Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan
negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Hal ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah
sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit yang
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan
yang bersumber dari limbah rumah sakit. (Niken, 2007)
Peningkatan

mutu

pelayanan

dapat

dilaksanakan

melalui

pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit, pengadaan peralatan, dan


ketenagaan serta perangkat lainnya, termasuk pengelolaan kebutuhan dan
persediaan sprei, alat OK, dan selimut (linen) di ruang rawat inap rumah
sakit. Rumah sakit sebagai suatu sistem terpadu terdiri dari berbagai
subsistem yang paling terkait. Subsistem yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan sprei, alat OK, dan selimut (lienen) adalah bagian laundry,
mulai dari perencanaan, pencucian kain dan sprei kotor menjadi bersih
yang dapat membuat pasien nyaman dan mencegah penyebaran infeksi.
Rumah Sakit Umum Daerah Solok telah memiliki sarana laundry sendiri
artinya dalam pengelolaan kain dan sprei tidak bekerja sama dengan pihak
ketiga. (DepKes RI, 2005)
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang unit laundry di RSUD
Solok.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui struktur organisasi unit laundry RSUD Solok
2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana unit laundry RSUD
Solok
3. Untuk mengetahui alur pencucian unit laundry RSUD Solok
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi mahasiswa
Upaya dalam melatih menulis jurnal ilmiah dan memberikan informasi
tentang rumah sakit terutama bagian laundry di RSUD Solok.
1.3.2. Bagi RSUD Solok
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk lebih
meningkatkan pelayanan laundry RSUD Solok.
1.3.3. Bagi kampus
Dapat dijadikan bahan ajaran tambahan mengenai pelayanan laundry
di RSUD Solok dan dapat dijadikan referensi untuk lebih memahami
pelayanan laundry di RSUD Solok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
2.1.1. Defenisi Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit
merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan,

bertujuan

untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar,


2003). Menurut Azwar (2002), rumah sakit merupakan institusi yang
integral dari organisasi kesehatan dan organisasi sosial, berfungsi
menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap. Rumah sakit juga
merupakan pusat latihan bagi tenaga profesi kesehatan dan sebagai
pusat penelitian untuk riset kesehatan (DepKes RI, 2009).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa rumah sakit adalah sarana
pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang
yang sehat. Kumpulan banyak orang ini akan dapat memungkinkan
rumah sakit menjadi tempat penularan penyakit, gangguan kesehatan
dan pencemaran lingkungan. Untuk menghindari terjadinya resiko dan
gangguan kesehatan maka diperlukan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.

2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit


Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit yaitu rumah sakit
berdasarkan

kepemiliknnya,

rumah

sakit

berdasarkan

jenis

pelayanannya dan rumah sakit berdasarkan kelasnya. Berdasarkan


kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah sakit, yaitu (1) rumah
sakit pemerintah (RS Pusat, RS Provinsi, RS Kabupaten), RS
BUMN/ABRI dan RS Swasta, (2) RS Umum, RS Jiwa, RS Khusus, (3)
RS kelas A, B, C dan RS kelas D. Namun, semua RS Kabupaten telah
ditingkatkan statusnya menjadi RS Kelas C (Muninjaya, 2004).
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar dan spesialistik dan
subspesialistik. Rumah Sakit Umum Pemerintah adalah rumah sakit
umum milik pemerintah baik Pusat, ataupun Daerah. Rumah Sakit
Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar (Siregar, 2003).
Sedangkan Muninjaya, (2005) menyatakan bahwa RS Kelas C
mempunyai minimal empat spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam,
kebidanan, dan anak).

2.1.3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum
adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan
pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum
menyelenggarakan kegiatan :
-Pelayanan medis
4

-Pelayanan dan asuhan keperawatan


-Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
-Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
-Pendidikan, penelitian dan pengembangan
-Administrasi umum dan keuangan
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, fungsi rumah sakit adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
seuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam

rangka

peningkatan

kemampuan

dalam

pemberian

pelayanan kesehatn.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang
kesehatan.

