BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan amnion diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin . Cairan ini
berguna sebagai bantalan agar janin terhindar dari trauma fisik. Selain itu memungkinkan cairan
amnion berguna untuk pertumbuhan paru janin dan penghalang terhadap infeksi . Volume air
ketuban yang normal bervariasi . Volume rata-rata meningkat dengan usia kehamilan ,
memuncak pada 800-1000 mL , yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-37 minggu . Volume
yang tidak memadai dari cairan ketuban , oligohidramnion , akan berakibat buruk pada jaringan
paru-paru dan dapat menyebabkan kematian janin.1
Insidensi oligohidramnion 5-8% dari seluruh kehamilan. Diagnosis oligohidramnion
dapat dicurigai jika tinggi fundus uteri secara signifikan kurang dari taksiran usia kehamilan.
Dari ultrasonografi dapat diketahui total volume cairan amnion <300 mL, hilangnya kantong
vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index)<5cm pada kehamilan
aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan. 2
Penyebab oligohidramnion ini bisa karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan
(seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan produksi dari cairan amnion (seperti pada :
kelainan ginjal kongenital, penggunaan ACE inhibitor, obstruksi uretra, insufisiensi
uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs). Manajemen oligohidramnion antepartum pilihannya
sangat terbatas. Pertimbangan untung terminasi kehamilan tergantung dari usia kehamilan,
etiologi, dan keadaan janin. 2
Karena cairan amnion mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan janin, maka kekurangan jumlah cairan amnion oleh sebab apapun akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal.3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang.5 Sedangkan
kehamilan postterm
b. Pada placenta
: solusio plasenta
c. Pada ibu
d. Pengaruh obat
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion , yang terjadi secara fisiologis , juga
mengurangi jumlah cairan.1
Masalah pada klinik ialah pecahnya ketuban berkaitan dengan kekuatan selaput. Pada
perokok dan saat terjadi infeksi terjadi perlemahan pada ketahanan selaput hingga pecah. Pada
kehamilan normal hanya ada sedikit makrofag. Pada saat kelahiran leukosit akan masuk ke
dalam cairan amnion sebagai reaksi terhadap peradangan. Pada kehamilan normal tidak ada IL1B, tetapi pada persalinan preterm IL-1B akan ditemukan. Hal ini berkaitan dengan terjadinya
infeksi.3
Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin. Hipoksia janin yng berlangsung
kronis akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang, dan terjadilah oligohidramnion.3
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis oligohidramnion adalah, pada saat inspeksi uterus terlihat lebih
kecil dan tidak sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya. Ibu yang sebelumnya pernah
hamil dan normal, akan mengeluhkan adanya penurunan gerakan janin. Saat dilakukan palpasi
abdomen, uterus akan teraba lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah
diraba. Presentasi bokong dapat terjadi. Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung janin
sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak,
persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban
pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.1
2.6 Diagnosis
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan
pemeriksaanultrasonografi untuk memperkirakan jumlah cairan amnion, dan memastikan
diagnosis oligohidramnion.5 Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong amnion yang
kurang dari 2x2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu
volume akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda serius apalagi
bila bercampur mekonium.3
Amnionic fluid index (AFI) diukur pertama dengan membagi uterus menjadi empat
kuadran dengan menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus untuk kuadran
atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong amnion di setiap kuadran yang tidak
mengandung tali pusat atau ekstremitas janin diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini
adalah AFI. Sebuah AFI normal adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan sebagai
kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm (Tabel 2.3). 8
Tabel 2.2 Kategori Diagnostik Amnionic Fluid Index (AFI)
Severe Oligohydramnion
Moderate Oligohydramnion
5.1-8.0
Normal
8.1-24.0
Polyhydramnion
>24
Penilaian Semikuantitatif3
Penilaian semikuantitatif dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: (1)
Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah satu kantong amnion. Morbiditas dan
mortalitas perinatal akan meningkat bila diameter vertikal terbesar kantong amnion <2cm pada
oligohidramnion. (2) pengukuran indeks cairan amnion (ICA). Pengukuran ICA uterus dibagi
kedalam 4 kuadran, pada setiap kuadran uterus dicari kantong amnion terbesar, bebas dari bagian
tali pusat dan ekstremitas janin.Indeks cairan amnion merupakan hasil penjumlahan dari
diameter vertikal terbesar kantong amnion pada setiap kuadran. Nilai ICA yang normal adalah
antara 5-20 cm. Penulis lain menggunakan batasan 5-18 cm atau 5-25 cm. Disebut
oligohidramnion bila ICA < 5cm.
