Anda di halaman 1dari 20

114

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

Analisa Eskalasi Single Dan Multiple Index


Pekerjaan Pondasi Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu
Sri Wiwoho Mudjanarko, ST., MT.
ABSTRAK
Dalam rangka memperlancar arus lalu lintas orang dan barang antara Surabaya
dan Pulau Madura, serta meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya Madura
dan Surabaya serta Propinsi Jawa Timur pada umumnya, perlu dibangun jembatan
permanen yang menghubungkan Surabaya dengan Madura melalui selat Madura. Selain
wilayah Surabaya dan Pulau Madura pada khususnya, dengan adanya jembatan
Suramadu ini nantinya akan berdampak langsung pada wilayah GEMAKERTOSUSILA
(GKS/Gresik, Madura, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan).
Dalam hal ini akan dibahas tentang bagian struktur bawah. Untuk tinjauan yang
lain seperti struktur atas, perkerasan dan sebagainya tidak dikupas. Akan tetapi hanya
dibahas tentang Bored Pile saja. Mengingat betapa penting arti dan fungsi bangunan
bawah terhadap keseluruhan fungsi suatu jembatan. Adapun menurut hasil perhitungan
yang telah dilakukan penulis, di dapatkan hasil bahwa nilai eskalasi antara perhitungan
menggunakan single index dan multiple index terdapat perbedaan yang signifikan. Pada
perhitungan menggunakan single indeks adalah sebesar Rp. 22.612.604,85 + USD.
3.100,82 dan perhitungan menggunakan multiple indeks adalah sebesar Rp. 316.494,32
+ USD. 505,38.
Kata kunci : Bored Pile, Main Bridge, Eskalasi, Indeks, Suramadu
PENDAHULUAN
Latar Belakang: Pesatnya pembangunan dan arus perkembangan teknologi
dalam era informasi dan globalisasi dewasa ini menimbulkan banyak konsekwensi
antara lain tuntutan pemerataan hasil pembangunan di segala bidang, baik bidang
ekonomi, pembangunan, industri, pertanian maupun bidang-bidang yang lainnya.
GKS merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur
yang mempunyai peran penting dalam mendukung perkembangan sektor industri,
perdagangan, pertanian dan pariwisata. Namun demikian, tingkat pertumbuhan antar
wilayah di GKS yang diukur dari pendapatan per kapita mempunyai perbedaan yang
cukup mencolok. Wilayah yang terletak di Pulau Madura masih tertinggal dibandingkan
kota Surabaya dan sekitarnya. Untuk mengimbangi perbedaan serta perkembangan
tersebut perlu diadakan penambahan dan perbaikan fasilitas-fasilitas pendukung, salah
satu diantaranya seperti penyediaan sarana jembatan sebagai pendukung kelancaran
transportasi dan informasi. Jembatan Suramadu akan memiliki kontribusi besar sebagai
subsistem transportasi, maka jembatan tersebut harus menjadi bagian dari sistem
jaringan jalan antar wilayah dalam menghubungkan simpul-simpul transportasi
(Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Juanda, Stasiun Gubeng dan Terminal Purabaya).
Dengan selesainya Jembatan Suramadu akan meningkatkan nilai lahan pulau Madura,
untuk itu harus dilakukan perencanaan dan pengendalian terpacu seiring Pembangunan
Jembatan Suramadu.
Salah satu faktor utama dalam melaksanakan suatu pekerjaan adalah kontrak
kerja, didalamnya berisikan syarat-syarat yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh
kedua belah pihak. Salah satu contoh dari syarat kontrak tersebut ialah dasar
eskalasi/penyesuaian harga (syarat-syarat kontrak, baik yang umum maupun yang

115

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

khusus, terutama di Pasal 70), dimana syarat tersebut terdapat pada pelaksanaan
pekerjaan yang lebih dari 365 hari atau paket pekerjaan yang pelaksanaannya lebih dari
setahun (multi years) seperti halnya Pembangunan Jembatan Suramadu Bentang
Tengah. Syarat-syarat kontrak merupakan bagian dari dokumen pelelangan, yang
merupakan dasar penyusunan penawaran oleh rekanan.
Apabila suatu syarat-syarat kontrak tidak menyebutkan adanya eskalasi harga,
maka rekanan kan melakukan perkiraan/penaksiran harga satuan dasar yang berlaku
pada saat pelaksanaan nanti, sehingga harga satuan pekerjaan yang ditawarkan pada
dasarnya adalah harga perkiraan pada pelaksanaan pekerjaan nantinya. Apabila dalam
syarat kontrak disebutkan adanya ketentuan eskalasi harga, maka pada dasarnya rekanan
akan melakukan perkiraan harga satuan dasar pada saat melakukan perhitungan
penawaran.
Selama ini untuk perhitungan eskalasi pada Bina Marga mengacu pada Keppres
Nomor 80 Tahun 2003, tetapi untuk Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu
Bentang Tengah eskalasinya mengacu pada Clausul Contract Fidic dimana kontrak
tersebut adalah kontrak internasional yang peraturannya ditetapkan oleh Federasi
Internasional
Perumusan Masalah : Bagaimana perhitungan eskalasi menggunakan single
indek berdasarkan COPA FIDIC (Conditions of Particular Application Federation
Internationale Des Ingenieurs-Conseils) dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan
standar Bina Marga dan berapa perbedaan harga eskalasi untuk pekerjaan pondasi bored
pile antara metode perhitungan single indeks dengan metode perhitungan multiple
indeks yang digunakan pada Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu Bentang
Tengah ?
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu teori penunjang diperlukan sebagai pembahasan keseluruhan masalah
yang akan timbul dalam penelitian ini. Dasar teori ini nantinya berisikan dasar-dasar
teori penunjang yang telah ditemukan oleh para ahli di bidangnya masing-masing yang
mana hasilnya telah terbukti melalui pengkajian dan penelitian serta sudah baku
keberadaannya.
Ruang Lingkup Eskalasi
Beberapa Ruang Lingkup Eskalasi adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan yang dapat dieskalasi adalah:
a. Pekerjaan yang belum dilaksanakan dan telah dikontrakkan /didasarkan
atas penawaran terhitung sebelum 1 Oktober 2005;
b. Pekerjaan yang sedang berjalan atau yang sudah diselesaikan tetapi
dikontrakkan sebelum 1 Oktober 2005
c. Pekerjaan yang sedang berjalan atau yang sudah diselesaikan tetapi
dikontrakkan setelah 1 Oktober tetapi Surat Penawaran / Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) sebelum 1 Oktober 2005.
2. Permohonan eskalasi diajukan dengan menyampaikan dokumen:
a. Surat penawaran
b. Kontrak
c. Berita acara status pekerjaan /mutualcheck per 1 Oktober 2005 yang
dibuat oleh pengawas lapangan untuk kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dan c, sebagai dasar penentuan batas pembayaran
eskalasi;

