Anda di halaman 1dari 12

TELAAH KASUS

PENATALAKSANAAN FOKUS INFEKSI


PADA PASIEN HIPERTENSI

Oleh :
Tiara Adzakiyah
No. BP. : 1010342010

Pembimbing :
Drg. Andelisya

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS


ANDALAS
PADANG
2016

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi pada Januari 2015. Awal


muncul gejala pasien. Dibawa ke rumah sakit dan diketahui
tekanandarah pasien mencapai 220/150 mmHg. Pasien sempat
dirawat beberapa hari dan kemudian menjalani pengobatan rutin di
Puskesmas. Pasien melakukan kontrol setiap 10 hari di Puskesmas
untuk cek tekanan darah rutin dan pengambilan obat hipertensi.
Pasien mengkonsumsi 4 jenis obat yang terdiri dari obat penurun
kolesterol (simvastatin), obat hipertensi (bisoprolol), obat mencegah
pembekuan darah (clopidogrel), obat nyeri (aspilet), dan vitamin.
Pasien rutin mengkonsumsi obat tersebut sejak setahun yang lalu.
Pasien dulu seorang pekerja wirawasta. Tapi sekarang sudah tidak
bekerja karena pernah mengalami riwayat sakit jantung dan stroke.
Pasien sangat jarang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan. Pasien
kurang mengkonsumsi air putih 8 gelas per hari.

Rencana Perawatan
1 K.I.E
Menginformasikan kepada pasien bahwa pada rongga mulut
terdapat penumpukan

karang gigi yang dapat menyebabkan

fokus infeksi pada tubuh pasien yang dapat memperparah

penyakit jantung yang diderita pasien.


Menginformasikan kepada pasien bahwa penumpukan karang
gigi tersebut menyebabkan beberapa gigi goyang dan bau mulut.
Menginformasikan kepada pasien bahwa kondisi ini disebut
Periodontitis Marginalis kronis lokalisata yang disertai dengan

gingivitis.
Menginstruksikan

dengan perawatan berupa scalling


Menginstruksikan pasien untuk menjaga pola hidup sehat, tidak

pasien

untuk

membersihkan

karang

gigi

merokok, konsumsi buah dan sayur, konsumsi air putih minimal 8


gelas/ hari, istirahat cukup

Menginstruksikan untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut


dengan menyikat gigi 2x sehari (pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur) serta menyikat lidah setelahnya dan rutin
pemeriksaan gigi 1x6 bulan

2 Pro scalling
3 Pro Restorasi gigi

CORONARY ARTERY DISEASE

A. DEFINISI CAD

Coronary Artery Disease (CAD) atau dikenal juga dengan Coronary


Heart Disease (CHD)/Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi
dimana terjadi penyempitan arteri koroner. Penyempitan tersebut dapat
disebabkan antara lain aterosklerosis, berbagai jenis arteritis, emboli
koronaria, dan spasme sehingga menyebabkan terbatasnya aliran darah
yang mengalir dalam arteri koroner. Akibat dari terbatasnya suplai darah
pada

jantung

adalah

iskemia,

sehingga

CAD

juga

terkadang

disebut Ischemic Heart Disease (IHD)1,2. Gejala dari CAD pertama kali
digambarkan oleh William Heberden, seorang dokter Inggris. Beliau
menggunakan istilah angina pectoris yang berasal dari bahasa Latin
yaitu angere yang berarti tercekik atau tertekan dan pectoris yang
berarti dada. Deskripsi klasik ini masih berlaku hingga saat ini3.
B. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya PJK dibagi menjadi faktor risiko konvensional,
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko non-tradisional.
Faktor risiko konvensional terdiri atas: usia >45 tahun pada pria dan >55
tahun pada wanita, riwayat sakit jantung dini pada keluarga. Faktor risiko
yang dapat dimodifikasi terdiri atas: kadar kolesterol darah tinggi,
hipertensi, merokok, Diabetes Mellitus, obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
sindroma metabolik, stress dan depresi. Sedang faktor risiko nontraditional terdiri atas: penyakit inflamasi kronik yang mempengaruhi
jaringan

ikat

seperti

immunodeficiency

lupus,

virus (HIV)

rheumatoid
(acquired

arthritis,

infeksi human

immunodeficiency

syndrome

[AIDS] dan highly active antiretroviral therapy [HAART]5.


C. PENCEGAHAN
Pencegahan timbul dan memberatnya PJK dapat dilakukan tiga jenis
penatalaksanaan, yaitu penatalaksanaan non-farmakologis, farmakologis
dan tindakan-tindakan khusus. Penatalaksanaan non-farmakologis adalah
tindakan
melakukan

memperbaiki
perubahan

faktor-faktor
gaya

risiko

hidup

kardiovaskular
(lifestyle

dengan

modification).