2.1.4. Program Sanitasi Rumah Sakit


Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari pemenuhankesehatan
lingkungan rumah sakit yang mengacu pada Kepmenkes 1204, (Depkes
RI, 2004). Program ini adalah penyehatan bangunan dan ruangan,

penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan tempat


pencucian umum termasuk tempat pencucian linen, pengendalian
serangga

dan

tikus,

sterilisasi/desinfeksi,

perlindungan

radiasi,

penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial,


dan pengelolaan sampah/limbah (Adisasmito, 2008).
Penyelenggaraan program sanitasi rumah sakit merupakan sistem
manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan
oleh petugas kesehatan lingkungan rumah sakit. Penanggung jawab
rumah sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesehatan
lingkungan rumah sakit dan pembinaan serta pengawasan dilakukan
oleh Kepala Dinas Kesehatan.
2.2. Unit Laundry Rumah Sakit
2.2.1. Defenisi Laundry
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja
setrika.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan mutu rumah
sakit adalah melalui pelayanan penunjang medik khususnya
pengelolaan linen di rumah sakit. Linen dirumah sakit dibutuhkan
dalam setiap ruangan. Kebutuhan linen disetiap ruangan ini sangat
bervariasi, baik jenis ,jumlah, dan kondisinya.
Alur pengolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan
khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacammacam klasifikasi. Klasifikasi tersebut yakni ahli managemen,
tekhnisi, perawat, tukang cuci, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli
kesehatan dan keselamatan kerja.(DepKes RI, 2004)
2.2.2. Dasar Pelayanan Linen di Rumah Sakit
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup

3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja


4. PP No. 85/1999 tentang perubahan PP No. 18 tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah berbahaya dan racun.
5. Permenkes

RI

No.

472/Menkes/Peraturan/V/1996

tentang

penggunaan bahan berbahaya bagi kesehatan.


6. Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang penyehatan
lingkungan rumah sakit
7. Kepmen LH No. 58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah
cair bagi kegiatan rumah sakit.
8. Pedoman sanitasi Rumah sakit di Indonesia tahun 1992 tentang
pengelolaan linen.
2.2.3. Jenis Linen
Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis
linen dimaksud antara lain:
1. Sprei/laken
2. Steek laken
3. Sarung bantal
4. Perlak /zeil
5. Sarung guling
6. Selimut
7. Boven laken
8. Alas kasur
9. Bed cover
10. Tirai/gorden
11. Vitrage
12. Kain penyekat/scherm
13. Kelambu
14. Taplak
15. Barak schort(tenaga kesehatan dan pengunjung)
16. Celemek,topi lap
17. Baju pasien

18. Baju operasi


19. Kain penutup
20. Macam-macam doek
2.2.4. Bahan linen
Bahan linen yng digunakan biasanya terbuat dari :
1. Katun 100%
2. Wool
3. Kombinasi seperti 65% aconilic dan 35% wool
4. Silk
5. Blacu
6. Flanel
7. Terta
8. CVC 50%
9. Polyester 100%
10. Twill/drirl
Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara
perawatan serta penampilan yang diharapkan.(DepKes RI, 2004)
2.2.5. Syarat Pencucuian Linen
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi
dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan,
mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
Dengan persyaratan sebagai berikut:
-Suhu air panas untuk pencucian 70 C dalam waktu 25 menit atau 95
C dalam waktu 10 menit.
-Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai
oleh lingkungan.
-Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103 spora spesies Bacilus per inci persen.
(Pujdaningsih, 1996)

2.2.6. Sarana Fisik


Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan
tersendiri, terutama untuk pemasangan peralatan pencucian yang baru.
Sebelum pemasangan, data lengkap SPA (Sarana, prasarana, alat)
diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan jejaring selama
pengoperasiannya. Sarana fisik instalasi pencucian terdiri beberapa
ruang antara lain: (DepKes RI, 2004)
1.

