Anda di halaman 1dari 13

DERMATITIS KONTAK

A. Definisi
Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan
fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan). Dermatitis merupakan epidermadermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek tampak inflamasi eritema,
vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000)
Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen mengadakan
kontak dengan kulit. (Price, Sylvia Anderson.1991)
Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang disertai dengan
adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan
bahan bahan kimia yang berkontak atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat
bersifat toksik ataupun alergik. (Mawarli Harahap, Prof.Dr. 2000)
B. Etiologi
Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer atau penyebab
alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi non alergik dari pada kulit
yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan
zat warna ( untuk pakaian, sepatu dan lain lain ) dapat mengakibatkan dermatitis.
a) Irritantia ringan, relatif atau marginal, memebutuhkan kontak berulang-ulang dan
atau kontak yang lama untuk menimbulkan peradangan atau termasuk di sini
adalah sabun, deterjen dan kebanyakan jenis bahan pelarut.
b) Irritantia keras atau absolut merupakan zat-zat perusak yang keras sehingga akan
melukai kulit dengan seketika jika mengenainya (asam kuat dan basa kuat).
PENYEBAB YANG BAKU DARI DERMATITIS KONTAK
PADA BERBAGAI BAGIAN TUBUH
Bagian Tubuh
Muka
Cuping telinga
Kelopak mata
Bagian Tubuh
Hidung, bibir dan sekitarnya
Leher
Aksila

Penyebab
Kosmetik, hairspray, semir rambut.
Nikel, perhiasan imitasi
Kosmetik, transfer oleh tangan, tangkai kaca
mata
Penyebab
Pasta gigi, lipstick
Parfum, pakaian (bahan wool)
Deodoran, pakaian, parfum

Dada
Lengan dan kaki
Tangan

Bahan kuningan
Deterjen, bahan pembersih, sepatu
Sarung tangan, deterjen

C. Manifestasi Klinis
Gejala dari dermatitis kontak adalah:
a) Fase akut
b) Fase kronik

: merah, edema, papula, vesikula, berair, kusta, dan gatal


:kulit

tebal/likenifikasi,

kulit

pecahpecah

skuama,

kulit

kering,dan hiperpigmentasi.
c) Gejala subyektif :Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa tidak
enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit
karena fisura, vesikula, ulcus.
d) Gejala obyektif :- Erythema
-

Mikrovesikulasi

dan

keluarnya
- Kulit menebal, kering, retak
- Pengelupasan kulit
- Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura
- Edema muka dan tangan
- Ruam-ruam dan lesi
D. Faktor Predisposisi
Penyakit dermatitis ini biasanya dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yang antara
lain:
a) Obat-obatan

: obat kumur, balsem dan salep yang mengandung sulfanamid,


penisilin, insektisida, neomisin, benzokain dan etilendiamin.

b) Karet atau nilon : sandal karet, kaos kaki nilon, pakaian nilon.
c) Kunyit, kapur sirih, merkuri dan sulfur.
E. Klasifikasi
Dermatitis kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik.
Dermatitis kontak dapat berupa:

a) Tipe

dermatitis

kontak

alergi,

merupakan

manifestasi

Delayed

Hypersesitivity; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh


alergen kontak pada orang yang sensitif.
b) Tipe dermatitis kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non
alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.
Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi:
Faktor
Penyebab
Permulaan
Penderita
Lesi

Dermatitis Kontak Iritan


Iritan primer
Pada kontak pertama
Semua orang
Batas lebih jelas, eritema

Dermatitis Kontak Alergi


Alergen kontak sensitizer
Pada kontak ulang
Orang yang alergik
Batas tidak begitu jelas,

Faktor

Dermatitis Kontak Iritan


sangat jelas
Sesudah ditempel 24 jam

eritema
Dermatitis Kontak Alergi
kurang jelas
Bila sesudah 24 jam bahan

bila iritan diangkat, reaksi

alergen diangkat, reaksi

akan segera
Sabun, deterjen

menetap/meluas berhenti
Pemakaian terlalu lama, jam,

Uji temple

Contoh

sandal jepang, kalung imitasi


F. Patofisiologi
Dermatitis

Kontak

termasuk

reaksi

hipersensitivitas

tipe

IV, yaitu

reaksi

hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:


1) Fase Induksi (sensitisasi)
Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.
Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan
dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap
dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi
limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi limfosit
T melalui saluran limfe.
2) Fase Eksitasi
Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel
efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik
berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.

