Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A B STR AK
Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar.
Bahan bakar dan jenis kendaraan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
pencemaran udara, termasuk juga kondisi topografi daerah, faktor meteorologi dan
reaktifitas kimia setiap parameter. Karbon (CO dan HC ) merupakan salah satu gas
rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan
pada tanaman merupakan salah satu cara untuk mengurangi emisi Karbon.
Kajian ini
dilakukan untuk menentukan kemampuan penyerapan taman dan jalur hijau dalam
pengurangan emisi Karbon dari kegiatan
Monitoring tingkat pencemaran udara di
transportasi.
3 ibukota kabupaten di Provinsi Kepulauan
udara
yang
semakin
rendah
dibandingkan
dengan
hasil
5011085,582 ton/th ,
dan nilai laju serapan pada luas Ruang Terbuka Hijau l ebih besar daripada jumlah emisi
yang dihasilkan pada masing-masing lokasi, sehingga luas RTH yang ada masih mencukupi
terhadap jumlah emisi karbon yang dihasilkan.
Kata kunci : Pencemaran Udara, Pengendalian, Peran Stakeholder dan Masyarakat
ABSTRACT
Transport in major cities are the largest source of air pollution. Fuel and vehicle type are
factors that influence the level of air pollution, including local topography, meteorological
factors and chemical reactivity of each parameter. Carbon (CO and HC) is one of the
greenhouse gases that cause global warming. Absorption ability of plants is one way to
reduce carbon emissions. The study was conducted to determine the absorption capacity
of parks and green lines in the reduction of carbon emissions from transportation activities.
Monitoring air pollution level in 3 districts in the capital of Bangka Belitung Islands Province
of Pangkalpinang, Sungailiat, and Tanjungpandan take parameters NOx, SOx, CO, HC,
TSP and Lead. When an evaluation based on Air Pollution Standards Index (PSI)
according to Minister of Environment Decree No. 45/1997, conditions are still included in
the category of "Good", while the air parameter that indicates the value of concern is that
the higher air temperature and humidity are lower compared to the observations in the
previous year.
The calculation of absorption capability park / green belt on the basis of extensive green
open space at each location, with the absorption of 5,011,085.582 tons / year, and the
value of absorption rate on the vast green open space is greater than the amount of
emissions produced at each location, so that the existing green open space is sufficient
green space to total carbon emissions.
Keywords: Air Pollution, Controlling, The Role of Stakeholders and Community
I.
P EN DA HU LU AN
pencemaran
lingkungan
yang
salah
satunya
dilakukan
melalui
Lingkungan Hidup.
Upaya pemantauan
yang
kontinu
dapat
dijadikan sumber informasi dan dasar hukum bagi penentuan kebijakan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.(BLHD Prov. Kep. Babel)
1.2. Tujuan Kajian
Tujuan dari kajian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengindentifikasi
dan
menganalisis
data
pencemaran
udara
dengan
dan
Kajian dilakukan hanya berdasarkan data sekunder yang didapat dari dinas
terkait dan tidak memperhitungkan jumlah lalu lintas pada lokasi kajian.
2.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Parameter
Waktu Pengukuran
Baku Mutu
SO2
( Sulfur Dioksida )
1 Jam
24 Jam
1 Thn
1 Jam
24 Jam
1 Thn
1 Jam
24 Jam
1 Thn
900 g /Nm 3
365 g /Nm 3
60 g / Nm 3
CO
( Karbon Monoksida )
30.000 g/Nm 3
10.000 g/Nm 3
NO2
( Nitrogen Dioksida )
O3
( Oksida )
1 Jam
1 Thn
235 g / Nm 3
50 g / Nm 3
HC
( Hidro Karbon )
3 Jam
160 g / Nm 3
PM10
( Partikel < 10 mm )
24 Jam
150 g / Nm 3
PM2,5 (*)
( Partikel < 2.5 mm )
24 Jam
1 Thn
65 g / Nm 3
15 g / Nm 3
TSP
( Debu )
24 Jam
1 Thn
230 g/Nm 3 90
g/Nm 3
Pb
( Timah Hitam )
24 Jam
1 Thn
2 g/Nm 3
1 g/Nm 3
400 g / Nm 3
150 g / Nm 3
100 g / Nm 3
Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 tanggal 13 Oktober 1997 seperti pada table
2.2 di bawah ini.