Ruangan penerimaan linen


-Meja penerima yaitu untuk linen yang terinfeksi dan tidak
terinfeksi. Linen yang diterima harus sudah terpisah, kantung warna
kuning untuk yang terinfeksi dan kantung warna putih untuk yang
tidak terinfeksi.
-Timbangan duduk
-Ruang yang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk
dilakukan desinfeksi sesuai Standard Sanitasi Rumah Sakit.
2. Ruang pemisahan linen
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang
tidak terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang
fan atau exhaust fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan
D= 200-500 Lux sesuai Pedoman Pencahayaan Rumah Sakit, lantai
dalam ruangan ini tidak boleh dari bahan yang licin.
3. Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat:
-Mesin cuci
-Mesin pengering
Bagi rumah sakit kelas C dan D yang belum memiliki mesin
pencuci harus disiapkan:
-Bak pencuci yang terbagi tiga yaitu bak untuk perendam non
infeksius, bak infeksius dengan desinfektan, dan bak untuk
pembilas.
-Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya.

Lantai dalam ruangan ini tidak dibuat dari bahan yang licin dan
diperhatikan

kemiringannya.

Jika

rumah

sakit

sudah

menggunakan mesin pencuci otomatis maka daya listrik yang


diperlukan 4,8-5 Kva. Petunjuk penggunaan mesin pencuci harus
selalu berada dekat mesin cuci tersebut agar petugas operator
selalu bekerja sesuai prosedur.
4. Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat:
-Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork Ironers, pressing
ironer yang membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva-4 Kva
per alat atau jenis yang menggunakan uap dari boiler dengan
tekanan uap sekitar 5 kg/cm2 dan tenaga listrik sekitar 1 Kva per
unit alat.
-Alat stika biasanya yang menggunakan listrik sekitar 200 va per
alat.
5. Ruang Penyimpanan linen
Ruang ini memuat:
-Lemari dan rak untuk menyimpan linen
-Meja administrasi
Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup.
Sirkulasi udara dipertahankan tetap baik dengan memasang
fan/exhaust fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan
D=200-500 Lux sesuai pedoman Pencahayaan Rumah Sakit, suhu
22-270C dan kelembapan 22-270C.
6. Ruang Distribusi Linen
Ruang ini memuat:
Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.
2.2.7. Prasarana
1.

Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Kabel
yang diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan

10

kabel dengan jenis NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis
NYFGBY untuk instalasi luar gedung pada kabel feeder antara panel
induk utama sampai panel gedung instalasi pencucian. Pada persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) untuk pendistribiusian daya
listrik yang besar, kabel feeder harus disambung langsung dengan panel
utama (Main panel) rumah sakit. Jika rumah sakit berlangganan
tegangan menengah (TM) 20 KV dan sudah menggunakan system ring
TM 20 KV. Adapun tenaga listrik yang digunakan di instalansi
pencucian terbagi 2:
-instalasi penerangan
-instalasi tenaga
2. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40%
dari kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat
tidur perhari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air
bersih sesuai standar air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk
menjaga tekanan air 2 kg/cm2.
Standar air:
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standard air bersih
berdasarkan Permenkes No.416 tahun 1992 dan standar khusus bahan
kimia dengan penekanan tidak adanya:
-Hardness-Garam (Calcium, Carbonate dan Chloride)
Standar Baku mutu: 0-9 ppm
-Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana
harusnya.
-Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan dan
linen warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak sehingga dapat
menyumbat saluran-saluran air dan mesin.
-Iron-Fe (Besi)
Standar Baku mutu: 0-0,1 ppm

11

-Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia,


dan proses pencucian
-Efek pada linen dan mesin
Linen putih akan menjadi kekuningan dan linen warna akan cepat
pudar. Mesin cuci akan berkarat.
3. Prasarana uap
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses
pencucian, pengeringan dan strika, yakni penggunaan uap panas dengan
tekanan uap minimum 5 kg/cm2. Kualitas uap yang baik adalah dengan
fraksi kekeringan minimum 70% (pada skala 0-100%) dan temperature
ideal 700c.
2.2.8. Peralatan dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci
kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak
bahan

yang

dicuci/linen,

mesin

pencuci,

kulit

petugas

yang

melaksanakan dan limbah buangnya tidak merusak lingkungan.