Penatalaksanaan farmakologis adalah tindakan penggunaan obat-obatan

yang bertujuan memperbaiki faktor risiko kardiovaskular serta mencegah


timbul dan memberatnya PJK. Obat-obatan yang banyak digunakan
adalah anti-platelet (seperti aspirin dan clopidogrel), anti-angina (seperti
nitroglycerine), anti-kolesterol (seperti statin dan gemfibrozil), antihipertensi, obat diabetes dan sebagainya. Pada kasus-kasus tertentu
dapat dilakukan tindakan-tindakan khusus, seperti pemasangan balon
(angioplasty), pemasangan cincin koroner (stent) dan tindakan operasi
(coronary artery bypass graft) (Gaziano, et al., 2006).
Faktor risiko PJK adalah faktor-faktor yang memudahkan timbul dan
memberatnya PJK. Secara umum, faktor risiko ini dibedakan atas faktor
risiko yang tidak dapat diubah (seperti umur, jenis kelamin, ras dan
riwayat keluarga menderita kelainan PJK) dan faktor risiko yang dapat
diubah (seperti kebiasaan merokok, diet, aktivitas fisik yang kurang,
kegemukan, tekanan darah tinggi, penyakit diabetes dan sebagainya).
Untuk memperbaiki faktor-faktor risiko tersebut, individu dimotivasi dan
difasilitasi untuk menghentikan kebiasaan merokok, melakukan aktivitas
fisik teratur atau berolahraga, mengkonsumsi diet sehat, menghindari
stres berlebihan dan melakukan perubahan gaya hidup sehat lainnya.
Memperbaiki faktor-faktor risiko ini dapat mencegah timbulnya PJK serta
memberatnya perjalanan PJK yang telah ada. Perubahan gaya hidup dapat
dicapai lewat 3 strategi utama, yaitu pendidikan kesehatan (health
education), promosi kesehatan (health promotion) dan program intervensi
langsung (direct intervention).
Primary PCI adalah suatu tindakan untuk mengalirkan kembali arteri
koroner yang tersumbat trombus, dengan upaya membuka sumbatan
tersebut dengan cara dimasukkan kawat penuntun dari metal dengan
ujung yang floppy untuk menembus sumbatan trombus tersebut lalu
dilebarkan dengan balon dan kalau perlu dipasang stent; bila gumpalan
yang menumbat terlalu banyak dapat diaspirasi dulu dengan kateter
aspirasi sebelum dibalon atau dipasang stent. Obat golongan antiplatelet
kombinasi,
antikoagulan

biasanya

aspirin

intravenous

plus

diberikan

clopidogrel

loading

sebelum

tindakan

dose

dan

dilakukan.

Keberhasilan primary PCI membuka arteri koroner yang 8,9 tersumbat


diatas 90% dan terus meningkat dari tahun ke tahun, dibandingkan
dengan fibrinolisis yang hanya sekitar 5060%.6

D. MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT


Penyakit Periodontal
Beberapa
kesehatan

penelitian
rongga

terbaru

mulut

memperlihatkan

terutama

hubungan

periodontitis

dan

antara
penyakit

kardiovaskuler. Faktor resiko klasik seperti merokok, kelebihan berat


badan, diabetes mellitus, hipertensi, dan kelebihan lemak tidak dapat
menjelaskan kejadian penyakit kardiovaskuler pada sejumlah pasien.
Adanya infeksi lokal seperti penyakit periodontal yang merupakan reaksi
inflamasi kronis telah menjadi pertimbangan sebagai dasar mekanisme
terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Herzberg dkk. serta herzberg dan meyer telah menemukan efek
langsung dari beberapa bakteri yang ditemukan dalam plak gigi yang
memasuki aliran darah pada proses bakterimia. Bakteri gram positif
streptokokus sanguis dan patogen periodontal gram negative P. gingivalis.
Risiko penyakit kardiovaskular relatif dua kali lipat pada orang dengan
penyakit periodontal. Hubungan antara patogen periodontal, seperti
Porphyromonas gingivalis, dan aterosklerosis telah diusulkan karena
mungkin berdampak langsung patogen tentang pembentukan ateroma. P
gingivalis juga telah ditemukan di atheromas karotis dan koroner.
Xerostomia
Xerostomia

yang

disebabkan

oleh

adanya

suatu

pengobatan

merupakan yang paling umum ditemukan, karena sebagian besar pasien


usia lanjut pasti pernah mengalami perawatan yang menggunakan obat
yang dapat menyebabkan hipofungsi saliva. Prevalensi meningkat sampai
60% pada pasien yang hidup dengan pengobatan jangka panjang, seperti
pada pasien yang menggunakan obat psikiatri, anti hipertensi, atau

kelainan ginjal. Sebagian besar efek xerogenik dari obat-obatan tersebut


bersifat sementara. Keadaan mulut yang kering dapat berakibat buruk
bagi kesehatan. Berbagai masalah akan timbul bagi penderita xerostomia
contohnya mukosa mulut yang kering dapat menyebabkan iritasi pada
rongga

mulut,

sukar

berbicara,

mulut

terasa

terbakar,

gangguan

pengecapan, karies gigi meningkat, plak meningkat, halitosis, perubahan


jaringan lunak, radang periodonsium, dan persoalan pada protesa.
Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa kesulitan mengunyah
dan menelan, atau kesulitan dalam mempergunakan gigi tiruan. Mukosa
yang kering menyebabkan pemakaian gigi tiruan tidak menyenangkan,
karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukous untuk tempat gigi
tiruan melayang pada permukaannya, dan dengan tegangan permukaan
yang berkurang untuk retensi gigi tiruan atas dalam menahan tekanan
kunyah. Bila daerah pendukung gigi tiruan telah terasa nyeri, trauma
dapat berlangsung terus.
E. CARA PENCEGAHAN DAN PENINGKATKAN KESEHATAN RONGGA
MULUT PADA PENDERITA PENYAKIT KARDIOVASKULAR
1. Perawatan gigi dan mulut ke dokter gigi dan pemeriksaan rutin
setiap enam bulan.
2. Menggunakan dental

floss

paling

tidak

sekali

sehari

untuk

mencegah plak gigi


3. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, terutama setelah makan.
Gunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut
4. Perbaiki pola hidup, jauhkan dari penyebab stres dan menghindari
merokok.
5. Bila ada gigi yang tanggal harus segera ''diganti'' dengan gigi tiruan
Pada kasus ini terdapat kalkulus dan stain hampir melibatkan semua
gigi. Kalkulus yang sudah menebal menyebabkan beberapa gigi yang
goyang. Pasien tidak pernah membersihkan karang gigi dan pasien
seorang perokok berat dan suka minum kopi sehingga memperparah
penumpukan kalkulus dan stain. Apabila tidak dilakukan pembersihan
krang gigi segera akan mengkibatkan penumpukan bakteri plak yang
dapat memperparah penyakit kardiovaskular yang diderita pasien.

Manajemen

dental

dalam

penanganan

pasien

Penyakit

Kardiovaskular
-

Identifikasi dan diagnosa

Memeriksakan tekanan darah

Melakukan tindakan dental

Dalam tindakan dental yang beresiko luka dan pendarahan seperti


ekstraksi gigi, kuretase, scalling dan root planning ada hal- hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
-

Pengukuran tekanan darah

Manajemen stress

Mengurangi resiko infeksi ( antibiotic, juga pemberian vitamin dan b


kompleks)

Anastetikum (mepivacain)
Dalam penatalaksanaan pasien dengan penyakit kardiovaskular

pasien dijadwalkan untuk perawatan di pagi hari dan diinstruksikan untuk


mengkonsumsi makan paginya seperti biasa dan meminum obat sesuai
dengan resep dokter. Minimalkan stress selama perawatan gigi, apabila
memungkinkan proses perawatan gigi dibagi dalam beberapa kunjungan
yang tidak terlalu lama. Tindakan asepsis perlu diperhatikan apabila kita
akan merawat gigi dan mulut pasien penyakit kardiovaskular, karena
penderita pada umunya mempunyai daya tahan tubuh yang rendah
terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Katz MJ. 2010. Coronary artery disease. Atrain Education [serial


online];

Available

from:

URL: http://www.atrainceu.com/pdf/41_Coronary_Artery_Disease_CA
D.pdf
2. Bryg RJ. 2009. Coronary artery disease. WebMD [serial online] 2009;
Available

from:

URL: http://www.webmd.com/heart-

disease/guide/heart-disease-coronary-artery-disease?page=3
3. Deckelbaum L. Heart attacks and Coronary artery disease. Chapter
11.

Available

URL:http://www.med.yale.edu/library/heartbk/11.pdf. p.133.

from:

4. 4.Supriyono

M.

2008.

Faktor-faktor

risiko

yang

berpengaruh

terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia <


45 tahun (studi kasus di RSUP dr. Kariadi dan RS Telogorejo
Semarang). Semarang: Undip
5. Boudi FB. Risk factors for coronary artery disease. Medscape [serial
online]

2011

[cited

2011

Nov

16];

Available

from:

URL: http://emedicine.medscape.com/article/164163-overview
6. Rifqi, Sodiqur. 2012.

Primary Percutaneous Coronary Intervention

(Primary PCI), Senjata Baruuntuk Melawan Serangan Jantung Akut.


Med Hosp 2012; vol 1 (2) : 139-142. Bagian/SMF Kardiologi dan
Kedokteran

Vaskular

Fakultas

Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang

Kedokteran

Universitas

Anda mungkin juga menyukai