Anda di halaman 1dari 46

TUGAS AKHIR

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Nirkabel Ad Hoc


Dalam Beberapa Situasi Yang Berbeda Ditinjau
Dari Sudut Pandang Routing
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh :
Nama
NIM
Jurusan
Peminatan
Pembimbing

: Beny Benardi
: 41407120003
: Teknik Elektro
: Telekomunikasi
: Ir. Bambang Hutomo Bc. TT.

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama
N.P.M
Jurusan
Fakultas
Judul Skripsi

:
:
:
:
:

BENY BENARDI
41407120003
ELEKTRONIKA
TEKNOLOGI INDUSTRI
Analisa Unjuk Kerja Jaringan Nirkabel Ad Hoc Dalam
Beberapa Situasi Yang Berbeda Ditinjau Dari
Sudut Pandang Routing

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mercu Buana.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Penulis,

[ Beny Benardi ]

ii

LEMBAR PENGESAHAN
Analisa Unjuk Kerja Jaringan Nirkabel Ad Hoc
Dalam Beberapa Situasi Yang Berbeda Ditinjau
Dari Sudut Pandang Routing

Disusun Oleh :
: Beny Benardi
: 41407120003
: Teknik Elektro
: Telekomunikasi

Nama
NIM
Program Studi
Peminatan

Mengetahui,

Pembimbing,

( Ir. Bambang Hutomo Bc. TT.)

Ketua Program Studi Teknik Elektro,

Ir. Yudhi Gunardi, MT.

iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi
strata satu (S1) pada Program Studi Teknik Elektro Peminatan Telekomunikasi,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu, kritik dan saran akan senantiasa penulis terima dengan
senang hati dan dengan segala keterbatasan, penulis menyadari pula bahwa
laporan tugas akhir ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Bambang Hutomo Bc,TT., selaku dosen dan pembimbing tugas
akhir
2. Bapak dan Ibu atas segala doa dan dukungannya..
3. Isteriku tercinta, Yun Silvia A., yang selalu memberikan doa, spirit serta
dorongan untuk terus meyelesaikan tugas akhir ini.
4. Rashiekavanya Maharani Benardi tercinta, atas segala inspirasinya.
5. PT. Rio Tinto Indonesia atas kesempatan dan dukungan yang telah
diberikan.
6. Rekan-rekan Angkatan 12 Kelas Menteng atas segala dukungan dan
bantuan serta kebersamaan selama masa perkuliahn dan penyusunan tugas
akhir ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan selalu mencurahkan hidayah
serta taufikNya, Amin.
Jakarta, November 2009

Penulis

iv

ABSTRAK
Jaringan nirkabel bergerak ad hoc atau biasa disebut MANET (Mobile Ad HOC
Network) merupakan kumpulan dari sejumlah node atau terminal yang bersifat
desentralisasi dan autonomous yang berkomunikasi di antara sesama terminalterminal tersebut melalui jalur nirkabel. Setiap node di dalam jaringan tersebut
akan berfungsi sebagai host dan juga sekaligus sebagai router yang akan
meneruskan (forwarding) paket-paket data yang ada berdasarkan pada sebuah
protokol pengatur (routing protocol). Untuk melengkapi pekerjaan tersebut, tiga
routing protocol disediakan yaitu AODV (Ad Hoc On Demand Distance Vector),
DSR (Dynamic Source Routing) dan TORA (Temporarily Ordered Routing
Protocol).
Pemilihan protokol yang dipergunakan akan sangat mempengaruhi kinerja
MANET itu sendiri karena masing-masing protokol mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Suatu analisa terhadap simulasi penggunaan protokolprotokol pada beberapa jaringan nirkabel ad hoc dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui unjuk kerja masing-masing protokol tersebut.

Kata kunci: Ad Hoc, AODV, DSR, TORA, OPNET, MANET

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................i


LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...iv
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengantar ..............................................................................................1
1.2. Pembatasan Masalah ............................................................................2
1.3. Tujuan ..................................................................................................2
1.4. Metoda Penelitian ................................................................................2
1.5. Sistematika Penulisan ..........................................................................3
BAB II TEORI DASAR
2.1. Jaringan MANET / Ad Hoc .................................................................4
2.2. Perbedaan antara Jaringan Selular dan Ad Hoc....................................5
2.3. Aplikasi dari Jaringan Nirkabel Ad Hoc ..............................................5
2.4. Teori Routing .......................................................................................7
2.4.1. Flooding ................................................................................8
2.4.2. Klasifikasi .............................................................................8
2.5. Definisi Protocol dan jenis-jenisnya ..................................................10
2.5.1. Conventional Protocol .........................................................10
2.5.2. Link State ............................................................................11
2.5.3. Distance Vector ...................................................................11
2.5.4. Source Routing ....................................................................12
BAB III ROUTING PROTOCOL DALAM JARINGAN AD HOC
3.1. MANET Routing ................................................................................13
3.2. Klasifikasi Protokol MANET ............................................................14
3.3. Ad Hoc On Demand Distance Vector (AODV))................................16
3.3.1. Isi Routing Table .................................................................16
3.3.2. Route Discovery dalam AODV ..........................................17
3.3.3. Route Maintenance ..............................................................19
3.4. Dynamic Source Routing (DSR) ........................................................19
3.4.1. Route Discovery ..................................................................19
3.4.2. Route Maintenance ..............................................................21

vi

3.5. Temporarily Ordered Routing Algorithm (TORA) ............................21


3.5.1. Operasi TORA ..................................................................22
BAB IV SIMULASI DAN ANALISA
4.1. Simulasi ..............................................................................................25
4.2. Analisa ................................................................................................25
4.2.1. Perbandingan Traffic Received antara AODV, DSR dan
TORA ..................................................................................25
4.2.2.Perbandingan Average Traffic Received untuk Beban
Berbeda dari Protocol TORA ...............................................27
4.2.3. Perbandingan Route Discovey Time antara AODV dan
DSR .....................................................................................27
4.2.4. Beban Wireless LAN dan Throughput pada protokol
AODV, DSR dan TORA ....................................................29
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................31
5.2. Saran ...............................................................................................................31
Daftar Pustaka
Appendix

vii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1.

Perbedaan antara jaringan Selular dan Ad Hoc

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
Gambar 3.4.
Gambar 3.5.
Gambar 3.6.
Gambar 3.7.
Gambar 3.8.

