Anda di halaman 1dari 4

Managemen syok

Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan


oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah. Pada
syok tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi jaringan saja biasanya tidak cukup
untuk menghentikan perkembangan peradangan sehingga perlu dilakukan upaya
menghilangkan faktor toksik yang terutama disebabkan oleh bakteri.
Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa
memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada penyebab syok.
Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting terhadap pasien yang
mengalami syok hipovolemik dan distributif.
Pemberian cairan secara IV akan memperbaiki volume darah yang
bersirkulai, menurunkan viskositas darah, dan meningkatkan aliran darah vena,
sehingga membantu memperbaiki curah jantung. Akibat selanjutnya adalah
meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan pasokan oksigen kepada sel.
Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau koloid. Pada
hewan yang mengalami hipovolemik dengan fungsi jantung normal, cairan
Ringer laktat atau Ringer asetat diberikan dengan cepat. Dosis yang
direkomendasikan untuk syok 5 Syok dan Terapi Cairan adalah 90 ml/kg IV untuk
anjing dan 60 ml/kg IV untuk kucing. Seperempat dari jumlah tersebut diberikan
selama 5-15 menit pertama dan bersamaan dengan itu dilakukan evaluasi
terhadap respon kardiovaskular (kecepatan denyut jantung, warna membrana
mukosa, kualitas pulsus, dan CRT). Koloid atau plasma pada dosis 22 ml/kg pada
anjing dan 10-15 ml/kg pada kucing digunakan untuk resusitasi syok. Kecepatan
dan volume terapi cairan harus dapat ditoleransi oleh individu pasien. Kecepatan
dan jumlah pemberian cairan dimonitor pada tekanan vena sentral dan
pengeluaran urin. Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangan banyak
darah, secara ideal harus dilakukan transfusi darah dengan kecepatan tidak
melebihi 22 ml/kg secara IV dan kontrol perdarahan harus dilakukan dengan
baik. Bila PCV menurun secara akut menjadi di bawah 20%, transfusi padatan sel
darah merah (packed red blood cells) atau darah total secara nyata memperbaiki
tekanan darah dan penghantaran oksigen ke jaringan. Pada syok kardiogenik,
terapi cairan yang terlalu cepat dapat berakibat fatal karena akan meningkatkan
beban kerja jantung dan selanjutnya membahayakan sirkulasi.
Terapi syok kardiogenik tergantung pada penyebabnya. Jika syok
disebabkan oleh kontraktilitas miokardium yang jelek, disarankan penanganan
dengan beta-agonist. Dobutamin merupakan betaagonist yang mampu
meningkatkan curah jantung dan penghantaran oksigen, tanpa menyebabkan
vasokonstriksi, merupakan obat yang paling umum digunakan untuk
meningkatkan fungsi jantung. Jika hewan sedang diberikan obat yang menekan
miokardium (misalnya anestesia), maka pemberian obat 6 Syok dan Terapi
Cairan tersebut harus dihentikan. Perikardiosentesis harus dilakukan jika efusi
perikardium cukup banyak dan menyebabkan tamponad. Pada syok distributif
apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah dilakukan terapi cairan yang cukup
maka dibutuhkan pemberian vasopresor.
Oleh karena curah jantung dan tahanan pembuluh darah sistemik
mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada pasien hipotensi
harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan fungsi jantung dengan terapi

cairan dan obat inotropik, dan/atau memodifikasi tonus pembuluh darah dengan
agen vasopresor. Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih
kontroversial. Namun apabila digunakan, glukokortikoid harus digunakan pada
penanganan awal dan tidak diulang penggunaannya. Prednisolon
direkomendasikan pada dosis 22-24 mg/kg secara IV. Glukokortikoid kerja cepat
(rapid-acting glucocorticoid) yang lain yang tersedia dalam bentuk parenteral
adalah deksametason sodium fosfat, direkomendasikan pada dosis 2-4 mg/kg
secara IV.
Syok septik sering kali berkaitan dengan bakteri gram negatif, dan antibiotik
yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau aminoglikosida dan penisilin.
Apabila menggunakan aminoglikosida, hewan harus dalam kondisi hidrasi yang
baik, karena aminoglikosida dapat mengakibatkan nefrotoksik. Hewan yang
sedang mendapatkan penanganan syok harus terus dimonitor. Dua faktor yang
sangat penting untuk dimonitor adalah tekanan dan volume darah. Sebagai
petunjuk dalam pemberian terapi dapat digunakan parameter kardiovaskuler
(kecepatan denyut jantung, warna membrana 7 Syok dan Terapi Cairan mukosa,
kualitas pulsus, CRT, tekanan vena sentral), kecepatan pernapasan, temperatur,
hematokrit, dan pengeluaran urin. Untuk mengevaluasi terapi cairan pada syok
karena perdarahan sangat penting dilakukan pengukuran PCV (packed cell
volume) dan TS (total solid). Tekanan gas dalam darah sangat penting dalam
penentuan dan memonitor keseimbangan asam-basa.

Jenis Cairan Infus:

Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi


ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas
rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa
2,5%.
Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan
tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif
dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan

hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+RingerLactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan
berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat
dan garam fisiologis.
Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid.

sedangkan herniorafi adalah tindakan memperbaiki dinding posterior


kanalis inguinalis. Pendekatan yang dapat digunakan dalam herniorafi
antara lain open, preperitoneal, dan laparoskopik.

Anda mungkin juga menyukai