PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan
perekonomian Indonesia, mengingat komoditas ini mempunyai fungsi multiguna,
baik untuk pangan maupun pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proporsi
penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50 persen dari total
kebutuhan nasional.
diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari
60 persen dari total
kebutuhan nasional
dasar
ekologi
mewajibkan
untuk
menyadari,
bahwa
produktivitas
pertanian memiliki kemampuan terbatas.
harus
seimbang
pada
suatu
tingkat
yang
berkelanjutan
dari
segi
ekologi
(Reijntjes, 2006).
Strategi untuk meraih keunggulan pertanian Indonesia dapat dilakukan
dengan peningkatan produktivitas dan efisiensi. Hal ini dapat diupayakan
dengan penerapan teknologi yang tepat. Good Agriculture Practices,
Good Handling Practices, dan Good Manufacturing Practices,
menjadi salah satu pilar dalam peningkatan produktivitas dan efisiensi. Hal
tersebut perlu didukung adanya sarana dan prasarana yang memadai
(Poerwanto, 2008).
Menurut Krisnamurthi (2006)
jagung
perkembangan
produktivitas
dan
dukungan
bagi
perkembangan
produktivitas
tersebut.
Selanjutnya
disebutkan bahwa indikasi adanya penurunan produktivitas jagung nasional
lebih
ditegaskan dengan kondisi yang menunjukkan bahwa telah terjadi
penurunan
produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian dalam 30 tahun (1967-2001).
Luasan penguasaan lahan yang semakin terbatas dan jumlah tenaga kerja
yang semakin banyak (relatif terhadap lahan yang tersedia) menyebabkan
rendahnya produktivitas serta terbatasnya alternatif solusi yang bisa ditawarkan.
20.000,00
18.000,00
16.000,00
14.000,00
12.000,00
10.000,00
8.000,00
6.000,00
4.000,00
2.0
00,
00
0,0
0
Luas Panen (000 ha)
Produktivitas (kg/ha)
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
jagung
nasional. Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki
produksi dan luas panen jagung yang tertinggi, meskipun produktivitasnya di
3
nasional.
sangat
tergantung pada keberhasilan jagung di empat provinsi tersebut, baik
diupayakan
secara ekstensifikasi maupun intensifikasi dalam peningkatan produksi jagung.
Tabel 1.1. Keadaan Sentra Produksi Jagung Nasional menurut Luas
Panen,
Produksi, dan Produktivitas Tahun 2009
Luas Panen
(ha)
1.295.070
661.706
434.542
299.669
1.606.379
Produksi
(ton)
5.266.720
3.057.845
2.067.710
1.395.742
6.629.330
Produktivitas
(ton/ha)
4,07
4,62
4,76
4,66
4,13
Indonesia
4.297.366
Sumber : Departemen Pertanian, 2010.
18.417.347
4,29
No.
Provinsi
1
2
3
4
5
Jawa Timur
Jawa Tengah
Lampung
Sulawesi Selatan
29 Provinsi lain
benih
bermutu
dan
varietas
unggul
baru
sesuai
dengan
wilayah
pengembangan.
Peningkatan produksi jagung masih memiliki peluang yang cukup besar, antara
lain karena: (1) produktivitas nasional yang dicapai pada saat ini masih di
bawah
potensinya; (2) tanaman jagung relatif sedikit hama dan penyakitnya; (3)
tersedia
teknologi budidaya yang mudah diadopsi petani; (4) harga jual jagung
relatif
menguntungkan; (5) pihak swasta berperan aktif dalam pengembangan industri
benih; (6)
adanya
kemudahan
dan
dukungan
pemerintah
daerah
dalam
(7)
di
(2003)
kebijakan
dalam
program
akselerasi
produktivitas
sektor
pertanian
dengan
rencana.
kurang
jelas rumusannya.
berbagai
sektor.
kebiasaan
dan
hukum
warisan, hukum pemilikan lahan (agrarian), aspek legal dan bentuk
usaha bersama.
B. Perumusan Masalah
Perkembangan jagung Indonesia sangat dinamis dari waktu ke waktu
yang panjang. Begitu pula tingkat produksi jagung Indonesia sepanjang
waktu mengalami dinamika yang dapat meningkat dan menurun. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi perkembangan produktivitas dan luas panen
jagung Indonesia dalam jangka panjang. Terdapat di tiga pulau terbesar
walaupun
tingkat
produktivitasnya
sendiri
masih
terjadi
peningkatan
jagung
Indonesia
dalam
jangka
panjang
akan
digambarkan
perkembangan penawarannya. Ini diperlukan kajian tentang kecenderungan
Fenomena ini berkaitan dengan permasalahan harga dan non harga sebagai
determinan terhadap respons luas panen, produktivitas, dan produksi
jagung
Indonesia. Adapun faktor kebijakan dalam permasalahan ini berupa
program
nasional peningkatan produksi pertanian tanaman pangan Indonesia.