Jaringan Ad Hoc
RREQ dalam AODV
RREQ dan reverse path dalam AODV
Reverse Path setup dalam AODV
Route Reply dalam AODV
Data Dikirim melalui jalur pada AODV
RREQ dan reverse path setup dalam DSR
RREP dan data path dalam DSR
Directed Network yang dibuat TORA dalam
fungsi Pembuatan Rute
Gambar 4.1. Alur Kerja OPNET
Gambar 4.2. MANET Traffic Received untuk 50 node untuk
Protocol AODV, DSR dan TORA
Gambar 4.3. MANET Traffic Received untuk 100 node untuk
Protocol AODV, DSR dan TORA
Gambar 4.4. MANET Traffic Received untuk 150 node untuk
Protocol AODV, DSR dan TORA
Gambar 4.5. Average Traffic Received untuk beban berbeda
pada protokol TORA
Gambar 4.6. Perbandingan Route Discovery Time untuk
50 node antara AODV dan DSR
Gambar 4.7. Perbandingan Route Discovery Time untuk
100 node antara AODV dan DSR
Gambar 4.8. Perbandingan Route Discovery Time untuk
150 node antara AODV dan DSR
Gambar 4.9. Beban WLAN untuk 50 node untuk AODV, DSR
dan TORA
Gambar 4.10. Beban WLAN untuk 150 node untuk AODV, DSR
dan TORA
Gambar 4.11. WLAN Throughput untuk 50 node untuk AODV,
DSR dan TORA
Gambar 4.12. WLAN Throughput untuk 150 node untuk AODV,
DSR dan TORA

Halaman
7
17
17
18
18
18
19
20
22
24
26
26
26
27
28
28
29
29
29
30
30

ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengantar
MANET (Mobile ad hoc network) merupakan sistem yang bersifat sementara dan
mampu mengatur diri sendiri serta dibentuk oleh sekumpulan node atau terminal
yang dihubungkan oleh jalur-jalur nirkabel. Dalam suatu jaringan, node-node
tersebut mungkin menghilang atau muncul node baru dalam satu waktu
dikarenakan pergerakan node-node tersebut. Suatu bentuk teknik pemodelan yang
dipergunakan untuk menggambarkan hal tersebut yaitu Random Waypoint
Mobility Model.

Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti berkontribusi untuk meningkatkan


unjuk kerja dari routing protocol yang dipergunakan oleh MANET. IETF (The
Internet Engineering Task Force) dibentuk pada tahun 1996 sebagai gugus kerja
untuk menangani penelitian-penelitian yang berhubungan dengan MANET.

Gugus kerja MANET atau biasa disingkat MANET WG (Working Group)


mengusulkan dua kelas protokol yang mencakup protokol-protokol yang bersifat
reaktif dan protokol-protokol yang bersifat proaktif. Protokol-protokol yang
dipergunakan dan dibahas pada penulisan skripsi ini adalah protokol-protokol
yang bersifat reaktif dan menghasilkan skema-skema route discovery ketika
diperlukan sehingga dengan demikian memerlukan route discovery overheads
yang lebih kecil.

Pemilihan protokol yang dipergunakan akan sangat mempengaruhi kinerja


MANET itu sendiri karena masing-masing protokol mempunyai kelemahan dan
kelebihan masing-masing. Suatu analisa terhadap simulasi penggunaan protokol-

protokol pada beberapa jaringan nirkabel ad hoc yang berbeda dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui unjuk kerja masing-masing protokol tersebut.

1.2. Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah yang akan dibahas meliputi:
1. Cara kerja routing protocol di dalam MANET
2. Analisa perbandingan unjuk kerja hasil simulasi masing-masing protokol
dengan menggunakan perangkat lunak OPNET.

1.3. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk melakukan
evaluasi terhadap unjuk kerja routing protocol yang dipergunakan pada jaringan
nirkabel ad hoc terutama AODV, DSR, dan TORA melalui tinjauan teoritis serta
analisa berdasarkan hasil simulasi. Secara spesifik tujuan-tujuan yang akan
dicapai yaitu sebagai berikut:

1. Membuat dan kemudian melakukan analisa terhadap simulasi untuk


beberapa tolak ukur unjuk kerja

2. Dapat menentukan kesimpulan mengenai routing protocol dengan unjuk


kerja terbaik untuk keperluan beberapa skenario jaringan nirkabel
MANET.

Perangkat lunak OPNET dipergunakan untuk mensimulasikan unjuk kerja


protokol-protokol tersebut.

1.4. Metoda Penelitian


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengerjaan skripsi ini adalah:
1. Studi Literatur
2

2. Membangun lingkungan simulasi


3. Melakukan analisa dan pengujian

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.5.1. Pendahuluan
1.5.2. Teori Dasar
1.5.3. Routing Protokol Dalam Jaringan Ad Hoc Bab ini membahas
mengenai routing protocol MANET, tipe dan studi teori secara cukup
mendalam dari tiga protokol yang dipergunakan di dalam skripsi ini.
1.5.4. Simulasi dan Analisa Bab ini membahas mengenai praktek kerja
yang berhubungan dengan proses simulasi secara keseluruhan, model
simulasi, pengukuran unjuk kerja, parameter simulasi serta analisa hasil
simulasi dan menemukan perbedaan unjuk kerja dari protokol-protokol
yang berbeda berdasarkan pada pengukuran-pengukuran..
1.5.5. Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari skripsi beserta saran dan
pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan di masa mendatang.

BAB II
TEORI DASAR

2.1. Jaringan MANET / Ad Hoc


Sebuah jaringan nirkabel merupakan sekumpulan dari node nirkabel atau routerrouter bergerak yang secara dinamis membentuk jaringan sementara tanpa
menggunakan infrastruktur jaringan yang ada atau pengaturan administrasi secara
terpusat. Router-router tersebut bebas bergerak secara acak dan mengorganisasi
diri mereka sendiri secara arbitrari. Dengan demikian topologi jaringan nirkabel
dapat berubah secara cepat dan tidak bisa diprediksi. Jaringan tersebut dapat
dioperasikan di dalam lingkungan stand-alone atau terhubung ke Internet.
Multihop, mobilitas, jaringan berukuran besar yang dikombinasikan dengan
keragaman perangkat, bandwidth, dan keterbatasan catu daya baterai membuat
desain dari kebutuhan routing protocol menjadi tantangan tersendiri.

Gambar 2.1. Jaringan Ad Hoc

Ide dasar dari jaringan ad hoc itu sendiri bermula dari jaringan radio paket milik
U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) yang dipergunakan
pada tahun 1970. Sebuah jaringan bergerak ad hoc merupakan kumpulan dari
beberapa perangkat bergerak yang membentuk jaringan sementara dalam
ketiadaan struktur pendukung.
4

2.2.

