Bab I Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. BESARAN
Fisika adalah ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat-sifat benda serta
perubahannya, juga mencari kaitan energi dengan perubahan dari sifat-sifat benda
tersebut. Fisika dapat dipelajari secara kuantitatif, dimana untuk mempelajarinya
diperlukan pengukuran. Keadaan dan sifat-sifat benda yang dapat diukur dinamakan
besaran, misal ; panjang, luas, volume, momentum, gaya, dsb.
Besaran dasar adalah besaran yang tidak dapat dinyatakan dengan besaran lain
yang lebih sederhana (panjang, massa, waktu). Besaran turunan adalah besaran yang
dapat dinyatakan/diturunkan dari besaran dasar, misal ; gaya diturunkan dari besaran
massa, panjang, dan waktu. Energi diturunkan dari gaya dan panjang. Ternyata
semua besaran dalam mekanika dapat dinyatakan dengan besaran dasar.
Dimensi adalah untuk memudahkan pernyataan suatu besaran dengan besaran
dasar ;
BESARAN
Panjang
Massa
waktu
Contoh :
Kecepatan
Gaya
Usaha

SATUAN
M
Kg
Dt

dt
kg. m 2
dt
2
kg. m 2
dt

DIMENSI

L
M
T

LT
1

MLT
2

ML T
2

Peristiwa fisika yang dinyatakan dengan rumus-rumus yang rumit sering diketahui
hubungan antara besaran yang satu dengan yang lain dengan menganalisa
dimensinya.
1.2. SISTEM SATUAN
Suatu sistem yang mengatur penggunaan satuan-satuan dengan hubungan
antara besaran yang satu dengan yang lain disebut sistem satuan. Satuan masingmasing besaran dalam persamaan fisika harus dalam sistem yang sama. Ada 4
macam sistem satuan, yaitu :

a. sistem statis (besar dan kecil)


b. sistem dinamis (MKS dan CGS)
c. sistem inggris (absolut dan teknik)
d. sistem internasional (SI).
Tabel 1.1 Sistem SI besaran-besaran dasar, satuan dan simbol masing-masing satuan
dapat dilihat pada tabel berikut ;
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

BESARAN DASAR
Panjang
Massa
Waktu
Arus listrik
Suhu
Intensitas cahaya
Gram-molekul
Sudut
Sudut ruang

SATUAN
Meter
Kilogram
sekon
Amper
kelvin
kandela
mole
radian
steradian

SIMBOL
M
Kg
s atau dt
A
K
Cd
Mol
Rad
sr

Sistem satuan yang banyak dipakai cenderung kearah SI, namun akan dijelaskan
sistem satuan yang lain secara sederhana. Untuk menjelaskan masing-masing sistem
satuan diperlukan Hukum Newton II yang dirumuskan
F = m.a
Dalam sistem SI ;

1N 1.kg.

m
dt 2

Tabel 1.2. satuan panjang, waktu, massa dan gaya dalam berbagai sistem satuan
SISTEM SATUAN
Statis besar
Statis kecil
Dinamis besar
Dinamis kecil
Inggris absolut
Inggris teknik

PANJANG

WAKTU

MASSA

dt

kg

Cm
M
Cm
Ft
Ft

dt
dt
dt
dt
dt

gr
kg
gr
lbm
slug

GAYA

kg

gaya

g gaya

Newton
Dyne
Pdl
lb f

1 foot = 0,3048 m

1 lbm = 0,45359 kg

1 km = 1000 m

1 km = 0,6214 mil

1 m = 39,37 inci

1 yard = 0,9144 m

1 inc = 2,54 cm

1 mil = 1,6093 km

Definisi :

1 pdl adalah gaya pada benda standar pound yang menyebabkan percepatan
sebesar 1

ft
dt 2

1 slug adalah massa yang oleh gaya 1 lb f mendapatkan percepatan

ft
.
dt 2

Hubungan antara satuan-satuan besaran dasar dalam berbagai sistem satuan dapat
dicari dengan membandingkan satuan dari suatu sistem dengan satuan sistem yang
lain.
Contoh :
Carilah hubungan antara satuan massa dan gaya dalam sistem (a). inggris teknik dan
(b) inggris absolut.
Penyelesaian :
(a). Inggris teknik
Massa benda = 1 lbm
Berat benda di tempat yang g nya = 32,174

ft
adalah 1 lb f
dt 2

W = m.g
1 lb f = 1 lbm.32,174
= 32,174 lbm.

ft
dt 2

ft
dt 2

Jadi :
1 pdl = 1 lbm.

ft
dt 2

dan

1 lb f = 32,174 pdl

(b). Inggris absolut.


1 lb f = 1 slug.

ft
dt 2

32,174 pdl = 1 slug.

ft
dt 2

32,174 lbm.

ft
ft
= 1 slug.
2
dt
dt 2

Jadi :
1 slug = 32,174 lbm
Contoh :

Satuan khusus tekanan gas adalah 1 atmosfir = 101.292,8

N
m2

Nyatakan tekanan tersebut dalam sistem :


(a). Inggris absolut
(b). Inggris teknik
Penyelesaian :

1N 1.kg .
1 kg =

1
lbm
0,45359

1m=

1
ft
0,3048

m
dt 2

Sehingga ;
1N

1
1
ft
lbm.
0,45359
0,3048 dt 2

1 N = 7,23305 lbm.

ft
dt 2

= 7,23305 pdl
1
1m

03048
2

ft 2 10,7639 ft 2

Maka ;
1atm

101.292,8 7,23305 pdl


pdl
= 68066,0
2
10,7639 ft
ft 2

(b). 1atm 68066,0


= 2115,6

lb f
1
32,174 ft 2
lb f
ft 2

1.3. VEKTOR.
Sebuah partikel pindah dari A ke titi B lewat lintasan lengkung.
Perpindahan partikel dapat dinyatakan dengan menarik garis dari A ke B, panjang

garis menyatakan besar perpindahan, sedang arah perpindahan dinyatakan


dengan memberi ujung anak panah di B. jadi anak panah dari A ke B hanya
menunjukkan hasil geraknya bukan lintasannya, lintasannya berupa garis
lengkung (gambar 1.1)

Gambar 1.1 Vektor dan lintasan

Dua vektor dikatakan sama bila panjang/besar dan arahnya sama (gambar
1.2)

A'
Gambar 1.2

1.3.1. PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN VEKTOR


Penjumlahan
Vektor


adalah
vektor dari pangkal a ke ujung vektor b . Perpindahan atau
a b
pergeseran semacam ini tidak dapat dioperasionalkan secara aljabar biasa
melainkan dioperasionalkan secara vektor.


b a

a b b

Gambar 1.3 Penjumlahan vektor

Jika vektor b digeser dengan dirimya hingga pangkalnya berimpit dengan

pangkal a , sedang a digeser sejajar dengan dirinya hingga berimpit dengan

ujung b , maka ;


a b b a

Penjumlahan tiga vektor

a,

(komutatif)

c pergeserannya sama dengan

b ,

penjumlahan dua vektor (lihat gambar)


a (b c ) b c

a b

Gambar 1.4 Penjumlahan tiga vektor


Pengurangan vektor
Pada prinsipnya pengurangan vektor sama dengan penjumlahan vektor
hanya dengan vektor negatifnya. Vektor negatif vektor yang besarnya sama
dan arahnya berlawanan.


b a

a

a b

Gambar 1.5 Pengurangan vektor


Contoh :
Diketahui tiga titik A(2,3,4), B(4,5,6) dan C(1,6,5). Hitung :
a. besar dan arah vektor : AB, BC , AC
b. besar dan arah vektor : AB BC
c. besar dan arah vektor : AB BC
Penyelesaian :

a 2i 3 j 4k (Komponen-komponen titik A)

b 4i 5 j 6k (Komponen-komponen titik B)

c 1i 6 j 5k ....(Komponen-komponen titik C)

a).


AB b a

(4i 5 j 6k) (2i 3 j 4k)

2i 2 j 2k (Komponen-komponen Vektor AB )

Besar vektor

AB

22 22 22 2 3

Arah vektor AB mengapit sudut , , dengan sumbu x. y, z. :

cos 1

cos 1

2 3

2
2 3

cos 1

2
2 3

b). AC AB BC
penyelesaiannya dengan cara yang sama (a).
c). AB BC b a c b


2b a c

5i j 3k

Besar vektor 5 2 12 3 2 35
Arah vektor :

cos 1

5
35

cos 1

1
35

cos 1

3
35

1.3.2. PERKALIAN VEKTOR


Perkalian vektor tidak dapat menggunakan aturan-aturan aljabar biasa,
karena vektor mempunyai besar dan arah. Ada 3 macam perkalian vektor,
yaitu :
a. Perkalian Vektor dengan Skalar
b. Perkalian Skalar dari dua vektor
c. Perkalian vektor dari dua vektor

a. Perkalian Vektor Dengan Skalar

Suatu vektor dikalikan skalar adalah vektor. Misal ; vektor a


dikalikan dengan skalar m, adalah vektor yang besarnya sama dengan m

a.
b. Perkalian Skalar dari Dua Vektor/Titik

a dikalikan proyaksi vektor b pada arah


vektor a atau juga dapat ditulis a b a cos b , yaitu proyeksi vektor a

a b besarnya vektor

kearah vektor b dikalikan besarnya vektor b .



a b ab cos

a b b a

ab cos ba cos
Perkalian tersebut bersifat komutatif.
c. Perkalian Vektor Dari Dua Vektor /Cross/Silang

a b adalah vektor yang besarnya

ab sin , arahnya arah maju

skrup kanan bila diputar dari arah vektor a kearah vektor b melalui sudut
terkecil.


a b ab sin



b a a b anti komutatif

Pada gambar 1.6 vektor a dalam bidang , sedang vektor b

berimpit dengan perpotongan bidang

dan yang saling tegak lurus,


sedang vektor a b terdapat didalam bidang .

a b
b


b a

Gambar 1.6 Perkalian silang a b


1.3.3. KOMPONEN VEKTOR DAN VEKTOR SATUAN

Untuk memudahkan perhitungan perhitungan vektor, setiap vektor dapat


diuraikan menjadi komponen-komponen kearah sumbu-sumbu koordinat. Misal

vektor a dengan komponen a x dan a y .

ay

a
a
8

ax

Gambar 1.7 komponen vektor dalam bidang x dan y


Besar vektor

a a a

a x2 a y2

Arah vektor a mengapit sudut dengan sumbu x ;


tan

ay
ax

Sedang vektor a dalam ruang, dapat diuraikan menjadi komponen-komponen a x ,


ay , az

az

ay

ax
Gambar 1.8 komponen vektor dalam ruang

Besar vektor a :

a = a a x2 a y2 a z2

Arah vektor a mengapit sudut , , terhadap sumbu x, y, z


cos

ax
a a a
2
x

2
y

2
z

ay

cos

a a a
2
x

2
y

2
z

cos

az
a a y2 a z2
2
x

Setiap vektor dapat diulis dengan besar vektor dikalikan vektor satuannya,
yaitu :

a
a
a

a a a

Dalam koordinat kartesian, vektor satuan kearah sumbu x, y, dan z, berturut-turut

i, j , k

i
x

y
9

Gambar 1.9 Vektor satuan dalam koordinat kartesian


Misalkan :

a a x i a y j a z k

b b x i b y j b z k

Dengan menggunakan vektor satuan, aturan penjumlahan, pengurangan, dan


perkalian vektor dapat lebih mudah dilaksanakan tanpa gambar melainkan dapat
dilakukan dengan cara analitis.
Penjumlahan dua vektor :

a b

a x i a y j a z k

bx i b y j bz k

a x bx i a y b y j a z bz k

Pengurangan dua vektor :



a b

a x i a y j a z k

bx i b y j bz k

a x bx i a y b y j a z bz k

Perkalian titik dua vektor :



