Anda di halaman 1dari 66

DIKTAT

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KELAS VI SD NEGERI 6 TOBOALI
Jl.Jendral Sudirman Kecamatan Toboali

OLEH
AMRAN JAYA
NIP 196904162006041003
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANGKA SELATAN
PROVINSI
KEPULAUAN
BANGKA
TAHUN 2012

BELITUNG

halaman pengesahan :

Pengesahan
Diktat
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KELAS
V
SD

Oleh :
Ikbal,S.PD
Telah digunakan di SD Negeri 6
kelas
VI
Toboali, . . . . . . 2012
Kepala
Dinas Pendidikan Kab.Bangka Selatan

Kata Pengantar

NEGERI

tahun

TOBOALI

2012

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., sebab berkat taufik dan
hidayahnya-Nya penulis dapat menyelesaikan Diktat yang berjudul Pendidikan
Kewrganegaraan Kelas VI ini.Diktat ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu materi ajar
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar SD Negeri 6 Toboali. Disamping itu, untuk
menambah
wawasan
penulis
dalam
bidang
ilmu
kependidikan.
Sejalan dengan tersusunnya diktat ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penulisan diktat dan teman-teman yang telah membantu penulis dalam
penyusunan
diktat
ini.
Penulis menyadari bahwa diktat ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan diktat ini dapat
bermanfaat
bagi
penulis
khususnya
dan
pembaca
pada
umumnya.
Toboali, .................2012
Penulis

I.

SK : 1.Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar


Negara.
KD :1.1. Mendiskripsi-kan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara.
Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
1. Sejarah Lahirnya Pancasila
Menurut sejarah, pada abad VII-XXI, di Indonesia berdiri kerjaan Sriwijaya di
Sumatera Selatan, kemudian pada sekitar abad XIII-XVI berdirilah Kerajaan Majapahit di
Jawa Timur. Pada kedua zaman itu, syarat-syarat sebagai bangsa yang mempunyai negara,
telah dipenuhi oleh bangsa Indonesia, baik Sriwijaya maupun Majapahit, pada zamannya,
sudah berdiri sebagai negara bersatu, serta memiliki wilayah yang meliputi Nusantara ini.
Pada zaman itu bangsa Indonesia telah mengalami kehidupan yang tentram dan makmur.

Unsur-unsur yang terdapat dalam pancasila, yakni ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,


musyawarah dan keadilan sosial yang telah dihayati serta dilaksanakan oleh bangsa Indonesia
pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara nyata.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa pancasila telah lama tergurat dan berakar dalam
hati bangsa Indonesia, jauh sebelum dirumuskan dan disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Akibat penjajahan, pancasila seolah-olah hilang dan
terbenam dalam penderitaan dan kesengsaraan bangsa Indonesia. Akan tetapi, pada akhirnya
putera-puteri Indonesia yang berjiwa patriotik berhasil menggali nilai-nilai pancasila sebagai
mutiara yang terbenam dari dalam bumi sejarah bangsa dan negara Indonesia. Oleh karean
itu, sudah sepantasnya kita memberikan penghormatan dan penghargaan yang setinggitingginya kepada para pemimpin bangsa kita yang telah berhasil menggali dan merumuskan
pancasila sebagai dasar negara.
2. Proses Merumuskan Pancasila sebagai Dasar Negara
Adapun riwayat timbulnya beberapa rumusan dan sistematika Pancasila itu erat
hubungannya dengan detik-detik sejarah menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Peristiwanya dimulai dengan kekalahan Jepang terhadap sekutu di beberapa medan
pertempuran dalam Perang Pasifik.

a.

1)
a)
b)
c)
d)
e)
2)
1)
2)
3)
4)
5)
3)
1)
2)
3)
4)
5)
4)

Sehubungan dengan keadaan peperangan yang sangat tidak menguntungkan bagi


jepang, maka Jepang memerlukan sekali bantuan untuk mengatasi keadaan yang snagat kritis
saat itu. Untuk memperoleh bantuan yang sebesar-besarnya dari rakyat Indonesia, maka
Jepang kemudian menggunakan taktiknya untuk menarik simpati rakyat Indonesia, salah
satunya ialah menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, jika Jepang menang dalam
Perang Pasifik (Asia Timur Raya). Janji jepang itu disertai tindakan dengan membentuk
Dokuritsu Junbi Choosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Badan Penyeilidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi
Choosakai)
BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April 1945, tetapi baru dilantik pada tanggal 28 Mei
1945, dengan ketua Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.
Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
penting yang berhubungan dengan segi-segi politik dan ekonomi, tata pemerintahan, dan
yang lain-lainnya yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.
Susunan pengurus BPUPKI terdiri atas bedan perundingan dan kantor tata usaha. Badan
perundingan terdiri atas Kaico (ketua), dua orang Fuku Kaico (ketua muda), dan enam puluh
Iin (anggota).
Bagi bangsa Indonesia, dengan telah diresmikan BPUPKI, berarti bangsa Indonesia
memperoleh kesempatan secara legal untuk mengadakan persiapan kemerdekaan dan
perumusan syarat-syarat yang harus dipnuhi oleh sebuah negara merdeka. Oleh karena itu,
pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dilangsungkan sidang pertama BPUPKI yang
membicarakan asas dan dasar negara Indonesia merdeka.
Pada hari pertama sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Mr. Muhammad Yamin
mengusulkan rumusan dasar negara Indonesia sebagai berikut:
Peri kebangsaan
Peri kemanusiaan
Peri ketuhnan
Peri kerakyatan
Kesejahteraan rakyat
Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Soepomo mengusulkan dasar negara Indonesia
harus mengandung nilai-nilai paham negara kesatuan (integralistik). Adapun rumusan dasar
negara yang dikemukakan Prof. Soepomo adalah sebagai berikut:
Persatuan
Kekeluargaan
keseimbangan lahir batin
Musyawarah
Keadilan rakyat
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan Lima Dasar Negara Indonesia
Merdeka, yaitu sebagai berikut:
Nasionalisme
Kekeluargaan
Keseimbangan lahir batin
Kesejahteraan Sosial
ketuhanan yang berkebudayaan
Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945, sembilan tokoh nasional yang juga tokoh BPUPKI, mengadakan
pertemuan untuk membahas pidato serta usul-usul mengenai asas negara yang telah
dikemukakan dalam sidang BPUPKI.

1)
2)
3)
4)
5)
b.

1)
2)
3)
1)
2)
3)
4)
5)

Setelah mengadakan pembahasan, maka sembilan tokoh selanjutnya disebut Panitia Sembilan
tersebut menyusun sebuah piagam dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter yang di
dalamnya terdapat rumusan dan sistematika Pancasila, yaitu sebagai berikut:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawartan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokurisu Junbi Inkai)
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan diganti menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Inkai.
PPKI ini diketahui oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama, dan
menghasilkan beberapa keputusan yaitu sebagai berikut.
Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden RI.
Pada masa peralihan, tugas presiden dibantu oleh komite nasional.
Pembukaan UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada alinea ke-4 tercantum rumusan
Pancasila, yang terdiri atas lima dasar/sila yaitu sebagai berikut:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan dasar negara republik Indonesia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
itulah yang sah karena diputuskan dan disahkan oleh PPKI yang merupakan penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia.

II. Nilai-nilai Juang dalam Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara


A. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila
1. Proses perubahan piagam Jakarta sebagai keputusan bersama
Panitian perancang UUD menyetujui rancangan Pembukaan UUD yang diambil dari
Piagam Jakarta, setelah adanya beberapa perubahan, terutama mengenai rumusan dasar
negara yang tercantum dalam alenia keempat. Adanya perubahan rumusan dasar negara,
khususnya sila ke-1 dalam Piagam Jakarta disebabkan adanya usulan dari masyarakat
Indonesia bagian Timur. Mereka keberatan dengan sila pertama, bahkan mereka mengancam
akan mendirikan negara Indonesia bagian Timur.
Oleh karena itu, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta berkonsultasi dengan empat tokoh
pemuka Islam yaitu, Mr. Kasman Singodimedjo, Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr.
Teuku Moh. Hassan mengenai usulan dari masyarakat Indonesia bagian Timur itu.
Akhirnya dalam waktu 15 menit dcapai kata sepakat untuk menghilangkan kalimat
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam begi pemeluk-pemeluknya. Mereka beralasan
jika kalimat ini tidak dihilangkan akan menjadi rintangan bagi persatuan dan kesatuan
bangsa. Kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan perorangan atau golongan.
2. Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila
a.
Menghargai pendapat orang lain
Dalam menyelesaikan masalah bersama, bangsa kita selalu menyelesaikan dengan
musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Setiap keputusan yang diambil dalam
musyawarah oleh bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagi berikut:

1)
2)
3)

Mengutamakan kepentingan bersama


Tujuan diharapkan untuk kebaikan bersama
Tidak ada pemaksaan pendapat
b.
Menerima keputusan bersama
Keputusan bersama adalah ketentuan, ketetapan dan penyelesaian yang dilakukan
sekelompok orang terhadap suatu permasalahan sehingga tercapai kesepakatan. Keputusan
bersama dapat dicapai melalui musyawarah. Musyawarah adalah adalah suatu cara untuk
merumuskan suatu masalah berdasarkan kesepakatan bersama.
Upaya mencapai kesepakatan bersama (mufakat) bukanlah perkara mudah, selama kita
memaksakan pendapat sendiri, mendahulukan kepentingan pribadi/golongan, mufakan akan
gagal.
Kita dapat belajar dari sejarah sidang BPUPKI Pertama. Pada saat sebelum rapat pleno
ada pihak yang keberatan tentang rancangan Pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat
tentang dasar negara. Dengan semangat kebersamaan, demi menciptakan suasana yang
damai, maka para tokoh seperti Bung Hatta, Wahid Hasyim. Mr. Teuku Moh. Hasan, dan lainlain menyetujui untuk menghilangkan kalimat sila pertama dasar negara yang menjadi
keberatan sebagian peserta sidang. Hal ini menunjukkan bahwa para tokoh pendiri negara
kita senantiasa mendahulukan kepentingan negara dan bangsa daripada kepentingan
pribadi/golongan.
c.
Melaksanakan hasil keputusan bersama
Setelah semua pihak menerima hasil keputusan bersama, maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan keputusan tersebut. Semua pihak harus ikhlas dan penuh tanggung
jawab melaksanakan, hasil keputusan bersama.
Melaksanakan keputusan bersama telah ditunjukkan oleh seluruh tokoh yang terlibat
dalam proses perumusan Pancasila. Mereka senagai wakil rakyat Indonesia melaksanakan
hasil keputusan bersama denga ikhlas yaitu dengan melaksanakan Pancasila sebagai dasar
negara dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
III. Meneladani Nilai-Nilai Juang Para Tokoh yang Berperan dalam Proses Perumusan Pancasila
Sebagai Dasar Negara dalam Kehidupan Sehari-hari
Nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila yang dapat kita teladani dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya sebagai berikut:
1. Semangat persatuan dan kesatuan
Sikap ini dimiliki oleh para tokoh pejuang kita pada saat merumuskan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI para peserta sidang diberi kesempatan untuk
menyampaikan pidatonya tentang rumusan dasar negara, kemudian dibahas dan
didiskusiakan bersama untuk mendapatkan rumusan yang terbaik. Musyawarah itu dijiwai
semangat sumpah pemuda, dengan rasa persatuan dan kesatuannya meskipun berasal dari
berbagai daerah dan mempunyai latar belakang yang berbeda.
Adapun contoh perilaku yang menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan adalah
sebagai berikut:
a. Gotong-royong dalam membersihkan kelas dan lingkungan sekolah
b. Tidak membeda-bedakan teman dalam pergaulan
c. Kerja bakti membersihkan lingkungan masyarakat
2. Memperjuangkan hak asasi manusia
Pada saat perumusan dasar negara Pancasila, hak asai manusia selalu menjadi perhatian
utama. Pancasila dirumuskan sebagai sumber hak asasi manusia, yang artinya bahwa hak
asasi manusia mendapat jaminan kuat dari Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. Dalam
proses perumusan Pancasila para tokoh mencerminkan sikap saling menghargai hak asasi
manusia.

a.
b.
c.
3.

a.
b.
c.
4.

a.
b.
5.

a.
b.
c.

Sikap para tokoh dalam memperjuangkan dan menghargai hak asasi manusia itu perlu kita
teladani dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ialah dengan :
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
Memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya,
Menghargai hak-hak orang lain.
Cinta tanah air
Sikap para tokoh dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan kecintaanya
terhadap tanah air Indonesia. Adapun sikap cinta tanah air yang harus diteladani dalam
kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
Mempelajari kebudayaan daerah
Mencintai produk dalam negeri
Berprestasi dalam kegiatan yang mengharumkan nama bangsa.
Mendahulukan kepentingan umum
Para pejuang yang terlibat dalam perumusan dasar negara bekerja tanpa mengenal lelah.
Mereka mempersiapkan kemerdekaan beserta alat-alat perlengkapan negara dengan sungguhsungguh. Sebagai hasil jerih payah mereka, lahirlah UUD 1945 yang di dlam pembukaannya
termuat tujuan negara Indonesia. Semua itu dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara.
Adapun sikap mendahulukan kepentingan umum itu perlu kita teladani diantaranya dengan:
Ikut berpartisipasi dalam kerja bakti di lingkungan masyarakat
Menyiapkan sarana belajar sebelum pelajaran di mulai untuk kepentingan kelas.
Jiwa kepahlawanan
Jiwa kepahlawanan jelas tercermin dari sikap pejuang dalam proses perumusan Pancasila.
Mereka memiliki sikap rela berkorban tanpa pamrih dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
Jiwa kepahlawanan para tokoh bangsa tersebut dapat kita teladani, diantaranya melalui:
Membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan
Berani menegur teman yang berbuat tidak baik
Melerai teman yang berselisih
IV. Kebangkitan Nasional Indonesia
Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan,
Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik
Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang.
Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei
1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak
politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.
a.Tokoh-Tokoh
Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu :
1. Sutomo
2. Gunawan
3. Dr. Tjipto Mangunkusumo
4. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi
Ki Hajar Dewantara)

5. dr. Douwes Dekker dan Lain-Lain

b. Asal Usul Kebangkitan Nasional


Selanjutnya pada 1912 berdirilah Partai Politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini
juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan
mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan
Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.Suwardi Suryaningrat yang tergabung
dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang
Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan
100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka,
tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru
belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.Saat ini,
Tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
c.Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa
Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati
momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa
Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas
dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudia
mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat
dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan
rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada
17 Agustus 1945.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr.
Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah
tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh
Yamin.
Sumpah Pemuda
1.Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2.Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3.Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
d. Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh
Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi
dalam tiga kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
(KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI
Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam
sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas


masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro,
berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada
keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara
demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari
pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri,
hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" karya Wage Rudolf
Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada
Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres
ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir,
rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.
e. Peserta Kongres Pemuda
Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang
ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong
Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di
antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay
Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui
latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir
sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda
keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan
Sumpah Pemuda Keturunan Arab.
f. Museum Sumpah Pemuda
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah
sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong
Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan
diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah
Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam
perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini
dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata

V. Memahami nilai tiap-tiap butir Pancasila


Nilai yang ada dalam Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.Kelima nilai tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh dimana mengacu dalam tujuan yang satu. Nilai-nilai dasar Pancasila
seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal,
objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain,
walaupun tidak diberi nama Pancasila.Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai
pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai pancasila itu sendiri, yaitu
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu pandangan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena
bersumber pada kepribadian bangsa.Nilai-nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta

1.

2.

3.

motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
kenegaraan.Dalam kehidupan kenegaraan, perwujudan nilai Pancasila harus tampak dalam
suatu peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.Karena dengan tampaknya Pancasila
dalam suatu peraturan dapat menuntun seluruh masyarakat dalam atau luar kampus untuk
bersikap sesuai dengan peraturan perundangan yang disesuaikan dengan Pancasila.
Ciri hukum yang didasari nilai-nilai Pancasila membedakan Indonesia dengan hukum
yang ada di negara lain. Hukum di Indonesia didasari oleh keagamaan, sedangkan di negara
sekuler tidak didasari oleh keagamaan.Sehingga banyak hukum yang bertentangan dengan
keagamaan.
Ketuhanan
Yang
Maha
Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha
Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan
Yang
Maha
Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama
dan
kepercayaannya
masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Kemanusiaan
Yang
Adil
dan
Beradab
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk
Tuhan
Yang
Maha
Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna
kulit
dan
sebagainya.
(3)
Mengembangkan
sikap
saling
mencintai
sesama
manusia.
(4)
Mengembangkan
sikap
saling
tenggang
rasa
dan
tepa
selira.
(5)
Mengembangkan
sikap
tidak
semena-mena
terhadap
orang
lain.
(6)
Menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kemanusiaan.
(7)
Gemar
melakukan
kegiatan
kemanusiaan.
(8)
Berani
membela
kebenaran
dan
keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Persatuan
Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3)
Mengembangkan
rasa
cinta
kepada
tanah
air
dan
bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan
sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4.
Kerakyatan
yang
Dipimpin
oleh
Hikmat
Kebijaksanaan
dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan,
hak
dan
kewajiban
yang
sama.
(2)
Tidak
boleh
memaksakan
kehendak
kepada
orang
lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
(6) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan
musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
5.
Keadilan
Sosial
Bagi
Seluruh
Rakyat
Indonesia
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan
dan
kegotongroyongan.
(2)
Mengembangkan
sikap
adil
terhadap
sesama.
(3)
Menjaga
keseimbangan
antara
hak
dan
kewajiban.
(4)
Menghormati
hak
orang
lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
(9)
Suka
bekerja
keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan
bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
KD : 1.2 Nilai Kebersamaan Dalam Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara.
a.
Nilai-Nilai Kebersamaan dalam Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara.
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara yang dilakukan oleh para pendiri negara
(the founding fathers) tidaklah mudah. Dalam proses tersebut banyak sekali pendapat yang
dikemukan oleh para pendiri negara tentang rumusan dasar negara. Muhammad Yamin, Mr.
Soepomo dan Ir. Soekarno adalah tiga orang tokoh yang memberikan pendapatnya mengenai
rumusan dasar negara Indonesia merdeka. Akhirnya setelah melalui proses musyawarah
disepakati rumusan Pancasila yang seperti kita kenal pada saat ini.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
selalu dilandasai semangat juang yang tinggi. Semangat juang tersebut tertuang dalam nilainilai juang sebagai berikut:
Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Jiwa dan semangat merdeka

Cinta tanah air dan bangsa.


Harga diri yang tinggi sebagai bangsa yang merdeka
Pantang mundur dan tidak kenal menyerah
Semangat persatuan dan kesatuan
Semangat kejuangan yang tinggi
Berani, rela dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara
Tanpa pamrih dan banyak bekerja
Nilai-nilai di atas selalu melandasi perjuangan bangsa Indonesia termasuk pada saat
merumuskan Pancasila. Selain itu, nilai-nilai tersebut telah menyatu dalam diri para pendiri
negara dan rakyat Indonesia pada waktu itu, sehingga keputusan yang diambil dalam proses
perumusan Pancasila pada saat itu adalah keputusan terbaik yang mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara. Dengan nilai-nilai tersebut, Pancasila dapat dipertahankan sebagai dasar
negara Republik Indonesia sampai sekarang.
Semangat dan nilai juang para pejuang bangsa dalam merebut kemerdekaan sudah tidak dapat
diragukan. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kemauan yang besaruntuk mengorbankan
kepentingan pribadi demi tetap tegaknya bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Para tokoh pendahulu kita berani melepaskan ambisi pribadi hanya demi sebuah kata
kebersamaan. Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang telah
mengakar sejak zaman dahulu. Untuk itu, merupakan sebuah kewajiban bagi bangsa
Indonesia untuk selalu menghormati nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yaitu Pancasila agar
dapat dilaksanakan dalam kehidupan seharihari.Pancasila adalah dasar negara Indonesia, hal
ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Pancasila tidak hanya sebagai jiwa bangsa Indonesia, juga sebagai Kepribadian
bangsa Indonesia.
Salah satu upaya nyata seorang pelajar dalam meng hormati semangat dan nilai-nilai
kebersamaan dalam perumusan Pancasila adalah sebagai berikut :
belajar dengan rajin,
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
saling menghormati perbedaan,
tidak semena-mena terhadap orang lain.
b.PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA DAN PERUMUSAN DASAR NEGARA
5.2 SITI S

Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia selama penjajahan telah menimbulkan kesadaran
bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dapat memerdekakan diri dari
penjajah. Perjuangan bangsa Indonesia dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk
mengusir penjajah, baik dari kaum ulama, pelajar, dan mahasiswa. Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dilakukan dengan usaha yang gigih dan semangat tinggi. Tokoh-tokoh penting
berusaha keras dalam mempersiapkan kemerdekaan dan merumuskan dasar negara. Marilah
kita teladani sikap dan semangat dari para tokoh pejuang kita. Kalian sebagai generasi bangsa

ikut ambil bagian dalam perjuangan bangsa untuk membebaskan diri dari kebodohan. Tugas
kalian untuk mengisi kemerdekaan dengan sikap dan semangat rajin belajar.
A. Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik
Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini terjadi antara Jepang dengan
Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina, Belanda, dan
Selandia Baru). Dalam Perang Pasifik, Pulau Saipan jatuh ke tangan pasukan Amerika
Serikat. Keadaan ini terjadi pada bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau Saipan menyebabkan
posisi Jepang semakin terancam, karena di berbagai wilayah peperangan Jepang selalu
menemui kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri Koiso
memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menarik
simpati rakyat Indonesia.