Perbedaan antara Jaringan Selular dan Ad Hoc

Tabel 2.1. Perbedaan antara jaringan Selular dan Ad Hoc


Selular
Jaringan
infrastruktur

Ad Hoc

berbasiskan Tidak berbasiskan infrastruktur

Tetap. Terdapat keharusan Tidak ada base station serta


terlebih dahulu menentukan proses pembangunan yang cepat
dan membangun cell site dan
base station
Topologi jaringan dengan Topologi jaringan yang sangat
tulang
punggung
yang dinamis dengan multihop
bersifat statis
Lingkungan yang lebih ramah Lingkungan yang rawan (noise,
dan koneksitas yang lebih loss) serta koneksitas yang tidak
stabil
regular
Diperlukan perencanaan yang Jaringan Ad hoc secara otomatis
terperinci
sebelum
base membentuk dan beradaptasi
station dapat dibangun
terhadap perubahan
Biaya
tinggi

pembangunan

yang Berbiaya efektif

Proses pembangunan yang Waktu setup yang lebih cepat


lama

2.3. Aplikasi dari Jaringan Nirkabel Ad Hoc


Jaringan nirkabel terbentuk dari integrasi komputer pribadi, teknologi selular serta
Internet. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya interaksi antara bidang
komunikasi dan komputasi yang merubah akses informasi dari kapan saja dan
dimana saja menjadi setiap saat dan di setiap tempat. Dewasa ini sebuah
kumpulan jaringan besar terbentuk, yang terdiri dari infrastruktur jaringan selular
yang dikenal baik sampai dengan jaringan nirkabel ad hoc yang tidak berbasiskan
infrastruktur. Beberapa contoh aplikasi dari jaringan nirkabel ad hoc antara lain
sebagai berikut:

1. Community network
2. Enterprise network
3. Home network
4. Emergency response network
5. Vehicle network
6. Sensor network

Tidak seperti jaringan nirkabel tetap, jaringan nirkabel ad hoc atau biasa dikenal
juga dengan istilah on-the-fly network tercipta karena keterbatasan infrastruktur.
Node-node di dalam jaringan ad hoc bebas bergerak dan mengatur diri sendiri
dalam lingkup arbitrari. Jaringan ad hoc cocok digunakan pada situasi dimana
infrastruktur tidak ada atau untuk membangun infrastruktur tersebut tidaklah
efektif ditinjau dari sudut pembiayaan. Satu dari banyak kemungkinan
penggunaan jaringan nirkabel ad hoc adalah di dalam beberapa lingkungan bisnis,
dimana misalnya terdapat kebutuhan untuk melakukan proses komputasi yang
bersifat kolaboratif lebih diperlukan di luar ruangan kantor dibandingkan di dalam
kantor. Misalnya dalam pertemuan bisnis di luar kantor yang diadakan untuk
memberi pengarahan singkat pada klien.

Sebuah jaringan bergerak ad hoc juga dapat dipergunakan untuk menyediakan


aplikasi layanan manajemen krisis, seperti manajemen pemulihan bencana,
dimana ketika semua fasilitas dan infrastuktur telekomunikasi hancur dan
kebutuhan untuk memulihkan fasilitas telekomunikasi tersebut sangatlah penting
dan diprioritaskan. Dengan menggunakan sebuah jaringan nirkabel ad hoc, sebuah
infrastruktur dapat dibentuk dalam waktu hitungan jam bukan minggu, seperti
waktu yang diperlukan untuk membangun jaringan komunikasi kabel. Contoh
aplikasi lain dari jaringan nirkabel ad hoc adalah Bluetooth, yang dirancang untuk
mendukung Personal Area Network (PAN) dengan mengeliminasi kebutuhan
kabel diantara berbagai perangkat, seperti printer dan Personal Digital Assistant
(PDA). IEEE 802.11 atau protokol WiFi yang terkenal juga mendukung sistem
jaringan ad hoc di saat wireless access point tidak ada.

Jaringan-jaringan bergerak ad hoc dapat digunakan dalam membangun


komunikasi yang dinamis dan efisien untuk keperluan penyelamatan, keadaan
darurat maupun operasi militer. Sebuah aplikasi komersil, seperti Bluetooth,
merupakan satu dari beberapa pengembangan terkini yang berbasis dan
memberdayakan konsep jaringan ad hoc.

2.4. Teori Routing


Secara umum routing berarti perjalanan informasi dari sumber ke tujuan di dalam
sebuah inter jaringan dengan syarat paling tidak di dalam jaringan tersebut harus
terdapat satu node berikutnya di dalamnya. Dua tujuan utama dalam routing
adalah:
1. Menentukan jalur terbaik (paling efisien dan efektif)
2. Node sumber atau node berikutnya, yang akan menentukan jalur yang
akan ditempuh

Untuk mengoptimasi jalur yang akan ditempuh, terdapat tiga faktor yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
1. Jalur terpendek untuk jumlah hop paling sedikit
2. Waktu tempuh terpendek untuk waktu tunda paling sedikit
3. Berat jalur terpendek dengan melakukan utilisasi bandwidth, catu daya
yang tersedia, dan lain-lain.

Dalam hop-by-hop routing, node sumber hanya menentukan tujuan dari sebuah
rute di dalam header paket yang akan dikirim, dan kemudian node berikutnya
yang akan menentukan hop selanjutnya dengan cara menginspeksi tabel internal
routing yang dimiliki node tersebut.

Didasarkan pada fakta bahwa mungkin diperlukan untuk melompati beberapa


hops (multi-hop) sebelum sebuah paket mencapai tujuan, maka sebuah routing

protocol diperlukan. Routing protocol mempunyai dua fungsi utama, yang


pertama yaitu menyeleksi rute untuk beberapa pasang sumber-tujuan dan
menyampaikan pesan ke tujuan yang benar. Sedangkan fungsi kedua yaitu secara
konseptual menggunakan keragaman dari protokol dan struktur data (routing
table).

2.4.1.

Flooding
Banyak routing protocol menggunakan broadcast untuk
mendistribusikan kontrol informasi dari node sumber ke
semua node lainnya. Bentuk broadcasting yang umum
dipergunakan adalah flooding. Proses flooding adalah node
sumber mengirimkan informasi ke node tetangga kemudian
node tetangga tersebut me-relay informasi tersebut ke
tetangga mereka dan demikian seterusnya sampai paket
tersebut mencapai semua node di dalam jaringan tersebut.
Sebuah node hanya akan me-relay paket sekali dan
menggunakan nomor yang berurutan sebagai penanda.
Nomor tersebut akan bertambah satu setiap kali sebuah
paket dikirimkan oleh node tersebut.

2.4.2.

Klasifikasi
Routing protocol dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori yang berbeda bergantung pada properti masingmasing.
1. Terpusat dan terdistribusi
2. Statis dan Adaptif
3. Reaktif dan Proaktif

Satu cara untuk mengkategorikan routing protocol tersebut


adalah dengan membagi menjadi algoritma terpusat dan
terdistribusi. Dalam algoritma terpusat, semua pilihan rute

dibuat pada node pusat, sedangkan pada algoritma


terdistribusi, penghitungan dari rute-rute dibagi di antara
node-node dalam jaringan.

