Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS PEREKONOMIAN INDONESIA DARI SEGI NILAI TUKAR

PEMBUKA
Permasalahan nilai tukar merupakan suatu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh indonesia
dan seluruh negara. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya semua negara itu tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup sendiri melainkan membutuhkan negara lain untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidupnya dikarenakan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya.

Salah satu cara yang dilakukan oleh suatu negara untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya adalah menjalin hubungan dengan negara lain yakni dengan melakukan perdagangan
dengan negara lain.

Jika perdagangan dilakukan dalam satu negara tentu saja dapat dilakukan melalui mata uang negara
yang bersangkutan, tetapi jika dalam perdagangan antar negara tentu saja terdapat dua mata uang yang
berbeda. Seandainya ada mata uang tunggal internasional tidak akan ditemukan masalah dalam penetapan
harga, namun karena mata uang tersebut belum ada maka terdapat kebutuhan mengkonversikan mata uang
yang satu menjadi mata uang yang lain.
Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya
permintaan dan penawaran mata uang tersebut. Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam
perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang
terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca transaksi berjalan maupun bagi variabelvariabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan
Internasional. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari
ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga
barang-barang

milik

Indonesia

mengalami

peningkatan.

Dengan

melemahnya

rupiah

menyebabkan

perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang
dalam negeri menurun.

Kondisi nilai tukar di indonesia 1990 2014


Kurs berdasarkan 1usd
Kode mata uang IDR
Rupiah adalah mata uang resmi Indonesia. Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya
oleh Bank Indonesia

TAHUN
1990
kunjungi blog kami

KURS JUAL

KURS BELI

KURS TENGAH
1.842

kelompokakuntansi.blogspot.com

1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

10.452
8.985
8.507
9.336
9.879
9.065
9.466
11.005
9.447
9.036
9.113
9.718
12.250
12.502

10.348
8.895
8.423
9.244
9.781
8.975
9.372
10.895
9.353
8.946
9.023
9.622
12.128
12.378

1.871
2.044
2.108
2.180
2.274
2.337
5.594
14.650
7.900
9.725
10.400
8.940
8.465
9.280
9.830
9.020
9.419
10.950
9.400
8.991
9.068
9.690
12.189
12.440

Kondisi nilai tukar Malaysia (2003 - 2014)


Kurs berdasarkan 1usd
Ringgit atau juga dikenal sebagai Ringgit Malaysia adalah unit mata uang Malaysia dengan
kode mata uang MYR yg diterbitkan oleh central bank malaysia. Ringgit dapat dipecah
menjadi 100 sen dan mempunyai pecahan uang kertas bernilai RM100, RM50, RM20, RM10,
RM5, dan RM2; serta koin RM1, 50 sen, 20 sen, 10 sen, 5 sen, dan 1 sen.

TAHUN
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
kunjungi blog kami

KURS
1 USD ke RM
2.73
2.71
2.63
2.6
2.7
2.5
2.52

KURS
1 RM ke IDR
675
691
777
811
807
910
927
kelompokakuntansi.blogspot.com

1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

2.51
4.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.7
3.5
3.32
3.47
3.42
3.09
3.17
3.06
3.29
3.50

2.229
3.052
2.079
2.559
2.737
2.353
2.228
2.442
2.657
2.577
2.837
3.156
2.749
2.910
2.861
3.167
3.705
3.554

Kondisi nilai tukar Thailand (2002 - 2014)


Penerbitan mata uang ini merupakan tanggung jawab Bank of Thailand. Satu baht dibagi
menjadi 100 satang. simbol

Kurs berdasarkan 1usd


TAHUN

KURS TENGAH

KURS TENGAH

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004

1 USD ke BAHT
25.80
24.20
25.30
25.70
25.60
25.20
25.60
24.50
55.20
38.00
37.00
44.00
42.60
41.48
40.22

1 BAHT ke IDR
72
77
81
82
85
90
91
228
265
208
263
236
210
204
231

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

40.22
37.88
34.51
33.31
34.29
31.69
30.49
31.08
30.73
32.48

245
238
273
329
274
283
297
312
397
383

Kondisi nilai tukar di FILIPHINA 1990 2014


tanda: ; kode: PHP) adalah mata uang resmi di Filipina. Peso ini dibagi menjadi 100 centavo

Kurs berdasarkan 1usd

TAHUN

KURS TENGAH

KURS TENGAH

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

1 USD ke PESO
24.31
27.48
25.51
27.12
26.42
25.72
26.22
29.47
40.89
39.09
44.19
50.99
51.61
54.20
56.04
55.86
51.32
46.15
44.48
47.64
45.11
43.32
42.23

1 USD ke IDR
76
77
80
78
83
88
89
190
358
202
220
204
173
156
166
176
176
204
246
197
199
209
229

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

2013
2014

42.45
44.40

287
280

Kondisi nilai tukar VIETNAM (2002 - 2014)


ng Vietnam (VND)

Koin

200

500

1.000

2.000

5.000

Kertas

10.000

20.000

50.000

100.000

200.000

500.000

Kurs berdasarkan 1usd


TAHUN
1990
1991
1992

kunjungi blog kami

KURS TENGAH
1 USD ke DONG
6,483
10,037
11,202

KURS RUPIAH
1 RP ke DONG
3,52
10,037
5,49

kelompokakuntansi.blogspot.com

1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

10,641
10,966
11,038
11,683
11,033
13,268
13,943
14,168
14,752
15,343
15,363
15,469
16,088
15,783
15,686
15,862
18,047
18,641
20,327
22,200
20,487
20,300

5,05
5,03
4,85
4.99
1,97
0,90
1,76
1,46
1,42
1,72
1,82
1,67
1,64
1,75
1,67
1,45
1,92
2,07
2,24
2,29
1,68
1,63

SEJARAH SISTEM NILAI TUKAR DIINDONESIA


Pada tahun 1960-an sistem nilai tukar yang dianut oleh negara Indonesia ialah multiple exchange
system, pada Agustus 1971 sampai pada November 1978 pemerintah Indonesia merubah sistem nilai
tukar sebelumnya menjadi sistem nilai tukar tetap atau fixed exchange rate system, dan pada
bulan November 1978 sampai pada September 1992 sistem nilai tukar diubah kembali menjadi
mengambang terkendali atau managed floating system, dimana hal ini dilakukan untuk menjaga
agar nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap mata uang partner
dagang utama. Tidak berhenti sampai pada saat itu, pada bulan September 1992 sampai Agustus
1997 pemerintah merubah kembali menjadi managed floating dengan crawling band system, dan
terakhir pada bulan Agustus 1997 hingga kini pemerintah memutuskan untuk menganut sistem
mengambang bebas atau floating/flexible system (Bank Indonesia).

Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)


Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi suatu
negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap negara lain yang
ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar
uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

fluktuasi penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa
mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa
negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kur tetap
ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.

Keunggulan :
Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.
Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil.
Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.
Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya.

Kelemahan :
Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di pasar valas.
Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor impor.
Kurs tetap
Dapat terjadi karena dua hal:
a. kurs devisa tetap standar emas, yaitu dengan mengaitkan nilai suatu mata uang dengan emas.
Terdiri dari 4 macam kurs valuta asing, yaitu:
1. kurs paritas arta yasa, menunjukkan perbandingan berat emas yang diperoleh dengan
menukarkan
satu satuan uang sebuah negara dengan satu satuan uang negara lain.
2. kurs titik ekspor emas, yaitu kurs valuta asing tertinggi dalam sistem standar emas.
3. kurs titik impor emas, yaitu kurs valuta asing terendah dalam sistem standar emas.
4. kurs valuta asing yang terjadi, merupakan kurs yang bergerak naik turun di sekitar kurs paritas arta yasa.
b. kurs devisa tetap standar kertas
pemerintah menetapkan nilai tukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain dan berusaha
mempertahankannya dengan berbagai macam kebijaksanaan.

Penerapannya di Indonesia

Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)


Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta. Dalam pasar ini masih
ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam
pasar valuta ini tidak murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.

Keunggulan :
Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran suatu
negara.
Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi akan mampu
menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.
Kelemahan :
Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam memprediksi dan
menetapkan kurs.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.


Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa karena memakai
devisa untuk menutupi selisihnya.
Kurs mengambang terkendali
Disebut juga dengan kurs distabilkan. Kurs bebas seperti yang telah disebutkan di atas sering menimbulkan
ketidaktentuan kurs valuta asing, sehingga negara diharapkan dapat menerapkan pengendalian atau penstabilan
kurs pada batas yang wajar. Pada dasarnya dalam sistem mengambang terkendali, nilai tukar ditentukan oleh
kekuatan pasar, sehingga bebas bergerak naik maupun turun. Namun supaya tidak terjadi gejolak yang terlalu
dahsyat, yang kriterianya ditentukan oleh Bank Sentral, pemerintah dapat campur tangan sampai batas-batas
tertentu.
Bentuk-bentuk intervensi pemerintah dapat berupa:
a. Mengambang bersih. Terjadi jika campur tangan pemerintah tidak langsung, yaitu dengan pengaturan
tingkat bunga.
b. Mengambang kotor. Terjadi jika campur tangan pemerintah secara langsung, yaitu dengan menjual atau
membeli valuta asing.

Penerapannya di Indonesia
Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan
dengan kebijakan devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %. Pada sistem
ini nilai tukar Rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket
currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem
tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs
bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas

atas

atau

batas

bawah

spread

(Teguh

Triyono,

2005).

Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia,


nilai tukar Rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap
US Dollar. Nilai tukar Rupiah berubah-ubah antara Rp 644/US Dollar sampai Rp
2.383/US Dollar. Dengan perkataan lain, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar
cenderung tidak pasti.
https://mrzainulmuchlas.files.wordpress.com/2013/09/bab-ii-buku-ki1.pdf

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Kurs tetap
pada awalnya kurs tetap distandarisasi dengan menggunakanemas yang disebut
standar emas (gold standar) yang merupakan kurs yang tetap, walaupun jarang
digunakan. Standar emas, memegang peranan penting pada abd ke-19 dan
permulaan abad ke-20.
Standar emas dapat didefinisikan sebagai nilai tukar satu mata uang
dengan mata uang negara lain yang di ukur dengan emas. Satu sisi lebih di
untungkan dengan kestabilan harga emas, tetapi di sisi lain kelangkaan emas
juga menjadi persoalan tersendiri.
Kurs yang tetap merupakan nilai tukar suatu mata uang dengan mata
uang lainnya yang besarnya di tentukan oleh pemerintah, sehingga tidak terjadi
fluktuasi nilai tukar, karna selalu di control oleh pemerntah menuju kepada nilai
tukar yang sudah di tetapkan tersebut. Kurs yang di anggp normal dalam arti
tidak mengganggu kestabilan ekonomi negara adalah kurs yang bergerak atau
berfluktuasi dalam batas toleransi yang tidak mengganggu perekonomian
minsalnya exspor dan impor dan suku bunga bank. Untuk menjaga kestabilan
nilai kurs ini biasanya pemerintah dapat melalukan pembelian valuta asing di
pasar (untuk mencegah turunnya kurs) atau dapat pula menjual valuta asing di
pasar( untuk mencegah kenaikan kurs).
Jika kurs F.r 400 = $1 merupakan nilai tukar (parvalue) yang di tetapkan
pemerintah. Selagi nilai tukarberada pada posisi ini tidak ada persoalan dan
pemerintah tidak akan mengambil kebijakan. Jika tejadi perubahan sebagai
akibatnya

berubahnya

variable

lain

yang

menyebabkan

meningkatnya

permintaan terhadap valuta asing dollar AS (minsalnya meningkatnya kebutuhan


akan impor), sehingga permintaan bergeser dari DD ke DD. pergeseran kurve
permintaan kekanan akan menyebabkan kurs melampaui kurs tertiggi( ceiling
price) minsalnya pada nilai tukar Fr.404, dalam hal ini pemerintah (bank sentral)
menjual dolar ke pasar, akibatnya penawaran dolar meningkat, sehingga harga
dolar turun lagi menuju parvalue.
Demikian pula sebaliknya, jika peningkatan penawaran dolar lebih banyak
dari permintaan yang di mungkinkan disebebkan oleh meningkatnya export atau
juga oleh sumber lain seperti meningkatnya hutang luar negri atau karena hibah.
Secara kurve menyebabkan kurve penawaran (S) bergeser ke kanan (S) yang
menyebabkan nilai tukar sudah berada pada F.r 396, yang di anggap sudah di
luar batas ambang toleransi. Dengan demikian pemerintah harus mengambil
kebijakan membeli valuta asing untuk mengembalikan pada nilai tukar yang
tetap. Hal ini menyebabkan kurs menjadi F.r 396. Kalau ini di biarkan harga dolar
akan cenderung untuk turun lagi sehingga kurs akan berada di bawah F.r 396.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Untuk menghindarinya kelebihan dolar sebesar TW, maka pemerintah


melalui bank sentral membeli dolar di pasar valuta asing sehingga harga dolar
kembali naik dan kurs cenderung kembali kepada par value. Kurs yang tetap
sering di sebut pegged exchange rate atau control exchange rate.
Sebagai ilustrasi di gambarkan teknik sederhana membuat kurs satu mata
uang dengan mata uang negara lain dnegan menggunakan standar negara
emas.minsalnya untuk menetukan kurs antar franc peransi dan dolar AS terlebih
dahulu setiap mata uang di standarkan dengan emas.
F.r 100