a b ab. cos

Definisi :

i j j i 0

i k k i 0
j k k j 0

Jadi : a b a x bx a y b y a z bz
Perkalian silang/cross dua vektor :
Definisi :


a b ab. sin

i i j j k k 0
i j k

j i k

j k i

k j i

k i j

i k j

10


a b

a x i a y j a z k

bx i b y j bz k


k j

a x b y i j a x b z i k a y bx j i a y b z j k

a z b x k i a z b y


a b a y b z a z b y i a z b x a x bz j a x b y a y b x k

Atau dapat diselesaikan dengan cara determinan :


i

bx

j
ay
by

ay

az

by

bz


a b ax

k
az
bz

ax
bx

a
az
j x
bx
bz

ay
by

= a y bz a z b y i a x b z a z b x j a x b y a y bx k
= a y bz a z b y i a z bx a x bz j a x b y a y bx k
Contoh :
Sebuah partikel pada titik R(2,3,4), koordinat dinyatakan dalam meter, bergerak dengan

kecepatan v , sebesar 5 m/dt, arahnya mengapit sudut 60 0 ,60 0 ,45 0 berturut-turut


dengan sumbu x, y, z. massa partikel = 2 kg.
a. jika momentum sebuah benda adalah perkalian silang massa benda dengan
kecepatannya, hitung momentum benda.
b. Jika momentum anguler benda didefinisikan sebagai perkalian silang antara vektor
posisi benda dengan vektor momentum benda, tentukan momentum anguler
tersebut.
Penyelesaian :
a. momentum (p)
p = mv
2 5 cos 60 0 i 5 cos 60 0 j 5 cos 45 0 k
5i 5 j 5 2 k

b. momentum anguler :

L r mv

2i 3 j 4k 5i 5 j 5 2k

11

5 2

5 2

5 2

2
5

3
k
5

15 2 20 i 10 2 20 j 10 15 k
1,2i 5,85 j 5k

SOAL-SOAL LATIHAN VEKTOR


1.

Buktikan bahwa jika besarnya jumlah dan selisih dua vektor adalah sama, maka
kedua vektor ini saling tegak lurus.

2.

Buktikan bahwa jika jumlah dan selisih dua vektor saling tegak lurus, maka vektorvektor ini memiliki panjang yang sama.

3.

Diketahui vektor-vektor :

A 3i 4 j 5k ;

B i j 2k

a. Hitung besar resultan jumlah dan selisihnya

b. Sudut antara A dan B .


4.

Tentukan resultan jumlah vektor-vektor berikut :

v3 4i 7 j 6k
v 5i 2 j k
v 2 3i j 7 k

12

Dapatkan besar resultan dan sudut yang dibentuknya dengan sumbu x, y, z.


5.

Diketahui tiga vektor :

v1 i 3 j 4k
a.

v 2 3i 2 j 8k

v3 4i 4 j 4k

Tentukan vektor apakah ada perbedaan hasil antara perkalian vektor

v1 v 2 v3 dan v1 v 2 v3


b.
Hitung v3 v1 v 2 dan v1 v 2 v3 dan bandingkan hasilnya.

6.
Buktikan bahwa jika dua vektor memilki besar v yang sama dan membentuk
sudut

, jumlahnya memiliki besar

S 2v cos 1
2

dan selisihnya adalah

D 2v sin 1 .
2

a). V1 x( V2XV3)
(V2 x V3 ) = (3 i 2 j 8 k) x (4 i + 4 j + 4 k)
= 12 ixj + 12 ixk 8 jxi -8 jxk 32 kxi - 32 kx j
= 12 k + 12 (-j) 8 (-k) 8 i 32 j 32 (-i)
= 12 k 12 j + 8 k 8 i - 32 j + 32 i
= 24 i 44 j + 20 k
V1 x (V2 x V3) = (- i +3 j + 4 k) x (24 i 44 j + 20 k)
=44 ixj 20 ixk + 72 jxi + 60 jxk + 96 kxi 176 kxj

13

Anda mungkin juga menyukai