B. Masa Persiapan Kemerdekaan


Tentara Jepang pada masa Perang Pasifik semakin terdesak dan mengalami kekalahan.
Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri. Selama masa
pemerintahan Jepang di Indonesia, pada tahun 19421945 Indonesia dibagi dalam dua
wilayah kekuasaan. Dua wilayah kekuasaan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Wilayah
komando angkatan laut yang berpusat di Makassar, meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya. 2. Wilayah komando angkatan darat yang berpusat di
Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra, dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh kawasan
Asia Tenggara terdapat di Dallat (Vietnam).

Setelah Sekutu berhasil menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan Maluku,
maka tanggal 20 Oktober Jenderal Douglas Mac Arthur menyerbu Kepulauan Leyte
(Filipina), dan tanggal 25 Oktober Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat di Pulau Leyte.
Bulan Februari 1945 pasukan Sekutu berhasil merebut Pulau Iwo Lima di Jepang. Sejak saat
itu kekuatan tentara Jepang semakin lemah. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang
mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu Kebangsaan Jepang
Kimigayo.
C. Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Menjelang akhir PD II, Jepang mengalami banyak kekalahan. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus
1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Sekutu. Pada tanggal 11 Agustus 1945, Jepang
memberikan janji kemerdekaan yang disampaikan kepada tiga orang pemimpin Indonesia,
yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya diminta
mempersiapkan kemerdekaan. Dengan janji ini Jepang berharap, rakyat Indonesia mau

membantu Jepang yang semakin terdesak dan mengalami kekalahan di mana-mana. Dalam
situasi yang semakin kritis, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga tindakan
sebagai berikut. 1. Membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. 2. Mempersiapkan lembaga latihan
nasional (Kenkuko Gakuin) yang melatih dan mendidik pemimpin negara yang baru. 3.
Memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan Indonesia. Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan didampingi
dua orang wakil yaitu Icibangase dan R.P. Soeroso. Tugas pokok BPUPKI ialah menyiapkan
organisasi pemerintahan yang akan menerima kemerdekaan dari pemerintahan Jepang. Pada
tanggal 28 Mei 1945 diadakan upacara pembukaan BPUPKI di Jalan Pejambon Jakarta atau
tepatnya di Gedung Cuo Sangi In. Dalam upacara tersebut Jepang diwakili oleh Jendral
Itagaki dan Nagano. BPUPKI menggelar sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1 Juni 1995
yang menyepakati bentuk negara republik dengan kepala negara dan kepala pemerintahan
dijabat oleh seorang presiden. Dalam rapat ini juga dibahas dasar negara republik Indonesia
serta mengenai pembentukan sebuah panitia yang disebut Panitia Sembilan. Adapun anggota
panitia sembilan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Ir. Soekarno (ketua) 2. Drs. Mohammad
Hatta (wakil ketua) 3. Mr. Ahmad Soebarjo 4. Abdul Kahar Muzakir 5. Abikusno
Cokrosuyoso 6. K.H. Wahid Hasyim 7. Mohammad Yamin 8. Mr. A.A. Maramis 9. Haji Agus
Salim

Sebelum janjinya terpenuhi, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu. Berita kekalahan Jepang tersebut masih dirahasiakan. Tetapi salah seorang
pemuda Indonesia yaitu Sutan Syahrir mendengar lewat siaran radio luar negeri. Akhirnya
pada tanggal 15 Agustus golongan pemuda yang terdiri dari Wikana, Sutan Syahrir, Darwis
dan lain-lain mendesak Bung Karno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Hal ini ditolak oleh para golongan tua dengan alasan harus dibicarakan dalam sidang PPKI.
1. Peristiwa Rengasdengklok (Jawa Barat)
Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Dr. Rajiman dan
sebagainya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh
golongan muda dibawa ke Rengasdengklok. Tujuan mereka adalah mengamankan tokoh
bangsa dari pengaruh Jepang. Mereka meyakinkan Soekarno bahwa jepang telah menyerah
dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun resikonya. Di Jakarta, golongan
muda, Wikana dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr.
Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.
Kemudian Yusuf Kunto diutus untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.
Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad
Subardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda
di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang
diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus. Malam harinya, Soekarno dan Hatta
kembali bertemu dengan Letnan Jenderal Moichiro Yamamoto, komandan Angkatan Darat
pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda dengan sepengetahuan Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang.
Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan

Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki
wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Setelah itu, mereka bermalam di kediaman
Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1). Pada pukul 02.00 WIB malam itu
diadakan rapat PPKI yang dipimpin oleh Bung Karno bertempat di kediaman Laksamana
Muda Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta untuk merumuskan teks proklamasi
dan membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia.
2. Perumusan Teks Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di
kediaman Soekarno, Jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Naskah proklamasi disusun oleh tiga
orang, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebarjo. Teks proklamasi terdiri dari dua
kalimat, yang ditulis oleh Bung Karno. Kalimat pertama dikutip oleh Mr. Ahmad Soebarjo
dari piagam Jakarta, kemudian Bung Hatta menyempurnakan dengan kalimat kedua. Pada
awalnya, para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat
pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak yang masih menguasainya. Tetapi,
mayoritas anggota PPKI tidak menyetujuinya. Pada akhirnya, disetujuilah naskah proklamasi
seperti adanya hingga sekarang. Para pemuda juga meninginkan agar naskah proklamasi turut
ditandatangani oleh enam pemuda bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota
PPKI. Mereka beranggapan bahwa PPKI adalah wakil Jepang. Kemudian dicapailah
kesepakatan dengan menuliskan atas nama bangsa Indonesia. Naskah teks proklamasi
disepakati dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Penandatanganan teks proklamasi dilakukan oleh
dua tokoh tersebut atas usul Sukarni. Tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut di
antaranya Chairul Saleh, Sukarni, Sayuti Melik, B.M Diah, Sudiro, dan tokoh-tokoh tua yang
lain.

3. Detik-Detik Proklamasi
Sesuai janji Ahmad Soebarjo, esok harinya Jumat 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, diadakan upacara bendera dan pembacaan teks proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Tepat pukul 10.00 WIB Ir. Soekarno berpidato singkat dan membacakan
teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Acara selanjutnya upacara pengibaran
bendera sang merah putih oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat yang diiringi dengan lagu
Indonesia Raya. Bendera tersebut dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Tokoh yang hadir di
antaranya adalah Ki Hajar Dewantara, Dr. Moewardi, A.A. Maramis, A.G. Pringgodigito dan
tokoh-tokoh dari PPKI maupun para pemuda. Pada saat itu yang hadir lebih dari seribu orang.
Guna mengenang jasanya maka Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dijuluki sebagai pahlawan
proklamator Indonesia.
D. Menghargai Jasa Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan
Berita proklamasi di siarkan ke seluruh dunia melalui Gedung Kantor berita ANTARA. Pada
masa pendudukan Jepang, ANTARA diganti namanya menjadi Yashima. Sumber: 30 Tahun
Indonesia Merdeka.
Kemerdekaaan yang kita nikmati sekarang bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang atau
pemerintah Belanda. Kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan

bangsa Indonesia mengusir penjajah sudah dimulai sejak penjajah menginjakkan kakinya di
bumi Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan munculnya para tokoh atau pahlawan yang
berjuang melawan penjajah. Namun, perjuangan itu selalu mengalami kegagalan karena tidak
adanya rasa persatuan dan kesatuan. Masing-masing tokoh berjuang untuk membela dan
mempertahankan daerahnya sendirisendiri. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta merupakan
tokoh proklamator Indonesia. Keduanya berjuang dengan sungguh-sungguh agar Indonesia
dapat meraih kemerdekaannya. Setelah Indonesia merdeka, Ir. Soekarno dijadikan presiden
dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Untuk menghargai jasa kedua proklamator tersebut,
pemerintah membangun monumen proklamasi yang bertempat di Jakarta. Wage Rudolf
Soepratman dilahirkan di Purworejo pada 9 Maret 1903. W.R. Soepratman bekerja sebagai
wartawan di sebuah surat kabar TionghoaMelayu bernama Sin Po. Di surat kabar itu,
Soepratman mendapat tugas menulis perkembangan kebangsaan Indonesia. Karena itu ia
menjadi akrab dengan para tokoh gerakan kebangsaan di Jakarta.

Pada Kongres Pemuda I di Jakarta, Soepratman mendapat tugas untuk meliputnya.


Soepratman sangat terkesan dengan keputusan tersebut sehingga ia menciptakan sebuah lagu
dengan judul Indonesia Raya. Lagu tersebut diperdengarkan pertama kali dalam acara
penutupan Kongres Pemuda II tanggal 20 Oktober 1928. Soepratman membawakan lagu
Indonesia Raya dengan khitmat dan diiringi dengan alat musik biola. Setelah Indonesia
merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi,
Wage Rudolf Soepratman tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Beliau
meninggal dunia karena penyakit paru-paru tanggal 17 Agustus 1938. Hari kelahiran
Soepratman, 9 Maret oleh Megawati saat menjadi presiden Republik Indonesia diresmikan
sebagai Hari Musik Nasional. Hal tersebut dilakukan untuk mengenang jasa-jasa beliau
kepada bangsa Indonesia.
c.Tokoh-Tokoh Pengurus Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (atau dalam Jepang:
Dokuritsu Junbi Cosakai dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Dokuritsu Junbi
Chsakai adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara
Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI
beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua
Hibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat)
yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan
wakil Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri
adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek poplitik,

ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan
Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai) dengan anggota
berjumlah 21 orang sebagai upaya pencerminan perwakilan etnis,[1] terdiri berasal dari 12
orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1
orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.
d. TEKS PIAGAM JAKARTA

Pembukaan
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum
dasar negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yang
berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Jakarta 22 Juni 1945
Panitia Sembilan
Soekarno,Mohammad Hatta,Muhammad Yamin,Achmad Soebardjo,AbikoesnoTjokrosoejoso
Haji Agus Salim,A.A. Maramis,Andul Kahar Muzakkir,Wachid Hasyim
2.Memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia
2.1. Menjelaskan Proses Pemilu dan Pilkada.

A. Proses Pemilu Di Indonesia


Rakyat adalah pemilik dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Rakyat
yang menentukan bagaimana corak serta sistem pemerintahan diselenggarakan. Dalam negara
demokrasi seperti Indonesia, salah satu upaya untuk mencari bentuk pemerintahan yang baik
adalah melalui proses Pemilihan Umum (Pemilu).
Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat dan kratos yang artinya pemerintahan.
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Hal ini berarti rakyat ikut terlibat dalam
pemerintahan, negara. Misalnya dalam pemilihan pemimpin dan wakil rakyat. Demokrasi
yang dikembangkan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila.
I.PemilihanUmum
Bagi negara-negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan
umum (general election) merupakan ciri
penting yang harus

dilaksanakan secara berkala sesuai dengan peraturan yang ada.


Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakilnya, anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Provinsi dan kabupaten/kota. Pemilu perlu diselenggarakan secara berkala
dikarenakan beberapa hal sebagai berikut.
Menyalurkan pendapat rakyat mengenai berbagai aspek kehidupan bersama dalam
masyarakat yang berkembang dari waktu ke waktu.Kondisi kehidupan bersama dalam
masyarakat dapat pula berubah, baik karena pengaruh dunia internasional ataupun karena
faktor dalam negeri sendiri.Perubahan-perubahan aspirasi dan pendapat rakyat juga
dimungkinkan terjadi karena pertambahan jumlah penduduk dan rakyat yang dewasa.
Pemilihan umum perlu diadakan teratur untuk menjamin terjadinya pergantian ke
pemimpinan negara, baik eksekutif maupun legislatif.
B. Arti Dan Asas Pemilihan Umum Di Indonesia.
Asas Pemilu yang berlaku di Indonesia meliputi:
Langsung, artinya rakyat sebagai pemilih memiliki hak untuk memberikan suaranya
secara langsung.
Umum, artinya semua warga negara yang telah memenuhi syarat berhak mengikuti
Pemilu.
Bebas, artinya setiap warga negara berhak memilih calon sesuai dengan hati nuraninya.
Rahasia, artinya setiap pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh
siapapun.
Jujur dan Adil (jurdil) artinya pemilu harus dilaksanakan secara jujur dan adil.
Adapun tujuan dari penyelenggaraan pemilihan umum ada empat, yaitu sebagai
berikut.
1. Untuk melaksanakan prinsip hak asasi warga negara.
2.
Untuk memungkinkan terjadinya proses peralihan ke pemimpinan pemerintahan secara
tertib dan damai.

3.

Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan


rakyat di lembaga perwakilan.
4. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.
Pelaksanaan Pemilu di Indonesia dilaksanakan setiap lima tahun sekali yang meliputi : 1.
proses pendaftaran peserta Pemilu,
2. penetapan,
3.pemungutan suara sampai penetapan hasil Pemilu.
Lembaga penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU). Demikian
pula di lembaga eksekutif, rakyat sendirilah yang harus memilih presiden, gubernur, bupati
dan walikota untuk memimpin jalannya pemerintahan, baik di tingkat pusat, provinsi,
maupun tingkat kabupaten atau kota. Sistem Pemilu yang diterapkan di Indonesia adalah
sebagai
berikut.
a. Sistem Mekanis dan Organis
Sistem pemilihan mekanis mencerminkan pandangan yang bersifat mekanis yang
melihat rakyat sebagai massa individu yang sama. Sementara itu, dalam sistem pemilihan
yang bersifat organis, menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu yang hidup bersama
dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan rumah tangga, keluarga, fungsi
tertentu (ekonomi, industri), lapisanl apisan sosial (buruh, tani, cendekiawan), dan lembaga
lembaga sosial (universitas). Menurut sistem mekanis, lembaga perwakilan rakyat merupakan
lembaga perwakilan kepentingan umum rakyat seluruhnya. Adapun menurut sistem organis,
lembaga perwakilan rakyat mencerminkan perwakilan dari berbagai kepentingan khusus
persekutuan-persekutuan hidup masing-masing.
b.Sistem
Distrikdan
Proporsional
Sistem Distrik dan proporsional biasa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut.
1)
Sistem
Perwakilan
Distrik/Mayoritas
Wilayah negara dibagi dalam distrik atau daerah daerah pemilihan yang jumlahnya
sama dengan jumlah anggota lembaga perwakilan rakyat yang diperlukan untuk dipilih.
Misalnya, jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ditentukan 500 orang maka wilayah
negara
dibagi
menjadi
500
distrik
atau
daerah
pemilihan.
2)
Sistem
Perwakilan
Berimbang/Proporsional
Persentase kursi di lembaga perwakilan rakyat dibagikan kepada setiap partai politik,
sesuai dengan persentase jumlah suara yang diperoleh setiap partai politik. Umpamanya,
jumlah pemilih yang sah pada suatu Pemilihan Umum mencapai 1.000.000 orang. Jumlah
kursi di lembaga perwakilan rakyat 100 kursi, berarti untuk satu orang wakil rakyat
dibutuhkan
suara
10.000
suara.
II.
Pemilihan
Kepala
Daerah
(Pilkada)
Sebagai arena pembelajaran demokrasi, Pilkada langsung diharapkan akan membawa
banyak manfaat bagi perkembangan demokrasi, tatanan pemerintahan daerah, dan kinerja
lembaga-lembaga politik yang ada di daerah. Ada tiga tujuan mendasar mengapa pilkada
diselenggara kan secara langsung. Tujuan tersebut, yaitu sebagai berikut.
Untuk membangun demokrasi tingkat lokal. Melalui pilkada secara langsung
diharapkan aspirasi dan kesejahteraan rakyat langsung tertangani oleh kepala daerah terpilih.
Untuk menata dan mengelola pemerintahan daerah (local democratic governance),
semakin baik dan sejalan dengan aspirasi serta kepentingan rakyat.
Untuk mendorong bekerjanya lembaga-lembaga politik lokal. Melalui pilkada secara
langsung diharapkan lembaga-lembaga politik lokal dapat menjalankan tugasnya sesuai
dengan harapan rakyat.

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai
persyaratan calon dan tahapan
Pilkada.

1.
2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Adapun tahapan Pilkada di antaranya meliputi:


pendataan peserta pemilih,
penetapan bakal calon,
proses pemilihan hingga penetapan hasil Pilkada
Semua tahapan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) sebagai pelaksana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di setiap
daerah yang ada di Indonesia. Adapun persyaratan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah yang sesuai dengan Pasal 58 UU No. 32 Tahun 2004, di antaranya sebagai berikut.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setia kepada Pancasila, UUD 1945, cita-citanProklamasi 17 Agustus 1945, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan sekurang-kurangnya SLTA atau sederajat.
Usia sekurang-kurangnya 30 tahun.
Sehat jasmani dan rohani.
Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan dengan
kekuatan hukum tetap karena tindak pidana dengan ancaman hukuman 5 tahun atau lebih.
Beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum pilkada yaitu sebagai berikut.
a.Masa persiapan yang meliputi pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai masa
berakhirnya masa jabatan kepala daerah.
b.Tahap perencanaan penyelenggaraan, pembentukan panitia pengawas (Panwas), Panitia
Pemilu Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Ketua Panitia Pemilihan
Sementara (KPPS), pemberitahuan dan pendaftaran pemantau KPUD.
Tahap pengumuman yang dilakukan empat bulan sebelum pencoblosan, selain itu juga
dilakukan pendaftaran calon,
pemeriksaan

calon, penetapan pasangan calon dan penetapan nomor urut calon yang dilakukan dengan
undian.
Lalu satu bulan sebelum hari pencoblosan, dimulai masa kampanye yang berlangsung selama
14 hari. Dilanjutkan dengan masa tenang serta pencoblosan suara.

Kemudian dilanjutkan penghitungan suara secara berjenjang dari tingkat TPS sampai dengan
penetapan hasil Pilkada pada tingkat daerah penyelenggaraan Pilkada (KPUD).
Di tingkat provinsi, Pilkada dilaksanakan untuk memilih gubernur dan wakil gubernur dalam
satu pasangan secara langsung oleh rakyat di provinsi setempat. Adapun di tingkat kota dan
kabupaten, Pilkada dilaksanakan untuk memilih walikota dan bupati beserta wakilnya dalam
satu paket pasangan. Mereka memiliki tugas dan kewenangan dalam memimpin
penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama dengan DPRD
C.Tahun-Tahun Pemilihan Umum Di Indonesia.
SEKILAS PEMILU DI INDONESIA (Dari Tahun 1955 s/d Tahun 2009)

Visi
dan
Misi
Penyelenggara
Pemilihan
Umum
Di
Indonesia
============================================
VISI:
----Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang
memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya
demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
MISI:
----1.Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki kompetensi,
kredibilitas
dan
kapabilitas
dalam
menyelenggarakan
Pemilihan
Umum;
2.Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden
serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
adil,
akuntabel,
edukatif
dan
beradab;
3.Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien dan efektif;
4.Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta
menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku;
5.Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilihan Umum
demi
terwujudnya
cita-cita
masyarakat
Indonesia
yang
demokratis.
-----------------------------------------