Klasifikasi lainnya dari routing protocol berhubungan


dengan apakah routing protocol merubah rute-rute sebagai
respon terhadap bentuk-bentuk masukan trafik. Dalam
algoritma statik, rute yang digunakan oleh pasangan
sumber-tujuan adalah tetap tidak bergantung pada kondisi
trafik dan hanya dapat berubah sebagai respon terhadap
kegagalan link atau node. Tipe algoritma ini tidak dapat
mencapai tingkat keluaran yang tinggi pada bentuk-bentuk
masukan trafik dengan tingkat varietas yang luas.
Umumnya paket-paket jaringan menggunakan beberapa
bentuk dari adaptasi routing ketika rute-rute yang
dipergunakan untuk menentukan jalur antara pasangan
sumber-tujuan berubah sebagi respon terhadap kemacetan
(congestion).

Klasifikasi ketiga lebih berkenaan dengan jaringan ad hoc


adalah

untuk

mengklasifikasikan

algoritma-algoritma

routing baik sebagai proaktif maupun reaktif. Protokol


proaktif mencoba secara terus menerus mengevaluasi ruterute di dalam jaringan. Sehingga ketika sebuah paket harus
diteruskan, rute sudah diketahui dan dapat digunakan
sesegera mungkin. Protokol-protokol dalam keluarga
protokol Distance-Vector merupakan contoh dari skema
proaktif. Sementara itu di sisi lain, protokol reaktif
mengaktifkan prosedur penentuan rute hanya berdasarkan
permintaan

saja.

Sehingga,

pada

saat sebuah

rute

diperlukan, semacam prosedur pencarian global diaktifkan.

Skema proaktif mempunyai kelebihan ketika sebuah rute


diperlukan, penundaan (delay) yang terjadi sebelum paket
dapat dikirimkan adalah sangat kecil. Sebaliknya skema
proaktif tersebut memerlukan waktu untuk mencapai
kondisi steady state. Hal ini dapat menjadi masalah jika
topologi sering berubah-ubah.

2.5. Definisi Protocol dan Jenis-jenisnya


2.5.1.

Conventional protocol
Routing protocol konvensional seperti link state dan
distance vector memungkinkan untuk digunakan dalam
jaringan nirkabel ad hoc dengan tingkat mobilitas rendah.
Hal ini dikarenakan walaupun link state dan distance vector
sudah teruji dengan baik namun masalah utamanya adalah
protokol-protokol tersebut dirancang untuk topologi statis.
Sehingga kemungkinan besar akan mengalami masalah
apabila dipergunakan di dalam jaringan nirkabel yang
mempunyai tingkat mobilitas yang sangat tinggi serta
topologi yang sering berubah-ubah.

Karakteristik lain dari protokol konvensional adalah adanya


asumsi bahwa link yang dipergunakan adala dua arah (bidirectional), yang berarti bahwa transmisi antara dua node
bekerja secara setara dan sama dalam kedua arah.
Sedangkan di dalam lingkungan jaringan nirkabel hal
tersebut tidak selalu berlaku.

Dikarenakan banyak routing protocol yang diusulkan untuk


jaringan nirkabel ad hoc mempunyai algoritma routing
protocol tradisional maka dirasa perlu untuk memahami

10

operasi dasar dari protokol konvensional seperti distance


vektor, source routing dan link state.

2.5.2.

Link State
Dalam routing link-state, setiap node memelihara informasi
mengenai gambaran lengkap topologi dengan harga (cost)
untuk setiap link. Untuk menjaga cost tersebut tetap
konsisten; setiap node secara periodik menyebarkan
informasi (broadcast) mengenai cost untuk link tersebut ke
semua node lainnya dengan menggunakan flooding. Setelah
setiap node menerima informasi tersebut akan dilanjutkan
dengan

memutakhirkan

gambaran

jaringan

dan

menggunakan algoritma jalur terpendek (shortest path)


untuk memilih next-hop untuk setiap tujuan.

Beberapa cost untuk link di dalam sebuah node dapat saja


tidak valid dikarenakan penundaan propagasi yang panjang,
jaringan yang tersekat-sekat, dan lain-lain. Gambaran
topologi jaringan yang tidak konsisten tersebut dapat
mengakibatkan timbulnya formasi lingkaran pengulangan
loop atau biasa disebut juga routing loop. Lingkaran
pengulangan tersebut biasanya hanya berumur pendek dan
terjadi dalam waktu sebentar saja karena mereka segera
menghilang

seiring

waktu

yang

diperlukan

untuk

mengelana dalam jaringan.

2.5.3.

Distance Vector
Dalam distance vector setiap node hanya memonitor harga
dari link keluaran saja, tetapi daripada melakukan
penyebaran (broadcasting) informasi tersebut ke semua
node, distance vector secara periodik ke setiap node

11

tetangga dan melakukan estimasi dari jarak terdekat ke


semua node di dalam jaringan. Node yang menerima
broadcasting tersebut kemudian menggunakan informasi
tersebut untuk menghitung ulang tabel routing dengan
menggunakan algoritma jarak terpendek.

Dibandingkan dengan link-state, distance vector lebih


efisian dalam melakukan proses komputasi, lebih mudah
diimplementasikan dan memerlukan lebih sedikit ruang
penyimpanan.

Bagaimanapun

juga,

distance

vector

diketahui dapat menyebabkan timbulnya formasi lingkaran


pengulangalan loop (routing loop) baik yang berumur
pendek (short-lived) maupun berumur lebih lama (longlived). Penyebab utama dari hal tersebut adalah karena
node-node di dalam jaringan memilih pemberhentian atau
lompatan

berikutnya

(next-hop)

dalam

perhitungan

terdistribusi secara lengkap berdasarkan informasi yang


mungkin saja tidak akurat.

2.5.4.

Source Routing
Source routing berarti bahwa setiap paket harus membawa
secara lengkap informasi menegenai jalur yang akan
ditempuh oleh paket tersebut. Keputusan mengenai
pengelolaan rute kemudian dibuat di node sumber.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah sangat mudah untuk
menghindari

terjadinya

routing

loop.

Sedangkan

kelemahannya adalah setiap paket memerlukan biaya yang


sedikit lebih tinggi.

