Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PAROTITIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Anak Keperawatan Di
Ruang Seruni Rumah Sakit Karsa Husada Batu

Oleh :
YOLENTA NANDYS A.S

(150070300011046)

KELOMPOK 09

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan
infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense
berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus
Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008).
Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin
dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga
menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang
menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis
epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).
Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun
jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis,
pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.
Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang
terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis
Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya
berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis
adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus,
dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central retina. Gangguan
pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral.
Gangguan ini seringkali bersifat permanen.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai
komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal
tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan dan
tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut dapat
menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan
keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Parotitis
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular
dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan
tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan
ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
(Warta Medika,2009)
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan
berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang
dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas,
prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk
menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau
mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan
mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat
ditularkan melalui:
1. Kontak langsung
2. Percikan ludah (droplet)
3. Muntahan
4. Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%
penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi
sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas
(masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
2.2 Etiologi Parotitis
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m.
Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus
subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2

glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga


memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat
larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari
hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu
<4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus
masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa
saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia
umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.
Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid,
ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat melalui plexus
choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 23 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan
terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9
hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24
jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang (Sumarmo,2008)
2.3 Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
2.4 Manifestasi Klinis Parotitis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan,
yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa
inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun
tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas
dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu
badan 38,5 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,

nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku
rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)
dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

2.5 Patofisiologi Parotitis


Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang
terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis
dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum
akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh
sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi
viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan
kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut
parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,
anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase
akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas
kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
2.6 Komplikasi klinis

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,


obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,
tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan
seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ
selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah
masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian
disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia).
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala
demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala
sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa
epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis
biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat
berlangsung dalam 3 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak
dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 3040% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar
13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk,
mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen,
seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

5. ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita
pasca pubertas
6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang
dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan
sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik
disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan
tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan viruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum
diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis
ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan
kelainan pada ginjal.
8. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi
pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan
selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 510hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi
dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.
Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan
dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain
yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali
berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis.
Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit
ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
11. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya


bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan
penyembuhan dalam 1020 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam
20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah
adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering
menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan
parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase
normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
1.

Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum
yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama
infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
2.

Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas
embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran
serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis
epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya
untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.
3.Complement Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi
terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut.
Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap
selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai
suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan
analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah
timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

d. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan
dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfatNaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

2.8 Penatalaksanaan Parotitis


Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan
suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti
tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan
untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal
atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih
sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup
baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
-

metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko


menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obatobatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali
disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit
kepala.
b. Orkhitis
- istrahat yang cukup
- pemberian analgetik
- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari
c. Pankreatitis dan ooporitis
Simptomatik saja

2.9 Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif


dan imunisasi aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.
2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan
tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian
vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan
bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi
dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurangkurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella,
dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama
kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;
sedang diberi obat-obat
imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps dalam
situasi ini

ASUHAN KEPERAWATAN
Tahap Pengkajian
Keluhan Utama Pasien
Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan Demam, nyeri di bawah
telinga, bengkak, dan sulit menelan
Riwayat Penyakit Sekarang pasien
Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang
telinga dan pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak
menyebar ke daerah pipi
Riwayat Penyakit Dahulu:

Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.
Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi.
Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)

Pemeriksaan Fisik
Ukur Tanda-tanda Vital
Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Kesadaran
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin mucul pada pasien parotitis adalah

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

mencerna nutrien adekuat akibat penyakit kronis infeksi

Nyeri berhubungan dengan Infeksi Virus

Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat

parotitis dan pengaruh lingkungan

Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis

Analisis Data
Contoh analisa data pada pasien parotitis
NO
1`

Data
Data subjektif :
Sulit

Etiologi

menelan,bengkak,nafsu

makan

Parotitis

Masalah Keerawatan
Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

menurun.

tubuh

Data objektif :

Sulit menelan

-BB turun menjadi 28kg dari BB semula

yang 30kg.
Intake menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan


2

Data subjektif :
Sulit

Gangguan rasa aman

tidur, tertutup

membuka

diri

dan

tidak

karena

mau

Parotitis

ada

dan nyaman

pembengkakan ada kalenjar parotis.


Data objektif :

Pembengkakan pada kelenjar


parotid dan Sakit kepala

Nyeri

Perasaan tidak aman dan nyaman


Parotitis
Resiko komplikasi

Data subjektif :
Nyeri

kepala

hebat,yang

kemudian

disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan


suhu tubuh yang tinggi

Tidak tertangani

Data objektif :

-adanya ST deresi

penyebaran virus ke organ lain

-suhu tubuh meningkat 38 c


-ditemukannya virus di organ lain

risiko komplikasi

Intervensi Keperawatan
Contoh intervensi yang dapat di lakukan seorang perawat saat menemui pasien dengan
diagnosa parotitis:
Diagnosis
Keperawatan

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Rasional

Nutrisi kurang dari

Menunjukkan

Berikan makan

Makanan yang keras tidak

kebutuhan tubuh

peningkatan berat

lembut sedikit demi

mampu dikunyah oleh

yang berhubungan

badan mencapai

sedikit dan

pasien parotitis. Makanan

dengan

rentang yang

makanan kecil

asam menmbah rasa tidak

ketidakmampuan

diharapkan,dengan

tambahan yang

nyaman pada pasien

untuk mencerna

Kriteria hasil: Berat

tepat. Menghindari

parotitis.

nutrien adekuat

badan kembali ke

makanan asam

akibat kondisi infeksi

rentang normal
Berikan diet cair

Bila masukan kalori gagal

atau makanan

untuk memenuhi kebutuhan

selang

metabolic, dukungan nutrisi

/hiperalimentasi bila

dapat digunakan untuk


mencegah malnutrisi
Membasahi selaput lendir
mulut yang kurang basah
karena jarang digunakan
Pada perode demam,
metabolism tubuh tinggi

Gangguan rasa

pasien dapat

diperlukan
Berikan minum
yang sedikit-sedikit
tetapi sering
Istirahat selama

aman dan nyaman

merasakan kembali

periode demam

berhubungan dengan

rasa aman dan nyaman

sehingga istirahat dapat

manifestasi klinis

seiring dengan proses

Mengurangi metabolism

akibat parotitis dan

penyembuhan, dengan

tubuh dan mempercepat

pengaruh lingkungan

kriteria Hasil: Pasien

kesembuhan klien

ikut serta dan


bekrjasama dalam
proses mengembalikan

Kompres dingin

Karena terjadi infeksi, suhu

pada daerah

di sekitar lokasi

bengkak

pembengkakan mengalami

Diagnosis
Keperawatan

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Rasional
peningkatan Dengan
kompres dingin diharapkan
suhu dapat turun dan

rasa aman dan nyaman

mengurangi pembengkakan
Resiko komplikasi

Menghilangkan faktor

Mengurangi

Kortikosteroid dapat

berhubungan dengan

resiko komplikasi

terjadinya

menekan pertumbuhan

pembengkakan

dengan Kriteria hasil:

komplikasi dengan

mikroba dan Globulin

kelenjar parotis

tidak terjadi komplikasi

pemberian obat

mencegah terjadinya orkitis

penyakit lain

Spt: Kortikosteroid
selama 2-4 hari dan
globulin
Pantau jantung

Mencegah resiko terjadi

dengan

komplikasi ke otot jantung

pemasangan EKG

Anda mungkin juga menyukai