Rentang
0 50
Penjelasan
Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh
pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika.
Sedang
51 100
Tidak Sehat
101 199
Sangat
Tidak Sehat
200 299
Berbahaya
300 lebih
Selain itu, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002
tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
2.2. Sumber Pencemaran Udara
Menurut Sastrawijaya (2000), perubahan lingkungan udara pada umumnya
disebabkan pencemaran udara yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas-gas dan
partikel kecil/aerosol ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat
secara alamiah misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan
pancaran garam dari laut. Sebagian besar masuknya zat pencemar juga disebabkan oleh
kegiatan manusia misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah
(proses dekomposisi atau pembakaran), dan kegiatan rumah tangga.
Berdasarkan ciri fisik, bahan pencemar udara dapat berupa (1) partikel (debu, aerosol,
timah hitam); (2) gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon); dan (3) enegi (suhu dan
kebisingan), sedangkan berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari (1)
pencemar primer yaitu pencemar yang diemisikan langsung; dan (2) pencemar sekunder
yaitu pencemar yang terbentuk karena reaksi yang terjadi di udara antara berbagai
senyawa (Sastrawijaya, 2000; dan Fardiaz, 1992).
Sumber pencemar dibagi menjadi beberapa sumber yaitu sumber titik, mobil, dan
area. Sumber titik adalah sumber yang diam berupa cerobong asap; sumber mobil adalah
sumber yang bergerak yang berasal dari kendaraan bermotor; dan sumber area adalah
sumber yang berasal dari pembakaran terbuka di daerah pemukiman, pedesaan, dan lainlain (Slamet, 2002).
2.3. Jenis-Jenis Pencemaran Udara
Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (
Fardiaz, 1992):
1. Berdasarkan bentuk
a.
Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena dipanaskan
atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.
b.
Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarahzarah
kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun padatan
dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain.
2. Berdasarkan tempat
a.
Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara
tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah, rumah sakit, dan
bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang
terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan lain-lain.
b.
Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara
bebas seperti asap asap dari industri maupun kendaraan bermotor.
Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh,
seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.
b.
Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu
melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan
CH4.
c.
Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan
pencemaran udara dalam ruang. Contohnya; Formaldehide dan Alkohol.
d.
b.
5. Berdasarkan asalnya
a.
Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang
menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya: CO2,
yang meningkat diatas konsentrasi normal.
b.
Skunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi anatara
zat polutan primer dengan komponen alamiah. Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat
(PAN).
No
1
2
3
4
5
Komponen Pencemar
CO
NOx
Sox
HC
Partikel
Total
Persentase (%)
70,50
8,89
0,88
18,34
1,33
100
b.
Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
c.
Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya
aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-lain. Sumber CO
lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992).
2.4.2. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai
dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO (Wardhana, 2004).
Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling
banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara.
Nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Reaksi
pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif kecil, meskipun dengan
adanya udara berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO.
Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi pembentukan NO2 akan berjalan lebih
lambat. Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh
konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi NO
bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik empat kali. Namun,
jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka kecepatan reaksi akan turun menjadi
seperempat (Fardiaz, 1992).
Nitrogen monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak terbakar, dan sedikit
larut di dalam air (Sunu, 2001). NO terdapat di udara dalam jumlah lebih besar daripada
NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di
udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak
oksigen membentuk NO2 (Depkes).
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia akan menunjang
pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan
sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas buangan hasil
pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).
Selain itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari
tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Dari
perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di
atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari dan gas ini bersifat
akumulasi di udara yang bila tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan
asam (Wardhana, 2004).
