Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KERJA PRAKTIK

PELAKSANAAN PEKERJAAN ABUTMENT PADA PROYEK


JEMBATAN PEKIRINGAN-GRANTUNG, KECAMATAN
KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA

Jurusan/Program Studi Teknik Sipil

Disusun Oleh:
LEVANA ASTARINA
H1D013039

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN / PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PURBALINGGA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan kebutuhan yang
sangat penting, yaitu tempat melintasnya kendaraan, baik kendaraan tidak
bermotor maupun kendaraan bermotor. Kapasitas jalan yang mampu
menampung arus lalu lintas dapat memperlancar arus, sehingga distribusi orang
maupun barang dapat berjalan lancar, sehingga dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi. Arus lalu lintas antar daerah yang semakin tinggi mengakibatkan
kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi semakin tinggi. Mengingat
pentingnya prasarana ini, maka pembangunan jembatan perlu direncakanan
sehingga tercipta kontruksi jembatan yang aman, kuat, serta ekonomis. Untuk
memperoleh kondisi demikian, perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, antara lain kondisi geografi, topografi, geologi, beban kerja,
serta biaya yang tersedia.
Adapun salah satu contoh sarana dan prasarana transportasi yaitu Jembatan
Pekiringan Grantung yang dibangun di Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten
Purbalingga. Pembangunan jembatan ini ditujukkan untuk menghubungkan
Desa Pekiringan dengan Desa Grantung. Salah satu tujuan dari pembangunan
jembatan ini yaitu untuk mempermudah warga desa melakukan perpindahan
dari Desa Pekiringan ke Desa Grantung begitu pula sebaliknya yang telah
mengalami kerusakan fisik jembatan akibat gerusan local oleh arus air dan
sedimen sungai tersebut.
Kerusakan yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 terjadi karena konstruksi
jembatan yang dibangun sekitar tahun 1970an tidak menggunakan tulangan
yang cukup pada bagian pilar dan abutment, sehingga tidak mampu menahan
arus air dan sedimen pada sungai tersebut. Maka terjadilah pengikisan pada
lantai jembatan secara terus menerus dan berakibat runtuhnya pilar jembatan
tersebut.

|1

Gambar 1.1 Jembatan dalam Keadan Rusak


B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembangunan Jembatan Pekiringan Grantung
adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi salah satu program kerja DPU Bina Marga untuk meningkatkan
fasilitas sarana prasarana di daerah Kabupaten Purbalingga.
2. Menghubungkan ruas jalan antara Desa Pekiringan dengan Desa Grantung.
3. Memfasilitasi prasarana untuk mempermudah melakukan perpindahan dari
Desa Pekiringan menuju Desa Grantung.
C. Ruang Lingkup Kerja Praktik
Pekerjaan yang diamati pada kerja praktik ini adalah pekerjaan pondasi
sumuran dan abutment jembatan. Pekerjaan pondasi sumuran dan abutment
jembatan dapat diijabarkan lagi menjadi:
1. Pekerjaan penggalian pondasi sumuran
2. Pekerjaan bekisting pondasi sumuran
3. Pekerjaan pembesian pondasi sumuran
4. Pekerjaan pengecoran pondasi sumuran
5. Pekerjaan lantai kerja dan telapak abutment
6. Pekerjaan bekisting abutment

|2

7. Pekerjaan pembesian abutment


8. Pekerjaan pengecoran abutment
D. Gambaran Umum Proyek
Proyek Jembatan Pekiringan Grantung merupakan salah satu bagian untuk
menghubungkan Desa Pekiringan dengan Desa Grantung. Pembangunan
Jembatan Pekiringan Grantung ini mempunyai nilai kontrak sebesar Rp.
1.494.348.000,00 dan merupakan proyek dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Purbalingga. Jembatan ini direncanakan sepanjang 24,3 meter
dengan lebar 4 meter. Pembanguanan jembatan ini menggunakan pondasi
sumuran dengan kedalaman 2,5 meter dan diameter 1,5 meter, satu buah pilar
di tengah bentang jembatan, dan abutment pada setiap ujung jembatan.
E. Lokasi Proyek
Proyek jembatan Pekiringan Grantung ini secara geografis terletak di
Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah.
Lokasi proyek tepatnya berada diantara Desa Pekiringan dan Desa Grantung.
Adapun letak lokasi proyek jika dilihat berdasarkan arah yaitu sebagai
berikut:
Sebelah Utara

