PEMBUKA
Permasalahan nilai tukar merupakan suatu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh indonesia
dan seluruh negara. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya semua negara itu tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup sendiri melainkan membutuhkan negara lain untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidupnya dikarenakan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya.
Salah satu cara yang dilakukan oleh suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya adalah menjalin hubungan dengan negara lain yakni dengan melakukan perdagangan
dengan negara lain.
Jika perdagangan dilakukan dalam satu negara tentu saja dapat dilakukan melalui mata uang negara
yang bersangkutan, tetapi jika dalam perdagangan antar negara tentu saja terdapat dua mata uang yang
berbeda. Seandainya ada mata uang tunggal internasional tidak akan ditemukan masalah dalam penetapan
harga, namun karena mata uang tersebut belum ada maka terdapat kebutuhan mengkonversikan mata uang
yang satu menjadi mata uang yang lain.
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya
permintaan dan penawaran mata uang tersebut. Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam
perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun bagi variabelvariabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan
Internasional. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari
ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga
barang-barang
milik
Indonesia
mengalami
peningkatan.
Dengan
melemahnya
rupiah
menyebabkan
perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang
dalam negeri menurun.
TAHUN
1990
kunjungi blog kami
KURS JUAL
KURS BELI
KURS TENGAH
1.842
kelompokakuntansi.blogspot.com
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
10.452
8.985
8.507
9.336
9.879
9.065
9.466
11.005
9.447
9.036
9.113
9.718
12.250
12.502
10.348
8.895
8.423
9.244
9.781
8.975
9.372
10.895
9.353
8.946
9.023
9.622
12.128
12.378
1.871
2.044
2.108
2.180
2.274
2.337
5.594
14.650
7.900
9.725
10.400
8.940
8.465
9.280
9.830
9.020
9.419
10.950
9.400
8.991
9.068
9.690
12.189
12.440
TAHUN
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
kunjungi blog kami
KURS
1 USD ke RM
2.73
2.71
2.63
2.6
2.7
2.5
2.52
KURS
1 RM ke IDR
675
691
777
811
807
910
927
kelompokakuntansi.blogspot.com
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2.51
4.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.7
3.5
3.32
3.47
3.42
3.09
3.17
3.06
3.29
3.50
2.229
3.052
2.079
2.559
2.737
2.353
2.228
2.442
2.657
2.577
2.837
3.156
2.749
2.910
2.861
3.167
3.705
3.554
KURS TENGAH
KURS TENGAH
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
1 USD ke BAHT
25.80
24.20
25.30
25.70
25.60
25.20
25.60
24.50
55.20
38.00
37.00
44.00
42.60
41.48
40.22
1 BAHT ke IDR
72
77
81
82
85
90
91
228
265
208
263
236
210
204
231
kelompokakuntansi.blogspot.com
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
40.22
37.88
34.51
33.31
34.29
31.69
30.49
31.08
30.73
32.48
245
238
273
329
274
283
297
312
397
383
TAHUN
KURS TENGAH
KURS TENGAH
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1 USD ke PESO
24.31
27.48
25.51
27.12
26.42
25.72
26.22
29.47
40.89
39.09
44.19
50.99
51.61
54.20
56.04
55.86
51.32
46.15
44.48
47.64
45.11
43.32
42.23
1 USD ke IDR
76
77
80
78
83
88
89
190
358
202
220
204
173
156
166
176
176
204
246
197
199
209
229
kelompokakuntansi.blogspot.com
2013
2014
42.45
44.40
287
280
Koin
200
500
1.000
2.000
5.000
Kertas
10.000
20.000
50.000
100.000
200.000
500.000
KURS TENGAH
1 USD ke DONG
6,483
10,037
11,202
KURS RUPIAH
1 RP ke DONG
3,52
10,037
5,49
kelompokakuntansi.blogspot.com
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
10,641
10,966
11,038
11,683
11,033
13,268
13,943
14,168
14,752
15,343
15,363
15,469
16,088
15,783
15,686
15,862
18,047
18,641
20,327
22,200
20,487
20,300
5,05
5,03
4,85
4.99
1,97
0,90
1,76
1,46
1,42
1,72
1,82
1,67
1,64
1,75
1,67
1,45
1,92
2,07
2,24
2,29
1,68
1,63
kelompokakuntansi.blogspot.com
fluktuasi penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa
mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa
negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kur tetap
ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.
Keunggulan :
Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.
Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil.
Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.
Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.
Kelemahan :
Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di pasar valas.
Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor impor.
Kurs tetap
Dapat terjadi karena dua hal:
a. kurs devisa tetap standar emas, yaitu dengan mengaitkan nilai suatu mata uang dengan emas.
Terdiri dari 4 macam kurs valuta asing, yaitu:
1. kurs paritas arta yasa, menunjukkan perbandingan berat emas yang diperoleh dengan
menukarkan
satu satuan uang sebuah negara dengan satu satuan uang negara lain.
2. kurs titik ekspor emas, yaitu kurs valuta asing tertinggi dalam sistem standar emas.
3. kurs titik impor emas, yaitu kurs valuta asing terendah dalam sistem standar emas.
4. kurs valuta asing yang terjadi, merupakan kurs yang bergerak naik turun di sekitar kurs paritas arta yasa.
b. kurs devisa tetap standar kertas
pemerintah menetapkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain dan berusaha
mempertahankannya dengan berbagai macam kebijaksanaan.
Penerapannya di Indonesia
Keunggulan :
Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran suatu
negara.
Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi akan mampu
menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.
Kelemahan :
Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam memprediksi dan
menetapkan kurs.
kelompokakuntansi.blogspot.com
Penerapannya di Indonesia
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan
dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %. Pada sistem
ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket
currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem
tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs
bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas
atas
atau
batas
bawah
spread
(Teguh
Triyono,
2005).
kelompokakuntansi.blogspot.com
Kurs tetap
pada awalnya kurs tetap distandarisasi dengan menggunakanemas yang disebut
standar emas (gold standar) yang merupakan kurs yang tetap, walaupun jarang
digunakan. Standar emas, memegang peranan penting pada abd ke-19 dan
permulaan abad ke-20.
Standar emas dapat didefinisikan sebagai nilai tukar satu mata uang
dengan mata uang negara lain yang di ukur dengan emas. Satu sisi lebih di
untungkan dengan kestabilan harga emas, tetapi di sisi lain kelangkaan emas
juga menjadi persoalan tersendiri.
Kurs yang tetap merupakan nilai tukar suatu mata uang dengan mata
uang lainnya yang besarnya di tentukan oleh pemerintah, sehingga tidak terjadi
fluktuasi nilai tukar, karna selalu di control oleh pemerntah menuju kepada nilai
tukar yang sudah di tetapkan tersebut. Kurs yang di anggp normal dalam arti
tidak mengganggu kestabilan ekonomi negara adalah kurs yang bergerak atau
berfluktuasi dalam batas toleransi yang tidak mengganggu perekonomian
minsalnya exspor dan impor dan suku bunga bank. Untuk menjaga kestabilan
nilai kurs ini biasanya pemerintah dapat melalukan pembelian valuta asing di
pasar (untuk mencegah turunnya kurs) atau dapat pula menjual valuta asing di
pasar( untuk mencegah kenaikan kurs).
Jika kurs F.r 400 = $1 merupakan nilai tukar (parvalue) yang di tetapkan
pemerintah. Selagi nilai tukarberada pada posisi ini tidak ada persoalan dan
pemerintah tidak akan mengambil kebijakan. Jika tejadi perubahan sebagai
akibatnya
berubahnya
variable
lain
yang
menyebabkan
meningkatnya
kelompokakuntansi.blogspot.com
= 1 standar emas
US $20
= 1 standar emas
= US $1
kelompokakuntansi.blogspot.com
Tabel 1.2
Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan PDB, PeP, JUB, NTN, dan BBM
1969-2009 (dalam %)2
Thn
1969
1970
1971
Inflasi
9,89
8,88
2,47
PDB
6,82
7,55
7,02
PeP
26,92
47,61
16,38
JUB
61,02
36,48
28,17
NTN
0,00
15,95
9,79
BBM
9,12
6,27
0,00
kelompokakuntansi.blogspot.com
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
25,84
23,30
33,32
19,69
14,20
11,82
6,69
21,77
15,97
7,09
9,69
11,46
8,76
4,31
8,83
8,90
5,47
5,97
9,53
9,52
4,94
9,77
9,24
8,60
6,50
11,10
77,60
2,00
9,40
12,55
10,03
5,16
6,40
17,11
6,60
6,59
11,06
2,78
7,04
8,10
7,63
4,98
6,89
8,76
6,77
7,32
9,88
7,93
2,25
4,19
6,98
2,46
5,87
4,93
5,78
7,46
7,24
6,95
6,46
6,50
7,54
8,22
7,82
4,70
-13,13
0,79
4,92
3,64
4,50
4,78
5,03
5,69
5,50
6,28
6,06
4,10
2010
6,69
2011
3,79
2012
4,30
2013
8,83
2014
8,36
21,41
72,95
17,46
49,07
26,86
30,61
28,00
40,41
25,57
37,62
12,04
11,74
12,93
21,33
9,94
-0,34
10,68
25,71
12,33
20,46
17,74
10,71
4,22
14,74
13,25
6,58
26,69
33,47
24,99
24,94
16,58
23,81
16,71
17,76
28,05
14,47
26,42
27,96
47,94
40,96
40,14
33,34
28,23
25,17
24,02
36,03
47,56
29,85
9,79
6,29
13,37
17,75
15,57
8,63
13,46
39,76
18,42
10,59
9,25
27,89
23,28
16,10
21,66
22,24
29,17
23,16
30,13
9,58
7,99
16,60
13,41
11,07
28,08
27,63
1,20
8,41
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
50,60
0,32
-0,04
2,75
7,53
43,54
8,05
4,75
45,87
0,55
4,91
3,81
5,79
4,79
3,51
2,33
4,27
4,91
3,25
95,13
72,58
-11,71
35,43
8,39
-14,04
-5,31
9,75
5,81
-8,24
4,42
16,25
-14,16
0,00
21,07
158,93
0,00
24,55
6,83
0,00
118,86
13,85
-5,41
-9,37
-7,82
-13,03
7,07
-40,96
7,25
-5,66
29,64
29,63
-28,61
-0,56
-25,23
18,26
10,96
33,35
-27,85
-38,43
131,21
9,13
-32,08
52,20
9,28
34,77
37,16
4,37
47,88
-55,28
81,13
kelompokakuntansi.blogspot.com
BPS
Nilai Ekspor
dan Impor
Nonmigas
Tahun
Ekspor
Migas
Impor
Ekspor
Jumlah
Impor
Ekspor
Impor
1990
14 604,20
19 916,60
11 071,10
1 920,40
25 675,30
21 837,00
1991
18 247,50
23 558,50
10 894,90
2 310,30
29 142,40
25 868,80
1992
23 296,10
25 164,60
10 670,90
2 115,00
33 967,00
27 279,60
1993
27 077,20
26 157,20
9 745,80
2 170,60
36 823,00
28 327,80
1994
30 359,80
29 616,10
9 693,60
2 367,40
40 053,40
31 983,50
1995
34 953,60
37 717,90
10 464,40
2 910,80
45 418,00
40 628,70
1996
38 093,00
39 333,00
11 721,80
3 595,50
49 814,80
42 928,50
1997
41 821,10
37 755,70
11 622,50
3 924,10
53 443,60
41 679,80
1998
40 975,50
24 683,20
7 872,10
2 653,70
48 847,60
27 336,90
1999
38 873,20
20 322,20
9 792,20
3 681,10
48 665,40
24 003,30
2000
47 757,40
27 495,30
14 366,60
6 019,50
62 124,00
33 514,80
2001
43 684,60
25 490,30
12 636,30
5 471,80
56 320,90
30 962,10
2002
45 046,10
24 763,10
12 112,70
6 525,80
57 158,80
31 288,90
2003
47 406,80
24 939,80
13 651,40
7 610,90
61 058,20
32 550,70
2004
55 939,30
34 792,50
15 645,30
11 732,00
71 584,60
46 524,50
2005
66 428,40
40 243,20
19 231,60
17 457,70
85 660,00
57 700,90
2006
79 589,10
42 102,60
21 209,50
18 962,90
100 798,60
61 065,50
2007
92 012,30
52 540,60
22 088,60
21 932,80
114 100,90
74 473,40
2008
107 894,20
98 644,40
29 126,30
30 552,90
137 020,40
129 197,30
2009
97 491,70
77 848,50
19 018,30
18 980,70
116 510,00
96 829,20
2010
129 739,50
108 250,60
28 039,60
27 412,70
157 779,10
135 663,30
2011
162 019,60
136 734,10
41 477,00
40 701,50
203 496,60
177 435,60
2012
153 043,00
149 125,30
36 977,30
42 564,20
190 020,30
191 689,50
2013
149 918,80
141 362,30
32 633,00
45 266,40
182 551,80
186 628,70
2014
145 961,20
134 719,44
30 074,99
43 459,90
176 036,19
178 179,34
Catatan:
kelompokakuntansi.blogspot.com
Tahun
Peringkat
Dari
Peringkat
Dari
Peringkat
Dari
1990
108
152
15
168
28
185
1991
109
155
14
180
25
184
1992
105
158
31
182
24
185
1993
106
162
23
184
23
187
1994
103
164
24
186
22
189
1995
104
169
19
188
22
191
1996
103
169
27
190
22
192
1997
107
171
88
190
21
193
1998
114
171
191
192
37
194
1999
116
172
146
192
28
195
2000
117
173
74
194
27
199
2001
121
176
86
195
28
198
2002
122
178
66
196
23
198
2003
121
178
83
197
22
197
2004
121
180
93
197
24
198
2005
122
181
77
196
25
198
2006
122
179
96
195
22
197
2007
122
179
75
195
21
197
2008
121
179
60
193
21
196
2009
119
179
32
191
18
193
2010
114
175
60
186
18
189
2011
109
171
43
184
16
188
2012
102
161
38
179
16
177
http://jurnalmepaekonomi.blogspot.co.id/2010/05/analisis-faktor-faktoryang_6834.html
kelompokakuntansi.blogspot.com
Sejak kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah mengalami beberapa fase.Salah satunya
adalah zaman pemerintahan orde baru hingga Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya.Pada pemerintahan ini,dapat dikatakan bahwa ekonomi Indonesia berkembang
pesat. Dengan kembali membaiknya hubungan politik dengan negara-negara barat dan
adanya kesungguhan pemerintah untuk melakukan rekonstruksi dan pembangunan
ekonomi,maka arus modal mulai masuk kembali ke Indonesia.PMA dan bantuan luar negeri
setiap tahun terus meningkat.Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan
kembali tingkat inflasi,mengurangi defisit keuangan pemerintah dan menghidupkan kembali
kegiatan produksi, terutama ekspor yang sempat mengalami kemunduran pada masa orde
lama.Indonesia juga sempat masuk dalam kelompok Asian Tiger, yakni Negara-negara yang
tingkat prekonomiannya sangat tinggi.
Namun disamping kelebihan-kelebihan tersebut,terdapat kekurangan dalam
pemerintahan orde baru.Kebijakan-kebijakan ekonomi masa orde baru memang telah
membuat pertumbuhan ekonomi meningkat pesat,tetapi dengan biaya yang sangat mahal dan
fundamental ekonomi yang rapuh.Hal ini dapat dilihat pada buruknya kondisi sektor
perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal
asing,termasuk pinjaman dan impor.Inilah yang akhirnya membuat Indonesia dilanda suatu
krisis ekonomi yang diawali oleh krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada
pertengahan tahun 1997.Kecenderungan melemahnya rupiah semakin menjadi ketika terjadi
penembakan mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dan aksi penjarahan pada tanggal
14 Mei 1998.
Sejak berdirirnya orde baru tahun 1966-1998,terjadi krisis rupiah pada pertengahan
tahun 1997 yang berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang besar.Krisis pada tahun ini
jauh lebih parah dan kompleks dibandingkan dengan krisis-krisis sebelumnya yang pernah
dialami oleh Indonesia. Hal ini terbukti dengan mundurnya Soeharto sebagai presiden,
kerusuhan Mei 1998, hancurnya sektor perbankan dan indikator-indikator lainnya, baik
ekonomi, sosial, maupun politik. Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab suatu krisis
moneter yang berubah menjadi krisis ekonomi yang besar, yakni terjadinya depresiasi nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS lebih dari 200% dan berlangsung dalam jangka waktu yang
panjang.
PEMBAHASAN
Krisis pertama yang dialami Indonesia masa orde baru adalah kondisi ekonomi yang
sangat parah warisan orde lama.Sebagian besar produksi terhenti dan laju pertumbuhan
ekonomi selama periode 1962-1966 kurang dari 2% yang mengakibatkan penurunan
pendapatan per kapita.Defisit anggaran belanja pemerintah yang sebagian besar dibiayai
dengan kredit dari BI meningkat tajam dari 63% dari penerimaan pemerintah tahun 1962
menjadi127% tahun 1966.Selain itu,buruknya perekonomian Indonesia masa transisi juga
disebabkan oleh besarnya defisit neraca perdagangan dan utang luar negeri,yang kebanyakan
kelompokakuntansi.blogspot.com
diperoleh dari negara blok timur serta inflasi yang sangat tinggi.Disamping itu,pengawasan
devisa yang amat ketat menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik dua atau tiga
kali lipat.Akibatnya terjadi kegiatan spekulatif dan pelarian modal ke luar negeri.Hal ini
memperburuk perekonomian Indonesia pada masa itu (Siregar,1987).
Krisis kedua adalah laju inflasi yang tinggi pada tahun 1970-an.Hal ini disebabkan
karena banyaknya jumlah uang yang beredar dan krisis pangan akhir tahun 1972.Laju inflasi
memuncak hingga 41% tahun 1974 (Hill,1974).Selain itu terjadi devaluasi rupiah sebesar
50% pada November 1978.
Bulan September 1984,Indonesia mengalami krisis perbankan ,yang bermula dari
deregulasi perbankan 1 Juni 1983 yang memaksa bank-bank negara untuk memobilisasi dana
mereka dan memikul risiko kredit macet,serta bebas untuk menentukan tingkat suku
bunga,baik deposito berjangka maupun kredit (Nasution,1987).Masalah-masalah tersebut
terus berlangsung hingga terjadi krisis ekonomi yang bermula pada tahun 1997
(Tambunan,1998).
Terakhir,antara tahun 1990-1995 ekonomi Indonesia beberapa kali mengalami
gangguan dari waktu ke waktu.Pertama,walaupun tidak menimbulkan suatu krisis yang
besar,apresiasi nilai tukar yen Jepang terhadap dollar AS sempat merepotkan Indonesia.Laju
pertumbuhan ekspor Indonesia sempat terancam menurun dan beban ULN dari pemerintah
Jepang meningkat dalam nilai dollar AS.Kedua,pada awal tahun 1994,perekonomian
Indonesia cukup terganggu dengan adanya arus pembelian dollar AS yng bersifat spekulatif
karena beredar isu akan adanya devaluasi rupiah (Tambunan,1998).
Dari tahun 1985 ke tahun 1995, Ekonomi Thailand tumbuh rata-rata 9%. Pada 1996,
dana hedge Amerika telah menjual $400 juta mata uang Thai.Dari 1985 sampai 2 Juli 1997,
baht dipatok 25 bath per dollar AS.Pada tanggal 14 dan tanggal 15 Mei 1997, nilai tukar bath
Thailand terhadap dolar AS mengalami goncangan akibat para investor asing mengambil
keputusan jual, karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian dan
ketidakstabilan politik Negara Thailand. Untuk mempertahankan nilai tukar bath agar tidak
jatuh terus, Thailand melakukan intervensi yang didukung oleh Bank Sentral Singapura.
Namun, pada tanggal 2 Juli 1997, Bank Sentral Thailand mengumumkan bahwa nilai tukar
bath dibebaskan dari ikatan dollar AS dan meminta bantuan IMF. Pengumuman ini
menyebabkan nilai bath terdepresiasi sekitar 15-20% hingga mencapai nilai terendah, yakni
28,20 bath per dollar AS. Pada 1997, sebenarnya kondisi ekonomi di Indonesia tampak jauh
dari krisis. Tidak seperti Thailand, tingkat inflasi Indonesia lebih rendah. Nilai tukar rupiah
terhadap dolar, menguat. Dalam kondisi ekonomi seperti itulah, banyak perusahaan di
Indonesia meminjam uang dalam bentuk dolar AS.
Krisis moneter yang terjadi di Thailand ini, menyebabkan Indonesia dan beberapa
negara Asia, seperti Filipina, Korea dan Malaysia mengalami krisis keuangan. Ketika krisis
kelompokakuntansi.blogspot.com
melanda Thailand, nilai baht terhadap dolar anjlok dan menyebabkan nilai dolar menguat.
Penguatan nilai tukar dolar berimbas ke rupiah. Sekitar bulan Juli 1997, di Indonesia terjadi
depresiasi nilai tukar rupiah, nilai rupiah terus merosot. Di bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS melemah dari Rp2.500,00 menjadi Rp2.650,00 per dolar AS. Sejak saat itu,
posisi mata uang Indonesia mulai tidak stabil. Padahal, pada saat itu hutang luar negeri
Indonesia, baik swasta maupun pemerintah, sudah sangat besar. Tatanan perbankan nasional
kacau dan cadangan devisa semakin menipis.Perusahaan yang tadinya banyak meminjam dolar
(ketika nilai tukar rupiah kuat terhadap dolar), kini sibuk memburu atau membeli dolar untuk
membayar bunga pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan dolar.
Nilai rupiah pun semakin jatuh lebih dalam lagi. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar
dolar, tapi tidak mampu memperbaiki keadaan. Malahan akhirnya paket bantuan IMF itu, yang
dalam penggunaannya banyak terjadi penyelewengan, semakin menambah beban utang yang
harus ditanggung oleh rakyat Indonesia.
KRISIS RUPIAH HINGGA KRISIS EKONOMI
Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang mengalami krisis mata uang,
kemudian disusul oleh krisis moneter dan berakhir dengan krisis ekonomi yang besar. Seperti
diungkapkan oleh Haris (1998),
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling parah sepanjang
orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta
menurunnya pendapatan per kapita bangsa kita yang sangat drastis. Lebih jauh lagi, sejumlah
pabrik dan industri yang bakal collaps atau disita oleh kreditor menyusul utang sebagian
pengusaha yang jatuh tempo pada tahun 1998 tak lama lagi akan menghasilka ribuan
pengngguran baru dengan sederet persoalan sosial. Ekonom, dan politik yang baru pula
(hal.54)
kelompokakuntansi.blogspot.com
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997, di akhir tahun itu telah
berubah menjadi krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
menyebabkan harga-harga naik drastis. Banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik
yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Jumlah
pengangguran meningkat dan bahan-bahan sembako semakin langka.Krisis ini tetap terjadi,
meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat dan disanjungsanjung oleh Bank Dunia. Yang dimaksud fundamental ekonomi yang kuat adalah
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, cadangan devisa masih
cukup besar dan realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus.
1990
7,24
1991
6,95
1992
6,46
1993
6,50
1994
7,54
1995
8,22
1996
7,98
1997
4,65
9,93
2,099
9,93
1,207
5,04
1,743
10,18
741
9,66
806
8,96
1,516
6,63
4,451
11,60
10,021
Neraca perdagangan
Neraca berjalan
Neraca modal
Pemerintah (neto)
5,352
-3,24
4,746
633
4,801
-4,392
5,829
1,419
7,901
-2,96
4,008
307
6,533
-6,76
10,589
336
5,948
-7,801
10,989
-522
12,964
-2,103
-4,845
4,102
Swasta (neto)
PMA (neto)
Cadangan devisa
akhir tahun (US$)
(bulan impor
nonmigas c&f)
Debt-service ratio
(%)
Nilai tukar Des.
(Rp/US$)
APBN* (Rp.milyar)
3,021
1,092
8,661
2,928
1,482
9,868
7,022 8,231
-3,122 -2,298
18,111 17.972
12,75 12,753
2
3,582 3,216
1,777 2,003
11.611 12,352
1,593
2,108
13,158
5,907
4,346
14,674
5,317
6,194
19,125
-10,78
1,833
17,427
4,7
4,8
5,4
5,4
5,0
4,3
5,2
4,5
30,9
32,0
31,6
33,8
30,0
33,7
33,0
1,901
1,992
2,062
2,11
2,2
2,308
2,383
4.65
3,203
433
-551
-1,852
1,495
2,807
818
456
Pertumbuhan
ekonomi (%)
Tingkat Inflasi (%)
Neraca pembayaran
(US$)
*Tahun anggaran
Sumber : BPS,Indikator ekonomi; Bank Indonesia, Statistik Keuangan Indonesia;
World Bank, Indonesia in Crisis, July 2, 1998
Menanggapi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mulai merosot
sejak bulan Mei 1997, pada bulan Juli 1997 BI melakukan empat kali intervensi dengan
memperlebar rentang intervensi. Namun pengaruhnya tidak banyak. Nilai rupiah dalam dolar
AS terus tertekan. Tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai nilai terendah hingga saat itu,
yakni dari Rp2.655,00 menjadi Rp2.682,00 per dollar AS. BI akhirnya menghapuskan
rentang intervensi dan pada akhirnya rupiah turun ke Rp2.755,00 per dollar AS. Tetapi
kelompokakuntansi.blogspot.com
terkadang nilai rupiah juga mengalami penguatan beberapa poin. Misalnya, pada bulan Maret
1988 nilai rupiah mencapai Rp10.550,00 untuk satu dollar AS, walaupun sebelumnya, antara
bulan Januari dan Februari sempat menembus Rp11.000,00 rupiah per dollar AS. Selama
periode Agustus 1997-1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terendah terjadi pada bulan
Juli 1998, yakni mencapai nilai antara Rp14.000,00 dan Rp15.000,00 per dollar AS.
Sedangkan dari bulan September 1998 hingga Mei 1999, perkembangan kurs rupiah terhadap
dolar AS berada pada nilai antara Rp8.000,00 dan Rp11.000,00 per dollar AS. Selama periode
1 Januari 1998 hingga 5 Agustus 1998, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah
yang paling tinggi dibandingkan dengan mata uang-mata uang Negara-negara Asia lainnya
yang juga mengalami depresiasi terhadap dolar AS selama periode tersebut.
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Beberapa Negara Asia : 30/6/97-8/5/98
Negara
US$/100
12/3197
Perubahan
5/898
Perubahan Perubahan
Uang lokal
(%)
(%)
Kumulatif
6/3097
6/30-12/31
1/1-5/898
(%)
6/30975/898
Thailand
4,05
2,08
-48,7
2,59
24,7
-36
Malaysia
39,53
25,70
-35,0
26,25
2,1
-33,6
Indonesia
0,04
0,02
-44,0
0,01
-53,0
-73,8
Filipina
3,79
2,51
-33,9
2,54
1,3
-33,0
Hongkong
12,90
12,90
0,0
12,90
0,0
0,0
Korea
0,11
0,06
-47,7
0,07
21,9
-36,2
Selatan
Taiwan
3,60
3,06
-14,8
3,10
1,2
-13,8
Singapura
69,93
59,44
-15,0
61,80
4,0
-11,6
Sumber :Goldstein (1998)
kelompokakuntansi.blogspot.com
3.Ada kelompok peneliti lain,yakni Eichengreen dan Wyplosz (1993), Martinez-Peria (1998),
dan Obstfeld (1986),yang berpendapat bahwa krisis ekonomi terjadi karena hancurnya sistem
penentuan kurs tetap di Negara-negara yang fundamental ekonomi atau pasarnya baik.
4.Bank Dunia melihat adanya empat sebab utama yang bersama-sama membuat krisis menuju
kea rah kebangkrutan (World Bank,1998,pp. 1.7-1.11). Empat sebab itu antara lain,
akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992-1997,kelemahan pada sistim
perbankan, masalah governance,termasuk kemampuan pemerintah dalam menangani dan
mengatasi krisis, dan yang terakhir adalah ketidakpastian politik dalam menghadapi Pemilu
yang lalu dan pertanyaan mengenai kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu.
5.Lepi T.Tarmidi berpendapat bahwa penyebab utama dari terjadinya krisis adalah
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sangat tajam. Selain itu, ada beberapa
faktor lainnya menurut kejadiannya, antara lain :
a.Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai, yang
memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas.
b.Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8%
(1991) antara tahun 1998 hingga 1996, yang berada dibawah fakta nilai tukar, menyebabkan
nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued.
c.Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek dan
menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia
cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya, ditambah sistim
perbankan nasional yang lemah.
d.Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal hedge fundstidak mungkin
dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat itu,
karena prakek margin trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil bermain
dalam jumlah besar.
e.Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim nilai tukar dengan pita
batas intervensi.
f.Defisit neraca berjalan yang semakin membesar (IMF Research Department Staff: 10; IDE),
yang disebabkan karena laju peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan
melonjaknya pembayaran bunga pinjaman.
g.Penanaman modal asing portfolio yang pada awalnya membeli saham besar-besaran yang
diiming-imingi keuntungan yang besar yang ditunjang oleh perkembangan moneter yang
relatif stabil, kemudian mulai menarik dananya keluar dalam jumlah besar.
h.IMF tidak membantu sepenuh hati dan terus menunda pengucuran bantuan yang
dijanjikannya dengan alas an pemerintah tidak melaksanakan 50 butir kesepakatan dengan
baik. Dan Negara-negara sahabat yang menjanjikan akan membantu, juga menunda
bantuannya menunggu signal dari IMF.
i.Spekulan domestik juga meminjam dana dari sistim perbankan untuk bermain.
j.Terjadi krisis kepercayaan dan kepanikan yang menyebabkan masyarakat luas menyerbu
membeli dollar AS, agar nilai kekayaan tidak merosot dan malah bias menarik keuntungan
dan merosotnya nilai tukar rupiah.
k.Terdapatnya keterkaitan erat dengan Yen Jepang, yang nilainya melemah terhadap dollar
AS.
kunjungi blog kami
kelompokakuntansi.blogspot.com
kelompokakuntansi.blogspot.com
meningkatkan pendapatan pemerintah dengan penangguhan PPN dan fasilitas pajak serta bea
cukai, mengenakan pajak tambahan terhadap bensin, memperbaiki audit PPN dan
memperbanyak objek pajak.
Namun kesepakatan itu gagal, karena syarat-syarat dari IMF dirasa berat oleh
Indonesia. Maka dari itu dilakukanlah negosiasi dan dihasilkan kesepakatan yang
ditandatangani 15 Januari 1998. Pokok-pokok dari program IMF itu antara lain, kebijakan
makro ekonomi yang terdiri dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta nilai tukar,
kemudian restrukturisasi sektor keuangan yang terdiri dari program restrukturisasi bank dan
memperkuat aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan, dan yang terakhir adalah
reformasi structural yang terdiri dari perdagangan luar negeri dan investasi, deregulasi dan
swastanisasi, social safety net dan lingkungan hidup.
Pelaksanaan kesepakatan kedua ini kembali menghadapi bebagai hambatan, kemudian
diadakan negosiasi ulang yang menghasilkan Supplementary Memorandumpada tanggal 10
April 1998 yang terdiri atas 20 butir, 7 appendix dan satu matriks. Strategi yang akan
dilaksanakan adalah menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai dengan kekuatan ekonomi
Indonesia, memperkuat dan mempercepat restrukturisasi sistim perbankan, memperkuat
implementasi reformasi struktural untuk membangun ekonomi yang efisien dan berdaya
saing, menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang perusahaan swasta, dan yang
terakhir adalah mengembalikan pembelanjaan perdagangan pada keadaan yang normal,
sehingga ekspor bangkit kembali.
Sedangkan ke tujuh appendix itu antara lain, kebijakan moneter dan suku bunga,
pembangunan sektor perbankan, bantua anggaran pemerintah untuk golongan lemah,
reformasi BUMN dan swastanisasi, reformasi structural, restrukturisasi utang swasta, dan
hukum kebangkrutan dan reformasi yuridis.
KESIMPULAN
Indonesia mengalami krisis moneter bukan baru sekali ini saja. Sebagai salah satu
Negara berkembang, Indonesia sudah sering mengalaminya. Krisis yang paling parah terjadi
pada pertengahan tahun 1997. Pada saat itu, Indonesia berada dibawah pemerintahan
Presiden Soeharto (Orde Baru), dimana kebijakan-kebijakan ekonominya telah menghasilkan
kemajuan ekonomi yang pesat. Namun disamping itu, kondisi sektor perbankan memburuk
dan semakin besarnya ketergantungan terhadap modal asing,termasuk pinjaman dan impor,
yang membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada pertengahan tahun 1997.Keadaan ini kemudian
diperburuk dengan adanya krisis nilai tukar bath Thailand yang menyebabkan nilai tukar
dollar menguat. Penguatan nilai tukar dollar ini berimbas ke rupiah dan menyebabkan nilai
tukar rupiah semakin anjlok.
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan krisis itu terjadi. Namun ada dua
aspek penting yang menunjukkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia menjelang krisis,
yakni saldo transaksi berjalan dalam keadaan defisit yang melemahkan posisi neraca
kelompokakuntansi.blogspot.com
pembayaran dan adanya utang luar negeri jangka pendek yang tidak bisa dibayar pada waktu
jatuh tempo.
Terjadinya krisis ini menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian
Indonesia, di dalam segala aspek kehidupan. Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari
jatuhnya nilai tukar rupiah ini lebih besar daripada dampak positif yang ditimbulkan.
Dalam menangani krisis ini, pemerintah tidak dapat menanganinya sendiri. Karena
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat dibendung sendiri,lebih lagi
cadangan dollar AS di BI sudah mulai menipis. Oleh karena itu, pemerintah meminta bantuan
kepada IMF. IMF adalah bank sentral dunia yang fungsi utamanya adalah membantu
memelihara stabilitas kurs devisa Negara-negara anggotanya dan tugasnya adalah sebagai
tumpuan akhir bagi bank-bank umum yang mengalami kesulitan likuiditas.
kelompokakuntansi.blogspot.com