KILAS
BALIK
PEMILU
DI
INDONESIA
DARI
MASA
KE
MASA
(Dari
Tahun
1955
s/d
Tahun
2009)
===============================
Sejak kemerdekaan tahun 1945, Indonesia telah melewati berbagai macam Pemilu. Berikut
kilas balik Pemilu - Pemilu yang pernah diaksanakan di Indonesia:
KITA MENGETAHUI BAHWA PEMILU DI INDONESIA TELAH DISELENGGARAKAN
SEBANYAK 10 (SEPULUH ) KALI. PEMILU PERTAMA DISELENGGARAKAN PADA
TAHUN 1955 DAN KEMUDIAN SECARA BERTURUT-TURUT PADA TAHUN 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 DAN PADA TAHUN INI (2004) KITA TELAH
MENGIKUTI PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI DAN DPRD
KABUPATEN/KOTA PADA TAHUN 2009 dan dilanjutkan dengan Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden 2009 (Tahap I 8 Juli 2009 dan Tahap II tanggal 9 September 2009).
BERIKUT KAMI SAMPAIKAN KILAS BALIK SECARA SINGKAT SEJARAH PEMILU
DI INDONESIA SEBAGAI REVIEW KITA SEMUA DALAM PELAKSANAAN PEMILU
YANG
TELAH
DILAKSANAKAN
DI
INDONESIA.
1.
PEMILU
1955.
INI MERUPAKAN PEMILU YANG PERTAMA DALAM SEJARAH BANGSA
INDONESIA. WAKTU ITU REPUBLIK INDONESIA BERUSIA 10 TAHUN. PEMILU
TAHUN 1955 INI DILAKSANAKAN SAAT KEAMANAN NEGARA MASIH KURANG
KONDUSIF; BEBERAPA DAERAH DIRUNDUNG KEKACAUAN OLEH DI/TII
(DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA) KHUSUSNYA PIMPINAN
KARTOSUWIRYO. DALAM KEADAAN SEPERTI INI, ANGGOTA ANGKATAN
BERSENJATA DAN POLISI JUGA MEMILIH. MEREKA YANG BERTUGAS DI
DAERAH RAWAN DIGILIR DATANG KE TEMPAT PEMILIHAN. PEMILU AKHIRNYA
PUN
BERLANGSUNG
AMAN.
PEMILU INI BERTUJUAN UNTUK MEMILIH ANGGOTA-ANGGOTA DPR DAN
KONSTITUANTE. JUMLAH KURSI DPR YANG DIPEREBUTKAN BERJUMLAH 260,
SEDANGKAN KURSI KONSTITUANTE BERJUMLAH 520 (DUA KALI LIPAT KURSI
DPR) DITAMBAH 14 WAKIL GOLONGAN MINORITAS YANG DIANGKAT
PEMERINTAH.
UU NO. 7 TAHUN 1953 TENTANG PEMILU ADALAH UU YANG MENJADI PAYUNG
HUKUM PEMILU 1955 YANG DISELENGGARAKAN SECARA LANGSUNG, UMUM,
BEBAS
DAN
RAHASIA.
PERIODE
DEMOKRASI
TERPIMPIN
SANGAT DISAYANGKAN, KISAH SUKSES PEMILU 1955, AKHIRNYA TIDAK BISA
DILANJUTKAN DAN HANYA MENJADI CATATAN EMAS SEJARAH. PEMILU
PERTAMA ITU TIDAK BERLANJUT DENGAN PEMILU KEDUA LIMA TAHUN
BERIKUTNYA, MESKIPUN PADA 1958 PEJABAT PRESIDEN SUKARNO SUDAH
MELANTIK PANITIA PEMILIHAN INDONESIA II. YANG TERJADI KEMUDIAN
ADALAH BERUBAHNYA FORMAT POLITIK DENGAN KELUARNYA DEKRIT
PRESIDEN 5 JULI 1959, SEBUAH KEPUTUSAN PRESIDEN UNTUK
MEMBUBARKAN KONSTITUANTE DAN PERNYATAAN KEMBALI KE UUD 1945
YANG DIPERKUAT ANGAN-ANGAN PRESIDEN SOEKARNO MENGUBURKAN
PARTAI-PARTAI. DEKRIT ITU KEMUDIAN MENGAKHIRI REZIM DEMOKRASI DAN
MENGAWALI OTORITERIANISME KEKUASAAN DI INDONESIA, YANG -MEMINJAM ISTILAH PROF ISMAIL SUNNY-- SEBAGAI KEKUASAAN NEGARA,
BUKAN LAGI MENGACU KEPADA DEMOCRACY BY LAW, TETAPI DEMOCRACY

BY
DECREE.
OTORITERIANISME PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEKARNO MAKIN JELAS
KETIKA PADA 4 JUNI 1960. BELIAU MEMBUBARKAN DPR HASIL PEMILU 1955,
SETELAH SEBELUMNYA DEWAN LEGISLATIF ITU MENOLAK RAPBN YANG
DIAJUKAN PEMERINTAH. PRESIDEN SOEKARNO SECARA SEPIHAK DENGAN
SENJATA DEKRIT 5 JULI 1959 MEMBENTUK DPR-GOTONG ROYONG (DPR-GR)
DAN MPR SEMENTARA (MPRS) YANG SEMUA ANGGOTANYA DIANGKAT
PRESIDEN.
PENGANGKATAN KEANGGOTAAN MPR DAN DPR, DALAM ARTI TANPA
PEMILIHAN, MEMANG TIDAK BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945. KARENA
UUD 1945 TIDAK MEMUAT KLAUSUL TENTANG TATA CARA MEMILIH ANGGOTA
DPR DAN MPR. TETAPI, KONSEKUENSI PENGANGKATAN ITU ADALAH
TERKOOPTASINYA KEDUA LEMBAGA ITU DI BAWAH PRESIDEN. PADAHAL
MENURUT UUD 1945, MPR ADALAH PEMEGANG KEKUASAAN TERTINGGI,
SEDANGKAN
DPR
NEBEN
ATAU
SEJAJAR
DENGAN
PRESIDEN.
SAMPAI PRESIDEN SOEKARNO DIBERHENTIKAN OLEH MPRS MELALUI SIDANG
ISTIMEWA BULAN MARET 1967 (KETETAPAN XXXIV/MPRS/ 1967) SETELAH
MELUASNYA KRISIS POLITIK, EKONOMI DAN SOSIAL PASCAKUDETA
G 30 S/PKI YANG GAGAL SEMAKIN LUAS, REZIM YANG KEMUDIAN DIKENAL
DENGAN SEBUTAN DEMOKRASI TERPIMPIN ITU TIDAK PERNAH SEKALIPUN
MENYELENGGARAKAN
PEMILU.
MALAH PADA 1963 MPRS YANG ANGGOTANYA DIANGKAT MENETAPKAN
SOEKARNO, ORANG YANG MENGANGKATNYA, SEBAGAI PRESIDEN SEUMUR
HIDUP. INI ADALAH SATU BENTUK KEKUASAAN OTORITER YANG
MENGABAIKAN KEMAUAN RAKYAT TERSALURKAN LEWAT PEMILIHAN
BERKALA
2.
PEMILU
1971
KETIKA JENDERAL SOEHARTO DIANGKAT OLEH MPRS MENJADI PEJABAT
PRESIDEN MENGGANTIKAN BUNG KARNO DALAM SIDANG ISTIMEWA MPRS
1967, IA JUGA TIDAK SECEPATNYA MENYELENGGARAKAN PEMILU UNTUK
MENCARI LEGITIMASI KEKUASAAN TRANSISI. MALAH KETETAPAN MPRS XI
TAHUN
1966
YANG
MENGAMANATKAN
AGAR
PEMILU
BISA
DISELENGGARAKAN DALAM TAHUN 1968, KEMUDIAN DIUBAH LAGI PADA SI
MPR 1967, OLEH JENDERAL SOEHARTO DENGAN MENETAPKAN BAHWA
PEMILU
AKAN
DISELENGGARAKAN
DALAM
TAHUN
1971.
SEBAGAI PEJABAT PRESIDEN PAK HARTO TETAP MENGGUNAKAN MPRS DAN
DPR-GR BENTUKAN BUNG KARNO, HANYA SAJA IA MELAKUKAN
PEMBERSIHAN LEMBAGA TERTINGGI DAN TINGGI NEGARA TERSEBUT DARI
SEJUMLAH ANGGOTA YANG DIANGGAP BERBAU ORDE LAMA.
PADA PRAKTEKNYA PEMILU KEDUA BARU BISA DISELENGGARAKAN
TANGGAL 5 JULI 1971, YANG BERARTI SETELAH 4 TAHUN PAK HARTO BERADA
DI KURSI KEPRESIDENAN. PADA WAKTU ITU KETENTUAN TENTANG
KEPARTAIAN (TANPA UU) KURANG LEBIH SAMA DENGAN YANG DITERAPKAN
PRESIDEN
SOEKARNO.
UU YANG DIADAKAN ADALAH UU TENTANG PEMILU DAN SUSUNAN DAN
KEDUDUKAN MPR, DPR, DAN DPRD. MENJELANG PEMILU 1971, PEMERINTAH
BERSAMA DPR GR MENYELESAIKAN UU NO. 15 TAHUN 1969 TENTANG PEMILU
DAN UU NO. 16 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR DAN DPRD.
PENYELESAIAN UU ITU SENDIRI MEMAKAN WAKTU HAMPIR TIGA TAHUN.

HAL YANG SANGAT SIGNIFIKAN YANG BERBEDA DENGAN PEMILU 1955


ADALAH BAHWA PARA PEJEBAT NEGARA PADA PEMILU 1971 DIHARUSKAN
BERSIKAP NETRAL. SEDANGKAN PADA PEMILU 1955 PEJABAT NEGARA,
TERMASUK PERDANA MENTERI YANG BERASAL DARI PARTAI BISA IKUT
MENJADI CALON PARTAI SECARA FORMAL. TETAPI PADA PRAKTEKNYA PADA
PEMILU 1971 PARA PEJABAT PEMERINTAH BERPIHAK KEPADA SALAH SATU
PESERTA PEMILU, YAITU GOLKAR. JADI SESUNGGUHNYA PEMERINTAH PUN
MEREKAYASA KETENTUAN-KETENTUAN YANG MENGUNTUNGKAN GOLKAR
SEPERTI MENETAPKAN SELURUH PEGAWAI NEGERI SIPIL HARUS
MENYALURKAN ASPIRASINYA KEPADA SALAH SATU PESERTA PEMILU ITU.
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMBAGIAN KURSI, CARA PEMBAGIAN
YANG DIGUNAKAN DALAM PEMILU 1971 BERBEDA DENGAN PEMILU 1955.
DALAM PEMILU 1971, YANG MENGGUNAKAN UU NO. 15 TAHUN 1969 SEBAGAI
DASAR, SEMUA KURSI TERBAGI HABIS DI SETIAP DAERAH PEMILIHAN. CARA
INI TERNYATA MAMPU MENJADI MEKANISME TIDAK LANGSUNG UNTUK
MENGURANGI JUMLAH PARTAI YANG MERAIH KURSI DIBANDINGKAN
PENGGUNAAN SISTEM KOMBINASI. TETAPI, KELEMAHANNYA SISTEM DEMIKIAN LEBIH BANYAK MENYEBABKAN SUARA PARTAI TERBUANG PERCUMA.
PEMILU
1977,
1982,
1987,
1992,
DAN
1997.
SETELAH 1971, PELAKSANAAN PEMILU YANG PERIODIK DAN TERATUR MULAI
TERLAKSANA. PEMILU KETIGA DISELENGGARAKAN 6 TAHUN LEBIH SETELAH
PEMILU 1971, YAKNI TAHUN 1977, SETELAH ITU SELALU TERJADWAL SEKALI
DALAM 5 TAHUN. DARI SEGI JADWAL SEJAK ITULAH PEMILU TERATUR
DILAKSANAKAN.
SATU HAL YANG NYATA PERBEDAANNYA DENGAN PEMILU-PEMILU
SEBELUMNYA ADALAH BAHWA SEJAK PEMILU 1977 PESERTANYA JAUH LEBIH
SEDIKIT, DUA PARPOL DAN SATU GOLKAR. INI TERJADI SETELAH
SEBELUMNYA PEMERINTAH BERSAMA-SAMA DENGAN DPR BERUSAHA
MENYEDERHANAKAN JUMLAH PARTAI DENGAN MEMBUAT UU NO. 3 TAHUN
1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLKAR. KEDUA PARTAI ITU ADALAH
PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN ATAU PPP DAN PARTAI DEMOKRASI
INDONESIA ATAU PDI) DAN SATU GOLONGAN KARYA ATAU GOLKAR. JADI
DALAM 5 KALI PEMILU, YAITU PEMILU 1977, 1982, 1987, 1992, DAN 1997
PESERTANYA
HANYA
TIGA
TADI.
HASILNYA PUN SAMA, GOLKAR SELALU MENJADI PEMENANG, SEDANGKAN
PPP DAN PDI MENJADI PELENGKAP ATAU SEKEDAR ORNAMEN. GOLKAR
BAHKAN SUDAH MENJADI PEMENANG SEJAK PEMILU 1971. KEADAAN INI
SECARA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG MEMBUAT KEKUASAAN
EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF BERADA DI BAWAH KONTROL GOLKAR.

3.
PEMILU
1977
PEMUNGUTAN SUARA PEMILU 1977 DILAKUKAN 2 MEI 1977. CARA PEMBAGIAN
KURSI MASIH DILAKUKAN SEPERTI DALAM PEMILU 1971, YAKNI MENGIKUTI
SISTEM PROPORSIONAL DI DAERAH PEMILIHAN. DARI 70.378.750 PEMILIH,
SUARA YANG SAH MENCAPAI 63.998.344 SUARA ATAU 90,93 PERSEN. DARI
SUARA YANG SAH ITU GOLKAR MERAIH 39.750.096 SUARA ATAU 62,11 PERSEN.
NAMUN PEROLEHAN KURSINYA MENURUN MENJADI 232 KURSI ATAU
KEHILANGAN 4 KURSI DIBANDINGKAN PEMILU 1971. PADA PEMILU 1977

SUARA PPP NAIK DI BERBAGAI DAERAH, BAHKAN DI DKI JAKARTA DAN DI


ACEH MENGALAHKAN GOLKAR. SECARA NASIONAL PPP BERHASIL MERAIH
18.743.491 SUARA, 99 KURSI ATAU NAIK 2,17 PERSEN, ATAU BERTAMBAH 5
KURSI DIBANDING GABUNGAN KURSI 4 PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1971.
KENAIKAN SUARA PPP TERJADI DI BANYAK BASIS-BASIS EKS MASJUMI. INI
SEIRING DENGAN TAMPILNYA TOKOH UTAMA MASJUMI MENDUKUNG PPP.
TETAPI KENAIKAN SUARA PPP DI BASIS-BASIS MASJUMI DIIKUTI PULA OLEH
PENURUNAN SUARA DAN KURSI DI BASIS-BASIS NU, SEHINGGA KENAIKAN
SUARA SECARA NASIONAL TIDAK BEGITU BESAR. PPP BERHASIL MENAIKKAN
17 KURSI DARI SUMATERA, JAKARTA, JAWA BARAT DAN KALIMANTAN, TETAPI
KEHILANGAN 12 KURSI DI JAWA TENGAH, YOGYAKARTA, JAWA TIMUR DAN
SULAWESI SELATAN. SECARA NASIONAL TAMBAHAN KURSI HANYA 5.
PDI JUGA MEROSOT PEROLEHAN KURSINYA DIBANDING GABUNGAN KURSI
PARTAI-PARTAI YANG BERFUSI SEBELUMNYA, YAKNI HANYA MEMPEROLEH 29
KURSI ATAU BERKURANG 1 KURSI DI BANDING GABUNGAN SUARA PNI,
PARKINDO
DAN
PARTAI
KATOLIK.
4.
PEMILU
1982
PEMUNGUTAN SUARA PEMILU 1982 DILANGSUNGKAN SECARA SERENTAK
PADA TANGGAL 4 MEI 1982. PADA PEMILU INI PEROLEHAN SUARA DAN KURSI
SECARA NASIONAL GOLKAR MENINGKAT, TETAPI GAGAL MEREBUT
KEMENANGAN DI ACEH. HANYA JAKARTA DAN KALIMANTAN SELATAN YANG
BERHASIL DIAMBIL GOLKAR DARI PPP. SECARA NASIONAL GOLKAR BERHASIL
MEREBUT TAMBAHAN 10 KURSI DAN ITU BERARTI KEHILANGAN MASINGMASING 5 KURSI BAGI PPP DAN PDI GOLKAR MERAIH 48.334.724 SUARA ATAU
242 KURSI. ADAPUN CARA PEMBAGIAN KURSI PADA PEMILU INI TETAP
MENGACU
PADA
KETENTUAN
PEMILU
1971.
5.
PEMILU
1987
PEMUNGUTAN SUARA PEMILU 1987 DISELENGGARAKAN 23 APRIL 1987 SECARA
SERENTAK DI SELURUH TANAH AIR. DARI 93.737.633 PEMILIH, SUARA YANG
SAH MENCAPAI 85.869.816 ATAU 91,32 PERSEN. CARA PEMBAGIAN KURSI JUGA
TIDAK BERUBAH, YAITU TETAP MENGACU PADA PEMILU SEBELUMNYA.
HASIL PEMILU KALI INI DITANDAI DENGAN KEMEROSOTAN TERBESAR PPP,
YAKNI HILANGNYA 33 KURSI DIBANDINGKAN PEMILU 1982, SEHINGGA HANYA
MENDAPAT 61 KURSI. PENYEBAB MEROSOTNYA PPP ANTARA LAIN KARENA
TIDAK BOLEH LAGI PARTAI ITU MEMAKAI ASAS ISLAM DAN DIUBAHNYA
LAMBANG
DARI
KA'BAH
KEPADA
BINTANG
DAN
TERJADINYA
PENGGEMBOSAN OLEH TOKOH- TOKOH UNSUR NU, TERUTAMA JAWA TIMUR
DAN
JAWA
TENGAH.
SEMENTARA ITU GOLKAR MEMPEROLEH TAMBAHAN 53 KURSI SEHINGGA
MENJADI 299 KURSI. PDI, YANG TAHUN 1986 DAPAT DIKATAKAN MULAI DEKAT
DENGAN
KEKUASAAN,
SEBAGAIMANA
DIINDIKASIKAN
DENGAN
PEMBENTUKAN DPP PDI HASIL KONGRES 1986 OLEH MENTERI DALAM NEGERI
SOEPARDJO RUSTAM, BERHASIL MENAMBAH PEROLEHAN KURSI SECARA
SIGNIFIKAN DARI 30 KURSI PADA PEMILU 1982 MENJADI 40 KURSI PADA
PEMILU
1987
INI.
6.
PEMILU
1992
CARA PEMBAGIAN KURSI UNTUK PEMILU 1992 JUGA MASIH SAMA DENGAN
PEMILU SEBELUMNYA. HASIL PEMILU YANG PEMUNGUTAN SUARANYA

DILAKSANAKAN TANGGAL 9 JUNI 1992 INI PADA WAKTU ITU AGAK


MENGAGETKAN BANYAK ORANG. SEBAB, PEROLEHAN SUARA GOLKAR KALI
INI MEROSOT DIBANDINGKAN PEMILU 1987. KALAU PADA PEMILU 1987
PEROLEHAN SUARANYA MENCAPAI 73,16 PERSEN, PADA PEMILU 1992 TURUN
MENJADI 68,10 PERSEN, ATAU MEROSOT 5,06 PERSEN. PENURUNAN YANG
TAMPAK NYATA BISA DILIHAT PADA PEROLEHAN KURSI, YAKNI MENURUN
DARI 299 MENJADI 282, ATAU KEHILANGAN 17 KURSI DIBANDING PEMILU
SEBELUMNYA.
PPP JUGA MENGALAMI HAL YANG SAMA, MESKI MASIH BISA MENAIKKAN 1
KURSI DARI 61 PADA PEMILU 1987 MENJADI 62 KURSI PADA PEMILU 1992 INI.
TETAPI DI LUAR JAWA SUARA DAN KURSI PARTAI BERLAMBANG KABAH ITU
MEROSOT. PADA PEMILU 1992 PARTAI INI KEHILANGAN BANYAK KURSI DI
LUAR JAWA, MESKI ADA PENAMBAHAN KURSI DARI JAWA TIMUR DAN JAWA
TENGAH. MALAH PARTAI ITU TIDAK MEMILIKI WAKIL SAMA SEKALI DI 9
PROVINSI, TERMASUK 3 PROVINSI DI SUMATERA. PPP MEMANG BERHASIL
MENAIKKAN PEROLEHAN 7 KURSI DI JAWA, TETAPI KARENA KEHILANGAN 6
KURSI DI SUMATERA, AKIBATNYA PARTAI ITU HANYA MAMPU MENAIKKAN 1
KURSI
SECARA
NASIONAL.
YANG BERHASIL MENAIKKAN PEROLEHAN SUARA DAN KURSI DI BERBAGAI
DAERAH ADALAH PDI. PADA PEMILU 1992 INI PDI BERHASIL MENINGKATKAN
PEROLEHAN KURSINYA 16 KURSI DIBANDINGKAN PEMILU 1987, SEHINGGA
MENJADI 56 KURSI. INI ARTINYA DALAM DUA PEMILU, YAITU 1987 DAN 1992,
PDI
BERHASIL
MENAMBAH
32
KURSINYA
DI
DPR
RI.
7.
PEMILU
1997
SAMPAI PEMILU 1997 INI CARA PEMBAGIAN KURSI YANG DIGUNAKAN TIDAK
BERUBAH, MASIH MENGGUNAKAN CARA YANG SAMA DENGAN PEMILU 1971,
1977, 1982, 1987, DAN 1992. PEMUNGUTAN SUARA DISELENGGARAKAN
TANGGAL 29 MEI 1997. HASILNYA MENUNJUKKAN BAHWA SETELAH PADA
PEMILU 1992 MENGALAMI KEMEROSOTAN, KALI INI GOLKAR KEMBALI
MEREBUT SUARA PENDUKUNGNNYA. PEROLEHAN SUARANYA MENCAPAI 74,51
PERSEN, ATAU NAIK 6,41. SEDANGKAN PEROLEHAN KURSINYA MENINGKAT
MENJADI 325 KURSI, ATAU BERTAMBAH 43 KURSI DARI HASIL PEMILU
SEBELUMNYA.
PPP JUGA MENIKMATI HAL YANG SAMA, YAITU MENINGKAT 5,43 PERSEN.
BEGITU PULA UNTUK PEROLEHAN KURSI. PADA PEMILU 1997 INI PPP MERAIH
89 KURSI ATAU MENINGKAT 27 KURSI DIBANDINGKAN PEMILU 1992.
DUKUNGAN TERHADAP PARTAI ITU DI JAWA SANGAT BESAR.
SEDANGKAN PDI, YANG MENGALAMI KONFLIK INTERNAL DAN TERPECAH
ANTARA PDI SOERJADI DENGAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI SETAHUN
MENJELANG PEMILU, PEROLEHAN SUARANYA MEROSOT 11,84 PERSEN, DAN
HANYA MENDAPAT 11 KURSI, YANG BERARTI KEHILANGAN 45 KURSI DI DPR
DIBANDINGKAN
PEMILU
1992.
PEMILU KALI INI DIWARNAI BANYAK PROTES. PROTES TERHADAP
KECURANGAN TERJADI DI BANYAK DAERAH. BAHKAN DI KABUPATEN
SAMPANG, MADURA, PULUHAN KOTAK SUARA DIBAKAR MASSA KARENA
KECURANGAN PENGHITUNGAN SUARA DIANGGAP KETERLALUAN. KETIKA DI
BEBERAPA TEMPAT DI DAERAH ITU PEMILU DIULANG PUN, TETAPI PEMILIH,
KHUSUSNYA
PENDUKUNG
PPP,
TIDAK
MENGAMBIL
BAGIAN.