G. Pathway
Kontak alergen dengan kulit

Respon limfosit

Hapten berpenetrasi ke kulit

Berikatan dengan protein karier

Antigen lengkap

Diproses oleh sel langerhans


dan makrofag
Limfosit T bermigrasi ke daerah
parakortikal kelenjar getah bening

Sensitisasi limfosit T

Deferensiasi dan berpoliferasi

Sel efektor tersensitisasi secara


spesifik dan sel memori terbentuk
(peristiwa imunologik)

Perjalanan ulang dengan


alergen sama

Sel masuk ke kulit dan sirkulasi


Perubahan status kesehatan

Gejala klinis

Sensitisasi di sel tubuh


Cemas
Reaksi tipe IV
Kurang pengetahuan
Pelepasan sitokin / limfokin
Pruritus

Eritema

Trauma
mekanik

Lanjutan

Resiko
Lesi
Gejala klinis infeksi

Gangguan pola
tidur

Gangguan
citra tubuh

Kerusakan
integritas
kulit

Nyeri

H. Penatalaksanaan
Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontaktan merupakan tindakan
penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada
pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi pembebasan histamin secara

pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari.


Terapi topikal diberikan sesuai petunjuk umum.
Dasar penyakit dermatitis adalah mencari etiologi dan menyingkirkan penyebabnya.
Pada dermatitis akut
Dilihat adanya oedema, erasia, eksudasi, pustula, erythema.
1) Kompres
Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air
- Letakkan di lesi, 10-20 menit
- Ganti dengan kain dan air yang bersih
Perhatian

: - Pakai 2/3 obat lokal, ketahui seluk beluk obat


- Pada daerah tropis perlu dipertimbangkan faktor penguapan. Sol
Boric Acid 3 % bila dibalutkan pada lesi maka konsentrasinya
menjadi 20-50 % sehingga melekat pada lesi dan terdapat kristal
Boric (BAHAYA).

2) Antibiotik
Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif.
Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim,
supristol, septrin (efek aplasticanemia).
3) Antihistamin
4) Obat- obat topical
Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat topical dapat
sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan
langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek
samping sistemiknya juga sedikit.adapun obat topikalnya antara lian:
a. Lotion
Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam
air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang
mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .
b. Bedak
Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk,zinkoksida,bentonit atau pati
jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons
katun.Meski

kerja

medisnya

singkat

,bedak

merupakan

preparat

higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.


c. Krim

Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam - air


atau emulsi air- dalam- minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah
bakteri ataupun jamur (Mackie,1991).
d. Jel
Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada
kulit,bentuk preparat topikal ini

secara kosmetik dapat diterima

oleh

pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa
berminyak serta tidak meninggalkan noda.
e. Pasta
Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada keadaan
inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa menggunakan
minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.
f. Salep
Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit,
bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis atau
terlokalisasi.
g. Preparat spray dan aerosol
Dapat di gunakan

untuk lesi yang luas,bentuk ini akan mengisat ketika

mengenai kulit sehinga harus digunakan dengan sering.


h. Korrtikosteroid
Banyak dipakai dalam pengobatan kelainan dermatologik untuk memberikan
efek anti inflamasi,anti priritus dan vasokontriksi(Litt,1993).

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK
I. PENGKAJIAN
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling terlihat, bila terjadi cedera akut
dari

dermatitis

kontak

eksim

pasien

sulit

untuk

mengabaikan

atau

menyembunyikanya dari orang lain.Sangat penting untuk mengetahui faktor


penyebabnya agar dapat mencegah kontak ulang atau terhadap perubahan data yang
harus dikumpulkan sejak awal adalah:
1) Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.
2) Kemungkinan bisa kontak dengan menimbulkan iritasi di rumah, tempat
pekerjaan/pada waktu kegiatan rekreasi.
3) Bagaimana kelainan kulit yang timbul dimulai.
4) Riwayat tentang infeksi yang berulang, kemungkinan kurangnya respon
imunitas.
5) Respon obat baru, terutama penicillin/sulfanilamide.
6) Peningkatan stress yang dicatat pasien.
7) Faktor-faktor yang membuat lebih parah (resep dokter/pengobatan pribadi).
8) Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.
Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah pasien masih suka
menggaruk lesi, periksa apakah terdapat perubahan atau ada infeksi.
a.DIAGNOSA
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
fungsi barier kulit.
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

b.

PERENCANAAN
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan
fungsi barier kulit.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama ( ...x...) jam diharapkan

integritas kulit pasien baik dengan kriteria hasil:

Tidak adanya maserasi.

Tidak ada tanda tanda cedara termal.

Tidak ada infeksi.

Intervensi:
1. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum
korneum yang berlebihan ) ketika memasang kompres basah.
2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan menutulkan untuk menghisap dan
menghindari friksi.
3. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat
penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlau tinggi dan akibat
cedera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanas, radiator )
4. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional:
1.

Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer.

2.

Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses


terjadinya sebagian penyakit kulit.

3.

Penderita Dermatitis dapat mengalami penurunan sensitifitas terhadap


panas.

4.

Banyaknya masalah kosmetika pada hakekatnya semua kelainan


malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak


bagus.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan citra
tubuh pasien bagus dengan kriteria hasil:

Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.

Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

Intervensi:
1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (Menghindari kontak mata,
merendahkan diri sendiri, ekspresi muak terhadap kondisi kulitnya).

2. Identiffikaasi stadium psikososial tahap perkembangan.


3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan, (dengan cara yang
terbuka, tidak menghkimi). Untuk mengekspresikan berduka/ansietas
tentang perubahan citra tubuh
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien, bantu pasien yang cemas
dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta
mengatasi masalah.
5. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri (turut
berpartisippasi dalam penanganan kulitnya, merias atau merapikan diri)
6. Membantu pasien ke arah penerimaan diri.
7. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
8. Memberikan nasehat kepada pasien mengenai cara cara perawatan
kosmetik untuk menyembunyikan kondisi kulit yang abnormal.
Rasional:
1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang
nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan
berpengaruh pada konsep diri.
2. Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.
3. Pasien membutuhkan pengalaman, didengarkan dan dipahami.
4. Tindakan ini memeberikan kesempatan kepada petugas kesehatan untuk
menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas
situasi. Ketakutan merupakan unsur yang merusak adaptasi pasien .
5. (Untuk nomor 5 s/d 8). Pnedekatan dan sasaran yang positif tentang
tekhnik tekhnik kosmetik seringkali membantu dalam meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ( ...x...) jam diharapkan tidak
ada infeksi dengan kriteria hasil:

Tidak ada tanda dan gejala infeksi

Intervensi:

1.

Memiliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada


pasien yag sistem kekebalanya ter ganggu.

2.

Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai


program terapi.

3.

Laksanankan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan


untuk mengurangi intensitas inflamasi

4.

Sediakan terapi rendaman separti yang diprogramkan .

5.

Berikan preparat anibiotik yang diresepkan dokter.

6.

Gunakan obat-obat topikal yang mengandug kortikosteroid seperti


yang diresepkan dokter dan menurut indikasinya
a. Observasi lesie secara periodik untuk peribahan respon terhadap terapi.
b. Instruksikan pasien tentang kemungkinan efek samping penggunaan
jangka panjang kortikosteroid, topikal, difluorinasi.

7.

Nasihati pasien untuk menghentukan pemakaian obat kulit yang yang


memperburuk masalah.

Rasional:
1.

Setiap keadaan yang mengganggu status imune akan memperbesar


resiko terjadinya infeksi kulit.

2.

Pendidikan pasien yang efektif bergantung kepada ketrampilan,


keterampilan interpresonal, profesional kesehatan dan pada pemberian
instruksi yang jelas yang diperkuat instruksi tertulis.

3.

Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang


menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah kulit dan dengan demikian
mengurangi eritema serta produksi serum. Kompres basah akan membantu
tindakan debridemen fesikel serta krusta dan mengendalikan proses
inflamasi.

4.

Melepaskan eksudat dan krusta.

5.

Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikrorganisme penyebab


infeksi.

6.

Kortikosteroid memiliki kerja anti inflamasi yang menjelaskan


sebagian kemampuanya untuk menimbuklan vasokontriksi pada pembuluh
- pembuluh kecil dalam dermis lapisan atas. Pemakaian kortikosterod
topikal yang ekstensif dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek

anti proliferatif pada sel sel epidermis ( kerontokan rambut pada daerah
yang dioleskan ).
7.

Dermatitis kontak atau reaksi alergi dapat terjadi setiap unsur yang ada
dalam obat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Marwali Harahap, Prof. Dr.2000.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Hipokrates
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
NANDA.2015.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-2017: Primamedika.

Anda mungkin juga menyukai