12

BAB III
ROUTING PROTOCOL DALAM
JARINGAN AD HOC

3.1. MANET Routing


Di dalam MANET atau jaringan ad hoc, hanya host-host yang berada di dalam
jangkauan transmisi dalam satu waktu dapat berkomunikasi. Frekuensi mobilitas
dari node-node dapat merubah rute. MANET mempunyai atribut yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif, yaitu:

1. Operasi terdistribusi (kualitatif); routing protocol yang dipergunakan di


dalam jaringan ad hoc harus mempunyai kemampuan operasi terdistribusi
dikarenakan tidak terdapat fasilitas pusat administrasi pengontrol.
Sembarang node di dalam jaringan dapat bergabung atau meninggalkan
jaringan ad hoc tersebut kapan saja.
2. Bebas Loop (kualitatif); Routing protocol harus memastikan bebas loop
sehingga bisa memaksimalkan utilisasi CPU dan meningkatkan unjuk
kerja jaringan secara keseluruhan.
3. Routing berdasarkan permintaan (kualitatif); Protokol yang dipergunakan
dalam lingkungan MANET harus bersifat reaktif. Hal ini berarti bahwa
ketika sebuah node menemukan gangguan di dalam rute yang telah
ditentukan sebelumnya maka ia akan hanya mememanggil route discovery
untuk menemukan rute baru dan dengan demikian mengunragi jumlah
total routing overhead.
4. Keamanan (kualitatif); Routing protocol harus mempunyai semacam
parameter pencegahan untuk melindungai sebuah jaringan ad hoc dari
serangan yang tidak dikehendaki. Authentikasi dan enkripsi merupakan
hal yang mungkin untuk memastikan tingkat keamanan yang lebih
memadai di dalam lingkungan jaringan ad hoc.

13

5. End to End Throughput (kuantitatif); MANET mempunyai atribut untuk


menemukan jumlah paket yang diterima di tujuan akhir per satuan waktu.
6. Waktu penundaan (kuantitatif); Waktu rata-rata yang diperlukan sebuah
paket dalam sebuah jaringan ad hoc untuk mencapai tujuannya.
7. Waktu penjelajahan rute (kuantitatif); Waktu yang diperlukan di dalam
jaringan untuk menemukan rute guna meneruskan paket ke tujuan.
8. Kebutuhan jumlah memori (kuantitatif); Ruang penyimpanan dalam satuan
byte yang diperlukan untuk menyimpan routing table ata tabel pengaturan
lainnya.
9. Waktu pemulihan jaringan (kuantitatif); Waktu yang diperlukan untuk
memulihkan keadaan jaringan setelah terjadi kondisi tertentu. Kondisi
tertentu tersebut bisa berarti bermacam-macam seperti beberapa bagian
dari jaringan rusak tidak berfungsi dikarenakan beban yang berat atau
putusnya jalur komunikasi yang disebabkan mobilitas node yang tinggi.

Selain daripada itu, MANET mempunyai beberapa fitur penting routing lainnya,
yang mencakup:
1. MANET tidak membedakan antara node-node dan router
2. MANET merupakan jaringan yang mengorganisir diri sendiri
3. MANET mempunyai routing protocol yang dapat menyesuaikan secara
cepat dalam perubahan-perubahan topologi
4. MANET merupakan jaringan yang dapat dimulai oleh diri sendiri dan
tidak memerlukan kontrol pusat.

3.2. Klasifikasi Protokol MANET


Terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan routing protokol dalam MANET.
Tergantung pada bagaimana protokol-protokol tersebut menangani paket untuk
diantarkan dari sumber ke tujuan.

Klasifikasi routing protokol dalam MANET terdiri dari:

14

1. Routing yang bersifat proaktif; tipe protokol jenis ini biasa disebut juga
protokol yang bekerja berdasarkan tabel atau table driven protocol. Di
dalam routing, rute adalah telahditentukan terlebih dahulu. Paket-paket
dipindahkan melalui rute yang telah ditentukan sebelumnya tersebut.
Dalam skema ini penerusan paket lebih cepat tetapi routing overhead
menjadi lebih besar karena satu harus mendefinisikan semua rute sebelum
memindahkan paket-paket tersebut. Protokol yang bersifat proaktif
mempunyai tingkat penundaan yang lebih rendah karena semua rute dijaga
dan dirawat di semua waktu.

Contoh dari routing protokol yang bersifat proaktif yaitu DSV


(Destination Sequenced Distance Vector) dan OLSR (Optimized Link
State Routing).

2. Routing yang bersifat reaktif; Tipe protokol jenis ini disebut juga On
Demand Routing Protocol. Di dalam routing ini, rute-rute tidak ditentukan
terlebih dahulu. Sebuah node memanggil route discovery untuk
menentukan sebuah rute baru ketika diperlukan. Mekanisme route
discovery ini adalah berdasarkan algoritma flooding yang menggunakan
teknik, sebuah node hanya melakukan broadcast paket ke semua node
tetangga dan intermediate node hanya meneruskan paket ke tetangganya
saja. Teknik ini berulang sampai paket mencapai tujuan, teknik reaktif ini
mempunyai keuntungan routing overhead yang lebih kecil tetapi
mempunyai waktu penundaan (latency) yang lebih tinggi dikarenakan
sebuah rute, misal, dari node A ke node B akan ditemukan hanya jika A
ingin mengirimkan paket ke B.
Contoh dari routing protocol yang bersifat reaktif yaitu DSR (Dynamic
Source Routing), AODV (Ad hoc On Demand Distance Vector) dan
TORA (Temporary Ordered Routing Algoritma).

15

3. Routing yang bersifat campuran (Hybrid); merupakan generasi baru


protokol, merupakan kombinasi dari jenis proaktif dan reaktif. Protokol
jenis ini dirancang untuk menambah skalabilitas dengan mengijinkan
node-node yang berjarak dekat untuk bekerja sama membentuk semacam
tulang punggung (backbone) untuk mereduksi route discovery overhead.

Contoh dari routing protokol yang bersifat hybrid yaitu ZRP (Zone
Routing Protocol) yang membagi jaringan menjadi beberapa zona routing
dan dua protokol independen beroperasi di dalam dan antar zona.

3.3. Ad hoc On Demand Distance Vector (AODV)


AODV merupakan protokol hop-by-hop dimana node-node antara
menggunakan tabel routing mereka untuk menentukan hop berikutnya
di dalam perjalanan menuju tujuan. AODV merupakan protokol reaktif.
Informasi routing tidak disertakan dalam packet header.

3.3.1. Isi Routing Table


Setiap node di dalam jaringan dengan protokol AODV
mengandung informasi mengenai rute yang sedang
dipergunakan pada saat ini dengan menyimpang data-data
sebagai berikut:
1. IP Address: Alamat IP node tujuan
2. Destination Sequence Number: Urutan nomor

tujuan

untuk mencegah terjadinya routing loops


3. Hop Count: Jumlah dari hop ke tujuan
4. Next Hop: Next hop yang telah ditentukan untuk
meneruskan paket di dalam sebuah rute
5. Life Time: Waktu yang berlaku untuk sebuah route
6. Active

Neighbor

List:

Tetangga

aktif

yang

menggunakan rute tertentu

16

7. Request Buffer: Untuk memastikan bahwa sebuah


permintaan akan diproses satu kali

3.3.2. Route Discovery dalam AODV


Sebuah node di dalam jaringan AODV memangil fungsi
route discovery untuk

menemukan rute menuju tujuan

ketika tujuan tidak mengetahuinya.