8.
PEMILU
1999
SETELAH PRESIDEN SOEHARTO DILENGSERKAN DARI KEKUASAANNYA PADA
TANGGAL 21 MEI 1998 JABATAN PRESIDEN DIGANTIKAN OLEH WAKIL
PRESIDEN BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE. ATAS DESAKAN PUBLIK, PEMILU
YANG BARU ATAU DIPERCEPAT SEGERA DILAKSANAKAN, SEHINGGA HASILHASIL PEMILU 1997 SEGERA DIGANTI. KEMUDIAN TERNYATA BAHWA PEMILU
DILAKSANAKAN PADA 7 JUNI 1999, ATAU 13 BULAN MASA KEKUASAAN
HABIBIE.
PADA SAAT ITU UNTUK SEBAGIAN ALASAN DIADAKANNYA PEMILU ADALAH
UNTUK MEMPEROLEH PENGAKUAN ATAU KEPERCAYAAN DARI PUBLIK,
TERMASUK DUNIA INTERNASIONAL, KARENA PEMERINTAHAN DAN
LEMBAGA-LEMBAGA LAIN YANG MERUPAKAN PRODUK PEMILU 1997 SUDAH
DIANGGAP TIDAK DIPERCAYA. HAL INI KEMUDIAN DILANJUTKAN DENGAN
PENYELENGGARAAN SIDANG UMUM MPR UNTUK MEMILIH PRESIDEN DAN
WAKIL
PRESIDEN
YANG
BARU.
INI BERARTI BAHWA DENGAN PEMILU DIPERCEPAT, YANG TERJADI BUKAN
HANYA BAKAL DIGANTINYA KEANGGOTAAN DPR DAN MPR SEBELUM SELESAI
MASA KERJANYA, TETAPI PRESIDEN HABIBIE SENDIRI MEMANGKAS MASA
JABATANNYA YANG SEHARUSNYA BERLANGSUNG SAMPAI 2003, SUATU
KEBIJAKAN DARI SEORANG PRESIDEN YANG BELUM PERNAH TERJADI
SEBELUMNYA.
SEBELUM
MENYELENGGARAKAN
PEMILU YANG
DIPERCEPAT ITU,
PEMERINTAH MENGAJUKAN RUU TENTANG PARTAI POLITIK, RUU TENTANG
PEMILU, DAN RUU TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MPR, DPR DAN
DPRD.
KETIGA DRAF UU INI DISIAPKAN SEBUAH TIM DEPDAGRI, YANG DISEBUT TIM
7, YANG DIKETUAI OLEH PROF DR M RYAAS RASYID (REKTOR IIP DEPDAGRI,
JAKARTA).
SETELAH RUU DISETUJUI DPR DAN DISAHKAN MENJADI UU, PRESIDEN
MEMBENTUK KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) YANG ANGGOTAANGGOTANYA ADALAH WAKIL DARI PARTAI POLITIK DAN WAKIL DARI
PEMERINTAH.
SATU HAL YANG SECARA SANGAT MENONJOL MEMBEDAKAN PEMILU 1999
DENGAN PEMILU-PEMILU SEBELUMNYA SEJAK 1971 ADALAH PEMILU 1999 INI
DIIKUTI BANYAK SEKALI PESERTA. INI DIMUNGKINKAN KARENA ADANYA
KEBEBASAN UNTUK MENDIRIKAN PARTAI POLITIK. PESERTA PEMILU KALI INI
ADALAH 48 PARTAI. INI SUDAH JAUH LEBIH SEDIKIT DIBANDINGKAN DENGAN
JUMLAH PARTAI YANG ADA DAN TERDAFTAR DI DEPARTEMEN KEHAKIMAN
DAN
HAM,
YAKNI
141
PARTAI.
DALAM SEJARAH INDONESIA TERCATAT, BAHWA SETELAH PEMERINTAHAN
PERDANA MENTERI BURHANUDDIN HARAHAP, PEMERINTAHAN REFORMASI
INILAH YANG MAMPU MENYELENGGARAKAN PEMILU LEBIH CEPAT SETELAH
PROSES
ALIH
KEKUASAAN.
BURHANUDDIN
HARAHAP
BERHASIL
MENYELENGGARAKAN PEMILU HANYA SEBULAN SETELAH MENJADI
PERDANA MENTERI MENGGANTIKAN ALI SASTROAMIDJOJO, MESKI
PERSIAPAN-PERSIAPANNYA SUDAH DIJALANKAN JUGA OLEH PEMERINTAHAN
SEBELUMNYA.
HABIBIE MENYELENGGARAKAN PEMILU SETELAH 13 BULAN SEJAK DIA NAIK

KE KEKUASAAN, MESKI PERSOALAN YANG DIHADAPI INDONESIA BUKAN


HANYA KRISIS POLITIK, TETAPI YANG LEBIH PARAH ADALAH KRISIS
EKONOMI, SOSIAL,
DAN
PENEGAKAN
HUKUM
SERTA TEKANAN
INTERNASIONAL.
PEMILU 1999, MESKIPUN MASA PERSIAPANNYA TERGOLONG SINGKAT,
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA PADA PEMILU 1999 INI BISA DILAKUKAN
SESUAI JADWAL, YAKNI TANGGAL 7 JUNI 1999. TIDAK SEPERTI YANG
DIPREDIKSIKAN DAN DIKHAWATIRKAN BANYAK PIHAK SEBELUMNYA,
TERNYATA PEMILU 1999 BISA TERLAKSANA DENGAN DAMAI, TANPA ADA
KEKACAUAN YANG BERARTI. HANYA DI BEBERAPA DAERAH TINGKAT II DI
SUMATRA UTARA YANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARANYA TERPAKSA
DIUNDUR SUARA SATU PEKAN. ITU PUN KARENA ADANYA KETERLAMBATAN
ATAS
DATANGNYA
PERLENGKAPAN
PEMUNGUTAN
SUARA.
TETAPI TIDAK SEPERTI PADA PEMUNGUTAN SUARA YANG BERJALAN LANCAR,
TAHAP PENGHITUNGAN SUARA DAN PEMBAGIAN KURSI PADA PEMILU KALI
INI SEMPAT MENGHADAPI HAMBATAN. PADA TAHAP PENGHITUNGAN SUARA,
27 PARTAI POLITIK MENOLAK MENANDATANGANI BERITA ACARA
PERHITUNGAN SUARA DENGAN DALIH PEMILU BELUM JURDIL (JUJUR DAN
ADIL). SIKAP PENOLAKAN TERSEBUT DITUNJUKKAN DALAM SEBUAH RAPAT
PLENO
KPU.
KARENA ADA PENOLAKAN, DOKUMEN RAPAT KPU KEMUDIAN DISERAHKAN
PIMPINAN KPU KEPADA PRESIDEN. OLEH PRESIDEN HASIL RAPAT DARI KPU
TERSEBUT KEMUDIAN DISERAHKAN KEPADA PANWASLU (PANITIA PENGAWAS
PEMILU). PANWASLU DIBERI TUGAS UNTUK MENELITI KEBERATANKEBERATAN YANG DIAJUKAN WAKIL-WAKIL PARTAI DI KPU YANG
BERKEBERATAN TADI. HASILNYA, PANWASLU MEMBERIKAN REKOMENDASI
BAHWA PEMILU SUDAH SAH. LAGIPULA MAYORITAS PARTAI TIDAK
MENYERTAKAN DATA TERTULIS MENYANGKUT KEBERATAN-KEBERATANNYA.
PRESIDEN KEMUDIAN JUGA MENYATAKAN BAHWA HASIL PEMILU SAH. HASIL
FINAL PEMILU BARU DIKETAHUI MASYARARAKAT PADA 26 JULI 1999.
SETELAH DISAHKAN OLEH PRESIDEN, PPI (PANITIA PEMILIHAN INDONESIA)
LANGSUNG MELAKUKAN PEMBAGIAN KURSI. PADA TAHAP INI JUGA MUNCUL
MASALAH. RAPAT PEMBAGIAN KURSI DI PPI BERJALAN ALOT. HASIL
PEMBAGIAN KURSI YANG DITETAPKAN KELOMPOK KERJA PPI, KHUSUSNYA
PEMBAGIAN KURSI SISA, DITOLAK OLEH KELOMPOK PARTAI ISLAM YANG
MELAKUKAN
STEMBUS
ACCOORD.
HASIL KELOMPOK KERJA PPI MENUNJUKKAN, PARTAI ISLAM YANG
MELAKUKAN STEMBUS ACCOORD HANYA MENDAPATKAN 40 KURSI.
SEMENTARA KELOMPOK STEMBUS ACCOORD 8 PARTAI ISLAM MENYATAKAN
BAHWA
MEREKA
BERHAK
ATAS
53
DARI
120
KURSI
SISA.
PERBEDAAN PENDAPAT DI PPI TERSEBUT AKHIRNYA DISERAHKAN KEPADA
KPU. DI KPU PERBEDAAN PENDAPAT ITU AKHIRNYA DISELESAIKAN MELALUI
VOTING DENGAN DUA OPSI. OPSI PERTAMA, PEMBAGIAN KURSI SISA
DIHITUNG DENGAN MEMPERHATIKAN SUARA STEMBUS ACCOORD,
SEDANGKAN OPSI KEDUA PEMBAGIAN TANPA STEMBUS ACCOORD. HANYA 12
SUARA YANG MENDUKUNG OPSI PERTAMA, SEDANGKAN YANG MENDUKUNG
OPSI KEDUA 43 SUARA. LEBIH DARI 8 PARTAI WALK OUT. INI BERARTI BAHWA
PEMBAGIAN KURSI DILAKUKAN TANPA MEMPERHITUNGKAN LAGI STEMBUS
ACCOORD.
BERBEKAL KEPUTUSAN KPU TERSEBUT, PPI AKHIRNYA DAPAT MELAKUKAN

PEMBAGIAN KURSI HASIL PEMILU PADA 1 SEPTEMBER 1999. HASIL


PEMBAGIAN KURSI ITU MENUNJUKKAN, LIMA PARTAI BESAR MEMBORONG
417 KURSI DPR ATAU 90,26 PERSEN DARI 462 KURSI YANG DIPEREBUTKAN.
SEBAGAI PEMENANGNYA ADALAH PDI-P YANG MERAIH 35.689.073 SUARA ATAU
33,74 PERSEN DENGAN PEROLEHAN 153 KURSI. GOLKAR MEMPEROLEH
23.741.758 SUARA ATAU 22,44 PERSEN SEHINGGA MENDAPATKAN 120 KURSI
ATAU KEHILANGAN 205 KURSI DIBANDING PEMILU 1997. PKB DENGAN
13.336.982 SUARA ATAU 12,61 PERSEN, MENDAPATKAN 51 KURSI. PPP DENGAN
11.329.905 SUARA ATAU 10,71 PERSEN, MENDAPATKAN 58 KURSI ATAU
KEHILANGAN 31 KURSI DIBANDING PEMILU 1997. PAN MERAIH 7.528.956
SUARA ATAU 7,12 PERSEN, MENDAPATKAN 34 KURSI. DI LUAR LIMA BESAR,
PARTAI LAMA YANG MASIH IKUT, YAKNI PDI MEROSOT TAJAM DAN HANYA
MERAIH 2 KURSI DARI PEMBAGIAN KURSI SISA, ATAU KEHILANGAN 9 KURSI
DIBANDING
PEMILU
1997
9.
PEMILU
2004
PEMILU LEGISLATIF ADALAH TAHAP PERTAMA DARI RANGKAIAN TAHAPAN
PEMILU 2004. PEMILU LEGISLATIF INI DIIKUTI 24 PARTAI POLITIK, DAN TELAH
DILAKSANAKAN PADA 5 APRIL 2004. PEMILU INI BERTUJUAN UNTUK MEMILIH
PARTAI POLITIK (SEBAGAI PERSYARATAN PEMILU PRESIDEN) DAN
ANGGOTANYA UNTUK DICALONKAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPRD, DAN
DPD. PARTAI-PARTAI POLITIK YANG MEMPEROLEH SUARA LEBIH BESAR ATAU
SAMA DENGAN TIGA PERSEN DAPAT MENCALONKAN PASANGAN CALONNYA
UNTUK MAJU KE TAHAP BERIKUTNYA, YAITU PADA PEMILU PRESIDEN
PUTARAN
PERTAMA.
PEMILIHAN UMUM INDONESIA 2004 ADALAH PEMILU PERTAMA YANG
MEMUNGKINKAN RAKYAT UNTUK MEMILIH PRESIDEN SECARA LANGSUNG,
DAN CARA PEMILIHANNYA BENAR-BENAR BERBEDA DARI PEMILU
SEBELUMNYA. PADA PEMILU INI, RAKYAT DAPAT MEMILIH LANGSUNG
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN (SEBELUMNYA PRESIDEN DAN WAKIL
PRESIDEN DIPILIH OLEH MPR YANG ANGGOTA-ANGGOTANYA DIPILIH
MELALUI PRESIDEN). SELAIN ITU, PADA PEMILU INI PEMILIHAN PRESIDEN
DAN WAKIL PRESIDEN TIDAK DILAKUKAN SECARA TERPISAH (SEPERTI
PEMILU 1999) -- PADA PEMILU INI, YANG DIPILIH ADALAH PASANGAN CALON
(PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN), BUKAN CALON
PRESIDEN
DAN
CALON
WAKIL
PRESIDEN
SECARA
TERPISAH.
PENTAHAPAN
PEMILU
2004
PEMILU INI DIBAGI MENJADI MAKSIMAL TIGA TAHAP (MINIMAL DUA TAHAP):
TAHAP PERTAMA (ATAU PEMILU LEGISLATIF") ADALAH PEMILU UNTUK
MEMILIH PARTAI POLITIK (UNTUK PERSYARATAN PEMILU PRESIDEN) DAN
ANGGOTANYA UNTUK DICALONKAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPRD, DAN
DPD. TAHAP PERTAMA INI DILAKSANAKAN PADA 5 APRIL 2004.
TAHAP KEDUA (ATAU PEMILU PRESIDEN PUTARAN PERTAMA) ADALAH UNTUK
MEMILIH PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA
LANGSUNG. TAHAP KEDUA INI DILAKSANAKAN PADA 5 JULI 2004.
TAHAP KETIGA (ATAU PEMILU PRESIDEN PUTARAN KEDUA) ADALAH BABAK
TERAKHIR YANG DILAKSANAKAN HANYA APABILA PADA TAHAP KEDUA
BELUM ADA PASANGAN CALON YANG MENDAPATKAN SUARA PALING TIDAK
50 PERSEN (BILA KEADAANNYA DEMIKIAN, DUA PASANGAN CALON YANG

MENDAPATKAN SUARA TERBANYAK AKAN DIIKUTSERTAKAN PADA PEMILU


PRESIDEN PUTARAN KEDUA. AKAN TETAPI, BILA PADA PEMILU PRESIDEN
PUTARAN PERTAMA SUDAH ADA PASANGAN CALON YANG MENDAPATKAN
SUARA LEBIH DARI 50 PERSEN, PASANGAN CALON TERSEBUT AKAN
LANGSUNG DIANGKAT MENJADI PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN). TAHAP
KETIGA
INI
DILAKSANAKAN
PADA
20
SEPTEMBER
2004.
10.
PEMILU
2009
PELAKSANAAN 10 (SEPULUH) KALI PEMILU YANG TELAH DILAKSANAKAN
TERSEBUT DAPAT DIKATEGARIKAN DALAM 3 (TIGA) ERA ATAU ORDE YANG
BERBEDA. MULAI DARI ORDE LAMA, ORDE BARU DAN ORDE REFORMASI.
DARI BEBERAPA PELEKSANAAN PEMILU TERSEBUT, SEBENARNYA DAPAT
DIKATAKAN BAHWA RAKYAT INDONESIA TELAH CUKUP BERPENGALAMAN
DAN
TELAH
MEMAHAMI
TENTANG
MAKSUD
DAN
TUJUAN
DISELENGGARAKAN PEMILU OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM SECARA
LANGSUNG, UMUM, BEBAS, RAHASIA, JUJUR, DAN ADIL SETIAP LIMA TAHUN
SEKALI UNTUK MEMILIH ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN
PERWAKILAN DAERAH, PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DAN DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, SEBAGAIBANA AMANAT PASAL 22 E BAB VII B
UNDANGUNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 AYAT :
(1)
,
(20,
(3),
(4),
(5),
DAN
(6).
PEMILIHAN
UMUM
SECARA
LANGSUNG
OLEH
RAKYAT
MULAI
DILAKSANAKAN PADA TAHUN 2004 DAN DILANJUTKAN PADA PEMILU 2009 INI
ADALAH MERUPAKAN SARANA PELAKSANAAN KEDAULATAN RAKYAT GUNA
MENGHASILKAN
PEMERINTAHAN
NEGARA
YANG
DEMOKRATIS
BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945, SESUAI DENGAN TUNTUTAN DAN
PERKEMBANGAN
DINAMIKA
MASYARAKAT
SERTA
AGAR
DAPAT
TERSELENGGARA SECARA LEBIH BERKUALITAS DENGAN PARTISIPASI RAKYAT
SELUAS-LUASNYA DAN DILAKSANAKAN BERDASARKAN ASAS LANGSUNG,
UMUM, BEBAS, RAHASIA, JUJUR, DAN ADIL DAN MAMPU MENJAMIN PRINSIP
KETERWAKILAN,
AKUNTABILITAS,
DAN
LEGITIMASI
SEBAGAIMANA
DITUANGKAN DALAM PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 YANG DIUBAH SEBANYAK 4 (EMPAT) KALI
PERUBAHAN. BAHKAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN
WAKIL BUPATI, SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA JUGA DILIH SECARA
LANGSUNG OLEH RAKYAT.
Persyaratan Calon Presiden Dan Wakil Presiden.
Persyaratan Administrasi Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
1. Kartu Tanda Penduduk dan akte kelahiran Warga negara Indonesia.
2. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.
3. Surat Keterangan Kesehatan dari Rumah Sakit Pemerintah yang ditunjuk KPU.
4. Surat Tanda terima atau bukti penyampaian laporan harta kekayaan pribadi kepada komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
5. Surat Keterangan tidak sedang dalam keadaan pailit dan/atau tidak memiliki tanggungan
utang yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri.
6. Foto copy NPWP dan tanda bukti pengiriman atau penerimaan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi selama 5 (lima) tahun terakhir.