Peralatan pada instalasi pencucian antara lain:
-Mesin cuci/ Washing machine
-Mesin peras/Washing extractor
-Mesin pengering/Drying tumbler
-Mesin penyetrika/Flatwork ironer
-Mesin penyrtrika pres/Presser Ironer
Produk bahan kimia:
Proses pencucian membutuhkan bahan untuk media penghilang
noda karena sifat noda adalah asam maka bahan kimia untuk
penghilang noda bersifat basa hal tersebut digunakan sistem ikatan
atom dimana asam dan basa seimbang kan menjadi netral yang
dianggap bersih karena noda terangkat sehingga linen menjadi bersih.
Untuk mengatasi noda-noda tersebut maka dibuat kimia yang berbedabeda menurut kegunaannya, antara lain : (DepKes RI, 2004)
1. Alkali

12

Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan


emulsifier serta membuka pori dari linen. Alkalin bekerja memaksa
noda untuk keluar dari serat kain sehingga alkalin akan memberikan
keuntungan besar saat proses pencucian, karena alkalin akan membantu
kerja dari detergen secara maksimal, mempunyai pH antara 12-13 daya
kerja alkalin adalah memberikan tegangan pada permukaan kain
sehingga akan menambah kekuatan pada daya gesekan saat proses
pencucian sehingga noda cepat hilang. Sifat jelek alkalin adalah
membuat linen menjadi cepat rusak (bladus/serat kain akan putus dan
terangkat ke permukaan kain) bahkan dengan pemakaian yang terus
menerus dalam jumlah besar akan membuat linen menjadi cepat
rusak/sobek. Campuran antara alkalin dan detergen akan dapat
menghilangkan noda darah secara cepat. Kandungan alkalin tinggi
biasanya terdapat pada produk sabun colek, sabun batangan dan
beberapa produk sabun mandi (sering menimbulkan iritasi atau kulit
menjadi kering).
2. Detergen /sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam
secara global. Penghilang noda asam sehingga bersifat basa, dengan pH
antara 11-12 bekerja dengan sistem ikatan atom antara asam dan basa
sehingga noda akan terangkat dan larut dalam proses pencucian,
pemakaian suhu air saat proses pencucian akan memaksimalkan proses
yang berlangsung dengan rata-rata suhu air antara 60-80 C, rata-rata
detergen bekerja selama 10-15 menit saat proses pencucian dengan
jumlah dan takaran tertentu. Detergen yang digunakan pada proses
pencucian secara umum (yang dijual dipasaran umum) sistem
bekerjanya sama hanya pada detergen laundry akan lebih kuat maka
digunakan sarung tangan untuk mencegah iritasi pada tangan pekerja.
Komposisi detergen retail adalah lehih lembut dan netral sehingga
kondisi air tidak berpengaruh banyak terhjadap daya kerja detergen
hanya jumlahnya akan berbeda saat proses pencuciannya.
3. Bleach/ pemutih

13

Mengangkat kotoran/noda, mencermerlangkan linen, dan bertindak


sebagai desinfektan, baik pada linen yang bewarna dan yang putih.
Digunakan untuk memutihkan linen putih, bekerja dengan cara
mengangkat oksigen dari linen sehingga untuk linen warna akan
berubah menjadi putih, mempunyai pH antara 8-9 dengan kemampuan
bekerja lebih maksimal pada suhu 60 C, kandungan tertentu dari chlorin
dapat digunakan sebagai penyeka noda infeksius pada permukaan keras,
dan chlorin bukan sebagai disinfektan linen sebab pemakaian yang
berlebihan akan merusak linen tersebut baik linen warna ataupun linen
putih
4. Sour/ penetral
Menetralkan sisa bahan kimia pemutih sehingga ph-nya menjadi
netral.
5. Softener
Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir pencucian.
Digunakan sebagai pelembut dan pewangi sehingga linen yang dicuci
akan menjadi lembut dan wangi, aroma wewangian yang digunakan
biasanya buah atau bunga, banyak dijual dipasaran umum, untukl linen
yang di sterilisasi diharapkan tidak digunakan softener sebab akan
beraksi saat dilakukan CSSD. Dibuat dari lemak hewan atau minyak
tumbuhan yang akan terurai apabila dilakukan proses pencucian.
6. Strach/ kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen
menjadi kaku, juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga
noda tidak sampai ke serat.
2.2.9. Denah ruang cuci

14

Gambar 1. Denah ruang cuci


2.2.10. Alur Pencucian linen

Gambar 2. Alur pencucian linen

15

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian mengenaI Unit Laundry RSUD Solok ini dilakukan dengan
metode kualitatif yaitu dengan menggunakan metode wawancara.
3.2. Waktu dan Tempat
Penelitian yang penulis lakukan berlangsung pada tanggal 14 januari
2015, dimulai pada pukul 11.00 WIB di RSUD Solok terutam a di bagian Unit
Laundry.

3.3. Informan
Informasi tentang Unit Laundry RSUD Solok didapatkan dari informan
yaitu Kepala Unilt Laundry RSUD Solok.

3.4. Persiapan
Pada

tahap

persiapan

ini

meliputi

kegiatan-kegiatan

survey

pendahuluan ke lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi

16

lapangan, kemudian menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan untuk


wawancara dengan petugas di Unit Laundry RSUD Solok.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan
langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan
diteliti. Observasi dilakukan oleh penulis dengan cara pengamatan dan
pencatatan mengenai manajemen pelayanan di Unit Laundry RSUD Solok.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawabanjawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara dilakukan denga n
petugas Unit Laundry RSUD Solok.

3.6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis


data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Dalam Penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh
data yang diperoleh

melalui observasi

dan wawancara, kemudian

dideskripsikan lebih lanjut.

17

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. RSUD Solok
Rumah Sakit Umum Daerah Solok adalah rumah sakit unit pelaksana
teknis dari dinas kesehatan provinsi Sumatera Barat dan milik pemerintahan
daerah provinsi Sumatera barat. Berdasarkan SK gubernur provinsi Sumatera
nomor 36 tahun 1986 dan SK MenKes RI No 303/MenKes/SK/IV 1987,
rumah sakit umum solok ditetapkan sebagai rumah sakit umum kelas B, yang
terletak

di daerah kota Solok yang mempunyai salah satu unit bagian

laundry.
4.1.1. Lokasi
Rumah Sakit Umum Daerah Solok kini beralamat di Jalan Simpang
Rumbio Kota Solok, Sumatera Barat.
4.1.2. Sejarah singkat RSUD Solok
1.

Diresmikan tanggal 7 April 1984 oleh Gubernur Prov. Sumbar

18

2. Ditetapkan

sebagai

Rumah

Sakit

Kelas

C.

Sesuai

SK

Gubernur Propinsi Sumatera Barat Nomor: 36 Tahun 1986 dan SK


MenKes RI No: 303/Men.Kes/SK/IV1987.
3.

Terakreditasi 12 pelayanan tanggal 25 Oktober 2010


4. Ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B, tanggal 21 Februari
2011, sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.05/520/2011

4.1.3. Visi
Rumah sakit umum daerah solok sebagai rumah sakit terunggul dalam
pelayanandan terdepan dalam pendidikan serta penelitian di bidang
kesehatan di propinsi sumatera barat tahun 2020.

4.1.4. Misi
-Memberikan Pelayanan Kesehatan yang prima pada setiap jenis
pelayanan
-Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM sesuai standar ketenagaan
rumah sakit
-Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit
-Meningkatkan kuantitas dan kualitas peralatan medis dan non medis
sesuai standar perkembangan IPTEK Kedokteran
-Mengembangkan Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit
-Meningkatkan kualitas manajemen rumah sakit
-Menciptakan lingkungan rumah sakit hijau dan asri
-Menjadikan rumah sakit bebas polusi dan ramah lingkungan
4.1.5. Motto RSUD Solok
Santun dalam melayani, cepat dan tepat dalam bertindak.
4.2. Unit Laundry RSUD Solok

19

Rumah sakit umum daerah solok merupakan organisasi yang memberi


pelayanan kesehatan, yang meliputi pelayanan medik ,pelayanan penunjang
medik dan pelayanan penunjang non medik. Pelayanan medik tidak dapat
dapat berhasil, jika tidak didukung oleh pelayanan penunjang medik dan
pelayanan penunjang non medik. Unit laundry merupakan unit penunjang
non medik yang memberikan pelayanan linen terutama kepada pasien rawat
inap.Unit laundry merupakan unit yang melakukan pengelolaan linen rumah
sakit, khususnya linen yang merupakan kelengkapan tempat tidur pasien
rawat inap. Dari literatur diketahui bahwa adanya keharusan setiap rumah
sakit menyediakan linen bersih siap pakai kebutuhan pasien, sehingga upaya
agar linen pasien selalu tersedia, maka dibutuhkan unit laundry yang
melakukan pengelolaan linen yang baik.

4.3. Manfaat dan Tujuan Laundry di RSUD Solok


1.

Mencegah terjadinya infeksi silang, infesi nosokomial bagi


pasien dan petugas rumah sakit dengan mengelola dan mengendalikan
bahan-bahan linen.

2.

Menjaga citra rumah sakit dengan menciptakan keterediaan


bahan linen sesuai dengan visi dan misi serta filosofi rumah sakit.

3.

Mengelola sumber-sumber daya rumah sakit untuk


meyediakan linen bagi kebutuhan dan harapan coustemers rumah sakit.

4.
4.4.

Untuk memberikan kenyamanan bagi pasien dirumah sakit

Struktur organisasi unit Laundry di RSUD Solok


Bagian Laundry di RSUD Solok bergerak di bawah bagian penunjang
non medis yang keanggotaannya terdiri dari :

20

Gambar 3. Struktur organisani unit laundry RSUD Solok


4.5. Sarana dan Prasarana
1. Alat pelindung diri
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Sepatu boat
2. Alat cuci
a. Mesin cuci 3
b. Pengering 2
c. Mesin cuci rumah tangga 1
d. Kaporit
e. Sabun tombak
f. Densol
g. Deterjen bubuk
h. Deterjen cair
i. Molto
j. Pemutih
k. Mesin strika
l. Lemari penyimpanan
3. Biaya / dana
Untuk anggaran RT RSUD Solok secara keseluruhan adalah Rp
65.000.000 untuk 1 bulan. Untuk bagian laudry biasanya Rp 250.000 /
bulan.

21

4. Bangunan / Fisik
a. Bangunan laundry di RSUD Solok sedang dalam tahap renovasi
untuk diperluas. Karena adanya renovasi ini pekerjaan petugas seharihari cukup terganggu.
b. Instalasi listrik untuk bangunan ini terpisah karena pada bagian
laundry dibutuhkan tegangan listrik yang tinggi.
c. Untuk sumber air adalah dari PDAM dan sumur bor.
d.

Punya tempat pengelolaan limbah


Dimana limbah ini akan diolah kembali.melalui proses penyaringan

dengan menggunakan filtrat busa (penghancur busa) sehingga airnya


dapat digunakan kembali. Tapi bukan untuk diminum, biasanya dipakai
untuk mencuci, menyiram tanaman, untuk di WC. Dengan adanya
pengolahan ini limbah tidak mengotori lingkungan.
4.6.

Sumber Daya Manusia (SDM)


Tenaga kerja pada bagian laudry terdiri dari 7 orang. Untuk masuk
bagian ini tidak melalui pendidikan khusus. Cara pendaftaran masuk sama
dengan cara melamar pekerjaan biasa, kemudian dilakukan uji kompetensi
berupa tes lisan / wawancara, tes kesehatan dan mental. Pekerja bekerja
setiap hari dari pukul 08.00 14.00.

4.7.

Alur proses pencucian


Proses diawali dengan pengambilan linen kotor di masing-masing
instalasi rumah sakit menggunakan troli pada pagi hari pukul 08.00 WIB.
Kemudian linen dibawa ke ruangan laundry untuk dipisahkan antara linen
kotor ringan dan linen kotor berat (OK). Selanjutnya dilakukan proses
pencucian.

22

Gambar 4. SOP Unit Laundry RSUD Solok


Cara pencucian :
1. Linen kotor ringan dan kotor berat
Cara mencuci sama dengan cara mencuci pada umumnya. Pakaian
kotor tersebut dimasukan ke dalam mesin cuci. Setelah diatur mesin akan
bekerja sendiri. Dimulai dari main wash (1-5) dimana pada main wash ini
pakaian di proses dengan air dan deterjen, kemudian pakaian tersebut
dicuci dan diperas. Suhu pada mesin diatur disesuaikan dengan keadaan
pakaian. Misal untuk mencuci doek atau kain yang digunakan setelah
operasi dan pakaian yang yang terutama berasal dari OK karena biasanya

23

paling banyak terinfeksi maka direbus dengan suhu 95o dan pencuciannya
mekakai densol (anti bakterial). untuk lap biasanya menggunakan suhu
60o dan untuk baju perawat biasanya dengan suhu 20o. Mesin ini akan
mengeringkan pakaian hingga 80 % kering, setelah itu pakaian baru dapat
dimasukkan dalam mesin pengering untuk pengeringan 100 %.
2. Linen berdarah
Yang pertama kali dilakukan adalah pre wash (dicuci dengan air dan
dibuang airnya) dan dapat disikat terlebih dahulu. Kemudian proses selanjutnya
sama dengan proses mencuci pakaian biasa.

BAB V
PENUTUP
5.1.

Kesimpulan
1. RSUD Solok telah memiliki sarana laundry yang memadai, dengan
alur yang telah sesuai dengan jadwal masing-masing tetapi gedung
laundry masih dalam tahap pembangunan.
2. Bangunan laundry masih menggunakan satu pintu dimana seharusnya
ada dua pintu

24

3. Kebersihan ruangan dan lantai gedung laundry masih kurang.


4. Bagian laundry masih kekurangan tenaga untuk antar jemput/distribusi
pakaian.
5. Pada keadaan listrik padam, genset tidak dapat digunakan karena
listrik yang dibutuhkan untuk mesisn cuci tinggi, sehingga petugas
harus mencuci secara manual.
6. Unit laundry masih memakai detergen biasa belum memakai detergen
ramah lingkungan.
5.2.

Saran
1. Sebaiknya pembangunan gedung laundry segera diselesaikan agar alur
pembersihan laundry bisa berjalan sesuai SOP.
2. Seharusnya bangunan laundry menggunakan dua pintu agar dapat
dipisah pintu masuk dan pintu keluar.
3. Kebersihan lantai dan ruangan harus didisiplinkan, agar pakaian bisa
dijamin kebersihan dan kesterilannya.
4. Menambahkan sumber daya manusia atau tenaga kerja kedalam unit
laundry.
5. Menambah tegangan listrik agar pada saat listrik padam, proses
pencucian tidak perlu menggunakan cara manual lagi.
6. Sebaiknya memakai detergen ramah lingkungan khusus dipakai untuk
laundry di rumah sakit agar tidak terjadi pencemaran.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 2005


Standar Rumah Sakit Pendidikan. Jakarta
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
2004.Pedoman manajeman Linen di Rumah Sakit. Jakarta
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 432/Menkes/SK/IV/2007,

25

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di


Rumah Sakit, Jakarta
Keputusan Menteri

Kesehatan

R.I.No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010,

Standar Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di


Rumah Sakit, Jakarta
Muchlas, M. 1998. Perilaku Organisasi III, Program Pasca Sarjana
Magister Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada
Niken, Pravitasari Ratna. 2007. Sistem Informasi Pelayanan Laundry
Pada RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi, Fakultas Kesehatan.
http://eprints.dinus.ac.id/7446/. 03/03/2015
Pudjaningsih. 1996. Magister Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Trisnantoro L. 1999. Rumah Sakit sebagai Lembaga Usaha yang
Berfungsi Sosial. Makalah Pelatihan Pelayanan Prima di Rumah
Sakit bagi Kepala Instalasi RSUD dr. Sardjito. Yogyakarta: Pusat
Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM/Magister Manajemen
Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada

LAMPIRAN
Lampiran 1. Staf Laundry RSUD Solok, mesin cuci dan mesin pengering

26

Lampiran 2. Deterjen, Pewangi Linen, Troli dan Mesin strika

27

Lampiran 3. Lemari Penyimpanan, Ruangan masuk linen

28

29

Anda mungkin juga menyukai