KAJIAN PUSTAKA
Deskripsi Teori
Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan kegiatan bagi seseorang yang tidak dapat lepas dari
kehidupan manusia. Definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif
mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2001: 154). Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan
sikap, perubahan tingkah laku serta perubahan aspek lain yang ada pada individu
yang belajar.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Moedjiono (2002:
7) mengemukakan siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses
belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik para siswa itu di
sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Dan Henry E. Garret
berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu
(Sagala, 2005: 13).
Pendapat yang lain tentang belajar dikemukakan oleh Hilgard dan Marquis
bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam
diri (Sagala, 2005: 13). Skinner mengemukakan bahwa belajar adalah proses
perubahan atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, pada
saat orang belajar, maka respon menjadi lebih baik dan sebaliknya (Dimyati dan
Mudjiono, 2002: 9).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
A.
1.
a.
Pendekatan Kontekstual
Konsep Dasar dan Karakteristik Pendekatan Kontekstual
pendekatan
kontekstual
adalah
suatu
konsep
pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara meteri yang akan diajarkan melalui situasi
dunia nyata dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif (Dit, PLP, 2003:
5). Tujuh komponen utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tersebut
adalah:
1)
Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata sehingga dalam pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual,
siswa
didorong
untuk
mampu
Menemukan (inquiry)
Proses
menemukan
merupakan
bagian
penting
dari
kegiatan
Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pada pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual. Karena bertanya dapat dipergunakan oleh guru
dalam kegiatan mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
siswa. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dapat
berguna
untuk:
1)
menggali
informasi
(mengecek)
tentang
memfokuskan
perhatian
siswa
pada
sesuatu
yang
diinginkan,
5)
5)
Pemodelan (Modeling)
Komponen pemodelan maksudnya adalah dalam sebuah pembelajaran
materi apapun, ada model yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Model
tersebut dapat berupa contoh cara mengerjakan sesuatu, cara melukis
bangun-bangun geometri, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya, dalam
sebuah pembelajaran selalu ada model yang dapat ditiru. Proses modeling
tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan
siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
6)
Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau
berpikir kebelakang tentang apa saja yang sudah dilakukan. Melalui proses
7)
b)
c)
d)
menginterpretasi,
dan
menginternalisasi
hal
yang
dipelajari.
e)
dan siswa atau siswa dengan orang dewasa lain (nara sumber/pakar) menjadi lebih
penting; ciri terakhir, siswa diberi kesempatan melakukan refleksi yaitu berfikir
tentang hal-hal yang baru saja dipelajari atau berfikir ke belakang tentang yang
sudah dilakukan sebelumnya yaitu antara lain dengan menyimpulkan,
menyampaikan gagasan atau pendapat terkait dengan hal yang baru dipelajari,
mengungkapkan kesan terhadap hal-hal yang dipelajari.
b.
Pendahuluan
a) Guru memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil
bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkah pengetahuannya
(masalah kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran
secara bermakna.
b) Guru memberikan permasalahan kepada siswa sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.
2)
Pengembangan
a) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis
simbolik secara informal terhadap persoalan atau maslah yang diajukan.
b) Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi
kesempatan menjelaskan dan memberi alasan terhadap jawaban yang
disampaikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan
setuju atau tidak
Penutup/Penerapan
Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap
hasil pelajaran.
c.
berikut:
1)
2)
Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban ada
nilainya, hal ini memberikan pengertian pada siswa bahwa dalam
penyelesaian suatu soal atau masalah matematika tidak harus tunggal.
3)
4)
5)
berikut:
a)
b)
Tidak mudah mengubah perilaku siswa yang biasanya pasif menjadi aktif
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Untuk memahami satu materi pelajaran dibutuhkan waktu yang cukup lama.
10
c)
d)
e)
Tidak mudah bagi guru dalam mencari soal-soal kontekstual yang memenuhi
syarat dalam pendekatan pembelajaran kontekstual.
Tidak mudah dalam mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara
untuk menyelesaikan tiap-tiap soal.
Penilaian pembelajaran kontekstual lebih rumit.
(Depdiknas,2004: 35)
Dari uraian diatas, pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual
Prestasi Belajar
11
12
diberikan guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Dalam hal ini tes tersebut
berfungsi sebagai alat untuk mengukur hasil belajar yang dicapai oleh siswa
dalam belajar matematika.
C.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang
dan
deskripsi
teori
diketahui
bahwa
pembelajaran dan prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Gamping pada mata
pelajaran matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini
dimungkinkan karena siswa cenderung pasif menerima apa yang disampaikan
guru, siswa hanya hafal materi tapi belum bisa mengembangkan dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan
sebagai usaha perbaikan atau sebuah tindakan untuk mengatasi permasalahan
rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Gamping. Pendekatan
kontekstual merupakan pendekatan yang menekankan pada masalah kontekstual
untuk dipecahkan atau diselesaikan siswa. Beberapa kelebihan penerapan
pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:
13
1)
2)
Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban ada
nilainya, hal ini memberikan pengertian pada siswa bahwa dalam
penyelesaian suatu soal atau masalah matematika tidak harus tunggal.
3)
4)
D.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1.
2.
3.