7. Daftar Riwayat Hidup, Profil singkat, dan rekam jejak setiap bakal calon.
8. Surat pernyataan belum pernah menjabat presiden atau wakil Presiden selama 2 (dua) kali
masa Jabatan dalam jabatan yang sama.
9. Surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, dan cita-cita
Proklamasi 17 Agustus 1945.
10. Surat Keterangan dari pengadilan negeri yang menyatakan bahwa setiap bakal calon tidak
pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan negeri yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih.
11. Bukti kelulusan berupa foto copy ijazah, STTB, Syahadah, sertifikat, atau surat
keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah.
12. Surat Keterangan tidak terlibat organisasi terlarang dengan G.30.S/PKI dari kepolisian.
13. Surat pernyataan bermeterai cukup tentang kesediaan yang bersangkutan diusulkan
sebagai bakal calon presiden dan bakal calon Wakil Presiden secara berpasangan.
E. Proses Pemilu presiden dan wakil
atacara
atau
prosedur
peilhan
Presiden
dan
Wakil
Presiden
menurut
Undang-Undang
Dasar
1945
setelah
amandemen
IV,
yaitu;
a. Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung
oleh
rakyat
(pasal
6A
ayat
1),
setelah
amandemen
III;
b. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum
pelaksanaan pemilihan umum (pasal 6A ayat 2), setelah amandemen III;
c.
Pasangan
calon
Presiden
dan
Wakil
Presiden
yang
mendapatkan
suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan
umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap propinsi yang
tersebar di lebih dari setengah jumlah propinsi di Indonesia, dilantik
menjadi
Presiden
dan
Wakil
Presiden
(pasal
6A
ayat
3),
setelah
amandemen
III;
d. Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan
pasangan
yang
memperoleh
suara
rakyat
terbanyak
dilantik
sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.(pasal 6A ayat 4), setelah mandemen IV;
e.
Tata
cara
pelaksanaan
pemilihan
Presiden
dan
Wakil
Presiden
lebih lanjut diatur dalam Undang-undang (pasal 6A ayat 5), setelah
amandemen
III.
f. Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya
untuk
satu
kali
masa
jabatan
(pasal
7),
setelah
amandemen
I.
g.
Sebelum
memangku
jabatannya,
Presiden
dan
Wakil
Presiden
bersumpah
menurut
agama,
atau
berjanji
dengan
sungguh-sungguh
dihadapan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
atau
Dewan
Perwakilan
Rakyat
sebagai
berikut
:
Sumpah Presidperaturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan
Bangsa.
(pasal
9
ayat
1),
setelah
amandemen
I.
h.
Jika
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
atau
Dewan
Perwakilan
Rakyat
tidak dapat
mengadakan sidang, Presiden
dan Wakil Presiden
bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan dengan sungguh-sungguh
dihadapan
pimpinan
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
dengan
disaksikan
oleh Pimpinan Mahkamah Agung. (pasal 9 ayat 2), setelah amandemen I.17

Sedangkan
tatacara
pencalonan
dan
pemilihan
Presiden
dan
Wakil
Presiden
menurut
TAP
MPR
No.VI/MPR/1999,
yaitu;
a.
Pasal
8
1.
Fraksi
dapat
mengajukan
calon
Presiden.
2.
Calon
Presiden
dapat
juga
diajukan
oleh
sekurang-kurangnya
70
orang
anggota
Majelis
yang
terdiri
atas
satu
Fraksi
atau
lebih.
3.
Masing-masing
anggota
Majelis
hanya
boleh
menggunakan
salah
satu cara pengajuan calon sebagaimana tersebut dalam ayat 1 dan 2
pasal
ini.
b.
Pasal
9
Calon Presiden sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ketetapan ini. Dapat
diajukan
secara
tertulis
kepada
Pimpinan
Majelis
dengan
melampirkan
persetujuan
dari
calon
yang
bersangkutan.
c. Pasal 10en dan Wakil Presiden: Demi Allah, saya bersumpah akan
memenuhi
kewajiban
Presiden
dan
Wakil
Presiden
Republik
Indonesia
dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undangundang
Dasar
dan
peraturannya
dengan
selurus-lurusnya
serta
berbakti
kepada
Nusa
dan
Bangsa.
Janji Presiden dan Wakil Presiden : Saya berjanji dengan sungguhsungguh
akan
memenuhi
kewajiban
Presiden
dan
Wakil
PresidenRepublik
Indonesia
dengan
sebaik-baiknya
dan
seadil-adilnya,
memegang
teguh
Undang-Undang
Dasar
dan
menjalankan
segala
Undang-undang
dan
1. Pengajuan usulan tersebut pada pasal 8 ketetapan ini, harus sudah
diterima
oleh
Majelis
selambat-lambatnya
12
jam
sebelum
Rapat
Paripurna
Pemilihan
Presiden
dibuka.
2. Pimpinan Majelis meneliti persyaratan calon dan persyaratan
pencalonan
Presiden.
d.
Pasal
11
Pimpinan
Majelis
mengumumkan
nama
calon
Presiden
yang
telah
memenuhi
persyaratan
kepada
Rapat
Paripurna
Majelis.
e.
Pasal12
1.
Calon
Presiden
yang
telah
diusulkan
kepada
Pimpinan
Majelis,
pencalonannya
dapat
ditarik
kembali
oleh
yang
bersangkutan
dan
atau
oleh
pihak
yang
mengusulkan
melalui
Pimpinan
Majelis.
2.
Apabila
penarikan
kembali
dilakukan
sebelum
calon-calon
Presiden
diumumkan
oleh
pimpinan
Majelis,
maka
dimungkinkan
untuk
dilakukan.
Penggantian
calon
yang
bersangkutan
dengan
tetap
memenuhi
persyaratan
dan
tata
cara
sebagaimana
diatur
dalam
pasal
8,
9,
10
dan
11
ketetapan
ini.
3.
Apabila
penarikan
kembali
itu
dilakaukan
setelah
calon-calon
Presiden
diumumkan
oleh
Pimpinan
Majelis,
maka
tidak
dimungkinkan
untuk
dilakukan
penggantian.
f.
Pasal
13
1. Apabila calon yang diajukan lebih dari satu orang, maka pemilihan
dilakukan
dengan
pemungut
suara
secara
rahasia.
2. Apabila calon yang diusulkan ternyata hanya satu orang, maka calon
tersebut
disahkan
oleh
Rapat
Paripurna
Majelis
menjadi
Presiden.
g.
Pasal
14
Dalam
hal
ini
dilakukan
pemungutan
suara
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
13
ayat
1
ketetapan
ini,
maka
calon
Presiden
yang

memperoleh
suara
sekurang-kurangnya
lebih
dari
separuh
jumlah
anggota
Majelis
yang
hadir
untuk
ditetapkan
sebagai
Presiden
terpilih.
h.
Pasal
15
Dalam
hal
ini
penghitungan
suara
ternyata
tidak
ada
calon
yang
memperoleh
suara
lebih
dari
separuh
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal 14 ketetapan ini, maka terhadap tiga calon yang memperoleh
suara lebih banyak dari calon yang lain, diadakan pemungutan suara
ulang
secara
rahasia.
i.
Pasal
16
Dalam
hal
pemungutan
suara
ternyata
tidak
ada
calon
yang
memperoleh
suara
lebih
dari
separuh
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal 14 ketetapan ini, maka terhadap dua calon memperoleh suara
ulang
secara
rahasia.
j.
Pasal
17
Apabila hasil penghitungan suara berdasarkan pasal 16 ketetapan ini,
ternyata
masing-masing
calon
memperoleh
jumlah
suara
yang
sama
banyaknya, atau ternya tidak ada yang memperoleh suara lebih dari
separuh
jumlah
Anggota
Majelis
yang
hadir,
maka
diadakan
pemungutan
suara
ulang
secara
rahasia.
k.
Pasal
18
Apabila
hasil
penghitungan
suara
yang
dilakukan
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ketetapan ini ternyata masing-masing calon
memperoleh jumlah suara yang sama banyaknya atau tidak ada calon
yang
memperoleh
suara
lebih
dari
separuh
jumlah
Anggota
Majelis
yang hadir, maka pemilihan diulang dengan penundaan selambatlambatnya
1
x
24
jam.
l.
Pasal
19
Apabila
hasil
penghitungan
suara
yang
dilakukan
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
18
ketetapan
ini,
ternyata
masing-masing
calon
masih
tetap
memperoleh
jumlah
suara
yang
sama
banyaknya
atau
belum
ada
calon
yang
memperoleh
suara
lebih
dari
separuh,
maka
pengusul
harus
mengajukan
calon
Presiden
yang
lain
untuk
dilakaukan
pemilihan
ulang
dan
pemungutan
suara
dilakukan
secara
rahasia.
E.Pengertian dan Tugas KPU
KPU adalah badan penyelenggara pemilihan umum yang bebas dan mandiri sebagaimana
dimaksud Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
(Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Susunan Dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah).
Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2
Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum
dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum,
dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas
kewenangan sebagai berikut :

merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;


menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta
Pemilihan Umum;
membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat
Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah
pemilihan;
menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR,
DPRD I dan DPRD II;
mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum;
memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:
tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999
tentang Pemilihan Umum.
Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan,
bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambatlambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem
Pemilihan Umum.
F.Ketentuan Kampanye
Larangan Dalam Pemilu
UU Larangan dalam Pemilu dan Sanksinya..
Pasal 74
Dalam kampanye Pemilu dilarang:
a.
mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b.
menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau peserta Pemilu
yang lain;
c.
menghasut dan mengadu domba antarperseorangan maupun antarkelompok
masyarakat;
d.
mengganggu ketertiban umum;
e.
mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau peserta Pemilu yang
lain;
f.
merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta Pemilu;
g.
menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan.
Pasal 75
(1).
Dalam kampanye Pemilu, dilarang melibatkan :
a.
Ketua/Wakil Ketua/Ketua Muda/Hakim Mahkamah Agung/ Hakim Mahkamah
Konstitusi dan hakim-hakim pada semua badan peradilan;
b.
Ketua/Wakil Ketua dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
c.
Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia;
d.
Pejabat BUMN/BUMD;
e.
Pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri;
f.
Kepala Desa atau sebutan lain.
(2).
Pejabat Negara yang berasal dari partai politik yaitu Presiden/Wakil
Presiden/Menteri/Gubernur/Wakil Gubernur/ Bupati/Wakil Bupati/ Walikota/Wakil Walikota,
dalam kampanye harus memenuhi ketentuan :
a.
tidak menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya;

b.
menjalani cuti di luar tanggungan negara;
c.
pengaturan lama cuti dan jadwal cuti dengan memperhatikan keberlangsungan
tugas penyelenggaraan negara.
(3).
Partai Politik Peserta Pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota dilarang melibatkan pegawai negeri sipil, anggota Tentara
Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai peserta
kampanye dan juru kampanye dalam Pemilu.
Pasal 76
(1).
Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f,
merupakan tindak pidana dan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2).
Pelanggaran atas ketentuan mengenai larangan pelaksanaan kampanye Pemilu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf d, huruf f, dan huruf g, yang merupakan
pelanggaran tata cara kampanye dikenai sanksi:
a.
peringatan tertulis apabila penyelenggara kampanye Pemilu melanggar larangan
walaupun belum terjadi gangguan;
b.
penghentian kegiatan kampanye di tempat terjadinya pelanggaran atau di seluruh
daerah pemilihan yang bersangkutan apabila terjadi gangguan terhadap keamanan yang
berpotensi menyebar ke daerah pemilihan lain.
(3).
Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran ketentuan kampanye sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh KPU.
(4).
Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 dikenai sanksi penghentian kampanye selama masa kampanye
Pemilu oleh KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 77
(1).
Selama masa kampanye sampai dilaksanakan pemungutan suara, calon anggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilarang menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih.
(2).
Calon yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan batal sebagai calon oleh KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/ Kota.
(3).
Tata cara pembatalan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
KPU.
G.Pemilihan Kepala Daerah
Di Indonesia, saat ini pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung oleh penduduk
daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu
paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
dimaksud mencakup:
Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi
Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten
Wali kota dan wakil wali kota untuk kota
Sejarah
Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali
diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan
Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan
umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala

daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI
Jakarta 2007.
Pada tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan
adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota.[1]
Penyelenggaraan
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu)
Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota.
Khusus di Aceh, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan
diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).
Peserta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat
berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undangundang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa
pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Khusus di Aceh, peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal
Daftar menurut tahun
Daftar pemilihan kepala daerah di Indonesia 2005
Daftar pemilihan kepala daerah di Indonesia 2006
Daftar pemilihan kepala daerah di Indonesia 2007
Daftar pemilihan umum kepala daerah di Indonesia 2008
Daftar pemilihan umum kepala daerah di Indonesia 2010
Daftar pemilihan umum kepala daerah di Indonesia 2011
Daftar pemilihan kepala daerah di Indonesia 2012
Daftar pemilihan kepala daerah di Indonesia 2013
Peraturan KPU Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 06 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 66 Tahun 2009 Tentang Penetapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kebutuhan
Pengadaan serta Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi
Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi, serta Penetapan Calon Terpilih,
Pengesahan Pengangkatan dan Pelantikan.
Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 72 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan dan
Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Tempat
Pemungutan Suara.
Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 69 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Kampanye Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Tata Cara Pemutakhiran Data dan
Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja Komisi Pemilihan
Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,
Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara dalam
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 09 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Tahapan, Program dan
Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2010 Tentang Pedoman Audit Laporan Dana Kampanye
Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Dalam Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 06 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta
Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Penetapan Jumlah dan Tata
Cara Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Induk dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota yang Dibentuk Setelah
Pemilihan Umum Tahun 2009.
Peraturan KPU Nomor 62 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Tahapan, Program dan
Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Tata Kerja Komisi
Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan
Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 64 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pemantau dan Tata Cara
Pemantauan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 65 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan
Penyampaian Informasi Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 66 Tahun 2009 Tentang Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan
Kebutuhan Pengadaan Serta Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 67 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Pemutakhiran Data dan
Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Pencalonan Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 69 Tahun 2009 Tentang Pedoman Teknis Kampanye Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Peraturan KPU Nomor 72 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan
dan Penghitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di
Tempat Pemungutan Suara.
Peraturan KPU Nomor 73 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Rekapitulasi
Hasil Penghitungan Perolehan Suara Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, serta Penetapan Calon Terpilih,

Pengesahan Pengangkatan, dan Pelantikan.


Peraturan KPU Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Seleksi dan Penetapan
Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota
Memahami sistem pemerintahan Republik Indonesia
2.1. Menjelaskan Proses Pemilu dan Pilkada
Lembaga-lembaga Negara.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR
Susunan lembaga-lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia telah dilakukan
penyempurnaan sesuai dengan aspirasi rakyat, sehingga mengalami beberapa perubahan.
Perubahan yang sangat jelas terlihat pada kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Sebelum UUD 1945 diamandemen, kedudukan MPR berada lebih tingggi dari
lembaga-lembaga tinggi lainnnya. Namun, setelah UUD 1945 mengalami amandemen
kedudukan MPR disejajarkan dengan lembaga-lembaga tinggi lainnnya, seperti DPR, MA,
DPA, BPK, dan Presiden. Disamping itu juga dibentuk lembaga-lembaga tinggi negara lain.
Lihat bagan di bawah ini!

Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan


UUD 1945 Sebelum Amandemen

Lembaga-Lembaga Negara sesuai dengan


UUD 1945 Setelah Amandemen
Lembaga negara yang memegang kekuasaan menurut UUD 1945 hasil amandemen adalah
MPR, DPR, presiden, MA, MK, dan BPK.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan
umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan presiden. Masa jabatan anggota
MPR lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji. Sebelum memangku jabatannya, anggota MPR mengucapkan sumpah/janji
bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.
Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara.
Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada hanya
lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen maka
MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 MPR amandemen
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
melantik presiden dan wakil presiden;
memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undangundang dasar.
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:
mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;
menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
memilih dan dipilih;
membela diri;
imunitas;
protokoler;
keuangan dan administratif.
Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:
mengamalkan Pancasila;
melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional;
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan;
melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.
2.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan
hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi
disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyak 100
orang;
jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 50
orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu
kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sebelum memangku jabatannya, anggota DPR

mengucapkan sumpah/ janji secara bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah
Agung dalam sidang paripurna DPR. Lembaga negara DPR mempunyai fungsi berikut ini:
Fungsi Legislasi. Fungsi legislasi artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undangundang.
Fungsi Anggaran. Fungsi anggaran artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak
untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Fungsi Pengawasan. Fungsi pengawasan artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan
pengawasan terhadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.
DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut.
Hak Interpelasi. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
bagi kehidupan masyarakat.
Hak Angket. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu
kebijakan tertentu pemerintah yang diduga bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
Hak Menyatakan Pendapat. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan
pendapat terhadap kebijakan pemerintah mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di
dalam negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR maka
dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.
3.Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang sebelumnya tidak
ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-banyaknya
empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR.
Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPD berdomisili di
daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang bertempat tinggal di ibu kota Republik
Indonesia. Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun. Sesuai dengan Pasal 22 D UUD
1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai berikut:
Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat
dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan undang-undang,
RAPBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang otonomi
daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan
keuangan pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.
4.Presiden dan Wakil Presiden

Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Maksudnya, presiden
mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden mempunyai kedudukan
sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala negara. Sebelum adanya
amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah
amandemen UUD1945 presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun
dan sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau mengucapkan
janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik, presiden dan wakil
presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang telah ditetapkan sendiri.
Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan
dengan UUD 1945. Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan
tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
5.Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan
tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia dapat dibedakan
peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan
oleh undang-undang;
mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

6.Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi adalah lembaga baru setelah adanya perubahan UUD 1945. Mahkamah
Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Konstitusi berkedudukan di ibu kota negara.
Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim kontitusi yang ditetapkan
dengan keputusan presiden. Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota dan tujuh orang anggota hakim
konstitusi. Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan
selama tiga tahun. Hakim konstitusi adalah pejabat negara. Sesuai dengan Pasal 24 C UUD
1945 maka wewenang dan kewajiban Mahkamah Konstitusi, antara lain sebagai berikut:
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap UUD;
memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD;
memutuskan pembubaran partai politik;

memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;


wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan Wakil Presiden Republik Indonesia menurut UUD.
7.Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
a. mengusulkan pengangkatan hakim agung;
b. menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum
serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. Anggota Komisi Yudisial
diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial
terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan
tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.
8.Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksan Keuangan yang bebas dan
mandiri. Jadi, tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih oleh DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh presiden. BPK
berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
B.Pemerintahan Pusat dan Daerah
1.Tugas
dan
Fungsi
Pemerintah
Pusat
Pemerintah pusat yaitu presiden, wakil presiden, dan para menteri di bawahnya yang
memegang kekuasaan pemerintahan

negara Republik Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka


pemerintah pusat melakukan tugasnya dengan mengelola kekayaan milik negara untuk
dipergunakan bagi kepentingan umum guna memenuhi hajat hidup orang banyak, hal ini
sejalan dengan UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) bahwa cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan ayat 3
yang berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Terdapat lima hal
yang menjadi urusan pemerintah pusat, yaitu sebagai berikut.
Politik Luar Negeri, Negara mengambil bagian dalam menentukan politik dan kebijakan luar
negeri yang akan diambil untuk memenuhi kepentingan nasional dalam lingkup internasional.
Pertahanan Keamanan, Negara berperan aktif dalam pertahanan nasional dengan mengambil
bagian atas seluruh tugas-tugas perlindungan negara dan warga negara terhadap seranganserangan luar.
Yustisi (Peradilan), Negara berupaya mencegah terjadinya konflik kepentingan antara
individu dan kelompok.
Moneter (keuangan) dan Fiskal Nasional Negara mengupayakan kebaikan bersama dan
kesejahteraan umum.
Agama, Negara memberikan kesempatan mengembangkan dengan bebas hak beragama yang
ada dalam kelompok secara terkendali.
Kekuasaan dan kewenangan kepala negara tersebut, meliputi beberapa hal, di antaranya
sebagai berikut.
Memegang kekuasan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Menyatakan perang dan membuat perdamaian serta perjanjian dengan negara lain.
Membuat perjanjian internasional.
Menyatakan keadan bahaya.
Mengangkat duta atau konsul.
Memberi grasi, rehabilitasi, amnesti, dan abolisi.
Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainya.
Presiden memiliki kekuasaan dan kewenangan yang meliputi beberapa hal, di antaranya:
memimpin kabinet;
mengangkat dan melantik menteri-menteri;
memberhentikan menteri-menteri;
mengawasi operasional pembangunan;
menerima mandat dari MPR-RI.
2.Tugas
dan
Fungsi
Pemerintah
Daerah
Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang tertuang dalam UUD 1945.
Dengan adanya asas otonomi, maka daerah otonom memiliki hak, kewenangan, serta
kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri penyelenggaraan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 52 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan
tugas pembantuan, Pasal 1 bahwa tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah
kepada daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang
disertai beberapa bantuan dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan bertanggung
jawab kepada yang menugaskan.
Tugas dan wewenang kepala daerah dan wakil kepala daerah, termuat di dalam UndangUndang No. 32 Tahun 2004 Pasal 27, di antaranya sebagai berikut:
Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

Melaksanakan kehidupan demokrasi.


Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undang an.
Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
3.Perangkat Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah Provinsi itu
dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah Provinsi, daerah
Kabupaten, dan daerah Kota mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan undangundang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara Pemerintahan Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Pada
Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan
Lembaga Teknis Daerah. Pada Daerah Kabupaten/Kota, Perangkat Daerah terdiri atas
Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan
karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah setempat dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Pengendalian
organisasi perangkat daerah dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk Provinsi dan oleh
Gubernur untuk Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Formasi
dan persyaratan jabatan perangkat daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Perangkat
Daerah yang terdiri dari:
unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam
Sekretariat;
unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat;
unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan;
unsur pendukung tugas Kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah; serta
unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan, namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus
dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh seluruh
Provinsi, Kabupaten, dan Kota, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
bersifat pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh Daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan Daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan otonomi
daerah. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dan memunculkan sektor unggulan masingmasing Daerah sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya daerah dalam rangka
mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah menerapkan prinsip-prinsip
organisasi, antara lain visi dan misi yang jelas, pelembagaan fungsi staf dan fungsi lini serta
fungsi pendukung secara tegas, efisiensi dan efektifitas, rentang kendali serta tata kerja yang

jelas. Hal ini dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam
menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah masing-masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
simplifikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah.
Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Peraturan daerah mengatur mengenai susunan,
kedudukan, tugas pokok organisasi perangkat daerah. Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja
diatur lebih lanjut dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.
Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah
dan Lembaga Teknis Daerah. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu
Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dari Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan
Kelurahan.
Sekretariat Daerah merupakan unsur staf. Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan
kewajiban membantu Gubernur, Bupati atau Walikota dalam menyusun kebijakan dan
mengoorDinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Pengertian pertanggung
jawaban Kepala Dinas, Sekretaris DPRD, dan Kepala Badan/Kantor/Direktur Rumah Sakit
Daerah melalui Sekretaris Daerah adalah pertanggungjawaban administratif yang meliputi
penyusunan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas Dinas Daerah, Sekretariat DPRD dan Lembaga Teknis Daerah, dengan
demikian Kepala Dinas, Sekretaris DPRD, dan Kepala Badan/Kantor/Direktur Rumah Sakit
Daerah bukan merupakan bawahan langsung Sekretaris Daerah.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Sekretariat DPRD) merupakan unsur
pelayanan terhadap DPRD. Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengoorDinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Badan Pengawasan Daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi, Inspektorat
Kabupaten, dan Inspektorat Kota adalah unsur pengawasan daerah yang dipimpin oleh
Inspektur, yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur,
Bupati atau Walikota.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas Daerah mempunyai tugas
melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Unit Pelaksana Teknis adalah unsur pelaksana tugas teknis pada Dinas dan Badan.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala daerah. Lembaga Teknis
Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang
bersifat spesifik.
Rumah Sakit Daerah adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat yang dikategorikan ke dalam Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Khusus
Daerah.

Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah Kabupaten dan daerah
Kota. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
oleh Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, serta
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah
sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah Kecamatan. Kelurahan dipimpin
oleh lurah.
Beberapa perangkat daerah yang menangani fungsi pengawasan, kepegawaian, rumah sakit,
dan keuangan, mengingat tugas dan fungsinya merupakan amanat peraturan perundangundangan, maka perangkat daerah tersebut tidak mengurangi jumlah perangkat daerah yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, dan pedoman teknis mengenai organisasi dan tata kerja diatur tersendiri.

Indonesia merupakan negara yang terbesar di Asia Tenggara. Indonesia juga


mempunyai peranan penting di lingkungan negara-negara ASEAN. Peran Indonesia dalam
lingkungan negara-negara ASEAN, seperti berikut ini :
1.
Pemrakarsa
Berdirinya
ASEAN
Jumlah negara anggota ASEAN sekarang ini ada sepuluh negara. Dari sepuluh negara
tersebut tidak semuanya berperan sebagai pendiri ASEAN. Pendiri ASEAN, antara lain
Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Negara anggota ASEAN yang tidak
ikut sebagai pendiri, antara lain Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar.
Ketika akan membentuk ASEAN, Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik
dalam pertemuan di Bangkok. Menteri Luar Negeri Adam Malik pula yang ikut
menandatangani Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 yang menandai awal
berdirinya ASEAN.
2.
Tempat
Penyelenggaraan
KTT
ASEAN
Sebagai negara anggota ASEAN, pemerintah Indonesia juga pernah menjadi tuan
rumah pertemuan kepala pemerintahan dan kepala negara ASEAN. Pada bulan Oktober 2003,
Bali menjadi tempat pertemuan kepala negara dan kepala pemerintahan ASEAN.

3. Ikut Serta dalam Menyelesaikan Masalah Kamboja


Pada tahun 1970 di Kamboja terjadi kudeta. Pada waktu itu Kamboja dipimpin oleh
Pangeran Norodom Sihanouk. Pada tanggal 18 Maret 1970 ketika Pangeran Norodom
Sihanouk berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Pangeran Sisowath Sirik Matak

bersama Lo Nol melakukan kudeta atau perebutan kekuasaan. Sejak peristiwa tersebut terjadi
perang
saudara yang berlangsung lama dan berlarut-larut. Keadaan Kamboja menjadi porak poranda,
rakyatnya sangat menderita.
Melihat kejadian yang berlarut-larut di Kamboja tersebut, Indonesia berusaha untuk
mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang dengan cara mempertemukan mereka
dalam suatu perundingan. Akhirnya, dibentuklah Jakarta Informal Meeting (JIM). Artinya,
pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta tahun 1988. Pertemuan di Jakarta dipimpin
oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas sebagai penengah di antara pihak-pihak yang bertikai.
Dengan adanya pertemuan tersebut pihak-pihak yang bertikai bersepakat untuk melakukan
perdamaian.
Pertemuan
di
Jakarta
itu
kemudian
ditindaklanjuti
dengan
diselenggarakannya perundingan perdamaian di Paris, Prancis pada tahun 1989.
Peran Indonesia dalam Kerja Sama Negara negara Asia Tenggara
Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dijalin oleh dua negara yang ditujukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan oleh kedua negara tersebut. Sedangkan kerja sama
multilateral merupakan bentuk kerja sama yang melibatkan banyak negara.
Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara dan memegang peranan penting dalam
hal menjaga perdamaian dan kemajuan di Asia Tenggara. Peran aktif yang dilakukan oleh
Indonesia sangat dirasakan manfaatnya oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan
negara-negara di belahan dunia lainnya. Apa saja peran aktif yang telah dilakukan oleh
Indonesia terutama di lingkungan negara-negara kawasan Asia Tenggara? Berikut ini
beberapa contoh peran aktif tersebut.
1. Indonesia menjadi salah satu negara yang memprakarsai berdirinya ASEAN.
Indonesia melalui Menteri Luar
Negerinya

yaitu Adam Malik menjadi salah satu negara yang menandatangani deklarasi
pendirian ASEAN yang kita kenal dengan Deklarasi Bangkok.
2. Indonesia berperan aktif dalam proses penciptaan dan pemeliharaan perdamaian di
kawasan Asia Tenggara. Dalam hal ini Indonesia memberikan peranannya ketika
membantu proses pemulihan perdamaian di Kamboja.

3. Indonesia menjadi pusat kesekretariatan ASEAN di mana gedung sekretariat ASEAN


berkedudukan di Jakarta. Selain itu, Indonesia pernah menempatkan tiga orang warga
negaranya untuk menjadi Sekretaris Jenderal ASEAN, yaitu H.R Darsono (19771978), Umarjadi Nyotowijono (1978-1979) dan Rusli Noor (1989-1992).
4. Menjadi penyelenggara KTT ASEAN yang pertama. KTT ini diselenggarakan di Bali
pada tanggal 24 Februari 1976. dalam KTT ini dihasilkan dua dokumen penting
ASEAN yaitu: Deklarasi ASEAN Bali Concord I, berisi berbagai program yang akan
menjadi kerangka kerja sama ASEAN selanjutnya. Kerja sama ini meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan kemananan. Perjanjian persahabatan dan
kerjasama. Dalam perjanjian ini disepakati prinsipprinsip dasar dalam hubungan satu
sama lain, seperti larangan untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri,
menyelesaikan perselisihan secara damain dan menolak penggunaan
ancaman/kekerasan
5. Penyelenggara pertemuan informal pemimpin negara ASEAN pertama. Pertemuan ini
diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 30

November 1996.
6. Penyelenggara KTT ASEAN kesembilan. KTT ini kembali diselnggarakan di Bali
pada tanggal 7 Oktober 2003. dalam KTT ini dihasilkan Deklarasi ASEAN Bali
Concord II sebagai kelanjutan dari Bali Concord I. Dalam Bali Concord II ditetapkan
Komunitas Asean yang didasarkan pada tiga pilar yaitu Komunitas Keamanan
ASEAN, Komunitas ASEAN dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
7. Melaksanakan pertunjukkan kebudayaan di negara-negara ASEAN lainnya.
8. Ikut serta dalam kegiatan Pesta Olahraga negara-negara Asia Tenggara (Sea Games)
serta beberapa kali menjadi tuan rumah kegiatan tersebu
II.
1.

BENTUK
KERJASAMA
ANTAR
NEGARA
NEGARA
ASEAN
KERJASAMA
POLITIK
KEAMANAN
ASEAN
Kerjasama ini ditujukan untuk menciptakan keamanan, stabilitas dan perdamaian
khususnya di kawasan dan umumnya di dunia. Kerjasama dalam bidang politik dan
keamanan dilakukan menggunakan instrumen politik seperti Kawasan Damai, Bebas Dan
Netral (Zone Of Peace, Freedom And Neutrality/ ZOPFAN), Traktat Persahabatan dan

Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation /TAC in Southeast Asia), dan Kawasan Bebas
Senjata Nuklir Di Asia Tenggara (Treaty on Southeast Asia Nuclear Weapon-Free
Zone/SEANWFZ). Selain ketiga instrumen politik tersebut, terdapat pula forum kerjasama
dalam bidang politik dan keamanan yang disebut ASEAN Regional Forum (ARF).
Beberapa kerjasama politik dan keamanan
Traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana (Treaty on
Mutual Legal
Assistance
in
Criminal
Matters/MLAT);
Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme (ASEAN Convention on Counter
Terrorism/ACCT);
Pertemuan para Menteri Pertahanan (Defence Ministers Meeting/ADMM)
yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas kawasan
melalui dialog serta kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan;
Penyelesaian sengketa Laut China Selatan;
Kerjasama Pemberantasan kejahatan lintas negara yang mencakup
pemberantasan terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang, penyelundupan dan
perdagangan senjata ringan dan manusia, bajak laut, kejahatan internet dan kejahatan
ekonomi
internasional;
Kerjasama di bidang hukum; bidang imigrasi dan kekonsuleran; serta
kelembagaan
antar
parlemen;
2.

KERJASAMA
EKONOMI
ASEAN
Kerjasama ekonomi ditujukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi
dengan cara saling membuka perekonomian negara-negara anggota dalam menciptakan
integrasi ekonomi kawasan. Kerjasama ekonomi mencakup kerjasama-kerjasama di sektor
perindustrian, perdagangan, dan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas di ASEAN
(AFTA).
Beberapa
kerjasama
ekonomi
adalah:
Kerjasama di sektor industri yang dilakukan melalui Kerjasama Industri ASEAN (ASEAN
Industrial
Cooperation
/AICO);
Kerjasama di sektor perdagangan dilakukan dengan pembentukan Kawasan Perdagangan
Bebas ASEAN (AFTA) melalui pemberlakuan Tarif Efektif Bersama (Common Effective
Preferential Tariff - CEPT) antara 5-10% atas dasar produk per produk, baik produk ekspor
maupun impor guna menghilangkan kendala perdagangan di antara negara-negara ASEAN;
Perdagangan Bebas dengan Mitra Wicara (Free Trade Agreement/FTA);
Kerjasama di sektor jasa yang meliputi kerjasama di sektor transportasi dan telekomunikasi,
pariwisata,
dan
keuangan;

Kerjasama
di
sektor
komoditi
dan
sumber
daya
alam;

Kerjasama
di
sub-sektor
pertanian
dan
kehutanan;

Kerjasama
di
sektor
energi
dan
mineral;

Kerjasama
di
sektor
usaha
kecil
dan
menengah;
dan

Kerjasama
dalam
bidang
pembangunan.
3.
KERJASAMA
FUNGSIONAL
ASEAN
Kerjasama fungsional dalam ASEAN mencakup bidang-bidang kebudayaan, penerangan,
pendidikan, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, penanganan bencana alam,
kesehatan, ketenagakerjaan, pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan
perempuan, kepemudaan, penanggulangan narkoba, peningkatan administrasi dan
kepegawaian
publik.
Beberapa
kerjasama
fungsional
adalah:

Kerjasama kebudayaan, penerangan, dan pendidikan, yang kegiatan-kegiatannya berbentuk


workshop dan simposium di bidang seni dan budaya, ASEAN Culture Week, ASEAN Youth
Camp, ASEAN Quiz, pertukaran kunjungan antar seniman ASEAN, pertukaran berita melalui
tv, penyiaran berita dan informasi mengenai ASEAN melalui radio-radio
nasional, Student Exchange Programme ASEAN, dan pembentukan ASEAN University
Network
(AUN).

Kerjasama
pembangunan
pedesaan
dan
pengentasan
kemiskinan;
Kerjasama kesehatan, ketenagakerjaan, serta kerjasama pembangunan dan kesejahteraan
sosial;
Kerjasama kesehatan, ketenagakerjaan, serta kerjasama pembangunan dan kesejahteraan
sosial;
Kerjasama sumber daya manusia yang mencakup bidang pemajuan wanita, pemuda,
penanggulangan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan obatobat terlarang (P4GN), pengelolaan Yayasan ASEAN, serta bidang kepegawaian dan
administrasi.
4
.
HUBUNGAN
EKSTERNAL
ASEAN
Visi ASEAN 2020 menegaskan ASEAN yang berwawasan ke depan akan memainkan peran
penting dalam masyarakat internasional dan memajukan kepentingan bersama ASEAN.
Kerjasama antara Asia Tenggara dan Timur Laut negara telah dipercepat dengan diadakannya
pertemuan puncak tahunan antara para pemimpin ASEAN, Cina, Jepang, dan Republik Korea
(ROK)
dalam
proses
ASEAN
plus
Three.
Hubungan ASEAN Plus Three terus diperluas dan diperdalam di bidang dialog dan kerjasama
keamanan, kejahatan transnasional, perdagangan dan investasi, lingkungan, keuangan dan
moneter, pertanian dan kehutanan, energi, pariwisata, kesehatan, tenaga kerja, budaya dan
seni, ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan teknologi komunikasi, kesejahteraan
sosial dan pembangunan, pemuda, dan pembangunan pedesaan dan pemberantasan
kemiskinan. Sekarang ini ada tiga belas pertemuan tingkat menteri di bawah kerjasama
ASEAN
Plus
Three.
ASEAN terus mengembangkan hubungan kerjasama dengan Mitra Dialog, yaitu, Australia,
Kanada, Cina, Uni Eropa, India, Jepang, Korsel, Selandia Baru, Federasi Rusia, Amerika
Serikat, dan United Nations Development Programme. ASEAN juga meningkatkan
kerjasama dengan Pakistan di beberapa daerah kepentingan bersama.
Konsisten dengan tekad untuk meningkatkan kerjasama dengan daerah-daerah berkembang
lainnya, ASEAN mempertahankan kontak dengan organisasi-organisasi antar-pemerintah,
yaitu Organisasi Kerjasama Ekonomi, the Gulf Cooperation Council, the Rio Group, the
South Asian Association for Regional Cooperation, the South Pacific Forum, dan juga
melalui
Asian-African
Sub-Regional
Organization
Conference.
Sebagian besar Negara-negara Anggota ASEAN juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Asia-Europe Meeting (ASEM), dan East AsiaLatin
America
Forum
(EALAF).
5.
PEMBEBASAN
VISA
Pada tanggal 25 Juli 2006 di Kuala Lumpur ke sepuluh Negara ASEAN telah
menandatangani Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN mengenai Pembebasan Visa.
Persetujuan ini berfungsi sebagai rujukan bagi Negara-negara anggota ASEAN dalam rangka
memberikan kemudahan bagi warganya untuk masuk ke negara anggota ASEAN lainnya
dengan ketentuan yang telah disepakati. Pemerintah Indonesia sudah meratifikasi Persetujuan
dimaksud
pada
tanggal
22
Mei
2009
(Keppres
19
tahun
2009).

III
.
PENGERTIAN
AFTA
1.
Asean
Free
Trade
Areas
Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota
maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus
memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti mekanisme
perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative advantage),serta pro
dan kontra di bidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana berbagai jenis mata uang (atau
valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar valuta asing. ASEAN Free Trade Area
(AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea
masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui
skema
CEPT-AFTA.
Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai berikut, Vietnam menjual sepatu ke
Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut
dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan
mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun dalam
konsep perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan
non-tarif bagi negara negara ASEAN melalui skema CEPT-AFTA.
Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan
tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara
ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya operasional mampu
ditekan
sehingga
akan
menguntungkan.
2.

Tujuan
Pembentukan
AFTA
Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN
dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan
meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Ole karena itu, penerapan AFTA guna
meningkatkan perdagangan antar anggota juga memiliki beberapa persyaratan produk yang
harus
dipenuhi
yaitu
:
a) Produk yang bersangkutan harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL) dari negara
eksportir
maupun
importir.
b) Produk tersebut harus mempunyai program penurunan tarif yang disetujui oleh Dewan
AFTA
(AFTA
Council);
c) Produk tersebut harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%. Suatu produk
dianggap berasal dari negara anggota ASEAN apabila paling sedikit 40% dari kandungan
bahan
didalamnya
berasal
dari
negara
anggota
ASEAN.
IV
1.

ASEAN

REGIONAL
FORUM
(ARF)
PENGERTIAN
ARF
ASEAN Regional Forum (ARF) merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN
pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang
terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan
pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas
dan keamanan kawasan. Dalam kaitan tersebut, ASEAN merupakan penggerak utama dalam
ARF.
ARF merupakan satu-satunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh
negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat,
Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). ARF menyepakati bawa konsep
keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer
dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan

isu

lainnya

seperti

isu

keamanan

nontradisional.

2.

Tujuan-tujuan
ARF
Sebagai suatu wahana utama dalam mewujudkan tujuan ASEAN dalam menciptakan
dan menjaga stabilitas serta keharmonisan kawasan, ARF menetapkan dua tujuan utama yang
terdiri
atas:
1. Mengembangkan dialog dan konsultasi konstruktif mengenai isu-isu politik dan keamanan
yang
menjadi
kepentingan
dan
perhatian
bersama,
dan
2. Memberikan kontribusi positif dalam berbagai upaya untuk mewujdkan confidence
building
dan
preventive
diplomacy
di
kawasan
Asia
Pasifik.
3.
Kepentingan
Indonesia
dalam
ARF
Melalui
ARF,
Indonesia
dapat:
Mengembangkan profil internasionalnya melalui peran dan kepemimpinannya dalam
ASEAN
sebagai
penggerak
utama
dalam
ARF.
Menetapkan agenda dialog dan konsultasi ARF dengan pandangan untuk menjaga dan
mengembangkan kepentingan nasionalnya di berbagai isu penting politik dan keamanan.
Mengarahkan diskusi untuk menjaga kepentingannya melalui antara lain mencegah
pembahasan
isu-isu
sensitif
bagi
kepentingan
nasional.
Menggalang dukungan dari para peserta ARF bagi keutuhan dan kedaulatan teritorialnya.
Mendorong komitmen kawasan untuk mengembangkan kerjasama di berbagai isu yang
menjadi perhatian bersama seperti perang melawan terorisme dan kejahatan lintas negara
lainnya.
Memajukan budaya damai, toleransi, dan dialog antara negara-negara di kawasan Asia
Pasifik.
V
.
ISU

ISU
EKONOMI
ASEAN
1.
ASEAN
Jadi
Contoh
Kerja
Sama
Ekonomi.
November
2007
Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara atau
ASEAN dapat menjadi contoh negara Asia lainnya dalam melakukan kerja sama ekonomi
dan peningkatan integrasi regional. "Sektor swasta harus menjadi bagian integral dari usaha
ASEAN untuk mewujudkan komunitas ekonomi 2015," , Kerja sama publik dan dan swasta
akan menjadi komponen kritik dari empat pilar kerja sama regional dan integrasi. Empat pilar
tersebut, infrastruktur, investasi dan perdagangan, uang dan keuangan, dan provisi komoditi
publik seperti perlindungan lingungan dan pencegahan penyakit menular.
2.
Perjanjian
Kerjasama
Ekonomi
ASEAN-Rusia
.
Desember
2005
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Rusia, menandatangani suatu
perjanjian bilateral mengenai kerjasama pembangunan dan ekonomi .Menurut Kantor Berita
Malaysia, Bernama, berdasarkan perjanjian tersebut, ke dua pihak diperkirakan memfasilitasi
pertukaran informasi yang berkenaan dengan investasi dan perdagangan, studi gabungan
mengenai berbagai masalah ekonomi dan perdagangan, berbagai kegiatan promosi investasi
serta
partisipasi
badan-badan
pemerintah
dan
institusi
terkait.
Di antara sektor kerjasama tersebut adalah perusahaan menengah dan kecil, teknologi dan
ilmu pengetahuan, energi, penggunaan sumber mineral, transportasi, lingkungan hidup, olah
raga dan budaya. Ke dua pihak juga mempercayakan Komisi Kerjasama Gabungan Federasi
ASEAN-Rusia untuk mengamati pelaksanaan perjanjian tersebut. Ke dua pihak juga
diharapkan membentuk Federasi Dana Finansial Kemitraan Dialog-ASEAN. Perjanjian
tersebut dimaksudkan untuk tetap mendukung periode 5 tahun sebelumnya dan kemudian

secara

otomatis

memperpanjang

periode

lima

tahun

berikutnya.

3. Asean Sepakati Perjanjian Liberalisasi Tiga Sektor . Desember 2008


Menteri Ekonomi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) menandatangani perjanjian
kerjasama liberalisasi bidang perdagangan barang, jasa dan investasi untuk mencapai
penyatuan Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015 . Menteri Ekonomi ASEAN
bertemu di Singapura dengan agenda utama penendatanganan beberapa kesepakatan dan
perjanjian penting sebagai pelaksanaan cetak biru AEC. Perjanjian perdagangan barang
ASEAN yang akan ditandatangani merupakan kumpulan dari perjanjian perdagangan barang
termasuk program pengurangan atau penghapusan tarif dan non tarif menjelang 2010.
"ASEAN Trade in Good Agreement itu juga mencakup revisi aturan asal barang (rules of
origin) dan implementasi agenda fasilitasi perdagangan antara lain National Single Window,".
Negara-negara ASEAN juga sepakat untuk mengurangi hambatan investasi menjelang 2010
dalam 3 tahap yang dituangkan dalam ASEAN Comprehensive Investment Agreement
(ACIA). ACIA merupakan revisi dan gabungan dari ASEAN Investment Agreement and
International
Guarantee
Agreements.
4.
Korsel-ASEAN
Perluas
Kerjasama
Ekonomi
.
Juni
2009
Sekjen Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Pemerintah Korea Selatan,
telah menyepakati memperluas hubungan ekonomi dan diplomatik yang segera ditetapkan
pada pertemuan khusus memperingati 20 tahun kemitraan ASEAN-Korsel.
Kesepakatan perluasan hubungan ini diperoleh setelah Presiden Korsel Lee Myung-bak dan
Surin Pitsuwan bertemu langsung. Presiden Lee dan Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan mencatat
hubungan Korea-ASEAN meningkat secara berkesinambungan selama 20 tahun sejak dialog
kemitraan dibentuk pada 1989. Kedua pihak mencatat, kemitraan Korea-ASEAN akan terus
berkembang menyusul ditandatanganinya perjanjian perdagangan bebas (FTA) mengenai
investasi yang diperkirakan dilakukan di akhir KTT Dua Hari di Korsel di Kepulauan Jeju,
Korsel
itu.
Surin menyebut penandatanganan perjanjian investasi tidak hanya akan memperluas
kerjasama ekonomi kedua pihak, tetapi juga membantu negara-negara tersebut dan dunia.
Presiden Korsel meminta perhatian khusus Sekretariat ASEAN bagi dukungan terhadap
pelaksanaan berbagai langkah mendorong kerjasama antara Korea dan ASEAN dan Sekjen
ASEAN berjanji memberikan dukungan itu. KTT Korea - ASEAN dimulai Senin, menyusul
akhir forum bisnis dua hari yang disebut CEOKTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara
Asia Tenggara setiap tahunnya.

KTT Asean di Laos pada 29-30 November 2004


Pertemuan Tahunan Anggota ASEAN.
Tanggal

Negara

Tuan rumah

2324 Februari 1976

Indonesia

Bali

45 Agustus 1977

Malaysia

Kuala Lumpur

1415 Desember 1987

Filipina

Manila

2729 Januari 1992

Singapura

Singapura

1415 Desember 1995

Thailand

Bangkok

1516 Desember 1998

Vietnam

Hanoi

56 November 2001

Brunei

Bandar Seri Begawan

45 November 2002

Kamboja

Phnom Penh

78 Oktober 2003

Indonesia

Bali

10

2930 November 2004

Laos

Vientiane

11

1214 Desember 2005

Malaysia

Kuala Lumpur

12

1114 Januari 20071,2

Filipina

Cebu

13

1822 November 2007

Singapura

Singapura

14

27 Februari-1 Maret 2009[3]3

Thailand

Cha Am, Hua Hin

15

23 Oktober 2009

Thailand

Cha Am, Hua Hin

16

8-9 April 2010

Vietnam

Hanoi

17

28-30 Oktober 2010

Vietnam

Hanoi

18

4-8 Mei 2011

Indonesia

Jakarta

19

17-19 November 2011

Indonesia

Bali

20

TBA 2012

Kamboja

Phnom Penh

Ditunda dari tanggal sebelumnya 1014 Desember 2006 akibat Badai Seniang

Menjadi tuan rumah setelah Myanmar mundur karena ditekan AS dan UE

Ditunda dari tanggal sebelumnya 1217 Desember 2008 akibat krisis politik Thailand

2008. Pertemuan pada Maret kemudian dibatalkan akibat aksi unjuk rasa di lokasi
pertemuan.
Konferensi Tingkat Tinggi Tak Resmi ASEAN
Tanggal

Negara

Tuan rumah

30 November 1996

Indonesia

Jakarta

1416 Desember 1997

Malaysia

Kuala Lumpur

2728 November 1999

Filipina

Manila

2225 November 2000

Singapura

Singapura

Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa ASEAN


Tanggal
1

Negara

6 Januari 2005

Tuan rumah
Indonesia

Jakarta

Summit di Jeju
Politik Luar Negeri Indonesia Bebas dan Aktif
Perang Dunia II berakhir, keadaan dunia dikuasai oleh dua kekuatan yang berideologi
berbeda, yaitu blok Barat dan blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat yang
berideologi liberal. Sebaliknya, blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet yang berideologi
komunis. Negara-negara dunia pun terpecah dalam kebijakan luar negerinya. Ada negara
yang melaksanakan kebijakan luar negerinya beraliran liberal dan tidak sedikit pula yang
melaksanakan kebijakan komunis. Walaupun demikian, muncul pula negara-negara yang
tidak mengikuti kebijakan yang ada. Mereka bersifat netral, seperti yang dilakukan Indonesia.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia melaksanakan politik luar negerinya yang bersifat bebas
aktif.
1. Pengertian Politik Luar Negeri
Apa yang dimaksud dengan politik luar negeri? Politik luar negeri adalah arah kebijakan
suatu negara untuk mengatur hubungannya dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan
bagian dari kebijakan nasional yang diabdikan bagi kepentingan nasional dalam lingkup
dunia internasional. Setiap negara mempunyai kebijakan politik luar negeri yang
berbedabeda. Mengapa demikian? Karena politik luar negeri suatu negara tergantung pada
tujuan nasional yang akan dicapai. Kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh
faktor luar negeri dan faktor dalam negeri.
a.
Faktor
Luar
Negeri
Faktor luar negeri, misalnya akibat globalisasi. Dengan globalisasi seakanakan dunia ini
sangat kecil dan begitu dekat. Maksudnya dunia ini seperti tidak ada batasnya. Hubungan
satu negara dengan negara lainnya sangat mudah dan cepat. Apalagi dengan adanya kemajuan
teknologi komunikasi seperti sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di negara lain
dengan mudah diketahui oleh negara lain.
b.
Faktor
Dalam
Negeri
Faktor dalam negeri juga akan mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Misalnya

sering terjadinya pergantian pemimpin pemerintahan. Setiap pemimpin pemerintahan


mempunyai kebijakan sendiri terhadap politik luar negeri. Bagaimana dengan politik luar
negeri di Indonesia?
2. Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif. Bagaimana maksudnya? Bebas, artinya
bahwa Indonesia tidak akan memihak salah satu blok kekuatan-kekuatan yang ada di dunia
ini. Aktif, artinya Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya selalu aktif ikut
menyelesaikan masalahmasalah internasional. Misalnya, aktif memperjuangkan dan
menghapuskan penjajahan serta menciptakan perdamaian dunia. Berdasarkan politik luar
negeri bebas dan aktif, Indonesia mempunyai hak untuk menentukan arah, sikap, dan
keinginannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Oleh karena itu, Indonesia tidak
dapat dipengaruhi kebijakan politik luar negeri negara lain.
3. Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia
Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan nasional negara itu
sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea
keempat yang menyatakan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan
sosial

Menurut Drs. Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara lain sebagai berikut:

a. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara;


b. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar
kemakmuran
rakyat;
c.
meningkatkan
perdamaian
internasional;
d. meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.
Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri. Hubungan luar negeri
merupakan hubungan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui kerja sama
bilateral ataupun multirateral yang ditujukan untuk kepentingan nasional.

Politik luar negeri Indonesia oleh pemerintah dirumuskan dalam kebijakan luar negeri yang
diarahkan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional. Kebijakan luar negeri oleh
pemerintah dilaksanakan dengan kegiatan diplomasi yang dilaksakan oleh para diplomat.
Dalam menjalankan tugasnya para diplomat dikoordinasikan oleh Departemen Luar Negeri
yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri. Tugas diplomat adalah menjembatani kepentingan
nasional
negaranya
dengan
dunia
internasional. Inginkah kamu menjadi seorang diplomat? Seorang diplomat tinggal dan
menetap di negara lain sebagai wakil dari negara yang menugaskan.
4. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai
landasan ideal dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.
a.
Pancasila
sebagai
Landasan
Ideal
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus
dijadikan sebagai pedoman dan pijakan dalam melaksanakan politik luar negeri Indonesia.
b.
Landasan
Konstitusional
Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 Alinea pertama dan Alinea keempat, serta pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan
Pasal 13.
1)
Alinea
Pertama
Pembukaan
UUD
1945
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan
2)
Alinea
Keempat
Pembukaan
UUD
1945
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi,
dan
keadilan
sosial,

3)
UUD
1945
Pasal
11
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian,
dan
perjanjian
dengan
negara
lain.
4)
UUD
1945
Pasal
13
Ayat
1:
Presiden
mengangkat
duta
dan
konsul.
Ayat 2: Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Ayat 3: Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

A. Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Masa Orde Baru (1966-1998)
Di dalam dokumen yang berhasil disusun oleh pemerintah yang dituangkan di dalam
Rencana Strategi Politik Luar negeri Republik Indonesia (1984-1989) antara lain dinyatakan
bahwa politik Luar negeri suatu negara hakekatnya merupakan salah satu sarana untuk
mencapai kepentingan nasional. Sedangkan di Indonesia, jika dicermati, rumusan pokok
kepentingan nasional itu dapat dicari dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945, yaitu bahwa.
Meletusnya pemberontakan G.30.S/PKI menim-bulkan banyak korban, terutama
korban jiwa. Akibatnya muncullah berbagai tuntutan yang disponsori oleh berbagai kesatuan
aksi dengan tuntutannya yang terkenal TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat), yaitu : bubarkan
PKI, turunkan harga dan reshuffle kabinet. Tuntutan pertama dapat dipenuhi pada tanggal 12
Maret 1966. Dan segera setelah itu pada bulan Juni sampai Juli 1966 Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (setelah anggota-anggotanya diperbaharui)
menyelenggarakan Sidang Umum dengan menghasilkan sebanyak 24 ketetapan. Salah satu
ketetapan MPRS tersebut adalah Ketetapan No.XII/MPRS/1966 tentang Penegasan Kembali
Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI. Di dalam ketetapan tersebut antara lain
diatur hal-hal sebagai berikut :
1)
Bebas-aktif, anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2)
Mengabdi kepada kepentingan nasional dan Amanat Penderitaan Rakyat.
Politik Luar Negeri Bebas Aktif bertujuan mempertahankan kebebasan Indonesia terhadap
imperialis dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya dan menegakkan ke tiga
segi kerangka tujuan Revolusi, yaitu :
1)
Pembentukan satu Negara Republik Indonesia yang berbentuk Negara Kesatuan dan
Negara Kebangsaan yang demokratis, dengan wilayah kekuasaan dari Sabang sampai
Merauke.
2)
Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur material dan spiritual dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu.
3)
Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara
di dunia, terutama sekali dengan negara-negara Afrika dan Asia atas dasar bekerjasama
membentuk satu dunia baru yang bersih dari imperialisme dan kolonialisme menuju kepada
perdamaian dunia yang sempurna.
Kemudian secara berturut-turut penegasan politik luar negeri yang bebas-aktif oleh
Majelis Permus-yawaratan Rakyat selalu dipertegas dalam setiap kali menyelenggarakan
sidang umum, baik Sidang Umum 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998 maupun dalam
Sidang Umum MPR 1999. Penegasan politik Luar Ne-geri Bebas-Aktif yang dituangkan di
dalam Ketetapan MPR No.IV/MPR/1973 Bab III huruf B Arah Pembangunan Jangka
Panjang, di sana ditegaskan : Dalam bidang politik luar negeri yang bebas aktif diusahakan
agar Indonesia terus dapat meningkatkan peranannya dalam memberikan sumbangannya
untuk turut serta menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil dan sejahtera.
Rumusan tersebut dipertegas lagi pada bab IVD (Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan)
huruf c bidang politik. Aparatur Pemerintah, Hukum dan Hubungan Luar Negeri, di mana
dalam hal hubungan luar negeri diatur dalam hal-hal sebagai berikut :
1) Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdikannya kepada
Kepentingan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi.
2) Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia Tenggara dan
Pasifik Barat Daya, sehingga memungkinkan negara-negara di wilayah ini mampu mengurus
masa depannya sen-diri melalui pengembangan ketahanan nasionalnya masing-masing, serta
memperkuat wadah dan kerjasama antara negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara.

3) Mengembangkan kerjasama untuk maksud-maksud damai dengan semua negara dan


badan-badan internasional dan lebih meningkatkan peranannya dalam membantu bangsabangsa yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya tanpa mengorbankan Kepentingan
dan Kedaulatan Nasional.
B. Politik Luar Negeri Bebas Aktif pada Era Reformasi (1998-Sekerang)
Sidang Umum MPR 1999 juga kembali mempertegas politik luar negeri Indonesia.
Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C
angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1)
Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada
kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara berkembang,
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala
bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi
kesejahteraan rakyat.
2)
Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang menyangkut
kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan
rakyat.
3)
Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan
diplomasi pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia
internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dan
kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.
4)
Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan
pembangunan nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional dalam
rangka stabilitas, kerjasama dan pembangunan kawasan.
5)
Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi perdagangan
bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.
6)
Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara sahabat serta memperlancar
prosedur diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagian penyelesaian perkara
pidana.
7)
Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan
langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan dan
kesejahteraan.
Politik Luar Negeri di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004
2009, dalam visi dan misi beliau diantaranya dengan melakukan usaha memantapkan politik
luar negeri. Yaitu dengan cara meningkatkan kerjasama internasional dan meningkatkan
kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional. Prestasi
Indonesia sejak 1 Januari 2007 menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dimana
Republik Indonesia dipilih oleh 158 negara anggota PBB. Tugas Republik Indonesia di
Dewan Keamanan PBB adalah :
1)
Ketua Komite Sanksi Rwanda
2)
Ketua komite kerja untuk pasukan penjaga perdamaian,
3)
Ketua Komite penjatuhan sanksi untuk Sierra Leone,
4) Wakil Ketua Komite penyelesaian konflik Sudan,
5) Wakil Ketua Komite penyelesaian konflik Kongo,
6) Wakil Kertua Komite penyelesaian konflik Guinea Bissau.
Baru-baru ini Indonesia berani mengambil sikap sebagai satu-satunya negara anggota
tidak tetap DK PBB yang bersikap abstain ketika semua negara lainnya memberikan
dukungan untuk memberi sanksi pada Iran.

Selain itu Republik Indonesia juga dipercaya dunia untuk duduk sebagai anggota Dewan Hak
Asasi Manusia (HAM) PBB yang bermarkas di Jenewa. Jika tahun lalu untuk masa tugas 1
tahun, maka sekarang Republik Indonesia terpilih untuk periode 3 tahun hingga 2010. Saat
itu dalam Sidang Majelis Umum PBB, Republik Indonesia memperoleh dukungan 182 suara
diantara 190 negara anggota yang memiliki hak pilih. Hal ini berarti masyarakat internasional
menaruh apresiasi yang tinggi terhadap upaya penegakan HAM di Indonesia. Republik
Indonesia sendiri akan memanfaatkan masa keanggotaan di Dewan HAM untuk melanjutkan
implementasi progresif berbagai komitmen yang telah disampaikan Pemerintah Republik
Indonesia sendiri. Kita semua berharap semoga semua menjadi kenyataan.
C. Peranan Indonesia dalam Percaturan Internasional
Selain itu Republik Indonesia juga dipercaya dunia untuk duduk sebagai anggota Dewan
Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang bermarkas di Jenewa. Jika tahun lalu untuk masa
tugas. Partisipasi aktif Indonesia dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia telah
ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam setiap Operasi Pemeliharaan Perdamaian (OPP)
PBB melalui pengiriman Konting kin meningkatnya jumlah OPP PBB, peran serta Indonesia
dalam OPP PBB selama beberapa tahun terakhir justru mengalami penurunan. Dalam kaitan
ini, dipandang perlu pembentukan suatu Pusat OPP Nasional (National Peacekeeping Center)
sebagai suatu mekanisme kerja yang melakukan fungsi koordinatif inter-departemen secara
teratur, terencana, terpadu dan berkelanjutan dalam penyelenggaraan pelatihan personel untuk
mempersiapkan kontingen militer, polisi dan sipil dalam misi perdamaian PBB. Dan pada
November tahun 2006 Indonesia mengirim Konga ke Lebanon. Sampai sekarang kita sudah
mengirimkan pasukan Konga XXIII B ke Lebanon
1. Saat ini Indonesia menjadi anggota di lebih dari 170 organisasi internasional. Jumlah
kewajiban kontribusi Pemerintah RI sehubungan dengan partisipasinya dalam
keanggotaan pada organisasi internasional untuk tahun 2004 adalah sebesar + Rp. 140
milyar.
2. Dalam memberikan perlindungan dan bantuan hukum khususnya kepada TKI, selama
tahun 2004 Pemerintah telah mengadakan serangkaian perundingan untuk
mewujudkan MoU, antara lain: antara RI dan Uni Emirat Arab (UAE) mengenai
Penempatan TKI ke UAE yang menegaskan hak dan kewajiban TKI dan pengguna
jasa; RI dan Malaysia mengenai Penempatan TKI di Sektor Formal ke Malaysia yang
didasari oleh keinginan untuk menertibkan penempatan dan perlindungan TKI sektor
formal di luar negeri; serta RI dan Korea Selatan tentang pengiriman TKI ke Korea
Selatan yang mengatur proses rekrutmen, pengiriman dan pemulangan TKI.
Dalam rangka mewujudkan politik luar negeri yang bebas dan aktif itulah, maka
Indonesia memainkan sejumlah peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup
menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam rangka membantu mewujudkan
pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup
banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai sekarang ini
Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke
duapuluh tiga (XXIII).
Secara garis besar kontingen garuda yang telah dikirim ke luar negeri secara berturut-turut
adalah :
1)
Konga I bertugas di Mesir, yang dikirim pada bulan Nopember l956, dengan tugas
mengamankan dan mengawasi genjatan senjata di Mesir.

2)
Konga II dikirim pada bulan September l960 yang bertugas di Kongo. Tugas ini
diembannya sampai bulan Mei l961.
3)
Konga III dikirim ke Kongo pada bulan Desember l963 sampai Agustus l964.
4)
Konga IV, Konga V dan Konga VII di kirim ke Vietnam, dan bertugas mulai bulan
Januari l974.
5)
Konga VI, dikirim ke Sinai, Mesir, bertugas dari bulan Agustus l973 sampai April l974.
6)
Konga VIII, ke Sinai, Mesir, pada bulan September l974.
7)
Konga IX, ke Irak-Iran, pada bulan Agustus l988 sampai bulan Nopember l990.
8)
Konga X, ke Namibia, pada bulan Juni l989 sampai Maret l990.
9)
Konga XI, ke perbatasan Irak-Kuwait, pada bulan April l991 sampai Nopember l991.
10) Konga XII, ke Kamboja, pada bulan Oktober l991 sampai Mei l993.
11) Konga XIII, ke Somalia, pada bulan Juli l992 sampai April l993.
12) Konga XIV, ke Bosnia Herzegovina, bulan Nopember l993 sampai Nopember l995.
13) Konga XV, ke Georgia, bulan Oktober l994 sampai Nopember l995.
14) Konga XVI, ke Mozambik, tahun l994.
15) Konga XVII, ke Philipina, Oktober l994 sampai Nopember l994.
16) Konga XVIII, ke Tajikistan, Nopember l997.
17) Konga XIX, yang terdiri atas XIX-1, XIX-2, XIX-3 dan XIX-4, bertugas di Siera Leone,
mulai l999 sampai 2002.
18) Konga XX, bertugas di Republik Demokratik Kongo, tahun 2005.
19) Konga XXI-XXIII , bertugas di Lebanon, 2006- sampai sekarang.
Selain pengiriman Kontingen Garuda, Indonesia juga mempunyai sumbangan yang
cukup berarti bagi penyelesaian sengketa yang terjadi di Kamboja, dengan menyelenggarakan
Pertemuan Informal Jakarta (Jakarta Informal Meeting) I dan II. Indonesia juga menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, menjadi anggota Badan Tenaga Atom
Internasional. Salah seorang putra terbaik Indonesia juga pernah memegang jabatan Presiden
Majelis Umum PBB yaitu Adam Malik tahun 1971.
Indonesia juga menjadi sponsor dan sekaligus tuan rumah diselenggarakannya
Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun l955; menjadi salah satu sponsor lahirnya Gerakan
Non Blok, juga sponsor lahirnya organisasi regional Asia Tenggara ASEAN 8 Agustus
1967di Bangkok, Thailand.
Apa yang diraikan adalah sejumlah contoh yang menggambarkan bagaimana peranan
Indonesia di dalam percaturan internasional.
D. Pengaruh Globalisasi Terhadap Demokratisasi Sistem Politik Indonesia : Demokratisasi
Sistem Politik Luar Negeri Indonesia
Umumnya pembahasan mengenai demokratisasi lebih banyak menekankan pada
faktor-faktor domestik yang diduga akan menjadi faktor pendukung ataupun penghambat
proses demokratisasi. Keumuman ini terjadi karena beberapa alasan. Diantaranya adalah
bahwa aktor-aktor politik dalam proses demokratisasi senantiasa berkonsentrasi untuk usahausaha mengkonsolidasi kekuasaannya masing-masing. Karena itu, proses-proses politik di
masa transisi cenderung bersifat inward-looking. Selain itu, kuatnya kecenderungan untuk
menganalisis proses demokratisasi melalui lensa dinamika politik domestik juga terjadi
karena adanya anggapan bahwa pada akhirnya aktor-aktor politik domestiklah yang akan
menentukan tindakan politik apa yang akan diambil.
Akan tetapi, situasi ketidakpastian yang melingkupi setiap proses transisi politik
sebetulnya membuat sebuah negara yang sedang menjalani demokratisasi sangat mudah
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Pengaruh internasional dari sebuah proses
demokratisasi bisa terjadi dalam beberapa bentuk: contagion, control, consent dan
conditionality. Contagion terjadi ketika demokratisasi di sebuah negara mendorong

gelombang demokratisasi di negara lain. Proses demokratisasi di negara-negara Eropa Timur


setelah Perang Dingin usai dan juga gelombang demokratisasi di negara-negara Amerika
Latin pada tahun 1970-an merupakan contoh signifikan.
Mekanisme control terjadi ketika sebuah pihak di luar negara berusaha menerapkan
demokrasi di negara tersebut. Misalnya Doktrin Truman 1947 mengharuskan Yunani untuk
memenuhi beberapa kondisi untuk mendapatkan status sebagai negara demokrasi dan
karenanya berhak menerima bantuan anti komunisme dari Amerika Serikat.
Bentuk ketiga, consent, terjadi ketika ekspektasi terhadap demokrasi muncul dari
dalam negara sendiri karena warga negaranya melihat bahwa sistem politik yang lebih baik,
seperti yang berjalan di negara demokrasi lain yang telah mapan, akan bisa juga dicapai oleh
negara tersebut. Dengan kata lain, pengaruh internasional datang sebagai sebuah inspirasi
yang kuat bagi warga negara di dalam negara itu. Kasus yang paling sering disebut dalam
hubungannya dengan hal ini adalah reunifikasi Jerman Timur dengan Jerman Barat. Bentuk
keempat dari dimensi internasional dalam proses demokratisasi adalah conditionality, yaitu
tindakan yang dilakukan organisasi internasional yang memberi kondisi-kondisi tertentu yang
harus dipenuhi negara penerima bantuan.
Keempat bentuk di atas menggambarkan proses outside-in, dimana dorongan
demokratisasi datang dari luar batas sebuah negara. Proses lain yang mungkin terjadi adalah
proses inside-out, yaitu proses dimana negara yang tengah mengalami proses demokratisasi
menggunakan diplomasi dan politik luar negeri untuk mengkonsolidasikan demokrasinya.
Dalam studinya mengenai bagaimana negara-negara demokrasi baru menggunakan politik
luar negerinya, Alison Stanger menemukan bahwa proses transisi bisa dipertahankan arahnya
ketika negara-negara demokrasi baru membawa dirinya lebih dekat kepada negara-negara
demokrasi yang lebih mapan.
Dua alasan bisa dikemukakan untuk menjelaskan hal ini. Pertama, politik luar negeri
bisa digunakan sebagai alat untuk menjaga jarak atau membedakan diri dari rezim
autoritarian yang digantikannya. Kedua, sebagai konsekuensi dari alasan pertama, prospek
bagi kerjasama internasional, terutama dengan negara-negara yang mapan demokrasinya akan
semakin baik dan pada akhirnya memberi kontribusi positif bagi proses konsolidasi internal.
E. Diplomasi dan Politik Luar Negeri Indonesia di Masa Transisi Demokrasi
a. Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie
Indonesia yang tengah meniti jalan menuju demokrasi mengalami kedua aspek
outside-in dan inside-outseperti dipaparkan diatas. Sampai derajat tertentu misalnya,
conditionality yang diterapkan IMF berkenaan dengan bantuan keuangan pada masa krisis
ekonomi berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap perjalanan
demokratisasi di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan konteks inside-out, politik luar negeri Indonesia sejak
kejatuhan pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari perubahan
politik secara masif yang mengikuti kejatuhan pemerintahan otoritarian tersebut.
Pemerintahan Habibie, yang menggantikan Suharto, merupakan salah satu contoh tepat untuk
menggambarkan pertautan antara proses demokratisasi dan kebijakan luar negeri dari sebuah
pemerintahan di masa transisi.
Di awal masa pemerintahannya, Habibie menghadapi persoalan legitimasi yang cukup
serius. Akan tetapi, Habibie berusaha mendapatkan dukungan internasional melalui beragam
cara. Diantaranya, pemerintahan Habibie menghasilkan dua Undang-Undang (UU) yang
berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia. Pertama adalah UU no.5/1998
mengenai Pengesahan Convention against Torture and other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment dan UU no.29/1999 mengenai Pengesahan Convention on the
Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1965. Selain itu, pemerintahan Habibie

pun berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak
pekerja. Pembentukan Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan Habibie
yang pendek tersebut.
Dengan catatan positif atas beberapa kebijakan dalam bidang HAM yang menjadi
perhatian masyarakat internasional ini, Habibie berhasil memperoleh legitimasi yang lebih
besar dari masyarakat internasional untuk mengkompensasi minimnya legitimasi dari
kalangan domestik. Hubungan Habibie dengan lembaga International Monetary Fund (IMF)
dapat dijadikan ilustrasi yang menarik dalam hal ini. Sebelumnya, IMF mendesak Suharto
untuk menghentikan proyek pembuatan pesawat Habibie yang berbiaya tinggi pada bulan
Januari 1998, tepat ketika suhu politik dan keberlangsungan pemerintahan Suharto sedang
dipertanyakan. Akan tetapi, belakangan ketika ia berkuasa, Habibie mendapatkan kembali
kepercayaan dari dua institusi penting yaitu IMF sendiri dan Bank Dunia. Kedua lembaga
tersebut memutuskan untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi
sebesar 43 milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milyar dolar.
Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun basis legitimasi dari kalangan domestik
tidak terlampau kuat, dukungan internasional yang diperoleh melalui serangkaian kebijakan
untuk memberi image positif kepada dunia internasional memberi kontribusi positif bagi
keberlangsungan pemerintahan Habibie saat periode transisi menuju demokrasi dimulai.
Pemerintahan Habibie pula yang memberi pelajaran penting bahwa kebijakan luar
negeri, sebaliknya, juga dapat memberi dampak negatif bagi kelangsungan pemerintahan
transisi. Kebijakan Habibie dalam persoalan Timor-Timur menunjukan hal ini dengan jelas.
Habibie mengeluarkan pernyataan pertama mengenai isu Timor Timur pada bulan Juni 1998
dimana ia mengajukan tawaran untuk pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi
Timor Timur. Proposal ini, oleh masyarakat internasional, dilihat sebagai pendekatan baru.
Di akhir 1998, Habibie mengeluarkan kebijakan yang jauh lebih radikal dengan
menyatakan bahwa Indonesia akan memberi opsi referendum untuk mencapai solusi final
atas masalah Timor Timur.
Beberapa pihak meyakini bahwa keputusan radikal itu merupakan akibat dari surat
yang dikirim Perdana Menteri Australia John Howard pada bulan Desember 1998 kepada
Habibie yang menyebabkan Habibie meninggalkan opsi otonomi luas dan memberi jalan bagi
referendum. Akan tetapi, pihak Australia menegaskan bahwa surat tersebut hanya berisi
dorongan agar Indonesia mengakui hak menentukan nasib sendiri (right of selfdetermination) bagi masyarakat Timor Timur. Namun, Australia menyarankan bahwa hal
tersebut dijalankan sebagaimana yang dilakukan di Kaledonia Baru dimana referendum baru
dijalankan setelah dilaksanakannya otonomi luas selama beberapa tahun lamanya. Karena itu,
keputusan berpindah dari opsi otonomi luas ke referendum merupakan keputusan
pemerintahan Habibie sendiri.
Aksi kekerasan yang terjadi sebelum dan setelah referendum kemudian memojokkan
pemerintahan Habibie. Legitimasi domestiknya semakin tergerus karena beberapa hal.
Pertama, Habibie dianggap tidak mempunyai hak konstitusional untuk memberi opsi
referendum di Timor Timur karena ia dianggap sebagai presiden transisional. Kedua,
kebijakan Habibie dalam isu Timor Timur merusakan hubungan saling ketergantungan antara
dirinya dan Jenderal Wiranto, panglima TNI pada masa itu.
Habibie kehilangan legitimasi baik dimata masyarakat internasional maupun
domestik. Di mata internasional, ia dinilai gagal mengontrol TNI, yang dalam pernyataanpernyataannya mendukung langkah presiden Habibie menawarkan refendum, namun di
lapangan mendukung milisi pro integrasi yang berujung pada tindakan kekerasan di Timor
Timur setelah referendum.
Di mata publik domestik, Habibie juga harus menghadapi menguatnya sentimen
nasionalis, terutama ketika akhirnya pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia

masuk ke Timor Timur. Sebagai akibatnya, peluang Habibie untuk memenangi pemilihan
presiden pada bulan September 1999 hilang. Sebaliknya, citra TNI sebagai penjaga
kedaulatan territorial kembali menguat. Padahal sebelumnya peran politik TNI menjadi
sasaran kritik kekuatan pro demokrasi segera setelah jatuhnya Suharto pada bulan Mei 1998.
b. Masa Pemerintahan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid
Hubungan sipil militer merupakan salah satu isu utama dalam perjalanan transisi
menuju demokrasi di Indonesia. Dinamika hubungan sipil militer ini terutama terlihat dalam
isu separatisme, baik di Aceh maupun Papua. Isu Timor Timur seperti di uraikan diatas juga
menjadi contoh penting yang memperlihatkan keterkaitan antara faktor domestik (hubungan
sipil militer) dan faktor eksternal (diplomasi dan politik luar negeri).
Bila dalam periode Habibie terjadi hubungan saling ketergantungan antara pemerintahan
Habibie dengan TNI, pada masa Abdurrahman Wahid terjadi power struggle yang intensif
antara presiden Wahid dengan TNI sebagai akibat dari usahanya untuk menerapkan kontrol
sipil atas militer yang subyektif sifatnya.
Entry point yang digunakan oleh presiden Wahid adalah persoalan Timor Timur.
Komisi khusus yang dibentuk oleh PBB menyimpulkan bahwa kerusuhan di Timor Timur
setelah referendum 1999 direncanakan secara sistematis. Lebih jauh Komisi tersebut
menyatakan dengan jelas bahwa TNI dan milisi pro integrasi merupakan dua pihak yang
harus bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.
Dengan laporan sedemikian, sangat mungkin sekjen PBB akan memberi rekomendasi
pada Dewan Keamanan untuk membentuk pengadilan internasional untuk mengadili pejabat
TNI yang dinilai bertanggung jawab, termasuk Wiranto. Pada saat yang hampir bersamaan,
KPP HAM yang dibentuk presiden Wahid untuk menginvestigasi peristiwa di Timor Timur
pasca referendum juga melaporkan temuannya bahwa TNI dan milisi melakukan pelanggaran
HAM serius di Timor Timur dan merekomendasikan Jaksa Agung untuk memeriksa anggota
TNI yang terlibat, termasuk Wiranto.
Menyikapi laporan ini, Wahid menyatakan dari Davos saat ia menghadiri World
Economic Forum bahwa ia akan meminta Wiranto mundur dari jabatan Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan dalam kabinetnya. Wiranto menyatakan penolakannya untuk mundur
dari kabinet dan akibatnya memunculkan spekulasi kemungkinan kudeta oleh TNI.
Spekulasi ini antara lain muncul karena sebelumnya duta besar Amerika Serikat untuk
PBB Richard Holbrook mengungkapkan kekhawatiran pemerintah AS bahwa TNI tidak
mendukung investigasi atas kasus pelanggaran di Timor Timur dan bahkan mempersiapkan
pengambil alihan kekuasaan. Untuk menolak kecurigaan ini, para kepala staff dari semua
angkatan memberi pernyataan bahwa TNI tidak memiliki rencana untuk menjatuhkan
pemerintahan Wahid. Bahkan Panglima Daerah Militer Jakarta ketika itu, Mayor Jenderal
Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa TNI tetap loyal kepada presiden Wahid sebagai
panglima tertinggi. Bahkan ia memberi pernyataan menarik yaitu:
TNI could have toppled the government of former President Habibie over the East Timor
issue. We were able to stage a coup at that time out of our deep sorrow that the president
wanted to let go of East Timor at the expense of our sacrifice to keep the territory of
Indonesia for years.
Pada akhirnya, keputusan untuk memberhentikan Wiranto mendapat dukungan
penting dari ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Amien Rais dan ketua Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) Akbar Tanjung. Patut diingat bahwa presiden Wahid secara terus
menerus menggunakan kredibilitasnya di dunia internasional sebagai tokoh pro-demokrasi
untuk mendapatkan dukungan atas berbagai kebijakannya mengenai TNI ataupun penanganan
kasus separatisme yang melibatkan TNI. Keputusan pemberhentian Wiranto, misalnya,
diungkapkan kepada publik ketika Sekjen PBB Kofi Annan berada di Jakarta. Bahkan dalam

konferensi persnya di istana presiden setelah bertemu Wahid, Kofi Annan menyatakan bahwa
the decision [onWiranto] has proven that Indonesia had taken on responsibility to ensure that
those responsible for the atrocities in East Timor would be made accountable.
Dalam setiap kunjungan luar negeri yang ekstensif selama masa pemerintahannya
yang singkat, Abdurrahman Wahid secara konstan mengangkat isu-isu domestik dalam
pertemuannya dengan setiap kepala negara yang dikunjunginya. Termasuk dalam hal ini,
selain isu Timor Timur, adalah soal integritas teritorial Indonesia seperti dalam kasus Aceh
dan isu perbaikan ekonomi.
c. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri
Seperti pendahulunya Abdurrahman Wahid, Megawati juga secara ekstensif
melakukan kunjungan ke luar negeri. Sebagai presiden, Megawati antara lain mengunjungi
Rusia, Jepang, Malaysia, New York untuk berpidato di depan Majelis Umum PBB, Rumania,
Polandia, Hungaria, Bangladesh, Mongolia, Vietnam, Tunisia, Libya, Cina dan juga Pakistan.
Presiden Megawati menuai kritik dalam berbagai kunjungannya tersebut, baik mengenai
frekuensi ataupun substansi dari berbagai lawatan tersebut. Diantaranya adalah kontroversi
pembelian pesawat tempur Sukhoi dan helikpoter dari Rusia yang merupakan buah dari
kunjungan Megawati ke Moskow.
Selain berbagai kunjungan formal tersebut, politik luar negeri Indonesia selama masa
pemerintahan Megawati juga dipengaruhi beragam peristiwa nasional maupun internasional.
Peristiwa serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat, pemboman di Bali 2002
dan hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003, penyerangan ke Irak yang dipimpin Amerika
Serikat dan Ingrris dan juga operasi militer di Aceh untuk menghadapi GAM merupakan
beberapa variabel yang mewarnai dinamika internal dan eksternal Indonesia.
ariabel tersebut membawa persoalan turunan yang rumit. Misalnya, perang melawan
terorisme di satu sisi mengharuskan Indonesia untuk membuka diri dalam kerjasama
internasional. Di sisi lain, peristiwa ini juga menjadi isu besar mengenai perlindungan
terhadap kebebasan sipil di tengah proses demokratisasi, seiring dengan meningkatnya
kekhawatiran bahwa negara akan mendapatkan momentum untuk mengembalikan prinsip
security approach di dalam negeri.
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa diplomasi Indonesia kembali menjadi aktif pada
masa pemerintahan Megawati. Dalam pengertian bahwa pelaksanaan diplomasi di masa
pemerintahan Megawati kembali ditopang oleh struktur yang memadai dan substansi yang
cukup. Di masa pemerintahan Megawati, Departemen Luar Negeri (Deplu) sebagai ujung
tombak diplomasi Indonesia telah melakukan restrukturisasi yang ditujukan untuk
mendekatkan faktor internasional dan faktor domestik dalam mengelola diplomasi. Artinya,
Deplu memahami bahwa diplomasi tidak lagi hanya dipahami dalam kerangka
memproyeksikan kepentingan nasional Indonesia keluar, tetapi juga kemampuan untuk
mengkomunikasikan perkembangan dunia luar ke dalam negeri.
Restrukturisasi ini sangat tepat waktu mengingat perubahan global terjadi begitu cepat,
terutama setelah peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat. Perubahan cepat ini
memaksa setiap negara untuk mampu beradaptasi dan mengelola arus perubahan tersebut.
1. F. Demokrasi dan Politik Luar Negeri di Masa Transisi: Mencari Benang Merah
Tidak bisa ditolak bahwa demokratisasi dan perubahan politik
berlangsung di semua aspek sosial politik di Indonesia. Perubahan
menyentuh bidang diplomasi dan politik luar negeri yang selama ini
merupakan kewenangan penuh pihak eksekutif. Di masa pemerintahan

mendalam terus
tersebut bahkan
dianggap murni
Orde Baru yang

otoritarian, konsultasi antara pemerintah dengan DPR dan kalangan publik mengenai
kebijakan luar negeri dan diplomasi hanya terjadi dalam level yang sangat minimal. Karena
itu, perumusan kebijakan diplomasi dan politik luar negeri yang melibatkan semakin banyak
aktor akan membuka kemungkinan bahwa setiap kebijakan dalam dua bidang tersebut akan
merepresentasikan kepentingan nasional secara lebih luas.
Sementara itu, kritik terhadap politik luar negeri sebuah pemerintahan transisi,
sebagaimana dialami ketiga pemerintahan yang diuraikan diatas, adalah hal yang umum
terjadi. Seperti ditulis Neil Malcom dan Alex Pravda dalam bukunya Democratization and
Russian Foreign Policy (1999), partai oposisi selalu menjadikan politik luar negeri sebagai
target karena ia merupakan arena terbuka yang proses perumusannya dilihat sebagai
monopoli pemerintah yang berkuasa. Akibatnya, mudah diidentifikasi kekuatan atau
kelemahan politisnya.
Sementara itu, realitas kontemporer kita yang merupakan buah dari proses
demokratisasi memperlihatkan bahwa sentra kekuasaan telah mengalami diversifikasi.
Konsekuensinya, terjadi perubahan dalam berbagai proses pengambilan keputusan, termasuk
dalam bidang politik luar negeri. Berkaitan dengan hal ini, adalah penting bagi Deplu untuk
menyadari bahwa ia bukanlah satu-satunya instrumen diplomasi. Karena, input-input untuk
sebuah kebijakan menjadi amat beragam, baik isi ataupun sumbernya.
Sebagai contoh, berseberangannya pendapat antara pihak pemerintah dan beberapa
pihak di DPR dalam negosiasi masalah Aceh dengan GAM merupakan fenomena sehat dalam
bidang diplomasi sebuah negara yang demokratis. Robert Putnam (1993) menyebutnya
sebagaidouble-edged diplomacy[21], yaitu adanya keharusan mereka yang terlibat dalam
proses diplomasi untuk menyadari bahwa diplomasi selalu memiliki dua dimensi: dalam dan
luar negeri. Di dalam negeri, langkah diplomasi dan kebijakan luar negeri secara imperatif
harus mendapatkan persetujuan sebanyak mungkin aktor politik, salah satunya adalah pihak
legislatif.
Akan tetapi, pada saat yang sama, aktor-aktor politik di dalam negeri juga harus
menyadari bahwa dalam bidang diplomasi dan politik luar negeri, setiap kebijakan juga
penting untuk selalu memperhatikan harapan atas peran yang dinantikan dari negara tersebut
oleh negara-negara lain, baik dalam konteks regional ataupun global.
Indonesia, pada level ASEAN, berkali-kali menjalankan peran sebagai pihak yang
mencoba menjembatani konflik di kawasan Asia Tenggara. Indonesia aktif membantu
mencari solusi damai dalam persoalan Spratly Island di Laut Cina Selatan yang diklaim oleh
beberapa negara ASEAN dan luar ASEAN, aktif membantu penyelesaian konflik Kamboja,
dan juga dalam isu domestik di Filipina Selatan.
Peran tradisional ini kembali dimunculkan ketika Indonesia mengajukan konsep
pembentukan ASEAN Security Community (ASC). Fakta bahwa proposal ASC datang dari
Indonesia memperlihatkan bahwa politik luar negeri Indonesia merupakan refleksi atas
perubahan politik dalam negeri menuju kearah yang lebih demokratis. Masyarakat
demokratis adalah masyarakat yang selalu menempatkan penyelesaian konflik dengan cara
damai sebagai pilihan utama.
ASC merupakan refleksi yang menempatkan diplomasi sebagai first-linerpertahanan
negara di masa damai. ASC yang digagas Indonesia tersebut bertujuan membentuk sebuah
masyarakat Asia Tenggara yang bersepakat untuk menjauhi penggunaan kekerasan atau
instrumen militer dalam menyelesaikan konflik. Karena itu, apabila Indonesia tidak mampu
secara konsisten menempuh jalan damai untuk menyelesaikan persoalan di Aceh, bukan tidak
mungkin Indonesia akan terjebak dalam praktek standar ganda, yakni selalu mendorong
penyelesaian damai dalam persoalan yang dialami negara tetangga, namun menempuh cara
kekerasan dalam menghadapi persoalan dalam negeri sendiri. Praktek standar ganda
semacam ini yang akan memberi citra buruk di luar negeri.

Karena itu, aktor-aktor politik di luar Deplu harus menerima informasi yang cukup
dan perlu memahami bahwa situasi damai dan stabil di kawasan Asia Tenggara sepenuhnya
bersesuaian dengan kepentingan Indonesia. Situasi damai dan stabil hanya akan dicapai
apabila penyelesaian konflik secara damai, tanpa kekerasan, telah disepakati menjadi norma
bersama. Dan Indonesia telah menunjukan diri sebagai penganjur penyelesaian damai dalam
berbagai konflik di kawasan Asia Tenggara sebagaimana dicontohkan di atas.
encitraan diri sebagai negara demokratis di luar negeri akan menjadi dorongan untuk
pencitraan diri sebagai negara demokratis di dalam negeri. Pengalaman transisi demokrasi di
negara-negara Eropa Timur seperti Hongaria dan Polandia memperlihatkan bahwa pencitraan
diri sebagai negara demokratis melalui politik luar negeri dapat memberi dorongan
substansial bagi proses konsolidasi di dalam negeri.
Preseden baik telah dicapai dalam sikap Indonesia saat menolak aksi unilateralisme
dalam isu Irak. Sikap Indonesia dalam forum internasional konsisten dengan sikap sebagian
besar masyarakat Indonesia yang menolak perang. Bahkan melalui diplomasi publiknya,
Deplu bersama-sama elemen masyarakat dan tokoh agama aktif mengkampanyekan suara
anti perang dan memilih prinsip multilateralisme. Dalam isu Irak tersebut semakin terlihat
bahwa suara publik kian menjadi elemen penting dalam politik luar negeri Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai