Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi
Definisi Variabel SIM Gizi KIA Terintegrasi
pasca bersalin (nifas) serta alat (partus set) untuk pelayanan persalinan
normal sesuai standar. Ruangan persalinan, ruangan nifas dan partus set
mengacu pada buku Pedoman Pelayanan Puskesmas.
b. Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas yang mampu memberikan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar. Sesuai Kepmenkes
no.828/menkes/sk/IX/2008, yang disebut Pelayanan Obtetrik dan Neonatal
Emergency Dasar meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk:
Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia, Eklampsi);
Tindakan pertolongan distosia bahu dan Ekstraksi vakum pada pertolongan
persalinan;
Perdarahan post partum;
Infeksi Nifas;
BBLR dan Hipotermi, Hipoglikemi, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah
pemberian minum pada bayi;
Asfiksia pada bayi;
Gangguan Nafas pada Bayi,
Kejang pada bayi baru lahir;
Infeksi Neonatal;
Persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan Obstetri-neonatal antara lain
kewaspadaan universal standar.
(merujuk dari buku: Petunjuk teknis standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota). Persyaratan yang harus dipenuhi untuk setiap Puskesmas PONED
yaitu tersedianya peralalatan PONED (PONED kit) dan tim PONED yang telah
dilatih.
c.
Data sasaran program gizi dan KIA terdiri dari: jumlah penduduk, CBR, ibu
hamil, ibu bersalin/nifas, bayi, komplikasi kebidanan, komplikasi neonatus, Anak
Balita, PUS (Pasangan Usia Subur) dan Jumlah SD/MI di Kabupaten/Kota. Data
sasaran merupakan data yang sifatnya tahunan.
1. Penduduk
Jumlah penduduk diperoleh dari data resmi Kabupaten/Kota hasil pendataan
setiap tahun atau hasil perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk pertahun.
2. CBR (Crude Birth Rate)
Adalah angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Angka CBR dapat diperoleh
di kantor BPS Kabupaten/Kota, bila di Kabupaten/Kota tersebut tidak terdapat
angka CBR maka dapat menggunakan angka CBR Propinsi untuk tahun yang
sama.
3. Ibu Hamil
Jumlah sasaran ibu hamil diperoleh dari data resmi Kabupaten/Kota hasil
perhitungan menggunakan rumus: 1,1 x CBR per 1000 penduduk x Jumlah
Penduduk atau hasil pendataan yang dilakukan setiap tahun.
4. Ibu Bersalin/Nifas
Jumlah sasaran ibu bersalin/Nifas dapat diperoleh dari data resmi
Kabupaten/Kota hasil perhitungan menggunakan rumus: 1,05 x CBR per 1000
penduduk x Jumlah Penduduk atau hasil pendataan yang dilakukan setiap
tahun.
5. Bayi
Jumlah sasaran bayi dapat diperoleh melalui perhitungan menggunakan rumus:
CBR per 1000 penduduk x Jumlah Penduduk atau menggunakan data resmi
yang diperoleh melalui pendataan yang dilakukan Kabupaten/Kota setiap tahun.
6. Komplikasi Kebidanan
Ibu hamil, bersalin dan nifas yang mengalami komplikasi kebidanan termasuk
komplikasi akibat penyakit yang diderita selama kehamilan sampai dengan masa
nifas, jumlahnya adalah 20% dari jumlah sasaran ibu hamil.
7. Neonatus Komplikasi
Jumlah neonatus/bayi baru lahir usia 0 28 hari yang mengalami komplikasi
adalah 15% dari jumlah sasaran bayi.
8. Anak Balita
Jumlah sasaran anak Balita/anak usia 12 bulan s/d 59 bulan diperoleh dari data
resmi Kabupaten/Kota hasil pendataan setiap tahun atau hasil perhitungan
proyeksi jumlah anak Balita setiap tahun yang dibuat oleh kantor BPS setempat.
Sasaran Anak Balita jumlahnya kurang lebih sama dengan jumlah Balita
dikurangi dengan jumlah Bayi.
9. PUS (Pasangan Usia Subur)
Adalah pasangan suami isteri yang isterinya berusia 15 49 tahun. Jumlah
sasaran PUS dapat diperoleh melalui perhitungan menggunakan rumus: 17% x
Jumlah Penduduk atau menggunakan data resmi Kabupaten/Kota hasil
pendataan setiap tahun.
10. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
Jumlah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Kabupaten/Kota.
(SD/MI)
yang
ada
di
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
4. KF (Pelayanan Nifas)
Adalah jumlah ibu nifas (ibu masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin)
yang mendapatkan pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar paling sedikit 3
kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 4 28 hari dan 29 42 hari setelah
bersalin.
Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar yang diberikan, sekurang
kurangnya meliputi:
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul
Vitamin A pertama.
f. Pelayanan KB pasca salin
Rumus perhitungan cakupan Pn adalah :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu nifas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
6. Kematian Ibu
Adalah kematian wanita yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa
nifas yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinannya, bukan oleh
kecelakaan. Penyebab kematian ibu dibedakan langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung antara lain: eklampsi, pendarahan, partus macet, infeksi,
abortus dan lain-lain. Penyebab tidak langsung antara lain: penyakit infeksi
seperti malaria, thypoid serta penyakit kronis seperti penyakit jantung, penyakit
gula dan penyakit lainnya.
7. Lahir Hidup
Adalah jumlah kelahiran hidup yang terjadi disuatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
8. Peserta KB Aktif/CPR(Contraceptive Prevalence Rate)
Adalah jumlah peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan
alat atau obat kontrasepsi (alokon).
Rumus perhitungan cakupan peserta KB aktif adalah :
Jumlah peserta KB aktifdi suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja
9. Persalinan Jampersal
Adalah jumlah persalinan yang pembiayaannya menggunakan dana Jaminan
Persalinan (JAMPERSAL).
X 100
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
9. Bayi 6 11 bulan
Jumlah bayi usia 6 11 bulan 29 hari, diperoleh dari hasil pendataan setiap
bulan
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat yang mencakup semua penerimaan
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana
yang dialokasikan untuk instansi vertikal Pusat di daerah. Indikator yang dipantau
terkait kegiatan dekon adalah:
1. Lokasi Kegiatan
Menggambarkan unit kerja yang bertanggungjawab terhadap pelaksaaan
kegiatan program Gizi dan KIA.
a. Sekretariat
b. Direktorat Bina Gizi
c. Direktorat Bina Kesehatan Ibu
d. Direktorat Bina Kesehatan Anak
e. Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olah Raga
f. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan
Komplementer
g. Propinsi
2. Kegiatan
Kegiatan menggambarkan detail kegiatan yang dianggarkan dari dana dekon.
3. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan menggambarkan pengelompokan detail kegiatan berdasarkan
komponen penganggaran. Yang termasuk jenis kegiatan antara lain: monitoring,
pelatihan ataupun lainnya.
4. Unit Kegiatan
Menggambarkan kegiatan sesuai dengan output kegiatan yang tercakup dalam
program Gizi dan KIA. Output kegiatan tersebut juga menggambarkan unit kerja
yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA.
a. Pembinaan Gizi Masyarakat
b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu
c. Pembinaan Kesehatan Anak
d. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer
e. Pembinaan Kesehatan kerja dan Olahraga
f. Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas lainnya.
5. Biaya
Jumlah anggaran yang dialokasikan per kegiatan.
6. Pelaksanaan
Rencana tanggal dan bulan pelaksanaan kegiatan.
7. Realisasi Pemanfaatan/Penyerapan
Menggambarkan realisasi pemanfaatan/penyerapan dana dekon dari yang telah
di alokasikan sesuai dengan output kegiatan.