= 1 standar emas

US $20

= 1 standar emas

Dengan demikian exchange rate antara mata uang negara perancis


dengan mata uang dolar AS menjadi :
F.r 5

= US $1

Karena F.r 100 = 1 standar emas = US $20.000)


Dalam transaksi di pasar valuta asing dapat saja harga tidak sama dengan
kurs tengah tersebut (F.r 5.00 = US $ 1.000), tetapi mereka pun tidak dapat
hendak membeli dan menjual seenaknya. Perbedaan tersebut sebesar ongkos
angkut dan biaya asuransi. Minsalnya : importer prancis membeli dolar di pasar
valuta asing. Mungkin mereka akan membeli dengan kurs yang tinggi F.r 5.02 =
US $ 1 atau F.r 5.01 = US $1 , akan tetapi tidak boleh F.r 5.06 = US $1 karena
telah melampaui kurs tertiggi (termasuk biaya).
Kalau kurs yang belaku di pasar valuta asing di atas F.r 5.00 = US $1,
maka prancis akan menguntungkan mengexpor emas keluar negri. Tapi kalau di
bawah F.r 5.00 maka prancis akan mengimpor emas dan menjualny dalam negri
yang harganya lebih mahal.

Kurs yang fleksibel


Kurs yang berubah-ubah yang dikenal dengan floating exchange rate
(FER) adalah kurs atau nilai mata uang asing suatu negara denga mata uang
negara lain (misalnya rupiah terhadap dollar AS) yang sifatnya menagambang
atau berubah-ubah. Namun masih mempunyai harga batas atas (ceiling price)
dan harga batas bawah (floor price). Pemerintah akan membiarkan fluktuasi
tersebut dalam batas ambang toleransi harga batas atas atau dan bats bawah.
Apabila melawati, pemerintah akan mengambil kebujakan dengan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Untuk kasus Indonesia,
pemerintah akan membeli atau menjual dollar AS.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Fluktuasi exchange rate tersebut dipengaruhi oleh faktor permintaan dan


penawaran. Permintaaan berarti bersumber dari konsumen dalam negeri
(individu, perusahaan, dan pemerintah) meminta valuta asing. Sementara
penawaran banyak bersumber dari eksportir atau sumber lainnya. Pada dasarnya
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : pendapatan, inflasi,
kebiajakan pemerintah, harga, tingkat bunga dan lain-lain. Hal ini disebabkan
karena semua faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran, sehingga pada gilirannya akan
mempengaruhi nilai tukar tersebut.
Pada titik E merupakan kurs keseimbangan (the equilibirium exchange
rate) dimana pada saat pemotongan antara kurve permintaan dan penawaran,
kurs yang terjadi adalah Rp. 9000 = $ 1.00. kurs tersebut dapat berubah dengan
dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya dengan naiknya pendapat nasional,
menyebabkan kenaikan permintaan terhadap impor barang-barang dan jasa,
sehingga kurve permintaan bergeser ke kanan yang menyebabkan kurs berubah
dari semula Rp.9000 = $1.00. perubahan ini masih berada dalam batas atas
toleransi dan apabila melewati kurs ini, pemerintah akan mengambil kebijakan
untuk mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Bila kurs terjadi
diatas ceiling price, pemerintah akan menjual dollar AS dan bila dibawah floor
price, pemerintah akan membeli dollar AS untuk mengembalikan kurs berada
posisi par value.

Kurs yang bebas mengambang


Dalam perkembangannya flexible exchange rate seiring juga disebut
floating exchange rate berkembang menjadi kurs bebas mengambang (free
floating exchange rate FFER). Tetapi FFER betul-betul bebas ke atas dank e
bawah tergantung kepada penawaran dan permintaan. Secara konseptual tidak
ditetapkan batas atas dan batas bawah.
Sejak krisis ekonomi dialami Indonesia tahun1997 dan 1998, sistem nilai
tukar yang dipakai Indonesia berubah dari kurs mengambang bebas. Secara
teoritis, pemerintah hanya mampu memmpengaruhi nilai tukar dengan
mengambil kebijakan yang dapat mempengaruhi permintaan dollar AS. Misalnya
dengan mengendalikan tingkat inflasi sehingga harga relatip stabil, permintaan
akan produk impor dan valuta asing dollar AS menurun karena beralih kepada
produk dalam negeri dan pada gilirannya akan menurunkan nilai tukar dollar AS
terhadap rupiah atas sebaliknya akan meningkatkan nilai tukar rupiah.
Mekanisme ini akan terjadi dengan asumsi, tersedianya produk dalam negeri
sebagai pengganti produk impor.

Tabel 1.2
Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan PDB, PeP, JUB, NTN, dan BBM
1969-2009 (dalam %)2
Thn
1969
1970
1971

Inflasi
9,89
8,88
2,47

PDB
6,82
7,55
7,02

kunjungi blog kami

PeP
26,92
47,61
16,38

JUB
61,02
36,48
28,17

NTN
0,00
15,95
9,79

BBM
9,12
6,27
0,00

kelompokakuntansi.blogspot.com

1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

25,84
23,30
33,32
19,69
14,20
11,82
6,69
21,77
15,97
7,09
9,69
11,46
8,76
4,31
8,83
8,90
5,47
5,97
9,53
9,52
4,94
9,77
9,24
8,60
6,50
11,10
77,60
2,00
9,40
12,55
10,03
5,16
6,40
17,11
6,60
6,59
11,06
2,78

7,04
8,10
7,63
4,98
6,89
8,76
6,77
7,32
9,88
7,93
2,25
4,19
6,98
2,46
5,87
4,93
5,78
7,46
7,24
6,95
6,46
6,50
7,54
8,22
7,82
4,70
-13,13
0,79
4,92
3,64
4,50
4,78
5,03
5,69
5,50
6,28
6,06
4,10

2010

6,69

2011

3,79

2012

4,30

2013

8,83

2014

8,36

21,41
72,95
17,46
49,07
26,86
30,61
28,00
40,41
25,57
37,62
12,04
11,74
12,93
21,33
9,94
-0,34
10,68
25,71
12,33
20,46
17,74
10,71
4,22
14,74
13,25
6,58
26,69
33,47
24,99
24,94
16,58
23,81
16,71
17,76
28,05
14,47
26,42
27,96