: Desa Rajawarna

Sebelah Selatan

: Desa Pekiringan

Sebelah Barat

: Desa Pekiringan

Sebelah Timur

: Desa Grantung

Selain batasan yang telah disebutkan di atas, lokasi proyek juga berbatasan
dengan dua sungai, sungai tersebut adalah sebagai berikut:
Sungai kecil

: Sungai Bodas

Sungai besar : Sungai Karang


Sungai Karang merupakan sungai yang mengalir dibawah proyek jembatan
yang ditinjau.
|3

Untuk lebih jelasnya, lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 1. 2.

Gambar 1. 2 Lokasi Proyek Tampak Atas

Lokasi Proyek

|4

BAB II
TINJAUAN PROYEK
A. Data data Proyek
Proyek Jembatan Pekiringan-Grantung yang sedang dibangun difungsikan
untuk melayani arus lalu lintas yang menghubungkan Desa Pekiringan dengan
Desa Grantung. Pada Gambar 2.1 disajikan gambar potongan memanjang
Jembatan Pekiringan-Grantung.

Gambar 2.1 Potongan Memanjang Jembatan Pekiringan-Grantung


1. Data Umum Proyek
Nama Proyek

: Pembangunan Jembatan Pekiringan Grantung Kecamatan Karangmoncol

Pemilik Proyek

: Dinas

Pekerjaan

Umum

Kabupaten

Purbalingga
Kontraktor Pelaksana

: CV. Bawono

Konsultan Perencana

: CV. Nirma Cipta

Konsultan Pengawas

: CV. Prasidha Konsultan

Nilai Kontrak

: Rp. 1.494.348.000.00

Jenis Kontrak

: Unit Price

Waktu Pelaksanaan

: 180 hari kerja

Panjang Bentang

: 24,3 m

|5

Lebar

: 4m

Lebar Jalan Jembatan

: 3m

2. Data Teknis Proyek


Perencanaan jembatan dalam proyek ini seperti kebanyakan konstruksi
jembatan pada umumnya yaitu terdiri dari struktur atas dan struktur bawah.
Struktur bawah jembatan terdiri dari pondasi sumuran, abutment, sayap
abutment, telapak (footing) yang berfungsi sebagai pengikat antara pondasi
sumuran dengan abutment, dan pilar jembatan, sedangkan struktur atas
jembatan berupa plat dan gelagar (girder).
a. Pondasi Sumuran
Pondasi yang direncanakan dalam proyek Jembatan PekiringanGrantung yaitu pondasi sumuran dengan kelompok pondasi 2x1
berdiameter 1,25 meter dengan kedalaman 2,5 meter. Mutu beton yang
digunakan adalah K-300 dengan tulangan utama yaitu baja ulir D13 dan
D25 pada pengangkuran.
b. Telapak (Footing)
Telapak (footing) pada abutment ini berukuran 5,5 x 3,5 meter
dengan mutu beton K-300. Spesifikasi lainnya itu telapak abutment ini
memiliki ketinggian 0,1 meter dengan tulangan baja ulir D16 dan D22.
c. Abutment
Dalam perencanaan proyek Jembatan Pekiringan - Grantung ini,
abutment yang direncanakan mempunyai tinggi masing-masing 5,95 m.
Adapun data teknis abutment yang disajikan dalam data dan gambar
berikut:
Tinggi

: 5,95 m

Beton

: Beton K-300

Tulangan
1) Tulangan Utama

: Baja Ulir D22 dan D16

2) Tulangan Sengkang : Baja Ulir D13

|6

B. Administrasi Proyek
Secara garis besar unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksana pembangunan
proyek meliputi pemberi tugas (owner), kontraktor pelaksana dan perencana.
Ketiga unsur pengelola proyek tersebut mempunyai wewenang dan tanggung
jawab sesuai kedudukan dan fungsinya. Hubungan kerja dalam pengelolaan
Proyek Pembangunan Jembatan Pekiringan - Grantung ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
Pemilik Proyek
DPU KABUPATEN PURBALINGGA

