untuk pelanggan industri baik pasar ekspor maupun
domestik. Tahun 1982 PT Kaltim Prima Coal (KPC) didirikan di Indonesia dengan masingmasing BP dan CRA 50% memegang saham. KPC lisensi untuk melakukan eksplorasi dan
pertambangan batubara berdasarkan Kontrak Karya Batubara (Kontrak Karya) dengan HPH
seluas 90.706 ha. Negara Indonesia Perusahaan Batubara (PTBA) untuk menerima hak 13,5%
9
dari produksi semua. Lokasi dari PT. KALTIM PRIMA COAL terletak di sekitar Sangatta,
ibukota Kabupaten Kutai Timur (Kutim), di provinsi Kalimantan Timur Indonesia.
10
Analisis Masalah
Jika dianalisis satu per satu, pada aspek ekonomi maka KPC sudah memenuhi hal
tersebut dengan memperoleh pendapatan sebesar USD 1.741,93 juta. Hal ini merupakan
pendapatan yang cukup besar dengan pangsa pasar ekspor yang berada di beberapa negara di
belahan dunia. Walaupun begitu, aspek legal yang berada pada dimensi di atas economi sudah
dibuat kontraknya. Namun, hal ini pun masih dipertanyakan implementasinya sejak
pembuatan kontrak ataupun pengucapan janji pembangunan pada tahun 2003 sampai pada
2010 ini, walaupun pada laporan terkait pada tahun 2008 sudah disebutkan community
expenditure commitment sebesar USD 5.000.000 dan biaya lingkungan sebesar USD
18.771,896. Pada dimensi ethical sebenarnya KPC sudah mulai memberikan berbagai
bantuan dengan kegiatan yang berfokus pada tujuh pembangunan berkelanjutan, yakni
pengembangan agribisnis, peningkatan kesehatan dan sanitasi, pendidikan dan pelatihan,
peningkatan infrastruktur masyarakat, pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
(KUKM), pelestarian alam dan budaya, penguatan kapasitas lembaga masyarakat dan
pemerintah, dan pemberdayaan masyarakat. Namun, pelaksanaan yang kurang terkoordinasi
dari tahun ke tahun membuat pelaksanaannya cukup baik pada tahun-tahun awal sampai ke
2008 akan tetapi agak terganggu pelaksanaannya pada tahun 2009 dan 2010 sehingga muncul
masalah dengan Forum MSH-CSR. Aspek terakhir yang perlu diperhatikan adalah
philanthropic yang sebenarnya nice to do meskipun bukanlah sesuatu yang wajib untuk
dilakukan. Menjadi sebuah corporate citizen yang menguntungkan masyarakat sekitar dan
memenuhi berbagai aspek lainnya untuk dapat hidup berdampingan antara produsen ataupun
pengusaha dan masyarakat sekitar serta stakeholders lainnya.
KPC sudah memenuhi beberapa aspek yang disebutkan, misalnya untuk aspek
ecological environment dengan menutup tambang yang sudah tidak dipergunakan dan
melakukan kegiatan dengan pemberdayaan pertanian dan perikanan. Namun, masih timbul
permasalahan dengan public interest group di mana di dalamnya juga termasuk masyarakat
sekitar dan pemerintah daerah. Dalam hal ini, beberapa hal yang menyebabkan transfer
informasi kurang maksimal adalah penerapan dari prinsip good corporate governance seperti
fairness, transparency, accountability, dan responsibility yang pada saat ini telah mendorong
CSR semakin menjadi sesuatu hal yang krusial. Berdasarkan permasalahan tersebut,
komunikasi menjadi sesuatu yang penting antara perusahaan dengan pihak terkait.
Analisis berdasarkan prinsip Good Corporate Governance yang dilanggar PT. Kaltim
Prima Coal :
1. Transparency, dalam kasus PT. Kaltim Prima Coal dari dana CSR yang sudah
ditentukan oleh perusahaan batu bara ini sekira Rp 1,1 miliar, yang sampai ke
rakyat hanya sekira Rp 400 juta. Dana sekira Rp 690 juta diberikan ke instansi
vertikal. Adapun informasi pembagian dana untuk ke masyrakat, hanya diketahui
oleh satu pihak yaitu PT. Kaltim Prima Coal , yang bebas menentukan besaran
dana yang akan diturunkan ke masyarakat tanpa memberitahu detail persentase
11
12