RREQ (Route Request) merupakan pesan atau paket khusus


yang dipancar-sebarkan oleh sumber untuk tujuan tertentu.
Sedangkan RREP (Route Repy) merupakan pesan atau
paket yang bersifat unicasted oleh tujuan menuju sumber.
Setelah melakukan proses broadcasting RREQ, sebuah
node akan menunggu RREP dan jika RREP tidak
ditemukan maka node akan melakukan broadcast ulang
RREQ atau akan memutuskan bahwa tidak tersedia rute
sama sekali.

Gambar 3.1. RREQ dalam AODV

17

Gambar 3.2. RREQ dan reverse path dalam AODV

Gambar 3.3. Reverse Path setup dalam AODV

Gambar 3.4. Route Reply dalam AODV

Gambar 3.5. Data dikirim melalui jalur pada AODV

Ini merupakan skenario bagaimana AODV bekerja. Di


dalam gambar-gambar di atas, S merupakan source dan G
adalah tujuan (destination). Node S mulai mengirim RREQ
dengan melakukan proses broadcasting paket dan setiap
node tetangga melanjutkan proses tersebut sampai node
tujuan yaitu G ditemukan.

18

3.3.3. Route Maintenance


Ketika sembarang node aktif dalam route menemukan
bahwa ada link yang menuju ke tetangganya rusak atau
terputus, akan membangkitkan sebuah route error message
(RERR) dan melakukan proses broadcast pesan tersebut ke
anggota tetangga yang aktif. Hal ini merupakan prosedur
rekursif sampai source yang berkepentingan menerima
pesan tersebut dan membangkitkan RREQ baru untuk
menemukan rute alternatif.

3.4. Dynamic Source Routing (DSR)


DSR merupakan sebuah reaktif protokol yang terdiri dari dua
mekanisme yaitu route discovery dan route mainenance. Kedua
mekanisme tersebut dioperasikan berdasarkan permintaan (on demand).

3.4.1.

Route Discovery
Route Discovery merupakan sebuah mekanisme ketika
source S ingin mengirimkan paket ke tujuan G. Pada
protokol DSR, source menginisiasi route di dalam packet
header.

Gambar 3.6. RREQ dan reverse path setup dalam DSR

19

Gambar 3.7. RREP dan Data path dalam DSR

Operasi dari DSR Route Discovery adalah sebagai berikut,


S bertindak sebagai source, melakukan proses broadcast
RREQ dan node B, C dan D menerima RREQ karena nodenode tersebut berada dalam rentang transmisi. Setiap
RREQ berisi informasi identitas source, identitas tujuan
dan sebuah unique request id. RREQ juga berisi informasi
dari node berikutnya dimana paket telah melaluinya.

Ketika node tujuan menerima RREQ, node tersebut akan


membangkitkan pesan RREP yang ditujukan kepada source
dengan menyertakan salinan dari informasi routing yang
telah ditemukan di dalam RREQ. Source kemudian
menyimpan informasi routing tersebut di dalam routing
cache untuk menyediakan paket data yang konsekuen ke
tujuan. DSR memungkinkan penggunaan link yang
unidirectional atau asimetris. Dalam kasus ini, node tujuan
harus memanggil fungsi route discovery untuk menemukan
rute dari tujuan ke source untuk meneruskan RREP. Linklink yang dipergunakan haruslah bersifat bi-directional jika
IEEE 802.11 digunakan untuk mengirim data.

20

3.4.2. Route Mainenance


Route maintenance merupakan sebuah mekanisme ketika
source akan mengetahui jika topologi jaringan telah
berubah atau sembarang link rusak di dalam route. Node
berikutnya yang mengetahui kerusakan link tersebut akan
segera mengirim pesan RERR ke source. Di dalam kasus
ini source mungkin akan menggunakan route lainnya jika
sudah dikeahui atau akan melakukan route discovery
function untuk menemukan route baru.

3.5. Temporarily Ordered Routing Algorithm (TORA)


TORA merupakan routing protokol yang bersifat terdistribusi secara
penuh di dalam sebuah jaringan ad hoc multi hop, tidak terdapat pusat
pengatur administratif dan setiap router hanya mengolah informasi dari
router-router

yang berdekatan

mempunyai reaksi minimum

atau

bersebelahan

saja.

dalam

perubahan

topologi

TORA
yang

bergantung kepada Internet MANET Encapsulation Protocol. TORA


memiliki karakteristik bebas loop (loop free) dan multipath routing,
communication overhead yang diminimalisir, skalabilitas, dirancang
dari perawatan dan routing reaktif dan proaktif. TORA menggunakan
algoritma penemu rute pertama untuk menentukan rute-rute.

Untuk menggambarkan operasi dari TORA, terdapat tiga fungsi utama


TORA yaitu:
1. Pembuatan rute
2. Pemeliharaan rute
3. Penghapusan rute

21

3.5.1. Operasi TORA


TORA menetapkan jalur-jalur terarah dalam sebuah jaringan yang tidak
diarahkan atau sebagai bagian dari jaringan dengan fokus ke tujuan.
Dengan kata lain, membangun sebuah DAG (Directed Acyclic Graph)
merupakan target dari TORA dalam fungsi pembuatan rute.

Gambar 3.8. Directed Network yang dibuat TORA dalam fungsi


Pembuatan Rute

Dalam jaringan, ketinggian yang berhubungan diberikan ke setiap node


dan paket-paket hanya melintasi dari node yang paling tinggi ke node
yang paling rendah. Ketika sembarang node tidak menemukan rute
menuju tujuan maka akan dibangkitkan sebuah pesan QRY (Query)
untuk menemukan rute lain. Pesan QRY melewati jaringan sampai
menemukan tujuan atau node lainnya yang mempunyai lintasan ke
tujuan. Node tersebut kemudian menyebarkan (broadcast) pesan UPD
(Update)

untuk

menginformasikan

node-node

lainnya

tentang

ketinggian yang dimiliki node tersebut. Node-node lain kemudian


memutahirkan ketinggian masing-masing dengan berdasar pada UPD.
Proses

ini

mempunyai

kemungkinan

menimbulkan

sejumlah

pengarahan link atau route dari node awal QRY.

22

Setiap perubahan topologi, TORA dapa bereaksi dalam rangka


mensabilkan kembali doute dalam waktu tertentu. Semua link yang
tersekat dari tujuan dikategorikan sebagai undirected dan kemudian
dihapus oleh sebuah pesan CLR (Clear).

23

BAB IV
SIMULASI DAN ANALISA
Cukup sulit untuk melakukan estimasi terhadap unjuk kerja dari jaringan yang
akan diteliti pada kehidupan nyata dan sebagai jawabannya maka dipergunakan
perangkat lunak simulasi jaringan (network simulator) untuk merancang dan
mensimulasikan jaringan-jaringan adhoc yang akan diteliti tersebut dalam
berbagai perspektif. Perangkat lunak simulasi jaringan yang dikenal luas yaitu
OPNET (Optimized Network Engineering Tools) dan NS-2 (Network
Simulators-2). NS-2 bersifat open source sedangkan OPNET merupakan
perangkat lunak yang bersifat komersil.

Di dalam skripsi ini, simulasi dilakukan di dalam lingkungan OPNET Modeler


14.0 dimana protocol-protokol MANET yaitu AODV, DSR serta TORA tersedia
dan didukung penuh.

Bagaimana OPNET bekerja dapat dilihat pada flowchart berikut ini :


Membuat spesifikasi
jaringan

Memilih statistik

Jalankan simulasi

Analisa hasil

Gambar 4.1. Alur Kerja OPNET

24

4.1. Simulasi

Pengukuran unjuk kerja yang dipilih untuk menilai perbedaan unjuk kerja yaitu:
1. Total Traffic Received
2. Route Discovery Time
3. Traffic Load
4. Throughput

Sedangkan dua pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan analisa hasil


simulasi yaitu:
1. Perbedaan unjuk kerja antara AODV, DSR dan TORA
2. Perbedaan unjuk kerja antara ukuran jaringan yang berbeda dengan
protocol yang sama

Parameter-parameter simulasi
1. Simulation Duration

: 30 minutes

2. Seed

: 128

3. Values Per Statistics

: 100

4. Update Interval

: 500000 events

5. Simulation Kernel

: Based on kernel-type performance


Development

4.2. Analisa
Detil scenario yang dipergunakan dalam simulasi ini terdapat pada
appendix A.

4.2.1. Perbandingan Traffic Received antara AODV, DSR dan TORA


Berdasarkan jumlah trafik yang diterima (Traffic Received) antara
protokol-protokol untuk ukuran jaringan yang berbeda-beda, figure berikut
menunjukkan penerimaan paket per detik (packets received per second). Untuk 50

25

nodes, setiap 8-10 menit, figure tersebut menunjukkan, AODV dan DSR
menerima paket hampir sama besar sedangkan TORA hanya menerima
setengahnya saja. Unjuk kerja penerimaan paket oleh AODV dan DSR meningkat
secara eksponensial selaras dengan penambahan jumlah node. Untuk node dengan
jumlah 100-150, figur menunjukkan bahwa kurva unjuk kerja DSR menurun
setelah simulasi berjalan 5 menit namun sebaliknya untuk AODV kurva justru
menanjak.

Ket: Biru=AODV; Merah=TORA; Hijau=DSR


Gambar 4.2. MANET Traffic Received untuk 50 node untuk protocol AODV,
DSR dan TORA.

Gambar 4.3. MANET Traffic Received untuk 100 node untuk protocol AODV,
DSR dan TORA.

26

Gambar 4.4. MANET Traffic Received untuk 150 node untuk protocol AODV,
DSR dan TORA.

4.2.2. Perbandingan Average Traffic Received Untuk Beban Berbeda Dari


Protocol TORA

Pada gambar terlihat perbedaan kurva untuk Traffic Received untuk beban
yang berbeda. Sampai dengan jumlah node 100, TORA masih menerima paket
dan setelah itu tingkat unjuk kerja penerimaan tidak menjadi hal penting.

Gambar 4.5. Average Traffic Received untuk beban berbeda pada protocol TORA

4.2.3. Perbandingan Route Discovery Time antara AODV dan DSR

27

Bedasarkan route discovery time antara AODV dan DSR, gambar-gambar


berikut menunjukan bahwa untuk sembarang jumlah node, unjuk kerja AODV
lebih baik daripada DSR. Untuk 150 node, route discovery time bervariasi antara
2,5 detik sampai dengan 3,8 detik untuk DSR pada simulasi keseluruhan. AODV
mempunya unjuk kerja yang sangat baik, membutuhkan route discovery time yang
lebih sedikit pada setiap route.

Gambar 4.6. Perbandingan Route Discovery Time untuk 50 node antara AODV
dan DSR

Gambar 4.7. Perbandingan Route Discovery Time untuk 100 node antara AODV
dan DSR

28

Gambar 4.8. Perbandingan Route Discovery Time untuk 150 node antara AODV
dan DSR

4.2.4. Beban Wireless LAN dan Troughput pada protokol AODV, DSR dan
TORA

Gambar 4.9. Beban WLAN untuk 50 node untuk AODV, DSR dan TORA

Gambar 4.10. Beban WLAN untuk 150 node untuk AODV, DSR dan TORA

29

Gambar 4.11. WLAN Throughput untuk 50 node untuk AODV, DSR dan TORA

Gambar 4.12. WLAN Throughput untuk 150 node untuk AODV, DSR dan TORA

30

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
OPNET Modeler versi 14.0 hanya mendukung model-model MANET AODV,
DSR dan TORA yang merupakan model-model yang paling banyak dipergunakan
dalam routing jaringan nirkabel ad hoc. Dalam penulisan tugas akhir ini simulasi
dilakukan berdasarkan pada pendekatan perbedaan unjuk kerja yang ada di antara
ketiga protokol tersebut untuk jumlah node yang berbeda-beda. Analisa dilakukan
dengan mengamati kebiasan serta respon dari protokol pada parameter-parameter
trafik yang dikirim dan diterima (traffic sent and received), waktu penemuan rute
(route discovery time) serta beban kerja dan keluaran (load and throughput).

Berdasarkan hasil pengamatan parameter-parameter tersebut, AODV dan DSR


menampilkan unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan TORA, baik untuk
jumlah node 50 maupun 150 node.

5.2. Saran
Rekomendasi untuk pengembangan dan studi lebih lanjut adalah:
1. Pada penulisan skripsi ini hanya menggunakan Random Waypoint Mobility
Model. Dapat pula melakukan analisa hasil simulasi dengan menggunakan
Mobility model yang berbeda dengan beragam mobilitas node-node.
2. Selain routing protocol jenis reaktif, dapat pula diteliti routing protocol
jenis proaktif, hybrid dan routing protocol lainnya.
3. Isu masalah keamanan patut dipertimbangkan di dalam routing Ad hoc.

31

DAFTAR PUSTAKA

Maggie Xiaoyan Cheng, and Deying Li. 2008. Advances in Wireless ad hoc and
Sensor Networks. New York Springer Verlag
Subir Kumar Sarkar, T.G. Basavaraju, and C. Puttamadappa. 2008. Ad Hoc Mobile
Wireless Networks Principle, Protocols, and Applications. New York Auerbach
Publications.
Oza, K. Tonguz, and Gianluigi Ferrari. May 2006. John Wiley & Sons.. ed. Ad
Hoc Wireless Networks: A Communication-Theoretic Perspective.
C K Toh. 2002. Ad Hoc Mobile Wireless: Protocols & Systems. Prentice Hall
Publishers.

32

APPENDIX A
PROSEDUR SIMULASI
A. Merancang Topologi Jaringan Ad Hoc
Prosedure ini mendefinisikan topologi yang dipergunakan di dalam simulasi

1. Buat sebuah jaringan kampus seluas 100m x 100m


2. Buka menu MANET object pallete
3. Tarik dan letakkan wlan_server (fixed node) pada ruang kerja
(workspace)
4. Tarik dan letakkan wlan_wkstn (mobile node) pada ruang kerja dan
duplikasi sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam skenario.
5. Klik Edit kemudian pilih select all in subnet
6. Klik Protocol

IP

Addressing

Auto-assign IPv4 addresses

7. Pada saat setelah semua node dipilih, lakukan klik kanan kemudian pilih
select edit attributes
8. Klik tanda + pada AD HOC Protocols kemudian pilih protokol yang
dikehendaki
9. Piih apply to selected objects kemudian klik OK
10. Save

B. Merancang Konfigurasi Aplikasi


Prosedure

ini

menentukan

langkah-langkah

yang

dilakukan

untuk

mengkonfigurasi aplikasi yang akan dijalankan pada konfigurasi profile.


1. Tarik dan letakkan pada ruang kerja, obyek application config dari
MANET object palete. Kemudian beri nama yang sesuai
2. Klik kanan dan pilih edit attributes
3. Klik tanda + pada application definitions dan masukan angka 1
4. Klik pada bagian row tersebut dan ketik nama FTP

33

5. Pada bagian keterangan pilih FTP , High Load kemudian klik OK

C. Merancang Konfigurasi Profile


Prosedur ini mendefinisikan konfigurasi dari profile-profile yang akan dijalankan
pada MANET.
1. Tarik dan letakkan obyek Profile Confi dari MANET
object pallete pada ruang kerja dan beri nama yang
sesuai
2. Klik kanan dan pilih edit attributes
3. Klik tanda + pada profile configuration dan masukan
angka 1
4. Beri nama profile yang sesuai
5. Pada bagian application, masukkan angka 1 pada
bagian number of rows dan pilih FTP
6. Pada FTP, rubah start time offset (seconds) menjadi
constant (0) dan duration (seconds) menjadi constant
(10).
7. Pada bagian FTP repeatability, rubah parameter interrepetition time (seconds) menjadi uniform (10, 20)
dan number of repetitions menjadi constant (3).
8. Rubah start time (seconds) menjadi uniform (100,
3400) dan parameter duration

menjadi end of

simulation.
9. Biarkan nilai parameter repeatability pada nilai awal
yaitu constant (300) untuk inter-repetition time dan
constant (0) untuk number of repetitions.
10. Klik OK

34

D. Memberlakukan Trafik
Berikut merupakan prosedur untuk memberlakukan profile trafik yang telah
dkonfigurasi pada jaringan.
1. Pilih Protocol

Applications

Deploy Defined

2. Pilih semua node bergerak dan pindahkan ke bagian


sources di profile yang telah dibuat tadi
3. Pilih server dan pindahkan ke bagian server di bawah
bagian aplikasi: FTP
4. Klik apply kemudian OK untuk melengkapi proses
pemberlakuan.

E. Konfigurasi Pergerakan (Mobility Configuration)


Prosedur ini mendefinisikan bentuk pergerakan dan model yang akan dilakukan
oleh node semalam periode simulasi dijalankan. Model yang dipergunakan pada
ugas akhir ini yaitu random waypoint mobility model.
1. Tarik mobility config dari MANET object palette dan letakkan pada
ruang kerja serta beri nama yang sesuai
2. Klik kanan dan pilih edit attributes
3. Klik pada + pada default random waypoint
4. Rubah parameter speed (meters/seconds) menjadi constant (10)
5. Rubah pause time (seconds) menjadi constant (300)
6. Rubah start time (seconds) menjadi constant (0)
7. Biarkan parameter lain tidak dirubah dan kemudian klik OK
8. Untuk memberlakukan mobility profile tersebut,
Random Mobility

pilih Topology

Set mobility profile

9. Pilih default random waypoint profile dan klik OK

35

F. Mengumpulkan Data Statistik


1. Pada ruang kerja, klik kanan dan pilih

choose individual DES

statistics
2. Klik untuk melakukan ekspansi menu dan pilih AODV, TORA_IMEP,
DSR dan wireless LAN
3. Klik OK
4. Save

G. Menduplikasi Skenario
Prosedur ini untuk menduplikasi selruh skenario untuk keperlan evaluasi
perbandingan.
1. Klik Scenarios

Duplicate scenarios

2. Beri nama untuk skenario baru tersebut


3. Rubah jumlah mobile nodes, protokol Ad Hoc dan kecepatan berdasarkan
tabel skenario yang telah ditentukan
4. Save
5. Ulangi prosedur tersebut untuk semua protokol dalam setiap kategori

H. Menjalankan Simulasi
1. Klik Scenarios

Manage Scenarios

2. Klik collect pada bagian results untuk semua skenario


3. Tentukan durasi waktu yang sesuai untuk semua skenario
4. Klik OK untuk menjalankan simulasi

I. Menampilkan Hasil Simulasi


1. Klik Des

Results

Compare Results

2. Pilih skenario yang diinginkan untuk diperbandingkan


3. Pada bagian Global statistics, pilih data statistik yang ingin ditampilkan

36

APPENDIX B
KEBUTUHAN DAN PERSYARATAN SISTEM
Kebutuhan dan persyaratan minimum yang diperlukan untuk dapat menjalankan
perangkat lunak OPNET Modeler 14.0 yang dipergunakan dalam penulisan tugas
akhir ini adalah:

1. Sistem Operasi

: Windows 2000 Profesional

2. Processor

: Intel Pentium III 1,5 GHz

3. Memori

: RAM 512 MB

4. System File Space

: minimum 3 GB harddisk space

5. Working File Space : minimum 100 MB untuk keperluan log file


6. Resolusi Monitor

: minimum 1024 x 768

7. Compiler

: Microsoft Visual Studio .NET 2002

8. Browser

: Internet Explorer 5.0

37

Anda mungkin juga menyukai