Konsultan Pengawas

Konsultan Perencana

CV. PRASIDHA

CV. NIRMA CIPTA

KONSULTAN

Kontraktor
CV. BAWONO

Gambar 2.2 Hubungan Kerja dalam Pengelolaan Proyek


Keterangan:

= Hubungan Kontrak
= Hubungan Kerja

C. Sumber Daya Proyek


Bahan konstruksi dan peralatan kerja merupakan dua hal penting dalam
pelaksanaan pekerjaan suatu proyek, karena dua hal inilah maka pekerjaan
dapat dilaksanakan. Pengadaan bahan dan peralatan harus dipersiapkan sebaik
mungkin sesuai dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan pekerjaan, karena hal
|7

tersebut sangat membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan agar sesuai


dengan waktu dan mutu yang diharapkan.
1. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada proyek ini antara lain:
a. Semen
b. Agregat halus
c. Agregat kasar
d. Beton ready mix
e. Kawat bendrat
f. Paku
g. Baja tulangan
h. Batu
i. Air
2. Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam proyek ini antara lain:
a. Gergaji
b. Total station
c. Truk pengangkut beton
d. Concrete Vibrator
e. Backhoe
f. Perancah
g. Bekisting
h. Bar bender
i. Bar cutter
j. Talang

|8

BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan pembangunan Jembatan Pekiringan Grantung ini meliputi
pekerjaan pondasi sumuran, pekerjaan abutment, pekerjaan pilar, pekerjaan plat dan
gelagar untuk struktur atas, dan pekerjaan aspal jalan. Namun, dalam makalah ini
hanya akan dibahas mengenai pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dan
abutment.
A. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Sumuran
Pelaksanaan

pekerjaan

pondasi

sumuran

yang

dilakukan

pada

pembangunan Jembatan Pekiringan Grantung dapat dirincikan sebagai berikut:


1. Pekerjaan Persiapan
Pada saat proyek akan dilaksanakan, lahan asli masih berupa sungai,
sehingga tidak bisa langsung digunakan untuk pembangunan. Oleh karena
itu, dilakukan pengalihan aliran air dari Sungai Karang yang menjadi lokasi
proyek ke Sungai Bodas. Pengalihan dilaksanakan dengan menimbun
bagian hulu Sungai Karang dengan batuan-batuan besar beserta tanah yang
bercabang dengan Sungai Bodas. Batuan-batuan besar dan tanah juga
disebar di sepanjang lokasi proyek untuk jalan akses sementara masyarakat
setempat dan kendaraan proyek.
2. Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui elevasi dan
untuk memastikan bahwa posisi bangunan sesuai dengan rencana.
3. Pekerjaan Bekisting Pondasi Sumuran
Bekisting yang di gunakan pada proyek Jembatan Pekiringan
Grantung terbuat dari kayu serta papan kayu yang bentuknya disesuaikan
dengan bentuk pondasi sumuran dan bagian dalam dilapisi oleh seng.
Pelapisan seng dilakukan agar bekisting tidak perlu dilepas dan bisa
|9