Kondisi jangka pendek dan jangka panjang respons penawaran jagung
Permasalahan
ini
akan
dilihat
dengan
tingkat perubahannya
secara
respons
produktivitas jagung di daerah sentra produksi utama Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh kebijakan, iklim dan irigasi terhadap respons luas
panen
dan respons produktivitas jagung di daerah sentra produksi utama
Indonesia ?
4.
panjang
di daerah sentra produksi utama Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang respons penawaran jagung di daerah sentra produksi
daerah
sentra produksi utama Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh harga terhadap respons luas panen dan
respons
produktivitas jagung di daerah sentra produksi utama Indonesia.
Indonesia.
4. Menganalisis elastisitas penawaran jagung dalam jangka pendek dan jangka
dan minat terhadap peluang dan potensi jagung sebagai salah satu
komoditas
unggulan sektor pertanian serta diharapkan dapat bermanfaat
sebagai
tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.
Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
2. Ariyanti, D
(2007)
baku
peningkatan
hasil
jagung
tidak
mungkin
terjadi di masa depan, terutama pada
irigasi
tanah, tanpa revolusi pertanian kedua.
Permintaan Data time Permintaan jagung domestik sebagai bahan
Jagung
baku industri pakan ternak dipengaruhi oleh
series
sebagai
(1976-2004) harga jagung domestik dan harga bungkil
Bahan Baku Metode
kedelai impor dan trend waktu. Bungkil
Industri
kedelai impor adalah barang substitusi bagi
persamaan
Pakan
jagung domestik.
silmultan
Ternak di
Permintaan jagung impor sebagai bahan
Analisis
Indonesia
regresi
(OLS) untuk trend
Syamsuri, P Analisis
(2009)
Penawaran
dan
Permintaan
Jagung di
Sulawesi
Selatan
berjangka
1 bulan
Mecanism
(ECM).
Uji
kausalitas
pelaku
1
0
6. Sjah, T
time
(2011)
A Regional Data time Tren kubik lebih sesuai untuk data hasil dari
Analysis of series
daerah West, Midwest dan South. Model tren
Corn Yield
(1955-2009) linier dan kuadratik berturut-turut ditemukan
Models:
lebih sesuai untuk data hasil dari wilayah Plains
Two
Comparing trend
dan Atlantik.
models,
Quadratic
Hasil menunjukkan bahwa data harus dibiarkan
the
versus
menentukan hubungan tren yang tepat untuk
quadratic
Cubic
menghindari misspecification tren. Selain itu,
and the
Trends
tren
cubic
hasil ditemukan tidak konsisten di semua daerah.
trend
Lokasi yang berbeda cenderung menunjukkan
polynomia tren hasil yang berbeda. Oleh karena itu
l
disarankan bahwa perbedaan antara daerah diakui
models
saat dilakukan tes tren hasil dan tidak melakukan
generalisasijagung
hasil penelitian
ke daerah lain
Peluang
Data
Produksi
Nusa Tenggara
Barat
terus
Peningkatan
series
meningkat sejak 2001
hingga
kini,
Produksi
(2001dan
2010)
diproyeksikan akan terus meningkat pada
Jagung di
Analisis tahunNusa
tahun mendatang.
Peningkatan
produksi
jagung
trend Tenggara
tersebut
Barat
dikontribusi oleh luas panen dan produktivitas
usahatani
yang
keduanya
mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Peluang
peningkatan
produksi
lebih
besar
diperoleh dari penambahan luas panen
daripada
dari peningkatan produktivitas.
7. Swastika,
D.K.S.,
Agustian, A
dan
Sudaryanto,
T. (2011)
Analisis
Analisis
data
Senjang
time
Penawaran
series
dan
(2000-2009)
Permintaan
Analisis
Jagung
trend
Pakan
dengan
Pendekatan
Sinkronisasi
Sentra
Produksi,
Pabrik
Pakan, dan
Populasi
Ternak di
Indonesia
1
1
produksi
beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada
hubungan ekuilibrium jangka panjang yang unik.
Koefisien dari harga riil dan daerah irigasi dalam
model
respons produksi beras positif dan signifikan
secara
statistik, yang menunjukkan pengaruh positif dari
variabelvariabel untuk meningkatkan produksi padi. Untuk
model
gandum daerah respons koefisien harga relatif
negatif,
yang menunjukkan hubungan terbalik dengan
daerah,
sedangkan koefisien hasil adalah 0,18 dan secara
statistik
signifikan, yang menunjukkan pasokan meningkat
daerah
dengan peningkatan hasil. Dengan demikian, untuk
harga
beras yang efektif dan kebijakan air irigasi
dapat
meningkatkan penawaran output.
1
2