PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan jenis
penyakit yang paling banyak diderita oleh
penduduk di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Umumnya penyebab penyakit
infeksi adalah bakteri. Salah satu cara
pengobatannya adalah dengan pemberian
antibiotik. Penggunaan antibiotik yang
tidak
tepat
dapat
menyebabkan
berkembangnya bakteri-bakteri yang kebal
terhadap antibiotik tersebut (Mulyono,
2013). Peningkatan resistensi bakteri
terhadap antibiotik merupakan tantangan
besar untuk mendapatkan senyawa
antibakteri dengan memanfaatkan senyawa
bioaktif dari suatu tumbuhan.
Tumbuhan memiliki kandungan zat
kimia aktif yang memiliki potensi besar,
salah satunya adalah membunuh atau
menghambat
pertumbuhan
bakteri.
Masyarakat
biasanya
menggunakan
tumbuhan untuk mengobati suatu penyakit
yang dikenal dengan obat tradisional. Obat
tradisional dalam kimia bahan alam
mengandung
senyawa-senyawa
yang
dikenal dengan metabolit sekunder.
Metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia
yang
umumnya
mempunyai
kemampuan bioaktivitas dan berfungsi
sebagai pelindung tanaman. Senyawasenyawa yang tergolong kedalam kelompok
metabolit sekunder ini antara lain: alkaloid,
terpenoid, flavonoid, steroid, saponin dan
lain-lain (Aksara, 2013). Produksi obat
tradisional
memiliki
kelemahan,
diantaranya adalah belum banyaknya
pengetahuan dan penelitian mengenai
kandungan kimia dan senyawa yang
bertanggung jawab terhadap penghambatan
aktivitas bakteri (Fuad, 2014). Oleh karena
itu, perlu adanya pengetahuan dan
penelitian lebih mendalam mengenai
kandungan zat aktif pada tumbuhan.
Senyawa bioaktif adalah senyawa kimia
aktif yang dihasilkan oleh organisme
melalui
jalur
biosintetik
metabolit
sekunder. Metabolit sekunder diproduksi
oleh organisme pada saat kebutuhan
metabolisme primer sudah terpenuhi dan
Gambar 1.
METODE PENELITIAN
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kromatografi cair kinerja tinggi
(HPLC Shimadzu SPd-6AV), kromatografi
gas-spektrometer massa (GC-MS Agilent
7890A), kromatografi cair-spektrometer
massa (LC-MS) model LCQ Advantage
Max
Thermo
Finnegan,
kolom
kromatografi
(Pyrex),
plat
kaca
kromatografi lapis tipis preparatif (Merck)
dan peralatan gelas yang biasa digunakan di
laboratorium.
Bahan yang digunakan adalah akar dari
tumbuhan C. opaca yang diperoleh dari
perbatasan bukit Abbottabad (Pakistan)
pada Maret 2013. Bahan kimia yang
digunakan adalah dimetil sulfoksida
(DMSO), potato dextrose agar (PDA),
mueller Hinston agar, tryptic soy agar,
amoxil, cefixime, metanol, akuades,
etilasetat,
heksana,
n-butanol
dan
kloroform.
Mikroorganisme yang digunakan adalah
mikroorganisme standar yang diperoleh
dari farmasi, lahore yaitu Basillus subtilis
ATCC 6633 (B. subtilis), Escherichia coli
ATCC 8739 (E. coli), Pseudomonas
aeruginosa ATCC 9027 (P. aeruginosa),
Staphylococcus aureus ATCC 6538 (S.
aureus) dan dua jamur yaitu Candida
albicans ATCC 10231 (C. albicans) dan
Aspergillus niger (A. niger). Isolat klinis
diperoleh dari rumah sakit anak, Lahore
yaitu B. subtilis, E. coli, P. aeruginosa, S.
aureus, Salmonella typhi (S. typhi) dan
enterobacter cloacae (E. cloacae).
b. Persiapan Sampel
Akar tumbuhan dicuci dengan air suling
dan dibersihkan dengan kain bersih
kemudian dikering anginkan. Setelah itu
akar tersebut dipotong-potong dan digiling
sehingga didapatkan bentuk bubuk.
c. Ekstraksi dan Fraksinasi
Ekstrak metanol dari bubuk diperoleh
melalui metode maserasi dengan merendam
bahan di dalam metanol selama 15 hari
3
fase gerak. Kolom menghasilkan subfraksi, EA1-EA5 hasil elusi dengan sistem
pelarut
secara
gradien
dengan
meningkatkan kepolaran. Masing-masing
sub-fraksi
kemudian
dikromatografi
preparatif TLC. Lima senyawa, F1-F5
diisolasi dari EA1; satu senyawa F6 adalah
dari EA2; dua senyawa F7 dan F8 berasal
dari EA3; dua senyawa F9 dan F10 berasal
dari EA4 dan satu senyawa F11 adalah dari
EA5. Senyawa tersebut diidentifikasi
dengan GC-MS, HPLC dan LC-MS.