dibiarkan menyatu di struktur pondasi tersebut. Pemasangan bekisting


dilakukan dengan menggunakan excavator karena ukuran bekisting yang
besar dan berat.
4. Perakitan Tulangan Pondasi Sumuran
Perakitan tulangan pada proyek ini menggunakan jenis tulangan ulir.
Perakitan besi tersebut dilakukan di dekat lokasi proyek yang dilakukan
oleh tukang besi dengan bantuan papan kayu, bar cutter, dan pembengkok.
Pengikatan tulangan utama maupun sengkang memakai kawat bendrat.
5. Pekerjaan Pengecoran Pondasi Sumuran
Pengecoran pondasi sumuran dilakukan setelah bentuk rangkanya
selesai. Sebelum pengecoran dilakukan, lokasi harus dikeringkan dengan
cara pemompaan (dewatering).
Pengecoran memerlukan alat bantu yaitu talang. Talang ini berfungsi
untuk menyalurkan beton ready mix dari concrete truck mixer ke bagian
yang ingin dicor. Talang dibuat secara manual oleh para tukang yang terbuat
dari bahan kayu dan seng. Pengunaan talang hanya dilakukan apabila posisi
yang ingin dicor lebih rendah dari concrete truck mixer.
B. Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Kerja dan Telapak Abutment (Footing)
Pelaksanaan

pekerjaan

pondasi

sumuran

yang

dilakukan

pada

pembangunan Jembatan Pekiringan Grantung dapat dirincikan sebagai berikut:


1. Pekerjaan Lantai Kerja
Lantai kerja pada proyek Jembatan Pekiringan Grantung dibuat
dengan menggunakan campuran semen dan pasir yang memiliki ketebalan
10 cm. Lantai kerja ini menggunakan beton dengan mutu K-200 dengan
ketinggian + 10 cm. Karena pada proyek ini dimensi lantai kerja pada
pondasi sumuran cukup sedikit maka beton yang digunakan adalah beton
mixing yang dibuat langsung di lapangan.
| 10

2. Pekerjaan Bekisting Telapak Abutment (Footing)


Bekisting yang digunakan pada proyek Jembatan Pekiringan
Grantung terbuat dari kayu serta papan kayu yang dilapisi seng yang
bentuknya disesuaikan dengan ukuran telapak yang digunakan yaitu 5,5 x
3,5 meter.
3. Pembuatan Beton Decking
Pembuatan beton decking ini dilakukan dengan menggunakan
campuran pasir dan semen dengan perbandingan 1:1. Beton decking
memiliki ukuran 10 x 10 cm. Beton decking berfungsi untuk memberi jarak
antara bekisting dan tulangan sehingga tebal selimut beton terpenuhi.
4. Pekerjaan Pembesian Telapak Abutment (Footing)
Pekerjaan pembesian telapak menggunakan besi ulir dengan diameter
19 mm untuk tulangan utama dan besi ulir dengan diameter 16 mm untuk
sengkang. Pengikatan tulangan utama dan sengkang menggunakan kawat
bendrat. Perakitan dan pemasangan besi tulangan dilakukan langsung di
lapangan.
5. Pekerjaan Pengecoran Telapak Abutment (Footing)
Pengecoran pada telapak ini menggunakan campuran beton ready mix
dengan mutu beton K-225. Sebelum melakukan proses pengecoran, lokasi
dikeringkan dengan melakukan pemompaan (dewatering). Pengecoran ini
dilakukan dengan alat bantu yaitu talang.
6. Pelepasan Bekisting
C. Pelaksanaan Pekerjaan Abutment Jembatan
Pelaksanaan pekerjaan abutment yang dilakukan pada proyek Jembatan
Pekiringan Grantung dapat dirincikan sebagai berikut:

| 11

1. Pekerjaan Pembesian Abutment


Pekerjaan pembesian abutment pada proyek Jembatan Pekiringan Grantung ini menggunakan besi ulir dengan diameter 22 mm dan 16 mm
untuk tulangan utama dan besi ulir dengan diameter 13 mm untuk sengkang.
Pengikatan tulangan utama dan sengkang menggunakan kawat bendrat.
Perakitan dan pemasangan besi tulangan dilakukan langsung di lapangan.
2. Pekerjaan Bekisting Abutment
Bekisting yang digunakan untuk abutment Jembatan Pekiringan
Grantung terbuat dari kayu serta papan kayu yang dilapisi seng. Lapisan
seng pada bekisting tersebut berfungsi agar permukaan beton pada
abutment terlihat halus dan rata serta jumlah campuran beton ready mix
yang dituangkan optimal.
3. Pengecoran Abutment
Metode yang digunakan pada pengecoran abutment adalah dengan
membagi pengecoran pada beberapa tahap. Tahap pertama dengan
melakukan pengecoran sampai ketinggian setengah dari tinggi badan
abutment tersebut. Tahap kedua adalah dengan melakukan pengecoran pada
sayap abutment tetapi hanya sampai setengah ketinggiannya. Tahap terakhir
adalah dengan mengecor sisa badan dan sayap abutment yang belum dicor.
Abutment yang dikerjakan terlebih dahulu adalah yang berada di sisi Desa
Grantung.
4. Pelepasan Bekisting