Gambar 6. Penilaian semikuantitatif (1) Pengukuran diameter vertikal yang terbesar pada salah
satu kantong amnion7
meningkatkan ruang intravaskular ibu . Studi menunjukkan bahwa dengan minum 2 liter air ,
dapat meningkatkan AFI sebesar 30 % .1 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau
penyebab oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik dengan normal salin,ringer
laktat, atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru
hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
Amnioinfusion adalah pemberian infuse normal salin 0,9% ke dalam uterus selama
persalinan untuk menghindari kompresi pada tali pusat atau untuk melarutkan mekonium yang
bercampur dengan cairan amnion. Studi menunjukkan bahwa normal salin tidak akan
mempengaruhi keseimbangan elektrolit fetus. Pada kehamilan preterm direkomendasikan
menggunakan cairan hangat, sedangkan untuk kehamilan aterm dianjurkan cairan pada suhu
ruangan. Aminoinfusion dilakukan dengan menggunakan intrauterine pressure catheter(IUPC).
Prosedur melakukannya yakni (1) menghubungkan kantong cairan infuse ke IV tubing; (2) Flush
tubing, untuk menghindari masuknya udara ke dalam uterus; (3) Menjelaskan kepada pasien
bahwa prosedur infuse tidak akan menyakitkan. Insersi IUPC mungkin akan tidak nyaman; (4)
Menyiapkan sarung tangan steril, lubrikan, IUPC, dan kabel; (5) atur IUPC pada tekanan nol
atmosfer; (6) Setelah IUPC dimasukkan, nilai tonus uterus saat pasien istirahat pada sisi kiri,
kanan, dan punggung, lalu rekam.(7) Pasang IV tubing pada AMNIO port di IUPC. (8) Bolus
dengan 250-600 ml, 250 ml akan menghasilkan 6cm kantung cairan amnion; (9) Gunakan infuse
pump setelah bolus, maintenance cairan 150-180ml per jam, yang paling sering digunakan
adalah 180 ml per jam. Interpretasinya dikatakan hasilnya positif jika didapati penurunan
keparahan deselerasi, mekonium berkurang viskositasnya dan warnanya lebih cerah. Sedangkan
dikatakan negatif jika terjadi peningkatan tonus uterus saat istirahat dan tidak ada peningkatan
pada pola DJJ. Kontraindikasi dariamnioinfusion seperti plasenta previa, korioamnionitis, fetal
anomali, malpresentasi janin,impending delivery, kehamilan multipel, kelainan uterus, serviks
yang tidak berdilatasi, perdarahan pada trimester III yang tidak terdiagnosa. Adapun komplikasi
dari tindakan ini yaitu hidramnion, prolaps tali pusat, tekanan intra uterus yang tinggi, abruptio
plasenta, infeksi uterus, maternal chilling (karena cairan terlalu dingin), fetal bradikardi (karena
cairan terlalu dingin), fetal takikardi (karena cairan terlalu panas) (Gambar 7).9
pulmoner) dan gagal ginjal jangka panjang. Dalam kasus hipoplasia paru , efektivitas pengobatan
seperti pemberian surfaktan , ventilasi frekuensi tinggi , dan oksida nitrat belum diketahui
efektivitasnya . Prognosis dalam kasus ini berkaitan dengan volume cairan ketuban dan usia
kehamilan saat terjadinya oligohidramnion.1
Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal ini kemungkinan berkaitan dengan
abnormalitas janin atau ketuban pecah dini yang menyebabkan cairan amnion gagal
berakumulasi kembali (Tabel 2.2).5
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu
kurang dari 500 mL.1 Gejala klinis oligohidramnion adalah pada saat uterus terlihat lebih kecil
dan tidak sesuai dengan usia kehamilan, adanya penurunan gerakan janin, uterus akan teraba
lebih kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah diraba, denyut jantung janin sudah
terdengar lebih dini dan lebih jelas, ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak,
persalinan lebih lama dari biasanya, sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila ketuban
pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.1 Diagnosa ditegakkan
dengan pemeriksaan ultrasonografi ditemukan AFI (Amnion Fluid Index) 5 cm atau kurang,
hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm, atau AFI (Amnion Fluid Index)<5cm
pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia kehamilan. Sejumlah faktor predisposisi
telah dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik. Oligohidramnion bisa terjadi karena
peningkatan absorpsi/kehilangan cairan (seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan
laah
produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi
uretra, insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital, NSAIDs).2. Komplikasi yang sering terjadi
adalah PJT, hipoplasia paru, deformitas pada wajah dan skelet, kompresi tali pusat, dan asipirasi
mekonium pada masa intra partum, dan kematian janin.1 Terminasi kehamilan dilakukan sesuai
keadaan janin dan usia kehamilan.3 Jika anomali janin tidak dianggap mematikan atau penyebab
oligohidramnion tidak diketahui, amnioinfusion profilaktik dengan normal salin, ringer laktat,
atau glukosa 5% dapat dilakukan untuk mencegah deformitas kompresi dan penyakit paru
hipoplastik, dan juga untuk memperpanjang usia kehamilan.5
BAB 4
LAPORAN KASUS
STATUS IBU HAMIL
Anamnesa Pribadi
Nama
: Ny.W
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Medan Tuntungan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status
: Menikah
Tanggal masuk
: 28 Januari 2015
Pukul
: 14.25 wib
GPA
: G1P0A0
Tinggi badan
: 165 cm
Berat badan
: 75 kg
Anamnesa Penyakit
Keluhan utama : Keluar air dari kemaluan
: Hal ini dialami os sejak tanggal 28 Januari 2015 pukul 04.00 WIB. Riwayat keluar lendir
darah dari kemaluan (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan(-). Riwayat Demam (-). BAK (+)
normal, BAB (+) normal.
Riwayat penyakit terdahulu
:-
RIWAYAT HAID
HPHT : 20/04/2014
TTP
: 27/01/2015
ANC
: PIH 4 X
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Sens
: Compos mentis
Anemis
:-
TD
: 120/90 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 82x/i
Sianosis
:-
RR
: 21x/i
Dyspnoe
: 36,5 C
Oedema
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
: Membesar asimetris
TFU
Teregang
: Kiri
Terbawah
: Kepala
Gerak
: (+)
His
: (-)
DJJ
EBW
: 3500-3700gram
VT : Serviks tertutup
ST : Lendir darah (-)
USG Transabdominal :
-
BPD 95,1 mm
FL 75,4 mm
::-
AC 343,2 mm
AFI 2cm
Kesan : Severe oligohidramnion + IUP ( 38-39) minggu + PK + AH
LABORATORIUM
Hb / Ht / L / T : 12,0 / 35,3 / 8.200 / 231.000
DIAGNOSA SEMENTARA
Severe Oligohidramnion + PG + KDR (38-39) minggu + PK + AH
TERAPI
IVFD RL 20 gtt/i
Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infuse dan kateter terpasang baik.
Dilakukan spinal anastesi kemudian dilakukan tindakan aseptik dan antiseptic pada dinding
abdomen dengan larutan povidon iodine dan alkohol 70% dan ditutup dengan doek steril kecuali
lapangan operasi.
Dilakukan insisi pfanensteil mulai cutis, subkutis dan fascia. Dengan menyisipkan pinset
anatomis dibawah fascia, digunting keatas dan kebawah.
Tampak uterus gravidarum, plika vesikouterina disisihkan kearah blast, identifikasi segmen
bawah rahim dan dilakukan insisi konkaf pada uterus hingga subendometrium. Endometrium
ditembus secara tumpul, dengan meluksir kepala lahir bayi laki-laki, BB=3700 gr, PB = 46
cm, A/S 8/9, anus (+)
Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya. Injeksi oxytocin 10 iu/iv. Plasenta
dilahirkan secara PTT, kesan lengkap.
Uterus dibersihkan dan dijahit dengan figure of eight, kontinou, interlocking, overhecting dan
repitonealisasi
15.45
16.15
16.45
17.15
17.45
72
74
75
74
82
120/80
130/80
130/80
130/80
130/80
16
16
20
20
20
Perdarahan (cc)
Kontraksi
(1=lemah, 2=kuat)
HASIL LABORATORIUM POST SC
-
Hb
: 12,5
Leukosit
: 11.300
Ht
: 35,1
Trombosit
: 230.000
FOLLOW UP
Tanggal
Keluhan Utama
Status Presens
29/01/2015
Terapi
31/01/2015
Sensorium : compos
Sensorium : compos
Sensorium : compos
mentis
mentis
mentis
TD : 120/80 mmHg
TD : 120/80 mmHg
TD : 120/80 mmHg
Temperatur : 37,3 C
Temperatur : 36,6 C
Temperatur : 36,4 C
Anemis : (-)
Anemis : (-)
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Ikterik : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Sianosis : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Dyspnoe : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
Edema : (-)
Edema : (-)
Abdomen : soepel ,
Abdomen : soepel ,
peristaltik (+)
peristaltik (+)
peristaltik (+)
Kontraksi : kuat
Kontraksi : kuat
Kontraksi : kuat
pusat
pusat
pusat
Perdarahan pervaginam :
Perdarahan pervaginam :
Perdarahan pervaginam :
rubra.
rubra.
rubra.
BAK : (+)
BAK : (+)
BAK : (+)
oligohidramnion +NH1
oligohidramnion +NH2
oligohidramnion +NH3
IVFD RL 20 gtt/i +
IVFD RL 20 gtt/i
Cefadroxil 2x500mg
Diagnosis
30/01/2015
Asam mefenamat
3x500mg
jam
jam
jam
jam
jam
Rencana
Mobilisasi
Aff kateter
Aff threeway
BAB 5
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 27 tahun dengan
diagnosa severe oligohidramnion. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik obstetri, serta pemeriksaan penunjang berupa USG transabdominal dan
pemeriksaan laboratorium.
Dilaporkan kasus seorang wanita hamil Ny. W, 27 tahun , G1P0A0, datang ke RSUPM
pada tanggal 28 Januari 2015 pukul 14.25 WIB, dengan keluhan keluar air dari kemaluan. Hal ini
dialami os sejak tanggal 28 Januari 2015 pukul 04.00 WIB. Riwayat keluar lendir darah dari
kemaluan (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan (-). Riwayat Demam (-). BAK (+) normal,
BAB (+) normal. Riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai, riwayat pemakaian obat tidak
dijumpai.
Pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen : membesar asimetris, TFU : 3 jari dibawah
procesius Xyphoideus (35 cm), tegang : kiri, terbawah : kepala, gerak : (+) , His : (-), DJJ :
144 x/i, reguler, EBW : 3500 3700 gram. VT : serviks tertutup, ST : lendir darah (-)
Teori
Disebut oligohidramnion bila pada
Kasus
Pada pasien ini didapati AFI 2 cm
rumah sakit.
BAB 6
PERMASALAHAN
1. Apakah tindakan penanganan terhadap kasus diatas sudah tepat?
2. Bagaimana kompetensi dokter umum dalam menangani kasus kehamilan dengan
oligohidramnion?
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Norwitz, ER.Schorge, JO. 2001. Obstetrics and Gynecology at a Glance. Blackwell science. p
102-103
3.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka. Hal 155-156,267269,277
4.
5.
Chamberlain, G. 1997. Obstetrics by 10 Teachers, 16th ed. Oxford University press.p 13-14
6.
Cunnigham FG. 2005. Williams Obstetrics 22nd ed. McGraw-Hill. p 296- 299
7.
8.
9.
10. Weismiller, David. 1998. Transcervical amnioinfusion. East Carolina University School of
Medicine Greenville, Am Fam Physician. Feb 1:57(3):504-510. Available
at http://www.aafp.org/afp/1998/0201/p504.html [Accesed 13th February 2015]