h. Analisis Statistik
Semua
pengukuran
antimikroba
menggunakan analisis statistik. Analisis
statistik dilakukan menggunakan ANOVA,
dan rata-rata statistik dihitung dengan SD.
b. Konsentrasi
Hambat
Minimum
(MICs)
MICs ditentukan terhadap standar
mikroorganisme dan hasilnya digambarkan
pada Gambar 3. Nilai MICs dari ekstrak
metanol dan fraksi-fraksinya berkisar
7,8-48,8 g/mL. Fraksi n-Butanol terbukti
tidak efektif, sementara fraksi akuades juga
dihasilkan efisiensi yang sangat sedikit.
Fraksi etilasetat adalah fraksi yang paling
toksik untuk semua mikroorganisme uji
(Gambar 3), dengan MICs berturut-turut
8,0, 7,8 dan
7,78 mg/mL terhadap
P. aeruginosa, C. albicans dan B. subtilis.
Tabel 1. Identifikasi senyawa pada fraksi etilasetat ekstrak metanol dari akar C. opaca
menggunakan GC-MS, HPLC dan LC-MS.
Eluen
dari
kolom
EA1
F1, Limonen
F2, 2`-hidroksiasetofenon
F3, Vanilin
F4, Naptalen
F5, 2,3,3 trimetil-2(3-metilbuta1,3-dienil)-6metilensikloheksanon
EA2
F6, 1,2-asam benzendikarboksilat,
mono(2-etilheksil) ester
EA3
F7, -Sitosterol
F8, Vitamin E
EA4
F9, Rutin
F10, kuersetin
EA5
F11, Lupeol
F12, Epigallokatekin
RT: waktu retensi (min)
d. Aktivitas
Antimikroba
yang
Ditunjukkan oleh Senyawa Hasil
Isolasi
e. Zona hambat dari senyawa
hasil isolasi dan standar amoksilin
sebagai senyawa yang berpotensi
sebagai antimikroba dapat dilihat
pada Tabel 2. E. coli ditemukan
paling rentan terhadap vanilin
dengan menghasilkan ZOI 15,21
mm, sedangkan
B. subtilis
menunjukkan sensitivitas tinggi
terhadap kuersetin (ZOI, 13,01
mm).
P. aeruginosa ditemukan
paling rentan terhadap rutin (ZOI,
14,56 mm).
-sitosterol
lebih aktif terhadap A. niger (ZOI
14,36 mm) dibandingkan standar
amoksilin (12,53 mm). Jamur C.
albicans (12,61 mm) paling rentan
terhadap vanilin.
f.
g.
h.
i.
j.
Teknik untuk
identifikasi
GC-MS
GC-MS
GC-MS
GC-MS
GC-MS
7,32
10,40
11,36
19,72
21,48
GC-MS
24,64
GC-MS
GC-MS
HPLC
HPLC
HPLC/GC-MS
LC-MS
22,12
23,67
6,29
6,53
26,16
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
6
ak.
an.
al.
ao.
am.
ap.
aq. Tabel 2. Zona hambat (mm) dari aktivitas antimikroba senyawa hasil isolasi dari
fraksi etilasetat ekstrak metanol akar C. opaca
ar.
as.
Kode
senya
wa
be.
F
at. Nama
senya
wa
au. D
i
a
m
e
t
e
r
h
a
m
b
a
t
a
n
(
m
m
)
av. E
.
c
o
l
i
aw. D
i
a
m
e
t
e
r
h
a
m
b
a
t
a
n
(
m
m
)
ax. B
.
s
u
t
i
l
i
s
bf. Limo
nen
bg. 1
1
,
2
5
0
,
1
5
bh. -
ay. D
i
a
m
e
t
e
r
h
a
m
b
a
t
a
n
(
m
m
)
az. P
.
a
e
r
u
g
i
n
o
s
a
bi. 1
0
,
6
5
0
,
2
7
ba. Di
am
ete
r
ha
m
bat
an
(m
m)
bb. A.
ni
ge
r
bc. D
i
a
m
e
t
e
r
h
a
m
b
a
t
a
n
(
m
m
)
bd. C
.
a
l
b
i
c
a
n
s
bj. 12
,2
1
0,
59
bk. -
bl.
F
bm.
bs.
F
bt. Vanili
n
bz.
F
ca. Napta
len
cg.
F
ch. 2,3,3
trimet
il2(3metil
buta1,3dienil
)-6metile
n
sikloh
eksan
on
co. 1,2asam
benze
n
cn.
F
2
`hidro
ksi
asetof
enon
bn. 1
1
,
1
5
0
,
3
4
bu. 1
5
,
2
1
0
,
1
5
cb. 1
1
,
5
0
0
,
7
5
ci. 1
2
,
5
0
0
,
7
5
bo. 1
2
,
6
2
0
,
2
4
bv. 1
1
,
4
2
0
,
1
7
cc. -
cp. 1
4
,
5
cq. -
cj. -
bp. 1
1
,
5
0
0
,
3
2
bw. 1
2
,
1
6
0
,
3
5
cd. 1
2
,
6
2
0
,
3
6
ck. 1
2
,
0
9
0
,
4
3
bq. 11,
34
0
,1
8
cl. 12
,4
5
0,
37
cm. -
cr. -
cs. 13
,0
6
0,
ct. -
bx. 14
,2
8
0,
25
ce. -
br. 1
2
,
2
1
0
,
1
4
by. 1
2
,
6
1
0
,
4
8
cf. -
cu.
F
dikar
boksil
at,
mono
(2etilhe
ksil)
ester
cv. sitost
erol
db.
F
dc. Vitam
in E
di.
F
dj. Rutin
dp.
F
dq. Kuers
etin
0
,
3
8
cw. 1
3
,
9
0
0
,
2
9
dd. 1
4
,
6
2
0
,
2
7
dk. 1
1
,
5
6
0
,
1
6
dr. 1
4
,
1
7
0
,
1
1
31
cx. 1
2
,
0
1
0
,
2
7
de. -
cy. 1
4
,
2
4
0
,
1
4
df. -
cz. 14
,3
6
0,
29
dl. 1
1
,
1
2
0
,
6
3
ds. 1
3
,
0
1
0
,
2
7
dm.
14,5
6
0
,
2
7
dn. -
da. 1
1
,
5
0
0
,
7
6
dh. 1
1
,
2
5
0
,
3
2
do. -
dt. 1
3
,
4
4
0
,
1
8
du. -
dv. -
dg. 12
,6
7
0,
41
dw.
F
dx. Lupe
ol
ed.
F
ee. Epiga
llokat
ekin
ek.
s
el. Amok
silin
dy. 1
2
,
2
7
0
,
3
5
ef. 1
2
,
3
5
0
,
2
1
em. 1
6
,
9
8
0
,
1
4
er.
es. Pembahasan
et. Pengobatan
terhadap
mikroba harus dicari yang lebih
efektif dan aman karena mikroba
akan berkembang menjadi resisten
terhadap suatu obat. Tumbuhan
menjadi wadah dari berbagai jenis
molekul bioaktif yang merupakan
target dari penelitian di seluruh
dunia. Pada penelitian ini, ekstrak
metanol dari akar C. opaca
diperoleh dengan metode maserasi
dan fraksi-fraksinya dalam pelarut
yang berbeda. Ekstrak dan fraksi
menjadi subjek untuk menentukan
aktivitas antimikroba terhadap
dz. 1
2
,
7
1
0
,
2
5
eg. 1
1
,
0
9
0
,
3
7
en. 1
5
,
1
2
0
,
6
7
ea. 1
1
,
1
0
0
,
3
1
eh. -
eb. 12
,2
1
0,
07
eo. 1
5
,
0
2
0
,
2
8
ep. 12
,5
3
0,
38
ei. -
ec. 1
1
,
5
0
0
,
7
5
ej. -
eq. 1
3
,
5
7
0
,
3
1
fh.
fi.
fj.
fk.
fl.
fm.
fn.
fo.
fp.
fd.
fe.
ff. DAFTAR PUSTAKA
fg.
Ahmed,
D.,
Abdul,
W.,
Muhammad, A.C., Shahid, R.K.,
Abdul, H. & Muhammad, B. 2011.
Nutritional and Antimicrobial
Studies on Leaves and Fruit of
Carissa opaca Stapf ex Haines.
Asian Journal of Chemistry.
23(5) : 2072-2076.
of
Current
Pharmaceutical
Research. 5(3) : 15-18.
fq.
fr.
fs.
Ahmed, D., Khaizran, F. &
Ramsha, S. 2014. Analysis of
Phenolic and Flavonoid Contents,
and the Anti-Oxidative Potential
and Lipid Peroxidation Inhibitory
Activity of Methanolic Extract of
Carissa opaca Roots and Its
Fractions in Different Solvents.
Journal Antioxidants. 3 : 671-683.
ft.
fu.
fv.
fx.
fy.
fz.
ga.
fw.
gb.
gc.
gd.
ge.
12