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

116

3. Eskalasi diberlakukan pada kontrak pengadaan barang dan pelaksanaan jasa


pemborongan dalam mata uang rupiah baik untuk tahun jamak (multiyears)
maupun untuk tahun tunggal (single year) yang sedang berjalan termasuk
yang dibiayai dari pinjaman /hibah luar negeri.
4. Kontrak tahun jamak yang telah mencantumkan ketentuan eskalasi, tetap
dapat melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam kontrak tersebut.
5. Untuk kontrak yang belum mencantumkan ketentuan mengenai perhitungan
eskalasi dapat menggunakan ketentuan yang tercantum dalam peraturan ini.
6. Perubahan nilai kontrak akibat eskalasi harus dituangkan dalam addendum
kontrak..
Kaitan Analisa Biaya Dengan Rumus Dasar Eskalasi dan Rumus Eskalasi Yang
Disederhanakan
Rumus-rumus eskalasi pada dasarnya diturunkan dari analisa harga satuan dari
tiap jenis pekerjaan, rumus eskalasi mengandung unsur:
1. Faktor eskalasi (K), yakni perbandingan antara harga/harga satuan pada saat
pembayaran dengan harga/harga satuan pada saat perhitungan penawaran.
2. Koefisien, yakni besaran-besaran yang tidak berubah dalam suatu rumus
eskalasi yang jumlahnya selalu sama dengan 1.
3. Indeks harga satuan dasar untuk tiap unsur dalam komponen biaya, upah,
bahan dan alat, baik saat penawaran (indeks 0) maupun saat pembayaran
(indeks t).
Penyesuaian harga, sebagaimana ditentukan di dalam Data Kontrak, untuk
sertifikat pembayaran yang menyangkut perubahan di dalam biaya dan legislasi akan
ditentukan dari rumusan faktor penyesuaian harga.
Metode 1
Pada dasarnya setiap mata pembayaran yang dihitung melalui analisa harga
satuan, mempunyai satu rumus eskalasi.
Penyesuaian harga/harga satuan sebanding dengan kenaikan masing-masing
harga satuan dasar sesuai dengan presentase bobot peran masing-masing. Apabila biaya
umum dan keuntungan tidak diberikan penyesuaian, maka rumus umum penyesuaian
harga adalah :
6.58C
0.47
1.07
42.7
9.62
0.85
24.79
13.
P
B
F
K
N
L
4
t
t
t
t
t
t
t
K =
+
+
+
+
+
+
+
100C
100P
100P
100F
100K
100N
100L0
100
0
0
0
0
0
0
Atau dengan pembulatan :
B
K
N
L
0.0 Ct
0.0 t
0.4 Ft
0.1 t
0.0 t
0.2 t
K =
+
+
+
+
+
0.13
7 C
1 P
3
0 K
1 N
5 L
F0
0
0
0
0
0
Dimana :
K
= Faktor Penyesuaian (perbandingan harga yang disesuaikan dengan
harga awal).
Ct
= Indeks Harga Semen pada saat penyesuaian.
C0
= Indeks Harga Semen pada saat penawaran.
Bt
= Indeks Harga Batu pada saat penyesuaian.
B0
= Indeks Harga Batu pada saat penawaran.
Ft
= Indeks Harga Besi Beton pada saat penyesuaian.

117

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

F0
= Indeks Harga Besi beton pada saat penawaran.
Kt
= Indeks Harga Kayu pada saat penyesuaian.
K0
= Indeks Harga Kayu pada saat penawaran.
Nt
= Indeks Harga Paku pada saat penyesuaian.
N0
= Indeks Harga Paku pada saat penawaran.
Lt
= Indeks Harga Kerja pada saat penyesuaian.
L0
= Indeks Harga Kerja pada saat penawaran.
Angka 0.07; 0.01; 0.43; 0.01; 0.25 dan 0.13 adalah Nilai Koefisien untuk tiap
komponen harga satuan dasar yang terkait dan jumlahnya selalu sama dengan 1.00.
Untuk menyederhanakan perhitungan penyesuaian harga, tidak jarang rumus
lebih disederhanakan lagi. Yang semula untuk setiap jenis pekerjaan yang mempunyai
analisa harga satuan mempunyai rumus eskalasi, disederhanakan lagi dan yang semula
dijadikan beberapa jenis pekerjaan, digabungkan dan diperhitungkan bobot peran
masing-masing komponen harga satuan dasarnya pada penggabungan tersebut, untuk
mendapatkan nilai koefisiennya.
Maka dari puluhan rumus penyesuaian harga, akan menjadi empat (4) atau lima
(5) saja kelompok rumus penyesuaian harga, misalnya :
1. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Tanah.
2. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Pasangan Batu.
3. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Beton Bertulang.
4. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Baja.
5. Rumus Penyesuaian Harga untuk Pekerjaan Pengaspalan.
Metode 2
Metode lain yang umum digunakan dalam menghitung eskalasi adalah dengan
menggunakan persamaan berikut :
L
M1
M2
M3
E
P
m
m
m
n
n
n
n
n
= A + l
+
+
+
+ e
+ f
L
M1
M2
M3
E
n
1
2
3
0

Dimana :
Pn
adalah suatu faktor penyesuaian harga untuk diberlakukan bagi mata
pembayaran utama dalam rupiah. Penyesuaian ini akan dapat digunakan
untuk pembayaran pekerjaan yang dilaksanakan pada bulan
bersangkutan.
A
adalah suatu konstanta dengan nilai 0.15 kecuali jika ditetapkan lain di
dalam Data Pemilihan Langsung, mewakili bagian yang tidak bisa
disesuaikan di dalam pembayaran kontraktual.
L, m (1,2,3), e dan f adalah konstanta atau pembobotan, yang ditetapkan dalam
pada lampiran syarat-syarat Kontrak yang berjudul Komponen Faktor Biaya untuk
Item Pembayaran mewakili proporsi yang diperkirakan dari tiap unsur biaya (tenaga
kerja, metarial, pemakaian peralatan dan bahan bakar) dalam pekerjaan-pekerjaan atau
bagian dari padanya seperti berikut ini :
l + m1 + m2 + m3 + e + f + A = 1
Lo, M (1,2,3)o, Eo dan Fo adalah Indeks harga dasar atau harga pada 28 hari
sebelum pembukaan penawaran (Indeks Nol).
Ln, M(l,2,3)n, En dan Fn, adalah Indeks Harga yang berlaku pada saat
dipertimbangkan atau indeks harga (tenaga kerja, material, pemakaian peralatan dan
bahan bakar) untuk bulan "n". Ln dan Lo adalah Indeks Umum untuk Ibukota Propinsi

F
n

F
0

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

118

yang bersangkutan yang diterbitkan bulanan dalam "Indikator Ekonomi", Tabel Index
Umum. M (l,2,3) n dan M (l,2,3) n adalah Indeks Harga untuk bahan.
Sumber yang dapat diterapkan untuk masing-masing Item Pembayaran
ditetapkan oleh Tabel "Komponen Faktor Biaya untuk Item Pembayaran" dan Tabel
"Sumber Indeks Harga". Indeks diterbitkan tahunan dalam "Index Harga Perdagangan
Besar Indonesia untuk Material Konstruksi/Bangunan". Bilamana indeks pada saat
dipertimbangkan belura tersedia maka (Indeks Nasional) dapat diperoleh secara
langsung dari Badan Pusat Statistik.
En dan Eo adalah Indeks Harga untuk peralatan. Indeks diterbitkan tahunan
dalam " Index Harga Perdagangan Besar Indonesia untuk Material
Konstruksi/Bangunan", Item 23, Mesin dan Perlengkapannya". Bilamana indeks pada
saat dipertimbangkan belum tersedia maka (Indeks Nasional) dapat diperoleh secara
langsung dari Badan Pusat Statistik.
Fn dan Fo adalah Indeks Harga untuk bahan bakar dengan dasar harga patokan
Pertamina yng berlaku untuk sektor Industri. Dalam kasus-kasus tertentu, dengan
pertimbangan bahwa harga bahan bakar yang dikeluarkan oleh pertamina adalah
berbeda-beda / tidak seragam karena adanya subsidi pemerintah, angka indeks harga
bahan bakar dapat didasarkan kepada data BPS.
Tabel 1: Ringkasan Sumber-Sumber Indeks
TABEL

KELOMPOK KOMOD1TI

APLiKASI UTAMA

Barang dari Sumber (Quarry) dan


Galian (Borrow) Segala Jenis

Lapis Pondasi Agregat, Timbunan, dsb.

7
9
10

Bahan Bangunan Dari Kayu/Bambu

Acuan kayu, perancah kayu.

Cat, dan sejenisnya

Marka Jalan, dsb.

Aspal

Semua Produk Aspal

12

Barang Lainnya Dari Karet

Perletakan Etastomerik, dsb.

16

Semen Portland

Semua Produk Beton

IS

Barang-barang dari Besi dan Baja

21

Bahan Bangunan dari Logam

26

Perlengkapan Listrtk Lzinnya.

Perletakan Logam, Rel Pengaman, acuan


baja, perancah baja, produk logam lainnya
Baja Straktur, Kabel uniuk Diafragma
Beton Prategang & Unit Pracetak
Prategang
Lampu penerangan jalan termasuk
kabelnya, fitting, panel, dan tiang serta
aksesorisnya

TABEL
SEKTOR INDUSTRI
3,37.1 Kon-Blok
3.39.2 Besi Beton
Badan Pusat Statistik, Jakarta

APLIKAS1 UTAMA
Perkerasan Blok Beton
Semua Jenis Baja Tulangan

119

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

Tabel 2: Contoh Faktor Komponen Harga untuk Item Pembayaran


MATA
PEMBAYA

Divisi 2
2.1
12
2.3(1) -(3)
2.3(4)
Divisi 3
3.1 (i)
3-1 (2)
3.1 (3) -(5)
3.1. (6) -(7)
3.2(1)
3.2 (2) (3)
Divisi 4
4.2(1) -(2)
4.2(3)
4.2(4)
Divisi 5
5-KD -(2)
52
5.4(1)
5.4(2)
Divisi 6
6.1(1) -(2)
62(1) -(2)
6.2(3)
6.3(1) -(2)
6.3 (3)
6.3 (4)
6.3(5)
6.3(6)
6,3(7)
Divisi 7
7.1(I)-(8)
7.2{I)-(8)
7.2(9)
7.2(10)
7.2 (11)
7.3(1) -(5)
7.4(1). (3)
7.5(1)
7.6 (6). (7)
7.6(8)
7.6(9)-(10)
7.6(11)
7.6(11)7.6(15)7.6(18)7.7(1) -(4)
7.7 (5)-(8)
7.9
7.10(1)
7.10(2)
7.10(3)

URAIAN

SAT.

KOMPONEN FAKTOR HARGA


1
f
ml
m2
e

Galian Untuk Drainage dan


Pasangan Batu dengan Mortar
Gorong-gorong Pipa Beton
Gorong-gorong Pipa Baja

M3
M3
Ml
Ton

0.032
0.038
0.004
0.004

0.327
0010
0.013
0.013

0.000
0.329
0.022
0.000

0,000
0,458
0.791
0.813

0.491
0.015
0.020
0.020

Galian Biasa
Galian Batu
Galian Struktur
Galian Perkerasan Beraspal
Timbunan Biasa
Timbunan Pilihan

M3
M3
M3
M3
M3
M3

0.032
0.057
0.012
0.064
0.008
0.006

0.327
0317
0.139
0.314
0.220
0.117

0.000
0.000
0.409
0.000
0.291
0.552

0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000

0.491
0.476
0.209
0.472
0.331
0.175

Lapis Pondasi Ageregat Kelas


Lapis Pondasi Semen Tanah
Semen untuk Lapis Pondasi

M3 0.042 0.117 0.515 0.000 0.176


M3 0.041 0.116 0.517 0.000 0.176
Ton 0.000 0.000 0.000 0.850 0.000

Lapis Pondasi Ageregat Kelas


Lapis Pondasi Kelas C
Semen untuk Lapis Pondasi
Lapis Pondasi Semen Tanah

M3
M3
Ton
M3

0.042
0.039
0.000
0.041

0.117
0.117
0.000
0.116

0.515
0.519
0.000
0.517

0.000
0.000
0.850
0.000

0.176
0.175
0.000
0.176

Lapis Resap Pengikat / Lapis


Liter 0.033 0.132 0.000 0.487 0.198
Ageregat Penutup BURTU dan
M2 0.019 0.109 0.559 0.000 0.163
Baton Aspal Untuk Pekerjaan
Liter 0.000 0.000 0.000 0.850 0.000
Latasir(SS)KeIasA/B
M2 0,00 0.100 0.208 0.386 0.150
Lataston - Lapis Aus (HRS-WC) M2 0.00 0.100 0.208 0.386 0.150
Lataston - Lapis Pondasi (HRSM3 0.006 0.100 0.208 0.386 0.150
Laston - Lapis Aus (AC-WQ
M2 0.006 0.100 0.208 0.38 0.150
Laston - Lapis Pengikat (ACM3 0.00 0.100 0.20S 0.38 0.150
Laston - Lapis Pondasi (ACM3 0.00 0.100 0.208 0.38 0.150
Beton
Unit Pracetak Gelagar
Baja Prategang
Hollow Slab Pracetak
Diafragma K350 Termasuk Pra
Baja Tulangan
Baja Struktur
Pemasangan Jembatan Baja
Penyediaan Tiang Pancang Kayu
Penyediaan Tiang Pancang Baja
Penyediaan Tiang Pancang
Pemancangan Tiang Pancang
Pemancangan Tiang Pancang
Pemancangan Tiang Pancang
Tiang Bor Beton, Cor di Tempat
Penyediaan Dinding Sumuran
Penurunan Dinding Sumuran
Pasangan Batu
Pasangan Batu Kosong Diisi
Pasangan Batu Kosong
Bronjong

M3
Buah
Kg
Buah
M3
Kg
Kg
Kg
M3
Kg
M3
Ml
Ml
Ml
Ml
Ml
Ml
M3
M3
M3
M3

Volume Pekerjaan Yang Mengalami Eskalasi

0.036
0.049
0.012
0.002
0.049
0.056
0.056
0.255
0.035
0.035
0.049
0.128
0.128
0.128
0.043
0.085
0.328
0.089
0.079
0.155
0.147

0.013
0.060
0.006
0.023
0.060
0.013
0.013
0.085
0.000
0.000
0.013
0.043
0.043
0.043
0.199
0.042
0.166
0.071
0,076
0.000
0.026

0.196
0.016
0.000
0.006
0.016
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.069
0.000
0.000
0.000
0.024
0.196
0,000
0,233
0,231
0.594
0.243

0.586
0.629
O.S2
0.785
0.629
0.760
0,760
0.000
0.815
0.815
0.699
0.000
0.000
0.000
0.267
0.442
0.000
0.375
0.376
0.000
0.396

0.019
0.096
0.010
0.034
0.096
0.021
0.021
0.510
0,000
0.000
0.020
0.679
0.679
0.679
0.317
0.085
0.356
0.082
0.088
0.101
0.038

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

120

Untuk memberikan ilustrasi tentang bagaimana menghitung volume pekerjaan


yang mengalami eskalasi serta bulan n yaitu bulan dimana indeks untuk eskalasi
diambil, kita tinjau dari kasus di bawah ini :
Nomor Item Pembayaran = 7.1.(1)-(8)
Satuan Pengukuran
= M
Nama Item Pembayaran
= Beton
BULAN
Rencana
Realisasi

Volume (M)
Persentase
Kumulatif
Volume (M)
Persentase
Kumulatif

Mei

Juni

Juli

Agsts.

Sept.

Okt.

40

20

25

15

40%

60%

85%

100%

30

25

25

20

30%

55%

80%

100%

Dasar perhitungan eskalasi terhadap realisasi pekerjaan


a. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan Juli
Dari total 30 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan Juli, maka
Perhitungan eskalasi 30 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Mei
b. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan Agustus
Dari total 25 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan Agustus,
maka Perhitungan skalasi 10 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan
Mei, sedangkan 15 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Juni.
c. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan September
Dari total 25 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan September,
maka, Perhitungan skalasi 5 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan
Juni, sedangkan 20 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Juli.
d. Untuk pekerjaan yang direalisasikan pada bulan Oktober
Dari total 25 M3 pekerjaan beton yang direalisasikan pada bulan Oktober,
maka Perhitungan skalasi 5 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan
Juli, sedangkan 20 M3 Beton didasarkan atas Indeks pada Bulan Agustus.
Contoh Perhitungan Faktor Eskalasi Harga
Contoh Perhitungan Faktor Eskalasi Untuk Item Pekerjaan 7.1.(l)-8 Beton Di
Propinsi ABC
Dari Tabel diatas diketahui besarnya konstanta
o untuk tenaga kerja
= 0.036
o f untuk bahan bakar
= 0.013
o m1 untuk material galian
= 0.196
o m2 untuk material semen
= 0.568
o e untuk peralatan
= 0.019
Misalkan: Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum
batas akhir pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :
o L0
untuk tenaga kerja yang diperoleh dari "Indikator Ekonomi" Tabel
Indeks Umum adalah = 109.5
o F0 untuk harga bahan bakar solar untuk industri adalah Rp. 1.610,o M10 untuk material galian yang diperoleh dari Indeks Harga Perdagangan
Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia, Kelompok Komodi
3. Barang Galian segala jenis = Rp. 317,61

121

Pn

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

o M20 untuk material semen yang diperoleh dari Indeks Harga Perdagangan
Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia, Kelompok Komodi
16. Semen = Rp. 287,51
o E0 untuk peralatan yang diperoleh dari Indeks Harga Perdagangan Besar
Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia. Kelompok Komodi 23.
Mesin dan Perelngkapannya = Rp. 301,41
Misalkan Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada bulan "n" yaitu
saat dilakukan pertimbangan eskalasi adalah sebagai berikut :
o Ln untuk tenaga kerja yang diperoleh dari "Indikator Ekonomi" Indeks
Umum adalah = Rp. 117,16
o Fn untuk harga bahan bakar solar untuk industri adalah Rp. 1.610,o M1n untuk material galian yang diperoleh dari Indeks Harga Perdagangan
Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia, Kelompok Komodi
3. Barang Galian segala jenis = Rp. 338,56
o M2n untuk material semen yang diperoleh dari Indeks Harga Perdagangan
Besar Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia, Kelompok Komodi
16. Semen = Rp. 299,08
o En untuk peralatan yang diperoleh dari Indeks Harga Perdagangan Besar
Bahan Bangunan/Konstruksi Indonesia. Kelompok Komodi 23.
Mesin dan Perelngkapannya = Rp. 311,13
Jika dimasukkan kepada persamaan faktor eskalasi :
L
F
En
P
m M1n
m M2n
m M3n
n
n
= A + l
+
+
+
+ e
+ f
L
F
n
1
2
3
M
M
M
E
0
10
20
30
0
0
Akan didapat :
117.6
161
338.5
299.0
311.1
1
0
6
8
3
0.1
0.0
0.01
0.19
0.01
=
+
+
+
+
+
5
36
3
6
0.586 287.5
9
161
317.6
301.4
109.5
0
1
1
1
0.1
0.0
0.01
0.20
0.61
0.0
Pn =
+
+
+
+
+
5
39
3
9
0
2
1.03
Pn =
98
Sertifikat dan Pembayaran
Klause 60. Sertifikat dan Pembayaran.
Klause 60.1 dan 60.3 sampai 60.10 pada kondisi umum dihapus dan mengikuti
Sub Clause 60.1 dan 60.3 sampai 60.14 sebagai penggantinya.
Pertanyaan
Sub Klause 60.1 adalah sebagai berikut :
Harga kontrak berdasarkan pada harga satuan dan mempertunjukan jumlah
dimana kontraktor mempertimbangkan bahwa kontraktor berhak hingga akhir bulan
dengan mengacu pada hal berikut :
a. Nilai dari pekerjaan-pekerjaan tetap yang telah dilaksanakan.
b. Materi lain didalam Harga Satuan termasuk untuk peralatan kontraktor,
pekerjaan temporer, hari kerja dan yang seperti itu.

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

122

c. Persentase dari harga faktur dari daftar-daftar material, seluruhnya


dinyatakan di dalam catatan tambahan ke penawaran dan peralatan dikirim
oleh kontraktor ke lokasi kerja untuk digabungkan di dalam pekerjaan tetap
tapi tidak menyatukan dalam pekerjaan yang lain (not permanent works).
d. Penyesuaian-penyesuaian tersebut terdapat pada Clause 70 dan
e. Beberapa hal yang kontraktor berhak berdasarkan kontrak atau jika tidak
termasuk di dalam perhitungan sementara.
Cara Pembayaran
Pada Sub-Clause 60.3 dijelaskan bahwa pembayaran ke kontraktor dari pemilik
proyek akan dimasukkan di dalam mata uang dimana menurut harga kontrak adalah
dapat dibayarkan ke suatu rekening bank atau rekening yang telah ditunjuk oleh
kontraktor.
Uang Retensi
Pada Sub-Clause 60.4 dijelaskan bahwa jumlah persentase uang
penangguhan/retensi ditetapkan di dalam Appendix to Bid (catatan tambahan)
penawaran untuk setiap mata uang sebesar 5% dari total penagihan fisik, yang
ditentukan menurut acuan Sub-Clause 60.1 akan dibuatkan oleh engineer yang pertama
dan setelah Interim Payment Certificate/IPC (Pembayaran Sementara).
Pembayaran Uang Retensi
Pada Sub-Clause 60.5 dijelaskan bahwa pengembalian pembayaran uang
penangguhan akan mengikuti standar FIDIC (Federation Internationale Des
Ingenieurs-Conseils) dan terdapat pada Clause 60.3 yaitu 50% ketika terselesainya
pekerjaan dan 50% dibayarkan setelah periode pemeliharaan.
Pembayaran Uang Muka
Pada Sub-Clause 60.6 dijelaskan bahwa pemilik proyek akan melakukan
pembayaran uang muka tanpa bunga kepada kontraktor pilihan untuk biaya-biaya
mobilisasi menyangkut pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang lebih senilai 20% dari
harga kontrak pada perhitungan sementara, dapat dibayarkan dalam proporsi mata uang
asing dan lokal berdasarkan harga kontrak. Tetapi dalam hal tersebut tidak melebihi
jumlah yang telah disepakati dalam Appendix to Bid (catatan tambahan). Pembayaran
uang muka tersebut akan berhubungan pada sertifikasi terpisah dengan engineer setelah
a. Pelaksanaan tentang format persetujuan oleh para peserta.
b. Ketetapan-ketetapan oleh kontraktor tentang kemampuannya di dalam
keamanan menurut Sub-Clause 10.1
c. Ketetapan-ketetapan dari kontraktor tentang kondisi-kondisi dari suatu bank
tanpa syarat menjamin dalam suatu format dan oleh suatu bank milik
pemerintah China yang bisa diterima kepada pemilik proyek pada mata uang
dan jumlah yang sepadan dengan pembayaran uang muka. Bank seperti itu
menjamin akan sisa efektif sampai pembayaran uang muka telah dibayar
kembali menurut paragraf di bawah ini, tapi jumlah tersebut akan menjadi
semakin dikurangi dari jumlah yang telah dibayar kembali oleh kontraktor
sebagai tanda di dalam Interim Payment Certificate/IPC (pembayaran
sementara) yang dikeluarkan berdasarkan dengan Clause ini.
Uang muka akan dibayarkan kembali dengan cara dipotong 25% dari jumlah
pekerjaan-pekerjaan tetap yang telah dilaksanakan di setiap bulannya dari awal
mulainya Interim Payment Certificate/IPC (pembayaran sementara) dengan
dikeluarkannya IPC yang pertama untuk perkembangan sampai seperti waktu nilai
seluruhnya dari pembayaran uang muka telah di kembalikan, apabila uang muka

123

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

tersebut di atas dikeluarkan Taking-Over Certificate (serah terima sertifikat) untuk


kelengkapan pekerjaan-pekerjaan atau peristiwa apapun ditetapkan pada Sub-Clause
63.1 atau pada uraian Clause 65, 66 atau 69 dilengkapi semuanya, sisanya yang belum
diselesaikan akan dengan segera akan dijatuhkan tempo dan harus dibayar oleh
kontraktor ke pemilik proyek.
Waktu Pembayaran dan Bunga
Pada Sub-Clause 60.7 dijelaskan bahwa standar isinya yang mengacu pada
Clause 60.10 akan disesuaikan.
Koreksi Sertifikat
Pada Sub-Clause 60.8 dijelaskan bahwa engineer boleh mengoreksi beberapa
Interim Payment Certificate/IPC (pembayaran sementara) atau memperbaharui IPC
sebelumnya, hal itu telah dikeluarkan oleh engineer dan akan mendapat wewenang, jika
pekerjaan manapun tidak jadi dilaksanakan atas kepuasan engineer untuk
menghilangkan atau mengurangi nilai dari pekerjaan pada IPC-IPC tersebut.
Pernyataan Penyelesaian
Pada Sub-Clause 60.9 dijelaskan bahwa tidak lebih dari 84 hari setelah
dikeluarkannya serah terima sertifkat menyangkut pekerjaan keseluruhan, kontraktor
akan mengajukan kepada engineer tentang pernyataan penyelesaian di dalam nomor
copyan penetapan di lampiran penawaran dengan menunjukan dokumen pendukung
secara detail, pada format tersebut yang disetujui oleh engineer.
a. nilai akhir pada semua pekerjaan diselesaikan sesuai dengan kontrak terbaru
dinyatakan dalam serah terima sertifikat.
b. Penjumlahan lebih lanjut dimana pertimbangan-pertimbangan kontraktor
jatuh tempo, dan
c. Perkiraan jumlah tersebut, pertimbangan-pertimbangan kontraktor akan
disesuaikan haknya berdasarkan kontrak. Perkiraan tersebut akan
dimunculkan secara terpisah di dalam pernyataan penyelesaian. Engineer
akan mengesahkan pembayaran tersebut sesuai dengan Sub-Clause 60.2
Pernyataan Terakhir
Pada Sub-Clause 60.9 dijelaskan bahwa tidak lebih dari 56 hari setelah
dikeluarkannya pertanggungjawaban menurut kekurangan pada Sub-Clause 62.1.
Kontraktor akan mengajukan ke engineer untuk mempertimbangkan susunan akhir dari
pernyataan di dalam copyan nomor yang ditetapkan di lampiran penawaran dengan
menunjukan dokumen pendukung secara detail, di dalam format tersebut telah disetujui
oleh engineer.
a. Nilai keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kontrak
dan.
b. Penjumlahan lebih lanjut tentang pertimbangan-pertimbangan kontraktor
yang jatuh tempo untuk kontraktor berdasarkan kontrak atau dengan cara
lain.
Jika engineer tidak menyetujuinya atau tidak mendapatkan hasil kebenerannya
dari sebagian susunan final statement (pernyataan terakhir) tersebut, kontraktor akan
mengajukan informasi lebih lanjut seperti yang engineer wajibkan dan akan membuat
perubahan-perubahan yang demikian di dalam susunan seperti yang telah disetujui oleh
mereka. Kontraktor selanjutnya akan mempersiapkan dan mengajukan ke engineer
tentang pernyataan terakhir ketika disetujui. (pada kondisi-kondisi seperti ini disebut
final statement/penyelesaian terkahir).