47,94
40,96
40,14
33,34
28,23
25,17
24,02
36,03
47,56
29,85
9,79
6,29
13,37
17,75
15,57
8,63
13,46
39,76
18,42
10,59
9,25
27,89
23,28
16,10
21,66
22,24
29,17
23,16
30,13
9,58
7,99
16,60
13,41
11,07
28,08
27,63
1,20
8,41

0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
50,60
0,32
-0,04
2,75
7,53
43,54
8,05
4,75
45,87
0,55
4,91
3,81
5,79
4,79
3,51
2,33
4,27
4,91
3,25
95,13
72,58
-11,71
35,43
8,39
-14,04
-5,31
9,75
5,81
-8,24
4,42
16,25
-14,16

0,00
21,07
158,93
0,00
24,55
6,83
0,00
118,86
13,85
-5,41
-9,37
-7,82
-13,03
7,07
-40,96
7,25
-5,66
29,64
29,63
-28,61
-0,56
-25,23
18,26
10,96
33,35
-27,85
-38,43
131,21
9,13
-32,08
52,20
9,28
34,77
37,16
4,37
47,88
-55,28
81,13

PDB (Produk Domestik Bruto) nominal, PeP (pengeluaran pemerintah), JUB


(Jumlah Uang Beredar dalam arti sempit, M1), NTN (Nilai Tukar Nominal: kurs
Rupiah per USD), dan BBM (harga minyak internasional).
Ferry Imanudin Sadikin, FE UI, 2010.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

BPS
Nilai Ekspor

dan Impor

(juta US$), 1984-2013

Nonmigas

Tahun

Ekspor

Migas

Impor

Ekspor

Jumlah
Impor

Ekspor

Impor

1990

14 604,20

19 916,60

11 071,10

1 920,40

25 675,30

21 837,00

1991

18 247,50

23 558,50

10 894,90

2 310,30

29 142,40

25 868,80

1992

23 296,10

25 164,60

10 670,90

2 115,00

33 967,00

27 279,60

1993

27 077,20

26 157,20

9 745,80

2 170,60

36 823,00

28 327,80

1994

30 359,80

29 616,10

9 693,60

2 367,40

40 053,40

31 983,50

1995

34 953,60

37 717,90

10 464,40

2 910,80

45 418,00

40 628,70

1996

38 093,00

39 333,00

11 721,80

3 595,50

49 814,80

42 928,50

1997

41 821,10

37 755,70

11 622,50

3 924,10

53 443,60

41 679,80

1998

40 975,50

24 683,20

7 872,10

2 653,70

48 847,60

27 336,90

1999

38 873,20

20 322,20

9 792,20

3 681,10

48 665,40

24 003,30

2000

47 757,40

27 495,30

14 366,60

6 019,50

62 124,00

33 514,80

2001

43 684,60

25 490,30

12 636,30

5 471,80

56 320,90

30 962,10

2002

45 046,10

24 763,10

12 112,70

6 525,80

57 158,80

31 288,90

2003

47 406,80

24 939,80

13 651,40

7 610,90

61 058,20

32 550,70

2004

55 939,30

34 792,50

15 645,30

11 732,00

71 584,60

46 524,50

2005

66 428,40

40 243,20

19 231,60

17 457,70

85 660,00

57 700,90

2006

79 589,10

42 102,60

21 209,50

18 962,90

100 798,60

61 065,50

2007

92 012,30

52 540,60

22 088,60

21 932,80

114 100,90

74 473,40

2008

107 894,20

98 644,40

29 126,30

30 552,90

137 020,40

129 197,30

2009

97 491,70

77 848,50

19 018,30

18 980,70

116 510,00

96 829,20

2010

129 739,50

108 250,60

28 039,60

27 412,70

157 779,10

135 663,30

2011

162 019,60

136 734,10

41 477,00

40 701,50

203 496,60

177 435,60

2012

153 043,00

149 125,30

36 977,30

42 564,20

190 020,30

191 689,50

2013

149 918,80

141 362,30

32 633,00

45 266,40

182 551,80

186 628,70

2014

145 961,20

134 719,44

30 074,99

43 459,90

176 036,19

178 179,34

Catatan:

Nilai ekspor adalah nilai Free on Board (FOB)

Nilai impor adalah nilai Cost, Insurance and Freight (CIF).


Data tahun 1984-2007 menggunakan Sistem Perdagangan Khusus (di Luar Kawasan Berikat)
[Diolah dari dokumen kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai (PEB dan PIB)]
2

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Peringkat Indonesia Dibandingkan Negara Lain

Tahun

GNI Perkapita (PPP$)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

Nominal PDB (US$)

Peringkat

Dari

Peringkat

Dari

Peringkat

Dari

1990

108

152

15

168

28

185

1991

109

155

14

180

25

184

1992

105

158

31

182

24

185

1993

106

162

23

184

23

187

1994

103

164

24

186

22

189

1995

104

169

19

188

22

191

1996

103

169

27

190

22

192

1997

107

171

88

190

21

193

1998

114

171

191

192

37

194

1999

116

172

146

192

28

195

2000

117

173

74

194

27

199

2001

121

176

86

195

28

198

2002

122

178

66

196

23

198

2003

121

178

83

197

22

197

2004

121

180

93

197

24

198

2005

122

181

77

196

25

198

2006

122

179

96

195

22

197

2007

122

179

75

195

21

197

2008

121

179

60

193

21

196

2009

119

179

32

191

18

193

2010

114

175

60

186

18

189

2011

109

171

43

184

16

188

2012

102

161

38

179

16

177

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.co.id/2010/05/analisis-faktor-faktoryang_6834.html

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Sejak kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah mengalami beberapa fase.Salah satunya
adalah zaman pemerintahan orde baru hingga Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya.Pada pemerintahan ini,dapat dikatakan bahwa ekonomi Indonesia berkembang
pesat. Dengan kembali membaiknya hubungan politik dengan negara-negara barat dan
adanya kesungguhan pemerintah untuk melakukan rekonstruksi dan pembangunan
ekonomi,maka arus modal mulai masuk kembali ke Indonesia.PMA dan bantuan luar negeri
setiap tahun terus meningkat.Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan
kembali tingkat inflasi,mengurangi defisit keuangan pemerintah dan menghidupkan kembali
kegiatan produksi, terutama ekspor yang sempat mengalami kemunduran pada masa orde
lama.Indonesia juga sempat masuk dalam kelompok Asian Tiger, yakni Negara-negara yang
tingkat prekonomiannya sangat tinggi.
Namun disamping kelebihan-kelebihan tersebut,terdapat kekurangan dalam
pemerintahan orde baru.Kebijakan-kebijakan ekonomi masa orde baru memang telah
membuat pertumbuhan ekonomi meningkat pesat,tetapi dengan biaya yang sangat mahal dan
fundamental ekonomi yang rapuh.Hal ini dapat dilihat pada buruknya kondisi sektor
perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal
asing,termasuk pinjaman dan impor.Inilah yang akhirnya membuat Indonesia dilanda suatu
krisis ekonomi yang diawali oleh krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada
pertengahan tahun 1997.Kecenderungan melemahnya rupiah semakin menjadi ketika terjadi
penembakan mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dan aksi penjarahan pada tanggal
14 Mei 1998.
Sejak berdirirnya orde baru tahun 1966-1998,terjadi krisis rupiah pada pertengahan
tahun 1997 yang berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang besar.Krisis pada tahun ini
jauh lebih parah dan kompleks dibandingkan dengan krisis-krisis sebelumnya yang pernah
dialami oleh Indonesia. Hal ini terbukti dengan mundurnya Soeharto sebagai presiden,
kerusuhan Mei 1998, hancurnya sektor perbankan dan indikator-indikator lainnya, baik
ekonomi, sosial, maupun politik. Faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab suatu krisis
moneter yang berubah menjadi krisis ekonomi yang besar, yakni terjadinya depresiasi nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS lebih dari 200% dan berlangsung dalam jangka waktu yang
panjang.

PEMBAHASAN
Krisis pertama yang dialami Indonesia masa orde baru adalah kondisi ekonomi yang
sangat parah warisan orde lama.Sebagian besar produksi terhenti dan laju pertumbuhan
ekonomi selama periode 1962-1966 kurang dari 2% yang mengakibatkan penurunan
pendapatan per kapita.Defisit anggaran belanja pemerintah yang sebagian besar dibiayai
dengan kredit dari BI meningkat tajam dari 63% dari penerimaan pemerintah tahun 1962
menjadi127% tahun 1966.Selain itu,buruknya perekonomian Indonesia masa transisi juga
disebabkan oleh besarnya defisit neraca perdagangan dan utang luar negeri,yang kebanyakan

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

diperoleh dari negara blok timur serta inflasi yang sangat tinggi.Disamping itu,pengawasan
devisa yang amat ketat menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik dua atau tiga
kali lipat.Akibatnya terjadi kegiatan spekulatif dan pelarian modal ke luar negeri.Hal ini
memperburuk perekonomian Indonesia pada masa itu (Siregar,1987).
Krisis kedua adalah laju inflasi yang tinggi pada tahun 1970-an.Hal ini disebabkan
karena banyaknya jumlah uang yang beredar dan krisis pangan akhir tahun 1972.Laju inflasi
memuncak hingga 41% tahun 1974 (Hill,1974).Selain itu terjadi devaluasi rupiah sebesar
50% pada November 1978.
Bulan September 1984,Indonesia mengalami krisis perbankan ,yang bermula dari
deregulasi perbankan 1 Juni 1983 yang memaksa bank-bank negara untuk memobilisasi dana
mereka dan memikul risiko kredit macet,serta bebas untuk menentukan tingkat suku
bunga,baik deposito berjangka maupun kredit (Nasution,1987).Masalah-masalah tersebut
terus berlangsung hingga terjadi krisis ekonomi yang bermula pada tahun 1997
(Tambunan,1998).
Terakhir,antara tahun 1990-1995 ekonomi Indonesia beberapa kali mengalami
gangguan dari waktu ke waktu.Pertama,walaupun tidak menimbulkan suatu krisis yang
besar,apresiasi nilai tukar yen Jepang terhadap dollar AS sempat merepotkan Indonesia.Laju
pertumbuhan ekspor Indonesia sempat terancam menurun dan beban ULN dari pemerintah
Jepang meningkat dalam nilai dollar AS.Kedua,pada awal tahun 1994,perekonomian
Indonesia cukup terganggu dengan adanya arus pembelian dollar AS yng bersifat spekulatif
karena beredar isu akan adanya devaluasi rupiah (Tambunan,1998).

Sumber: Tambunan (1998) pertukaran bath-dollar

Dari tahun 1985 ke tahun 1995, Ekonomi Thailand tumbuh rata-rata 9%. Pada 1996,
dana hedge Amerika telah menjual $400 juta mata uang Thai.Dari 1985 sampai 2 Juli 1997,
baht dipatok 25 bath per dollar AS.Pada tanggal 14 dan tanggal 15 Mei 1997, nilai tukar bath
Thailand terhadap dolar AS mengalami goncangan akibat para investor asing mengambil
keputusan jual, karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian dan
ketidakstabilan politik Negara Thailand. Untuk mempertahankan nilai tukar bath agar tidak
jatuh terus, Thailand melakukan intervensi yang didukung oleh Bank Sentral Singapura.
Namun, pada tanggal 2 Juli 1997, Bank Sentral Thailand mengumumkan bahwa nilai tukar
bath dibebaskan dari ikatan dollar AS dan meminta bantuan IMF. Pengumuman ini
menyebabkan nilai bath terdepresiasi sekitar 15-20% hingga mencapai nilai terendah, yakni
28,20 bath per dollar AS. Pada 1997, sebenarnya kondisi ekonomi di Indonesia tampak jauh
dari krisis. Tidak seperti Thailand, tingkat inflasi Indonesia lebih rendah. Nilai tukar rupiah
terhadap dolar, menguat. Dalam kondisi ekonomi seperti itulah, banyak perusahaan di
Indonesia meminjam uang dalam bentuk dolar AS.
Krisis moneter yang terjadi di Thailand ini, menyebabkan Indonesia dan beberapa
negara Asia, seperti Filipina, Korea dan Malaysia mengalami krisis keuangan. Ketika krisis

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

melanda Thailand, nilai baht terhadap dolar anjlok dan menyebabkan nilai dolar menguat.
Penguatan nilai tukar dolar berimbas ke rupiah. Sekitar bulan Juli 1997, di Indonesia terjadi
depresiasi nilai tukar rupiah, nilai rupiah terus merosot. Di bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS melemah dari Rp2.500,00 menjadi Rp2.650,00 per dolar AS. Sejak saat itu,
posisi mata uang Indonesia mulai tidak stabil. Padahal, pada saat itu hutang luar negeri
Indonesia, baik swasta maupun pemerintah, sudah sangat besar. Tatanan perbankan nasional
kacau dan cadangan devisa semakin menipis.Perusahaan yang tadinya banyak meminjam dolar
(ketika nilai tukar rupiah kuat terhadap dolar), kini sibuk memburu atau membeli dolar untuk
membayar bunga pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan dolar.
Nilai rupiah pun semakin jatuh lebih dalam lagi. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar
dolar, tapi tidak mampu memperbaiki keadaan. Malahan akhirnya paket bantuan IMF itu, yang
dalam penggunaannya banyak terjadi penyelewengan, semakin menambah beban utang yang
harus ditanggung oleh rakyat Indonesia.
KRISIS RUPIAH HINGGA KRISIS EKONOMI
Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang mengalami krisis mata uang,
kemudian disusul oleh krisis moneter dan berakhir dengan krisis ekonomi yang besar. Seperti
diungkapkan oleh Haris (1998),
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling parah sepanjang
orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta
menurunnya pendapatan per kapita bangsa kita yang sangat drastis. Lebih jauh lagi, sejumlah
pabrik dan industri yang bakal collaps atau disita oleh kreditor menyusul utang sebagian
pengusaha yang jatuh tempo pada tahun 1998 tak lama lagi akan menghasilka ribuan
pengngguran baru dengan sederet persoalan sosial. Ekonom, dan politik yang baru pula
(hal.54)

Menurut Fischer (1998), sesungguhnya pada masa kejayaan Negara-negara Asia


Tenggara, krisis d beberapa negara, seperti Thailand, Korea Selatan, dan Indonesia, sudah
bisa diramalkan meski waktunya tidak dapat dipastikan.Misalnya di Thailand dan Indonesia,
defisit neraca perdagangan terlalu besar dan terus meningkat setiap tahun, sementara pasar
properti dan pasar modal di dalam negeri berkembang pesat tanpa terkendali. Selain itu, nilai
tukar mata uang di dua Negara tersebut dipatok terhadap dolar AS terlalu rendah yang
mengakibatkan ada kecenderungan besar dari dunia usaha didalam negeri untuk melakukan
pinjaman luar negeri, sehingga banyak perusahaan dan lembaga keuangan di negara-negara
itu menjadi sangat rentan terhadap risiko perubahan nilai tukar valuta asing. Dan yang
terakhir adalah aturan serta pengawasan keuangan oleh otoriter moneter di Thailand dan
Indonesia yang sangat longgar hingga kualitas pinjaman portfolio perbankan sangat rendah.
Anggapan Fischer tersebut dapat membantu untuk menentukan apakah krisis rupiah
terjadi karena krisis bath Thailand. Sementara menurut McLeod (1998), krisis rupiah di
Indonesia adalah hasil dari akumulasi kesalahan-kesalahan pemerintah dalam kebijakankebijakan ekonominya selama orde baru, termasuk diantaranya kebijakan moneter yang
mempertahankan nilai tukar rupiah pada tingkat yang overvalued.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997, di akhir tahun itu telah
berubah menjadi krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,
menyebabkan harga-harga naik drastis. Banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik
yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Jumlah
pengangguran meningkat dan bahan-bahan sembako semakin langka.Krisis ini tetap terjadi,
meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup kuat dan disanjungsanjung oleh Bank Dunia. Yang dimaksud fundamental ekonomi yang kuat adalah
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju inflasi terkendali, cadangan devisa masih
cukup besar dan realisasi anggaran pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus.
1990
7,24

1991
6,95

1992
6,46

1993
6,50

1994
7,54

1995
8,22

1996
7,98

1997
4,65

9,93
2,099

9,93
1,207

5,04
1,743

10,18
741

9,66
806

8,96
1,516

6,63
4,451

11,60
10,021

Neraca perdagangan
Neraca berjalan
Neraca modal
Pemerintah (neto)

5,352
-3,24
4,746
633

4,801
-4,392
5,829
1,419

7,901
-2,96
4,008
307

6,533
-6,76
10,589
336

5,948
-7,801
10,989
-522

12,964
-2,103
-4,845
4,102

Swasta (neto)
PMA (neto)
Cadangan devisa
akhir tahun (US$)
(bulan impor
nonmigas c&f)
Debt-service ratio
(%)
Nilai tukar Des.
(Rp/US$)
APBN* (Rp.milyar)

3,021
1,092
8,661

2,928
1,482
9,868

7,022 8,231
-3,122 -2,298
18,111 17.972
12,75 12,753
2
3,582 3,216
1,777 2,003
11.611 12,352

1,593
2,108
13,158

5,907
4,346
14,674

5,317
6,194
19,125

-10,78
1,833
17,427

4,7

4,8

5,4

5,4

5,0

4,3

5,2

4,5

30,9

32,0

31,6

33,8

30,0

33,7

33,0

1,901

1,992

2,062

2,11

2,2

2,308

2,383

4.65

3,203

433

-551

-1,852

1,495

2,807

818

456

Pertumbuhan
ekonomi (%)
Tingkat Inflasi (%)
Neraca pembayaran
(US$)

*Tahun anggaran
Sumber : BPS,Indikator ekonomi; Bank Indonesia, Statistik Keuangan Indonesia;
World Bank, Indonesia in Crisis, July 2, 1998

Menanggapi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mulai merosot
sejak bulan Mei 1997, pada bulan Juli 1997 BI melakukan empat kali intervensi dengan
memperlebar rentang intervensi. Namun pengaruhnya tidak banyak. Nilai rupiah dalam dolar
AS terus tertekan. Tanggal 13 Agustus 1997 rupiah mencapai nilai terendah hingga saat itu,
yakni dari Rp2.655,00 menjadi Rp2.682,00 per dollar AS. BI akhirnya menghapuskan
rentang intervensi dan pada akhirnya rupiah turun ke Rp2.755,00 per dollar AS. Tetapi

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

terkadang nilai rupiah juga mengalami penguatan beberapa poin. Misalnya, pada bulan Maret
1988 nilai rupiah mencapai Rp10.550,00 untuk satu dollar AS, walaupun sebelumnya, antara
bulan Januari dan Februari sempat menembus Rp11.000,00 rupiah per dollar AS. Selama
periode Agustus 1997-1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terendah terjadi pada bulan
Juli 1998, yakni mencapai nilai antara Rp14.000,00 dan Rp15.000,00 per dollar AS.
Sedangkan dari bulan September 1998 hingga Mei 1999, perkembangan kurs rupiah terhadap
dolar AS berada pada nilai antara Rp8.000,00 dan Rp11.000,00 per dollar AS. Selama periode
1 Januari 1998 hingga 5 Agustus 1998, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah
yang paling tinggi dibandingkan dengan mata uang-mata uang Negara-negara Asia lainnya
yang juga mengalami depresiasi terhadap dolar AS selama periode tersebut.
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Beberapa Negara Asia : 30/6/97-8/5/98
Negara
US$/100
12/3197
Perubahan
5/898
Perubahan Perubahan
Uang lokal
(%)
(%)
Kumulatif
6/3097
6/30-12/31
1/1-5/898
(%)
6/30975/898
Thailand
4,05
2,08
-48,7
2,59
24,7
-36
Malaysia
39,53
25,70
-35,0
26,25
2,1
-33,6
Indonesia
0,04
0,02
-44,0
0,01
-53,0
-73,8
Filipina
3,79
2,51
-33,9
2,54
1,3
-33,0
Hongkong
12,90
12,90
0,0
12,90
0,0
0,0
Korea
0,11
0,06
-47,7
0,07
21,9
-36,2
Selatan
Taiwan
3,60
3,06
-14,8
3,10
1,2
-13,8
Singapura
69,93
59,44
-15,0
61,80
4,0
-11,6
Sumber :Goldstein (1998)

Sebagai konsekuensinya, BI pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan


nilai tukar rupiah terhadap valuta asing. Dengan demikian, BI tidak melakukan intervensi lagi
di pasar valuta asing, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KRISIS
Ada asap pasti ada api. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa sesuatu yang
terjadi, itu pasti ada penyebabnya. Begitu pula dengan adanya krisis yang terjadi, pasti ada
faktor-faktor yang menyebabkan krisis itu terjadi. Analisis dari faktor-faktor ini diperlukan,
karena untuk menangani krisis tersebut tergantung dari ketepatan diagnosa. Ada beberapa
pendapat mengenai faktor-faktor tersebut, antara lain :
1.Ada sekelompok peneliti, yakni Tambunan (1998), Roubini (1998), Kaminsky dan Reinhart
(1996), dan Krugman (1979), yang berpendapat bahwa penyebab utama suatu krisis ekonomi
adalah karena rapuhnya fundamental ekonomi domestik dari Negara yang bersangkutan,
seperti defisit transaksi berjalan yang besar dan terus menerus dan utang luar negeri jangka
pendek yang sudah melewati batas normal.
2.Anwar Nasution (1998:28) melihat besarnya defisit neraca berjalan dan utang luar negeri
ditambah lemahnya sistim perbankan nasional sebagai akar terjadinya krisis finansial.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

3.Ada kelompok peneliti lain,yakni Eichengreen dan Wyplosz (1993), Martinez-Peria (1998),
dan Obstfeld (1986),yang berpendapat bahwa krisis ekonomi terjadi karena hancurnya sistem
penentuan kurs tetap di Negara-negara yang fundamental ekonomi atau pasarnya baik.
4.Bank Dunia melihat adanya empat sebab utama yang bersama-sama membuat krisis menuju
kea rah kebangkrutan (World Bank,1998,pp. 1.7-1.11). Empat sebab itu antara lain,
akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun 1992-1997,kelemahan pada sistim
perbankan, masalah governance,termasuk kemampuan pemerintah dalam menangani dan
mengatasi krisis, dan yang terakhir adalah ketidakpastian politik dalam menghadapi Pemilu
yang lalu dan pertanyaan mengenai kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu.
5.Lepi T.Tarmidi berpendapat bahwa penyebab utama dari terjadinya krisis adalah
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sangat tajam. Selain itu, ada beberapa
faktor lainnya menurut kejadiannya, antara lain :
a.Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai, yang
memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas.
b.Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8%
(1991) antara tahun 1998 hingga 1996, yang berada dibawah fakta nilai tukar, menyebabkan
nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued.
c.Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek dan
menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia
cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya, ditambah sistim
perbankan nasional yang lemah.
d.Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal hedge fundstidak mungkin
dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat itu,
karena prakek margin trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil bermain
dalam jumlah besar.
e.Kebijakan fiskal dan moneter tidak konsisten dalam suatu sistim nilai tukar dengan pita
batas intervensi.
f.Defisit neraca berjalan yang semakin membesar (IMF Research Department Staff: 10; IDE),
yang disebabkan karena laju peningkatan impor barang dan jasa lebih besar dari ekspor dan
melonjaknya pembayaran bunga pinjaman.
g.Penanaman modal asing portfolio yang pada awalnya membeli saham besar-besaran yang
diiming-imingi keuntungan yang besar yang ditunjang oleh perkembangan moneter yang
relatif stabil, kemudian mulai menarik dananya keluar dalam jumlah besar.
h.IMF tidak membantu sepenuh hati dan terus menunda pengucuran bantuan yang
dijanjikannya dengan alas an pemerintah tidak melaksanakan 50 butir kesepakatan dengan
baik. Dan Negara-negara sahabat yang menjanjikan akan membantu, juga menunda
bantuannya menunggu signal dari IMF.
i.Spekulan domestik juga meminjam dana dari sistim perbankan untuk bermain.
j.Terjadi krisis kepercayaan dan kepanikan yang menyebabkan masyarakat luas menyerbu
membeli dollar AS, agar nilai kekayaan tidak merosot dan malah bias menarik keuntungan
dan merosotnya nilai tukar rupiah.
k.Terdapatnya keterkaitan erat dengan Yen Jepang, yang nilainya melemah terhadap dollar
AS.
kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

DAMPAK KRISIS TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA


Sejak bulan Juli 1997, Indonesia mulai terkena imbas krisis moneter yang menimpa
dunia khususnya Asia Tenggara. Struktur ekonomi nasional Indonesia saat itu masih lemah
untuk mampu menghadapi krisis global tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan antara
lain, kurs rupiah terhadap dollar AS melemah pada tanggal 1 Agustus 1997, pemerintah
melikuidasi 16 bank bermasalah pada akhir tahun 1997, pemerintah membentuk Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengawasi 40 bank bermasalah lainnya dan
mengeluarkan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk membantu bank-bank
bermasalah tersebut. Namun kenyataannya terjadi manipulasi besar-besaran terhadap dana
KLBI yang murah tersebut. Dampak negatif lainnya adalah kepercayaan internasional
terhadap Indonesia menurun, perusahaan milik Negara dan swasta banyak yang tidak dapat
membayar utang luar negeri yang akan dan telah jatuh tempo, angka pemutusan hubungan
kerja meningkat karena banyak perusahaan yang melakukan efisiensi atau menghentikan
kegiatannya, kesulitan menutup APBN, biaya sekolah di luar negeri melonjak, laju inflasi
yang tinggi, angka kemiskinan meningkat dan persediaan barang nasional, khususnya
Sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada akhir tahun 1997. Akibatnya, hargaharga barang naik tidak terkendali dan berarti biaya hidup semakin tinggi.
Selain memberi dampak negatif, krisis ekonomi juga membawa dampak positif.
Secara umum impor barang, termasuk impor buah menurun tajam, perjalanan ke luar negeri
dan pengiriman anak sekolah ke luar negeri,kebalikannya arus masuk turis asing akan lebih
besar, meningkatkan ekspor khususnya di bidang pertanian, proteksi industri dalam negeri
meningkat, dan adanya perbaikan dalam neraca berjalan. Krisis ekonomi juga menciptakan
suatu peluang besar bagi Unit Kecil Menengah (UKM) dan Industri Skala Kecil (ISK), yakni
pertumbuhan jumlah unit usaha,jumlah pekerja atau pengusaha, munculnya tawaran dari IMB
untuk melakukan mitra usaha dengan ISK, peningkatan ekspor, dan peningkatan pendapatan
untuk kelompok menengah ke bawah.Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari
jatuhnya nilai tukar rupiah masih lebih besar dari dampak positifnya.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERAN IMF DALAM
MENGATASI KRISIS
Pada awalnya pemerintah berusaha untuk menangani sendiri masalah krisis ini.
Namun setelah menyadari bahwa merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak
dapat dibendung sendiri,lebih lagi cadangan dollar AS di BI sudah mulai menipis karena terus
digunakan untuk meningkatkan kembali nilai tukar rupiah, tanggal 8 Oktober1997
pemerintah resmi akan meminta bantuan kepada IMF. Strategi pemulihan IMF dalam garis
besarnya ialah mengembalikan kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap
kinerja ekonomi Indonesia. Inti dari setiap program pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi
sektor finansial (Fischer 1998b). Kemudian antara Indonesia dan IMF membuat nota
kesepakatan, terdiri atas 50 butir kebijakan mencakup ekonomi makro (fiskal dan moneter),
restrukturisasi sektor keuangan, dan reformasi struktural, yang ditandatangani bersama.
Butir-butir dalam kebijakan fiskal meliputi, tetap menggunakan prinsip anggaran
berimbang, usaha-usaha untuk mengurangi pengeluaran, seperti menghilangkan subsidi BBM
dan listrik serta membatalkan sejumlah proyek infrastruktur besar, dan yang terakhir
kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

meningkatkan pendapatan pemerintah dengan penangguhan PPN dan fasilitas pajak serta bea
cukai, mengenakan pajak tambahan terhadap bensin, memperbaiki audit PPN dan
memperbanyak objek pajak.
Namun kesepakatan itu gagal, karena syarat-syarat dari IMF dirasa berat oleh
Indonesia. Maka dari itu dilakukanlah negosiasi dan dihasilkan kesepakatan yang
ditandatangani 15 Januari 1998. Pokok-pokok dari program IMF itu antara lain, kebijakan
makro ekonomi yang terdiri dari kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta nilai tukar,
kemudian restrukturisasi sektor keuangan yang terdiri dari program restrukturisasi bank dan
memperkuat aspek hukum dan pengawasan untuk perbankan, dan yang terakhir adalah
reformasi structural yang terdiri dari perdagangan luar negeri dan investasi, deregulasi dan
swastanisasi, social safety net dan lingkungan hidup.
Pelaksanaan kesepakatan kedua ini kembali menghadapi bebagai hambatan, kemudian
diadakan negosiasi ulang yang menghasilkan Supplementary Memorandumpada tanggal 10
April 1998 yang terdiri atas 20 butir, 7 appendix dan satu matriks. Strategi yang akan
dilaksanakan adalah menstabilkan rupiah pada tingkat yang sesuai dengan kekuatan ekonomi
Indonesia, memperkuat dan mempercepat restrukturisasi sistim perbankan, memperkuat
implementasi reformasi struktural untuk membangun ekonomi yang efisien dan berdaya
saing, menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang perusahaan swasta, dan yang
terakhir adalah mengembalikan pembelanjaan perdagangan pada keadaan yang normal,
sehingga ekspor bangkit kembali.
Sedangkan ke tujuh appendix itu antara lain, kebijakan moneter dan suku bunga,
pembangunan sektor perbankan, bantua anggaran pemerintah untuk golongan lemah,
reformasi BUMN dan swastanisasi, reformasi structural, restrukturisasi utang swasta, dan
hukum kebangkrutan dan reformasi yuridis.

KESIMPULAN
Indonesia mengalami krisis moneter bukan baru sekali ini saja. Sebagai salah satu
Negara berkembang, Indonesia sudah sering mengalaminya. Krisis yang paling parah terjadi
pada pertengahan tahun 1997. Pada saat itu, Indonesia berada dibawah pemerintahan
Presiden Soeharto (Orde Baru), dimana kebijakan-kebijakan ekonominya telah menghasilkan
kemajuan ekonomi yang pesat. Namun disamping itu, kondisi sektor perbankan memburuk
dan semakin besarnya ketergantungan terhadap modal asing,termasuk pinjaman dan impor,
yang membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada pertengahan tahun 1997.Keadaan ini kemudian
diperburuk dengan adanya krisis nilai tukar bath Thailand yang menyebabkan nilai tukar
dollar menguat. Penguatan nilai tukar dollar ini berimbas ke rupiah dan menyebabkan nilai
tukar rupiah semakin anjlok.
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan krisis itu terjadi. Namun ada dua
aspek penting yang menunjukkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia menjelang krisis,
yakni saldo transaksi berjalan dalam keadaan defisit yang melemahkan posisi neraca

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

pembayaran dan adanya utang luar negeri jangka pendek yang tidak bisa dibayar pada waktu
jatuh tempo.
Terjadinya krisis ini menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian
Indonesia, di dalam segala aspek kehidupan. Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari
jatuhnya nilai tukar rupiah ini lebih besar daripada dampak positif yang ditimbulkan.
Dalam menangani krisis ini, pemerintah tidak dapat menanganinya sendiri. Karena
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat dibendung sendiri,lebih lagi
cadangan dollar AS di BI sudah mulai menipis. Oleh karena itu, pemerintah meminta bantuan
kepada IMF. IMF adalah bank sentral dunia yang fungsi utamanya adalah membantu
memelihara stabilitas kurs devisa Negara-negara anggotanya dan tugasnya adalah sebagai
tumpuan akhir bagi bank-bank umum yang mengalami kesulitan likuiditas.

kunjungi blog kami

kelompokakuntansi.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai