Anda di halaman 1dari 24

MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING, SNOWBALL

THROWING, STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING


DAN STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Model Pembelajaran
Jurusan: Tadris IPA-Biologi D/5
Dosen Pengampu: Hadi Pramono, M.Pd.

Kelompok 8

1.
2.
3.
4.

Moh. Amdani
Rina Noviana
Robiatul Adawiyyah
Suci Anadila Nurkaromah

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun mampu menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Model Pembelajaran. Shalawat
beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Ketika

menyusun

makalah

ini

penyusun

mengalami

beberapa tantangan dan hambatan. Namun berkat bantuan dari


berbagai pihak yang terkait, semuanya dapat diatasi dengan
baik. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Hadi Pramono, M.Pd. yang telah membimbing
penyusun dalam pembelajaran, juga kepada semua pihak yang
telah membantu selesainya makalah ini tepat waktu.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
saran dan kritik agar menjadi acuan serta bahan koreksi bagi
makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan umumnya untuk semua pembaca.

Cirebon, 13 November 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................

B. Rumusan Masalah....................................................
2..............................................................................
C. Tujuan Penulisan......................................................
2..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran..............................


3
B. Model Pembelajaran Role Playing...........................
4
C. Model Pembelajaran Snowball Throwing.................
6
D. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
9
E. Model

Pembelajaran

Student

Teams-Achievement

Divisions..................................................................
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................
16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan
guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada
peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat
meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru
harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan
cara-cara pengimplementasian model model pembelajaran tersebut dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan
dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa
di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan
fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang
terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi
ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan
peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya
tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil
belajar siswa.
Mempertimbangkan pentingnya hal di atas maka kami sebagai calon
pendidik akan membahas beberapa model model pembelajaran secara
mendalam. Model model pembelajaran yang akan di bahas dalam makalah
ini

adalah

model

pembelajaran

pembelajaran

snowball

role

throwing,

playing,

model

model

pembelajaran

student facilitator and explaining dan model pembelajaran


student teams-achievement divisions.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran role
playing?
2. Apa yang

dimaksud

dengan

model

pembelajaran

snowball throwing?
3. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran student
facilitator and explaining?
4. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran student
teams-achievement divisions?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan

rumusan

masalah

di

atas,

tujuan

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Memahami model pembelajaran role playing.
2. Memahami model pembelajaran snowball throwing.
3. Memahami model pembelajaran student facilitator and
explaining.
4. Memahami

model

pembelajaran

achievement divisions.

student

teams-

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu

pola

yang

digunakan

sebagai

pedoman

dalam

merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain,


model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola
yang

dapat

kita

gunakan

untuk

mendesain

pola-pola

mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk


menentukan

material

atau

perangkat

pembelajaran

termasuk di dalamnya buku-buku, media (film-film), tipetipe, program-program media komputer, dan kurikulum
(sebagai kursus untuk belajar.
Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (1992) yang
menayatakan bahwa setiap model mengarahkan kita dalam
merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Joyce, Joyce
dan

Weil

(1992)

menyatakan

model

pembelajaran

merupakan model belajar, dengan model tersebut guru


dapat membantu siswa mendapakan atau memeperoleh
informasi,

ide,

keterampilan,

cara

berpikir

dan

mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, model belajar


juga

mengajarkan

bagaimanan

mereka

belajar.

Model

pembelajaran mengacu pada pendekatan pada pendekatan

pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya


tujuan-tujuan pembelajran (kompetensi pembelajaran), dan
pengelolaan kelas (Kardi dan Nur, 2000: 8 dalam Dza Dzaki,
Faiq. M. 2009.). Hal ini sejalan dengan pendapat Arend (1997)

yang menyatakan bahwa model pembelajaran mengarah


pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk
tujuannnya,

langakah-langkahnya,

lingkungannya

dan

sistem pengelolaannya.
Berdasarkan uraian pengertian model pembelajaran
di atas, dapat disimpulkan bahawa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
sistematik

(teratur)

(pengalaman)

dalam

belajar

pengorganisaasian

untuk

(kompetensi

belajaran).

pembelajaran

adalah

mencapai

Dengan

rancangan

kegiatan

tujuan

belajar

lain

model

kata

kegiatan

belajar

agar

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan


dengan baik, menraik, mudah dipahami dan sesuai urutan
yang logis.
B. Model Pembelajaran Role Playing
1. Pengertian Model Pembelajaran Role Playing
Model pembelajaran role playing lebih menekankan
hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
Model ini lebih memfokuskan pada proses negosiasi sosial.
Model pembelajaran role playing memberikan prioritas pada
peningkatan

kemampuan

individu

untuk

berhubungan

dengan orang lain dalam upaya peningkatan kemampuan


individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya
meningkatkan proses demokratis, didesain untuk mengajak
peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial
melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang
menjadi sumber penyelidikan.
4

Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan


apabila pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan suatu
peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan
berdasarkan

pertimbangan

didaktik

lebih

baik

didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih


jelas dan dapat dihayati oleh anak; melatih anak-anak agar
mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosialpsikologis; dan melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul

dan

memberi

kemungkinan

bagi

pemahaman

terhadap orang lain beserta masalahnya.


Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah:
Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden
practise,

dimana

murid

tanpa

sadar

menggunakan

ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang


mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah
murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga,
role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan
karena role playing pada dasarnya adalah permainan.
Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain
adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita
antarkan dunia kita.

2. Langkah-Langkah

Model

Pembelajaran

Role

Playing
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam model
pembelajaran role playing adalah sebagai berikut:
a. Guru membuat skenario pembelajaran yang akan
ditampilkan.
b. Guru menunjuk beberapa murid untuk mempelajari
skenario.

c. Guru membentuk kelompok murid yang anggotanya 5


orang atau lebih.
d. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi
yang ingin dicapai.
e. Guru memanggil para murid yang sudah ditunjuk
untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
f. Masing-masing murid duduk dikelompoknya, masingmasing kelompok memerhatikan mengamati skenario
yang diperankan.
g. Setelah selesai pentas masing-masing murid diberikan
kertas kerja untuk dibahas.
h. Masig-masing kelompok menyampaikan pembahasan.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Role Playing
Pada

hakekatnya sebuah ilmu yang tercipta oleh

manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada


kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat metode Role
playing dalam cakupan cara dalam proses mengajar dan
belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan
terdapat kelemahan. Kelemahan metode role palying antara
lain:

a.

Metode bermain peranan memelrukan waktu yang

relatif panjang/banyak.

b.

Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi

dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru
memilikinya.

c.Kebanyakan

siswa

yang

ditunjuk

sebagai

pemeran

merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.


6

d.

Apabila

pemeran

pelaksanaan

mengalami

role

playing

kegagalan,

dan

bukan

bermain

saja

dapat

memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti


tujuan pengajaran tidak tercapai.

e.

Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui

metode ini.
Role playing menurut Djamarah dan Zain (2002:67)
mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

a.

Siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi

bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus


memahai, menghayati isi cerita secara keseluruhan,
terutama

untuk

materi

yang

harus

diperankannya.

Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan


tahan lama.

b.

Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk


mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.

c.Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga


dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni
drama dari sekolah.

d.

Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan

dibina dengan sebaik-baiknya.

e.

Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan

membagi tanggungjawab dengan sesamanya.

f. Bahasa

lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang

lebih baik agar mudah dipahami orang lain.


C. Model Pembelajaran Snowball Throwing
1. Pengertian Snowball Throwing

Metode Snowball Throwing merupakan salah satu


model

pembelajaran

kooperatif.

Metode

pembelajaran

tersebut mengandung unsur-unsur pembelajaran kooperatif.


Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya
melempar.

Snowball

Throwing

dapat

diartikan sebagai

metode pembelajaran yang menggunakan bola pertanyaan


dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian
dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota
kelompok.
Maka berdasar pada uraian di atas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan snowball
throwing yaitu metode pembelajaran yang didalam terdapat
unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam
rangka mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
2. Langkah-Langkah

Pembelajaran

dengan

Model

Pembelajaran Snowball Throwing


Langkah-langkah

pembelajaran

Snowball

Throwing

menurut Agus Suprijono sebagai berikut:


a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
c. Masing-masing
ketua
kelompok

kembali

ke

kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan


materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar
kertas, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh
ketua kelompok.
e. Kemudian kertas

yang

berisi

pertanyaan

tersebut

dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke


siswa yang lain.

f. Siswa

yang

mendapat

lemparan

bola

diberikan

kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis


dalam kertas yang berbentuk bola tersebut.
g. Evaluasi.
h. Penutup.
3. Kelebihan
Pembelajaran
dengan

Model

Pembelajaran Snowball Throwing


Kelebihan

pembelajaran

dengan

model

Snowball

Throwing sebagai berikut:


a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan
bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.
b. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang
materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa
mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus
disiapkan

oleh

guru

serta

mengerahkan

penglihatan,

pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang


didiskusikan dalam kelompok.
c. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
d. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan

oleh

temannya dengan baik.


e. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan
topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
f. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada
teman maupun guru.
g. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan
pemecahan suatu masalah.
h. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
i. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas
suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
j. Siswa
akan
terus
termotivasi
untuk

meningkatkan

kemampuannya.
Selain terdapat kelebihan tentu saja metode Snowball
Throwing juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari
model pembelajaran ini adalah:
9

a. Sangat

bergantung

pada kemampuan siswa

dalam

memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa


hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat
siswa

biasanya

hanya

seputar

materi

yang

sudah

dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.


b. Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan
baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk
memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak
sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
c. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok
sehingga

siswa

saat

berkelompok kurang

termotivasi

untuk bekerja sama. tapi tdk menutup kemungkinan bagi


guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan
penghargaan kelompok.
d. Memerlukan waktu yang panjang.
e. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
f. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh
murid.
Tetapi kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat
tertutupi dengan cara sebagai berikut:
a. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan
didemontrasikan secara singkat dan jelas disertai dengan
aplikasinya.
b. Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan
dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan.
c. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga
kegaduhan bisa diatasi.
d. Memisahkan group anak yang dianggap sering dianggap
sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda.
e. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk
menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan
kelompok
D. Model

Pembelajaran

Student

Facilitator

Explaining
1. Pengertian Student Facilitator and Explaining
10

and

Model Pembelajaran
Explaining merupakan

Student
model

Facilitator

pembelajaran

and
dimana

siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat pada


rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk
melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara
aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan
dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama
akan lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu
dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra
sebagai pelakunya.
2. Langkah-Langkah

Pembelajaran

dengan

Model

Pembelajran Student Facilitator and Explaining


a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/
KD.
b. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan garis-garis besar
materi pembelajaran.
c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan
kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/ peta
konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa.
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat
itu.
f. Penutup
3. Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Kelebihan

pembelajaran

dengan

model

Student

Facilitator and Explaining adalah siswa diajak untuk dapat


menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ideide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami
materi tersebut.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining adalah adanya pendapat yang

11

sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil dan


banyak siswa yang kurang aktif.
E. Model

Pembelajaran

Student

Teams-Achievement

Divisions
1.

Pengertian Model Pembelajaran Student Teams-Achievement


Divisions
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model


yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin, 2010:143).
Menurut Slavin (2010:143), STAD terdiri atas lima komponen
utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individual, rekognisi tim.
a. Persiapan
Persiapan dalam pembelajaran ini meliputi persiapan
materi, penetapan siswa dalam kelompok (berdasarkan jenis
kelamin, rangking, dan sebagainya), menentukan skor awal, dan
menyiapkan

siswa

untuk

bekerja

kooperatif

dengan

memperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan


(Ruhadi:2008).
b. Urutan kegiatan
Urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan
dalam

kelas.

Ini

merupakan

pengajaran

langsung

seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran


yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi

audiovisual.

Bedanya

presentasi

kelas

dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi


tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.
12

Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa


mereka harus benar-benar member perhatian penuh
selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan
sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan
skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal menilai
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.
Fungsi dari tim adalah memastikan bahwa semua
anggota tim benarbenar belajar, dan lebih khususnya
lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk
bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim adalah fitur
yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,
yang

ditekankan

adalah

membuat

anggota

tim

melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus


melakukan

yang

terbaik

untuk

membantu

tiap

anggotanya.
3) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru
memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua
periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling
membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap
siswa

bertanggung

jawab

secara

individual

untuk

memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah
untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja
yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih

13

giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada


sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan
poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan
skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal
mereka.
5) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga
digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari
peringkat mereka. Menurut Slavin (2010:160) terdapat
tiga macam tingkatan penghargaan diberikan di sini.
Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai
berikut:
1) Kriteria (Rata-rata Tim) 15, maka penghargaan
TIM BAIK.
2) Kriteria (Rata-rata Tim) 16, maka penghargaan
TIM SANGAT BAIK.
3) Kriteria (Rata-rata Tim) 17, maka penghargaan
TIM SUPER.
Pemberian penghargaan ini dapat diubah sesuai
kehendak kita. Kriteria lain yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
1) Jika rata-rata nilai perkembangan dalam kelompok
15-19, maka kelompok tersebut disebut dengan
kelompok baik.
2) Jika rata-rata nilai perkembangan dalam kelompok
20-24, maka kelompok tersebut disebut dengan
kelompok terbaik.

14

3) Jika rata-rata nilai perkembangan dalam kelompok


lebih

besar

kelompok

atau

tersebut

sama

dengan

25,

maka

disebut dengan kelompok

super.
Inti kegiatan dalam STAD adalah Inti kegiatan
dalam STAD adalah sebagai berikut:
a) Mengajar : guru mempresentasikan materi pelajaran.
b) Belajar

dan

Tim:

peserta

didik

belajar

melalui

kegiatan kerja dalam tim atau kelompok untuk


menuntaskan materi pelajaran.
c) Pemberian Kuis: peserta didik mengerjakan kuis
secara individual dan peserta didik tidak boleh
bekerjasama.
d) Penghargaan:
peserta

didik

pemberian
yang

penghargaan

berprestasi

dan

kepada
tim

atau

kelompok yang memperoleh skor tertinggi salam kuis


(Suyitno,2006:8)
2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Student Teams-Achievement
Divisions
Adapun langkah-langkah STAD (Slavin: 2005) adalah
sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotnya = 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,
suku dan lain-lain)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan
oleh anggota-anggota kelompok

15

4. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh


peserta didik. Pada saat menjawab kuis tidak bisa saling
membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Student TeamsAchievement Divisions
Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti
memiliki kelebihan dan kelemahannya. Uraian secara rinci
kelebihan model ini ialah:
a. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi
yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota
kelompok adalah setara Allport (dalam Slavin, 2005:103).
b. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama
anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105) dan
(Ahmadi, 2011:65).
c. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan
lintas rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105)
d. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di
samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).
e. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).
f. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab
belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203).
g. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa
lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching)

16

yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman,


2011: 204)
h. Pengelompokan

siswa

secara

heterogen

membuat

kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup


i. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan
oleh semua anggota kelompok
j. Kuis

yang

terdapat

pada

langkah

pembelajaran

membuat siswa lebih termotivasi


k. Kuis

tersebut

juga

meningkatkan

tanggung

jawab

individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai


kuis yang dikerjakan secara individu
l. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih
termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.
m.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar
rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang
didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik
n. Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar.
Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman,
2011: 203)
o. Siswa
lainnya

dapat
atau

(peerteaching)

saling

membelajarkan

pembelajaran
yang

lebih

oleh

sesama
rekan

efektif

siswa
sebaya

daripada

pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).


p. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa.
Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara
individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang
memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya
17

dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan


sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil
akan dihasilkan warga negara yang egois, introfert
(pendiam

dan

tertutup),

kurang

bergaul

dalam

masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan


lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak
mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain.
Gejala

seperti

ini

masyarakat

kita,

keroyokan,

saling

kiranya

mulai

sedikit-sedikit
sikut

dan

terlihat

pada

demonstrasi,

main

mudah

terprovokasi

(Rusman, 2011: 204).


Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki
kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan
untuk

memberi

pembelajaran,

manfaat

tidak

yang

terkecuali

baik
model

atau

positif

STAD

ini.

pada

Namun,

terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model


tersebut

tidak

menutup

kemungkinan

terbukanya

sebuah

kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini:


a. Model ini terlalu banyak memakan waktu.
b. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru.
Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator
dan evaluator (Isjoni, 2010:62).

18

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan pada makalah ini adalah


sebagai berikut:
1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam
pengorganisaasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk
mencapai tujuan belajar (kompetensi belajara). Dengan
kata

lain

model

pembelajaran

adalah

rancangan

kegiatan belajar agar pelaksanaan kegiatan belajar


mengajar dapat berjalan dengan baik, menraik, mudah
dipahami dan sesuai urutan yang logis.
2. Model pembelajaran role playing lebih menekankan
hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
Model ini lebih memfokuskan pada proses negosiasi
sosial.

Model

ini

digunakan

apabila

pelajaran

dimaksudkan untuk menerangkan suatu peristiwa yang


di dalamnya menyangkut orang banyak
3. Model pembelajaran snowball throwing yaitu metode
pembelajaran

yang

didalam

19

terdapat

unsur-unsur

pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka


mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
4. Model pembelajaran
Explaining merupakan

Student
model

Facilitator
pembelajaran

and
dimana

siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat


pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini
efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan
ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.

5. STAD

merupakan

salah

satu

metode

pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model


yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang
baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri
atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim,
kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

DAFTAR PUSTAKA
Agnisita. 2013. Metode Pembelajaran Snowball Throwing.
Tersedia [Online] http://aginista.blogspot.co.id. (Diakses 23
November 2016)
Ahmadi , I.K, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu
Pengaruhnya Terhadap Konsep, Mekanisme, dan Proses
Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
Dzaki, Faiq. M. 2009. Model Pengajaran Langsung (Direct
Instruction).
Tersedia
pada
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com. (Diakses 27
November 2016).
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran
Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Joyce dan Weil. 1992. Model Pembelajaran. USA: Allyn dan Bacon
Lancarwati, Vivi Ria. 2012. Peningkatan Motivasi Belajar IPS
Siswa Kelas VIII dengan Menggunakan Metode Snowball
Throwing di SMP N 4 Satuatap Bawang Banjarnegara.
Yogykarta: UNY.
20

Ruhadi. 2008. Model Pembelajaran Tipe STAD Salah satu


Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan Serambi
Ilmu, Sept. 2008, Volume 6 Nomor 1.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning. Diterjemahkan
oleh: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

21

Anda mungkin juga menyukai