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

124

Jika mengikuti diskusi-diskusi antara engineer dengan kontraktor dan dari


beberapa perubahan untuk susunan akhir penyelesaian tersebut dapat disetujui oleh
kedua belah pihak. Hal tersebut menjadi jelas apabila ada bantahan-bantahan, engineer
akan mengirim IPC ke pemilik proyek untuk komponen-komponen tersebut pada
susunan pernyataan terakhir, jika hal itu tidak ada di dalam bantahan. Perselisihan
tersebut kemudian akan diselesaikan di dalam Clause 67. Pernyataan terakhir akan
disetujui apabila perselisihan tersebut diselesaikan.
Pelunasan.
Pengajuan tersebut di atas tentang Final Statement (pernyataan terakhir),
kontraktor akan memberikan ke pemilik proyek dengan tembusan kepada engineer.
Pelunasan tertulis (dikonfirmasikan) yang menetapkan bahwa total dari penggambaran
penuh pernyataan terakhir dan akhir pelunasan hutang terhadap semua yang jatuh tempo
kepada kontraktor sebagai akibat dari hasil kontrak. Dengan ketentuan bahwa pelunasan
seperti itu akan menjadi efektif seandainya setelah jatuh tempo pembayaran berdasarkan
sertifikat pembayaran terakhir yang dikeluarkan berdasarkan Sub_clause 60.13 telah
dibuat dan jaminan tercapai yang sesuai dengan Sub-Clause 10.1 telah dikembalikan ke
kontraktor.
Akhir Pembayaran
Tidak lebih dari 28 hari setelah diterimanya final statement (pernyataan terakhir)
dan rekap hasil pelunasan, engineer akan mengirim ke pemilik proyek (dengan lampiran
untuk kontraktor) sertifikat pembayaran terakhir menyatakan :
a. Jumlah tersebut menurut pendapat engineer selesai dilunasi/dibayar apabila
berdasarkan kontrak atau dengan cara lain dan
b. Kemudian pemberian kredit kepada pemilik proyek untuk semua jumlah
yang sebelumnya dibayarkan oleh pemilik proyek dan untuk semua total
dimana pemilik proyek diberi hak, selain berdasarkan pada Clause 47
seimbang. Bila ada yang sesuai dengan susunan dari pemilik proyek kepada
kontraktor atau sebaliknya dilihat masalahnya.
DATA DAN METODOLOGI
Umum
Dalam bab ini akan dijabarkan uraian kegiatan dan bagan alir yang diperlukan
dalam penyusunan penelitian ini.
Uraian Kegiatan
Uraian kegiatan penyelesaian masalah terbagi beberapa tahap dalam
pengerjaannya seperti yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan mengenai eskalasi/penyesuaian harga meliputi:
o Data dari Biro Pusat Statistik (BPS), berupa indeks harga satuan.
o Interim Payment Certificate (sertifikat pembayaran sementara)
o Data hasil pekerjaan bored pile di Pier 46 dan Pier 47 (Main Bridge)
o Schedule pekerjaan untuk pelaksanaan pekerjaan bored pile.
o Document Contract.
2. Analisa
Dari data-data yang ada maka akan dilakukan perhitungan eskalasi untuk
mengetahui perbandingan perbedaan dari hasil akhir harga satuan dasar untuk
kontrak baru, meliputi:
o Metode perhitungan yang digunakan.

125

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

o Perbandingan perhitungan menggunakan Single Indeks dengan Multiple Indeks.


o Selisih jumlah pembayaran sebelum eskalasi dengan setelah adanya eskalasi.
ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
Perhitungan Eskalasi
Single Index
1. Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Pier 46
Pile #28
Harga Satuan Harga Satuan
Volume
Dasar
Dasar
(USD)
(Rupiah)
Steel Casing
35,9469 ton 14 Januari 2006
1.263,39
1.840.566,89
Setelah didapat data tersebut, maka akan diketahui nilai indeks sebagai beikut :
C
B
Sumber Indeks
Pekerjaan
(Indeks saat
(Indeks
ini)
Kontrak)
o Biro Pusat
Pekerjaan Umum untuk
Jalan, Jembatan dan
210,60
147,56
Statistik Indonesia
Pelabuhan
(Lokal)
o Biro Pusat
Upah
150,80
126,20
Peralatan
105,60
102,80
Statistik China
Pengencangan Baja
126,90
122,40
(Asing)
Pelat Baja
114,90
125,80
Kemudian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rumus Eskalasi Porsi Lokal :
C - B
Nilai Eskalasi :
x 80 %
x
V - N
Item
Pekerjaan

Waktu
Pelaksanaan

Dimana :
C
:
B
:
V
:
N
:
80%

Current Indeks (Indeks pada saat pekerjaan dilaksanakan)


Base Indeks (Indeks pada saat pelaksanaan tender)
Nilai Bored Pile (Harga Satuan x Volume)
Pekerjaan yang tidak Mendapatkan Eskalasi (seperti Mobilization,
Demobilization, Temporary Work, Provisional Sums, Daywork
dan Engineer and Other Forms of Technical Studies)
: Bobot Faktor Eskalasi Berdasarkan Kontrak

Sehingga :
Nilai Eskalasi :

210.60 - 147.56

147.56

:Rp.

0.4272

80% x

22,612,604.85

)x

((

1,840,566.89 x 35.9469

80% x

66,162,673.94

(a)

Rumus Eskalasi Porsi Asing :

- B
B

80 %

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

126

Nilai Eskalasi :
Akan tetapi pada kontrak volume I disebutkan bahwa Kontraktor China
menginginkan eskalasi tersebut dipecah menjadi empat jenis item pekerjaan
seperti tersebut di bawah ini :
1. Nilai Eskalasi (Upah)
:
C

- B
B

20 %

2. Nilai Eskalasi (Peralatan)


C

- B
B

20 %

3. Nilai Eskalasi (Besi Tulangan) :


C

4.

- B
B

30 %

Nilai

(Pelat Baja)
C

- B
B

150.80

10 %

126.20

0.1949

x 20% x

: USD 2,366.23
2. Nilai Eskalasi (Peralatan)

126.20

:(

Eskalasi

Sehingga didapat :
1. Nilai Eskalasi (Upah)
:

105.80 - 102.80

20%

166.73 x

364.03

60,694.72

)x

102.80

( (

0.0292

20% x

((

20% x

166.73 x 364.03

60,694.72

354.25
USD
3. Nilai Eskalasi (Besi Tulangan) :
:

:
:

128.20 -

122.40

122.40
0.0474

)
x

x 30% x

4. Nilai Eskalasi (Pelat Baja) :


115.80 - 125.80
862.82 ) x
:: ( USD

30% x
10%

125.80

-0.0795

( (

10%

( (
x

166.73 x

364.03

60,694.72
166.73 x

364.03

60,694.72

(482.47)
USD
Jadi, total nilai eskalasi yang digunakan Kontraktor China (Asing) adalah :
Nilai Eskalasi : Upah + Peralatan + Pengencangan Baja + Pelat Baja
Nilai Eskalasi : USD 2,366.23 + USD 354.25 + USD 862.82 + USD -482.47
Nilai Eskalasi : USD 3,100.82 (b)
:

127

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

Total Keseluruhan Nilai Eskalasi adalah : (a) + (b)


Rp. 22,612,604.85 + USD. 3,100.82
Jadi, untuk Pile #28 pada Pier 46 mendapatkan eskalasi sebesar
Rp. 22,612,604.85 + USD. 3,100.82.
Multiple Indeks
Setelah hasil perhitungan dengan menggunakan Single Indeks didapat, maka
hasil perhitungan tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan
menggunakan cara Multiple Index seperti di bawah ini.
Dari data untuk item pekerjaan Bored Pile diketahui besarnya konstanta sebagai
berikut :
a. STEEL CASING (PELAT BAJA) :
Steel Casing (Lokal)
I untuk Tenaga Kerja : 0.762
m untuk Material
: 0.000
e untuk Peralatan
: 0.038
Steel Casing (Asing)
I untuk Tenaga Kerja : 0.028
m untuk Material
: 0.759
e untuk Peralatan
: 0.012
Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir
pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :
L0
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 109.5
M0
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
184.16
E0
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
119.97
Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Ln
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 117.6
Mn
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
212.29
En
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
133.94
Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut :
o Lokal
Pn

0.20

0.20

1.061

l
0.762
+

Ln
L0
117.6
109.5

0.8184

0.000

0.0000

Mn
M0
212.29
184.16
+

0.038

En
E0
133.94
119.97

0.0424

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak steel casing lokal adalah
sebagai berikut :
Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 3.346.486,02

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

128

: Rp. 3.550.158,69
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: Rp. 3.550.158,69 - Rp. 3.346.486,02
: Rp. 203.672,67 (Lokal)
o Asing
Pn

0.20

0.20

l
0.028
0.0301

Ln
L0
117.6
109.5
+

0.759

0.8749

Mn
M0
212.29
184.16
+

0.012

0.0134

En
E0
133.94
119.97
1.118

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak steel casing asing adalah
sebagai berikut :
Nilai Eskalasi : 1.118 x USD. 2.605,59
: USD. 2.914,11
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: USD. 2.914,11 - USD. 2.605,59
: USD. 308,52
Total Eskalasi Steel Casing : Rp. 203.672,67 + USD. 308,52
b. BORING (PENGEBORAN) :
Boring (Lokal)
I untuk Tenaga Kerja : 0.762
m untuk Material
: 0.000
e untuk Peralatan
: 0.038
Boring (Asing)
I untuk Tenaga Kerja : 0.028
m untuk Material
: 0.759
e untuk Peralatan
: 0.012
Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir
pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :
L0
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 109.5
M0
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
183.19
E0
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
119.97
Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Ln
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 117.6
Mn
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
213.54
En
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
133.94
Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut :

129

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

o Lokal
Pn

0.20

0.20

1.061

l
0.762

Ln
L0
117.6
109.5

0.8184

+
+

Mn
M0
213.54
183.19

m
0.000

0.0000

0.038

En
E0
133.94
119.97

0.0424

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring lokal adalah
sebagai berikut :
Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 440.508,41
: Rp. 467.318,48
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: Rp. 467.318,48 - Rp. 440.508,41
: Rp. 26.810,07 (Lokal)
o Asing
Pn

0.20

0.20

1.128

l
0.028
0.0301

Ln
L0
117.6
109.5
+

+
+

Mn
M0
213.54
183.19

m
0.759

0.8847

0.012

En
E0
133.94
119.97

0.0134

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring adalah sebagai
berikut:
Nilai Eskalasi : 1.128 x USD. 278,48
: USD. 314,19
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: USD. 314,19 - USD. 278,48
: USD. 35,71
Total Eskalasi Boring
: Rp. 26.810,07 + USD. 35,71
c. REINFORCING (PENULANGAN) :
Reinforcing (Lokal)
I untuk Tenaga Kerja : 0.762
m untuk Material
: 0.000
e untuk Peralatan
: 0.038
Reinforcing (Asing)
I untuk Tenaga Kerja : 0.028
m untuk Material
: 0.759
e untuk Peralatan
: 0.012
Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir
pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :
L0
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 109.5

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu

130

M0

: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar


184.53
E0
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
119.97
Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Ln
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 117.6
Mn
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
223.51
En
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
133.94
Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut :
o Lokal
Pn

0.20

0.20

1.061

l
0.762
+

Ln
L0
117.6
109.5

0.8184

0.000

0.0000

Mn
M0
223.51
184.53
+

0.038

En
E0
133.94
119.97

0.0424

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak reinforcing lokal adalah
sebagai berikut :
Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 1.072.727,28
: Rp. 1.138.015,23
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: Rp. 1.138.015,23 - Rp. 1.072.727,28
: Rp. 65.287,95 (Lokal)
o Asing
Pn

0.20

0.028

0.20

1.163

0.0301

Ln
L0
117.6
109.5
+

0.759

0.9193

Mn
M0
223.51
184.53
+

0.012

En
E0
133.94
119.97

0.0134

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring adalah sebagai
berikut:
Nilai Eskalasi : 1.163 x USD. 672,74
: USD. 782,26
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: USD. 782,26 - USD. 672,74
: USD. 109,52
Total Eskalasi Reinforcing
: Rp. 65.287,95 + USD. 109,52
d. CONCRETING (PENGENCORAN) :

131

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

Concreting (Lokal)
I untuk Tenaga Kerja : 0.762
m untuk Material
: 0.000
e untuk Peralatan
: 0.038
Concreting (Asing)
I untuk Tenaga Kerja : 0.028
m untuk Material
: 0.759
e untuk Peralatan
: 0.012
Berdasarkan data dari BPS Indeks yang berlaku pada 28 hari sebelum batas akhir
pemasukan penawaran adalah sebagai berikut :
L0
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 109.5
M0
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
127.30
E0
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
119.97
Dan data dari BPS Indeks yang berlaku pada saat pekerjaan dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Ln
: Untuk Tenaga Kerja berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks
sebesar 117.6
Mn
: Untuk Material berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
184.03
En
: Untuk Peralatan berdasarkan data dari BPS diperoleh indeks sebesar
133.94
Maka akan didapatkan perhitungan sebagai berikut :
o Lokal
Pn

0.20

0.20

1.061

l
0.762
+

Ln
L0
117.6
109.5

0.8184

0.000

0.0000

Mn
M0
184.03
127.30
+

0.038

En
E0
133.94
119.97

0.0424

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak concreting lokal adalah
sebagai berikut :
Nilai Eskalasi : 1.061 x Rp. 340.503,84
: Rp. 361.227,47
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: Rp. 361.227,47 - Rp. 340.503,84
: Rp. 20.723,63 (Lokal)
o Asing
Pn

0.20

0.20

l
0.028
0.0301

Ln
L0
117.6
109.5
+

0.759

1.0972

Mn
M0
184.03
127.30
+

0.012

0.0134

En
E0
133.94
119.97

Analisa Eskalasi Single dan Multiple Index Pekerjaan Pondasi


Bored Pile Main Bridge Jembatan Suramadu
=

132

1.341

Lalu koefisien tersebut dikalikan dengan nilai kontrak boring adalah sebagai
berikut:
Nilai Eskalasi : 1.341 x USD. 151,55
: USD. 203,18
Sehingga Eskalasi yang didapatkan adalah :
: Hasil Nilai Eskalasi Nilai Kontrak (Lokal)
: USD. 171,54 - USD. 151,55
: USD. 51,63
Total Eskalasi Concreting
: Rp. 20.723,63 + USD. 51,63
Total Nilai Eskalasi untuk PEKERJAAN PONDASI BORED PILE MAIN
BRIDGE pada Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu Bentang Tengah
untuk Pile 28 adalah :
= Steel Casing + Boring + Reinforcing + Concreting
= (Rp. 203.672,67 + USD. 308,52) + (Rp. 26.810,07 + USD. 35,71) +
( Rp. 65.287,95 + USD. 109,52) + (Rp. 20.723,63 + USD. 51,63)
= Rp. 316.494,32 + USD. 505,38
Apabila jumlah uang tersebut dijadikan dalam satu mata uang, maka akan
didapatkan selisih sebagai berikut :
Kurs Kontrak : 1 USD
= Rp. 8.965,Nilai Eskalasi Single Indeks
= Rp. 22.612.604,85 + USD. 3.100,82
Nilai Eskalasi Multiple Indeks
= Rp.
316.494,32 + USD. 505,38
Kedua porsi tersebut akan dijadikan dalam satu porsi mata uang, yaitu dalam
mata uang rupiah :
Nilai Eskalasi Single Index :
= Rp. 22.612.604,85 + (USD. 3.100,82 x Rp. 8.965,-)
= Rp. 22.612.604,85 + Rp. 27.798.851,30
= Rp. 50.411.456,15
Nilai Eskalasi Multiple Index :
= Rp. 316.494,32 + (USD. 505,38 x Rp. 8.965,-)
= Rp. 316.494,32 + Rp. 4.530.731,70
= Rp. 4.847.226,02
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan eskalasi menggunakan single indeks berdasarkan COPA FIDIC
(Conditions of Particular Application Federation Internationale Des IngenieursConseils) dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan standar Bina Marga dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa yang lebih menguntungkan pihak owner
adalah dengan menggunakan Rumus Multiple Index (Perhitungan berdasarkan
Standar Bina Marga PU).
2. Rumus Single Index digunakan oleh kedua belah pihak dikarenakan Harga Satuan
dari Standar Pusat Statistik yang berbeda dari kedua Negara.
3. Terdapat selisih harga eskalasi yang sangat signifikan antara Rumus Single Index
dengan Multiple Index yaitu Single Index sebesar Rp. 22.612.604,85 + USD.
3.100,82 sedangkan Multiple Index sebesar Rp. 316.494,32 + USD. 505,38

133

NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008: 114 -133

Saran
Saran untuk perhitungan eskalasi selanjutnya, agar mempertimbangkan rumus
yang akan digunakan. Mempertimbangkan agar kedua belah pihak tidak ada yang
merasa dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA
Kepmen. Permukiman dan Prasarana Wilayah (2003), Standar dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konsultasi (Jasa Perencanaan dan Pengawasan) dan Jasa
Pemborongan (Jasa Pelaksanaan Konstruksi) yang disempurnakan. No.
318/KPTS/M/2003, Jakarta.
Keppres. RI (2003), Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di dalam
Pemerintahan No. 80. Jakarta .
Permen. Keuangan (2005), Penyesuaian Harga Satuan dan Nilai Kontrak Kegiatan
Pemerintah Tahun Anggaran 2005. Jakarta.
FIDIC (1987). Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils. Switzerland.
HS, Sardjono, (1996), Pondasi Tiang Pancang 1, Sinar Wijaya, Surabaya
Wahyudi, Herman, (1999), Daya Dukung Pondasi Dalam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Das, Braja M., (1980), Principal of Foundation Engineering, Prentice Hall, New Jersey
Coduto, Donald P., (1977), Foundation Design : Principal and Practicles, Prentice Hall,
New Jersey

Anda mungkin juga menyukai