| 12

BAB IV
PENGENDALIAN PROYEK
Dalam pelaksanaan proses konstruksi, perencanaan dan pengendalian
merupakan fungsi yang paling pokok dalam mewujudkan keberhasilan proyek.
Pelaksanaan kegiatan proyek suatu ketika bisa menyimpang dari rencana, maka
pengendalian proyek diperlukan agar kejadian-kejadian yang menghambat
tercapainya tujuan proyek dapat segera ditanggulangi dengan sebaik-baiknya.
A. Pengendalian Mutu
Pengendalian

mutu

proyek

diperlukan

untuk

mendapatkan

dan

menghasilkan mutu yang ditetapkan pada dokumen kontrak dan dapat diterima
oleh owner selaku pemilik proyek.
1. Pengendalian Mutu Bahan
Pelaksanaan pengendalian mutu bahan di lapangan harus disesuaikan
dengan spesifikasi teknis. Adapun pelaksanaan pengendalian mutu bahan di
proyek pembangunan Jembatan Pekiringan Grantung meliputi:
a. Beton
Pengendalian mutu beton dilakukan dengan pengujian beton.
Pengujian beton pada proyek pembangunan Jembatan Pekiringan
Grantung terdiri dari dua tahap, yaitu pengujian di lapangan dan di
laboraturium.
1) Pengujian di lapangan
Pengujian di lapangan berupa slump test yang ditunjukkan pada
yaitu untuk menguji tingkat kekentalan adukan beton. Benda uji
diambil di lokasi pekerjaan pembuatan beton, sebelum beton dicor
ke area pengecoran.
2) Pengujian di laboraturium
Pengujian di laboraturium yaitu dengan membuat 4 buah sampel
beton berbentuk silinder dengan bahan beton diambil dari concrete

| 13

mixer truck pada saat proses pengecoran berlangsung. Setelah


proses pencetakkan sampel beton di lapangan, maka sampel akan
dibawa ke laboraturium untuk dilakukan uji kuat beton.
Laboraturium yang digunakan adalah Laboraturium Unsoed.
b. Besi Tulangan
Pengendalian mutu besi tulangan dilakukan dengan uji tarik di
laboraturium Unsoed.
2. Pengendalian Mutu Peralatan
Pengendalian mutu peralatan dilakukan dengan cara:
a. Pemilihan jenis alat yang sesuai
b. Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai.
c. Pemilihan suplier alat yang baik.
d. Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman.
e. Penyediaan bahan bakar.
3. Pengendalian Mutu Tenaga Kerja
Pihak

kontraktor

pelaksana

yaitu

CV.

Bawono

melakukan

pengendalian mutu tenaga kerja dengan menempatkan tenaga kerja ahli


sesuai bidangnya yang berdomisili di sekitar lokasi proyek untuk efisiensi
waktu dan biaya serta memonitoring jumlah tenaga kerja di lapangan agar
pekerjaan dapat terselesaikan tepat waktu.
B. Pengendalian Biaya
Dalam proses pengendalian biaya proyek, acuan utama biaya yang
harus dikelola adalah besarnya nilai kontrak pembangunan proyek yang
telah dihitung volume pekerjaanya berdasarkan Bill of Quantity (BoQ) dan
disepakati oleh pihak owner dan kontraktor.
Pengendalian biaya dilakukan dengan memakai rencana anggaran biaya,
time schedule dan kurva S. Dari time schedule dapat dilihat perbandingan biaya

| 14

rencana dengan biaya yang digunakan. Bila kurva S aktual berada di bawah
kurva S rencana maka biaya yang dikeluarkan masih berada di bawah rencana
(cost under run). Tetapi bila kurva S aktual berada di atas kurva S rencana
maka biaya yang dikeluarkan lebih besar dari rencana (cost over run). Bila
terjadi salah satu hal di atas maka keberadaan biaya harus diperiksa lagi.
Pada proyek Jembatan Pekiringan Grantung menggunakan sistem Unit
Price, sehingga kontraktor lebih merasa aman terhadap resiko kerugian material
atau volume yang tidak sesuai antara pelaksanaan dengan gambar kerja. Upaya
pengendalian biaya proyek dilakukan tanpa mengurangi mutu pekerjaan yang
sudah disepakati pada dokumen kontrak proyek. Pekerjaan tambahan yang
biayanya ditanggung oleh owner adalah apabila owner sendiri yang meminta
adanya pekerjaan tambahan dikarenakan belum masuk di dalam dokumen
kontrak, atau hal yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya seperti kondisi alam,
yang disetujui oleh owner.
C. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu proyek merupakan usaha untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya keterlambatan pada proyek konstruksi dikarenakan
hal-hal yang sifatnya teknis maupun non teknis, maupun usaha mempercepat
penyelesaian proyek konstruksi dengan tetap mempertimbangkan mutu sesuai
dengan yang disepakati sebelumnya dengan owner. Tujuannya adalah agar
proyek dapat selesai dikerjakan tepat atau bahkan sebelum waktu yang
direncanakan. Usaha yang dilakukan dalam pengendalian waktu proyek yaitu,
dengan membuat kurva-s.
Pada proyek ini, pekerjaan secara keseluruhan digolongkan stabil karena
walaupun ada hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan tidak sampai
menyimpang lebih dari 2% dari apa yang sudah direncanakan.

| 15

D. Pengendalian Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L)


Pengendalian Keamanan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan dilakukan
melalui tiga tahapan utama sesuai standar perusahaan, yaitu pengendalian awal,
pengendalian saat kontak dengan pekerjaan, dan pengendalian setelah kontak
dengan pekerjaan.
1. Pengendalian Awal
Pengendalian awal adalah suatu langkah awal untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dengan cara meningkatkan pengertian dan
pemahaman secara luas terhadap resiko potensi bahaya yang mungkin
timbul/terjadi dari suatu pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mulai
membuat program K3, prosedur/petunjuk K3 secara tertulis.
Pada proyek Jembatan Gatot Subroto, Purbalingga, sudah ada
pengendalian awal proyek dibuktikan dengan pemasangan rambu K3 di
dekat lokasi proyek. Sehingga pengendara yang melewati lokasi proyek bisa
lebih berhati-hati.
2. Pengendalian Saat Proses Pengerjaan
Pengendalian ini adalah langkah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan

bila

tidak

dapat

dihindari

lagi

kemungkinan

kontak/berhubungan dengan potensi bahaya dari suatu pekerjaan.Tindakan


yang dilakukan K3L sebagai berikut ini.
Pada proyek Jembatan Pekiringan - Grantung, sudah ada pengendalian
saat proses pengerjaan proyek dibuktikan dengan penyediaan alat pelindung
diri yang terdapat pada direksi kit. Namun pada pelaksanaannya, para
pekerja di lapangan tidak melengkapi diri sendiri peralatan yang memadai
sehingga hanya memakai topi seadanya maupun topi caping dan alas kaki
keadaan tersebut terbentuk karena faktor sudah terbiasa dengan kondisi
tersebut, sehingga tidak ada sanksi yang tegas dari pengawas.

| 16

3. Pengendalian setelah Proses Pengerjaan


Pengendalian ini adalah langkah terakhir yang dipersiapkan bila
langkah-langkah sebelumnya gagal atau tidak berhasil dilakukan dan
bertujuan untuk meminimalkan akibat/kerugian yang ditangung pekerja
karena melakukan suatu pekerjaan.
Pada proyek Jembatan Pekiringan - Grantung, belum ada pekerja yang
mengalami kecelakaan hingga harus dibawa ke rumah sakit sebagai tindak
lanjut keselamatan pekerja. Namun untuk perlatan P3K sudah tersedia di
direksi kit.

| 17

BAB V
TINJAUAN KHUSUS (ANALISIS HITUNG ABUTMENT)
A. Berat Sendiri Abutment dan Tanah
Pembagian area untuk menghitung berat sendiri abutment dan tanah
ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Pembagian Area untuk Berat Sendiri Abutment dan Tanah

| 18

Setelah area abutment dibagi, selanjutnya adalah menghitung berat sendiri


abutment dan tanah. Rincian perhitungan ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Perhitungan Berat Sendiri Abutment dan Tanah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I
II
III

Berat (W)
(kN)
1.40 x 4.00 x 0.60 x 24
1.40 x 4.00 x 0.40 x 24
0.60 x 4.00 x 0.40 x 24 x
0.60 x 4.00 x 0.20 x 24
0.60 x 4.00 x 0.40 x 24 x
0.80 x 4.00 x 4.15 x 24
1.35 x 5.50 x 0.30 x 24 x
1.35 x 5.50 x 0.30 x 24 x
3.50 x 5.50 x 0.80 x 24
Berat Abutment
0.60 x 5.50 x 0.40 x 17 x
0.60 x 5.50 x 3.85 x 17
1.35 x 5.50 x 0.30 x 17 x
Berat Tanah Vertikal
Berat Total

0.50
0.50
0.50
0.50

0.50
0.50

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

x
(m)
1.45
2.05
1.15
2.45
2.35
1.75
2.60
0.90
1.75

y
(m)
5.65
5.15
5.22
4.85
4.62
2.88
0.90
0.90
0.40

Wx
(kNm)
80.64
116.93
53.76
110.21
11.52
13.25
11.52
28.22
11.52
27.07
318.72
557.76
26.73
69.50
26.73
24.06
369.6
646.80
910.74
1593.80
11.22 0.95 5.08 10.66
215.99 1.05 3.03 226.78
18.93 0.45 1.00 8.52
246.14
245.96
1156.88
1839.76

Wy
(kNm)
455.62
276.86
60.10
55.87
53.18
916.32
24.06
24.06
147.84
2013.91
57.04
653.35
18.93
729.32
2743.23

B. Beban Hidup Bangunan di Atas Abutment


Perhitungan beban hidup bangunan di atasnya dihitung berdasarkan PPPJJR
1987 yaitu untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,5 m,
beban hidup bangunan diatasnya sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar
jalur tersebut, sedangkan selebihnya dibebankan setengah (50%) dari beban
hidup bangunan di atasnya.
20

20

Koefisien Kejut (K)

= 1 + 50+

Beban Merata (q)

= 2,2 x 100% = 2,2 t/m

= 22 kN/m

Beban Garis (P)

= 12 x 100% = 12 t/lajur

= 120 kN/m lajur

1. Beban Merata (q)

= 1 + 50+12

5,5

1,5

5,5

1,5

= 1,322

= {(2,75 22) + (2,75 11)}


= {(2,75 22) + (2,75 11)} 12 1,322

| 19

= 793,2 kN
2. Beban Garis (P)

5,5

1,5

5,5

1,5

= {(2,75 120) + (2,75 60)} L


= {(2,75 120) + (2,75 60)} 12
= 3272,727 kN

Beban Hidup (Rh)

= 0,5 x (793,2 + 3272,727)


= 2032,964 Kn

C. Beban Mati Bangunan di Atas Abutment


Beban mati bangunan diatasnya dihitung berdasarkan gambar potongan
melintang jalan jembatan pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Potongan Melintang Jalan Jembatan


Perhitungan beban mati di atas abutment dihitung seperti pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Perhitungan Beban Mati Di Atas Abutment
Komponen Jumlah x Tebal x Lebar x Panjang
Berat Gelagar
2
x
12
Berat Diafragma
3
x 1.2
Berat Plat Lantai
0.2 x 4
x
12
Berat Perkerasan
0.1 x 4
x
12
Berat Air Hujan
0.05 x 4
x
12
Berat Sandaran
14
x 0.16 x 0.35 x
1
Berat Beban Mati Total

Beban Mati (Rm)

= 0,5 x 435,862

x Berat Jenis
x
2.125
x
0.346
x
24
x
23
x
10
x
24

= Hasil
=
51
= 1.2456
= 230.4
= 110.4
=
24
= 18.816
= 435.862

= 217,931 kN

| 20

D. Momen Akibat Beban Vertikal


Berikut ini adalah tabulasi momen akibat beban vertikal yang ditunjukkan
pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Tabulasi Momen Akibat Beban Vertikal

Pembebanan
Berat sendiri abutment + tanah (M)
Beban hidup (H + K)
Beban Mati (M)
Jumlah

Beban
Vertikal (kN)
1156.879
2032.964
217.931
3407.774

Momen Beban
Vertikal (kNm)
2313.758
5590.651
599.310
8503.719

E. Momen Akibat Beban Horizontal


Berikut ini adalah tabulasi momen akibat beban horizontal yang ditunjukkan
pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Tabulasi Momen Akibat Beban Horizontal

Pembebanan
Tekanan tanah aktif (Ta)
Tekanan tanah pasif
Akibat gaya angin (A)
Akibat gaya rem dan traksi
Akibat gaya gesek (Gg)
Akibat gempa (Gh)
Jumlah

Beban
Horizontal (kN)
551.689
0
27.900
43.635
39.228
6.538
668.990

Momen Beban
Horizontal
1517.145
0
76.725
119.996
107.877
17.980
1839.722

F. Kontrol Terhadap Guling


Mv

8503,719

SF = Mh = 1839,722 = 4,622 > 1,5

(AMAN)

G. Kontrol Terhadap Geser


Wv

SF = Wh =

3407,774
668,990

= 5,094 > 1,5

(AMAN)

| 21

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasi kerja praktik ini yaitu:
1. Pelaksanaan pekerjaan Jembatan Pekiringan Grantung secara umum tidak
mengalami keterlambatan.
2. Kapasitas dan stabilitas pada abutment jembatan telah memenuhi ketentuan.
3. Urutan pekerjaan struktur bawah adalah pengukuran, penggalian, pekerjaan
pondasi, dan pekerjaan abutment.
4. Penyimpanan bahan material besi tulangan masih kurang sesuai dengan
standar yang ada sehingga terdapat besi tulangan yang mengalami korosi.
5. Penerapan system Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L)
belum dilaksanakan dengan baik, dimana hampir semua pekerja tidak
memakai helm dan sepatu safety.
6. Pengendalian mutu terhadap bahan dan pekerjaan yang dilakukan pada
proyek Jembatan Pekiringan-Grantung adalah pengujian slump, uji kuat
tekan beton, dan uji kuat tarik besi.
7. Fungsi pengawasan dari konsultan pengawas berjalan dengan baik karena
konsultan pengawas cukup sering ada di lapangan terutama saat pekerjaan
penting.
B. Saran
Adapun saran atau masukkan yang dapat diberikan yaitu:
1. Penyimpanan bahan material sebaiknya disimpan di tempat yang baik dan
terlindung dari air untuk menjaga kualitas bahan.
2. Perlu diadakan pengendal K3 demi menjaga keselamatan, kenyamanan, dan
keamanan tenaga kerja dan semua yang terlibat dalam proyek di lapangan.

| 22

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. (1987). Pedoman Pembebanan Jembatan Jalan
Raya.
Departemen

Pekerjaan

Umum.

(1998).

Pengantar

dan

Prinsip-Prinsip

Perencanaan Bangunan Bawah.


Departemen Pekerjaan Umum. (2006). Pedoman Perencanaan Teknik Jembatan.
Dipohusodo, I. (1996). Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-199103 Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ervianto, W. (2002). Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Yogyakarta:
ANDI.
Tjokrodimuljo, K. (2009). Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit Teknik Sipil
Universitas Gajah Mada.
Yasin, N. (2003). Mengenal Kontrak Konstruksi Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

| 23

Anda mungkin juga menyukai