2.4.3. Belerang Oksida (SOx)
Ada dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3. Gas SO2 berbau
tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat reaktif. Konsentrasi SO2 di
udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman manusia ketika konsentrasinya berkisar
antara 0,3-1 ppm. Gas hasil pembakaran umumnya mengandung lebih banyak SO2
daripada SO3. Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batubara
pada kegiatan industri, transportasi dan lain sebagainya (Wardhana, 2004)..
Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam bentuk SO2
dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal dari sumber
alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung berapi, pembusukan
bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan
akan menghasilkan H2S yang akan berubah menjadi SO2. Sedangkan sumber SO2
buatan yaitu pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batubara yang
mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005).
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal
ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya
tembaga (CUFeS2 dan CU2S), zink (ZnS), merkuri (HgS) dan timbal (PbS).
Kebanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk
mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan
kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk
menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam
akhirnya. Oleh karena itu, SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam
industri logam dan sebagian akan terdapat di udara (Depkes).
2.4.4. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. HC dapat berbentuk gas,
cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon pembentuk HC, maka
molekul HC cenderung berbentuk padatan. HC yang berupa gas akan tercampur
dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan
membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap
yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu (Depkes).
Sumber HC antara lain transportasi, sumber tidak bergerak, proses industri dan
limbah padat. HC merupakan sumber polutan primer karena dilepaskan ke udara secara
langsung. Molekul ini merupakan sumber fotokimia dari ozon. Bila pencemaran udara
oleh HC disertai dengan pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan terbentuk
Peroxy Acetyl Nitrat dengan bantuan oksigen.
2.4.5. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan
atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit
sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan (Mulia, 2005).
Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik
dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1
mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikel debu tersebut akan berada di
udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya (Depkes).
Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di atmosfer,
misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia
juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel-partikel debu
dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari
proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang
utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti oleh proses-proses
industri (Fardiaz, 1992).
2.5. Ruang Terbuka Hijau
Pengertian ruang terbuka hijau, (1) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon
(tanaman
10
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (
open
spaces ) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang
dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan,
dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
2.5.1. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pasal 29
ayat 2, ruang terbuka hijau yang ideal paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Ruang
terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik.
Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan
standar-standar yang ada.
RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara
fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti
dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga
kehidupan manusia dan
hayati.
2.5.2. Hubungan Fotosintesis, Intensitas Cahaya dan Laju Serapan Karbon dioksida
Fotosintesis pada tanaman merupakan suatu proses dimana organisme
hidup mengkonversi energi cahaya menjadi energi kimia berupa molekul organik.
Proses ini membutuhkan energi matahari untuk menyediakan energi pada reaksi kompleks
fisika-kimia dari organisme hidup tersebut (Lawlor, 1993). Fotosintesis oleh tumbuhan
hijau merupakan proses kimia yang paling penting di bumi dan paling sensitif terhadap
polutan udara. Proses ini menghasilkan gula dari karbondioksida air dengan bantuan
cahaya, dengan oksigen yang
11
Selama siang hari ada sejumlah tertentu sinaran gelombang pendek yang tiba
pada permukaan bumi. Jumlah itu bergantung pada garis lintang, musim, waktu sehariharinya, dan derajat keberawanan. Dengan demikian tidak ada awan dan atmosfer benarbenar cerah, jumlah sinaran yang diperkirakan disajikan dalam Tabel 2.4
(Wilson, 1993
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Des
Tahun
U 90
55
518
903
1077
944
605
136
3540
80
143
518
875
1060
930
600
219
17
3660
60
86
234
424
687
866
983
892
714
494
258
113
55
4850
40
358
538
663
847
930
1001
941
843
719
528
397
318
6750
20
khatulistiw
631
795
821
914
912
947
912
887
856
740
666
599
8070
844
963
878
876
803
803
792
820
891
866
873
829
8540
970
1020
832
737
608
580
588
680
820
892
986
978
8070
40
998
963
686
515
358
308
333
453
648
817
994
1033
6750
60
947
802
459
240
95
50
77
187
403
648
920
1013
4850
80
981
649
181
113
459
917
1094
3660
S 90
995
656
92
30
447
932
1110
3540
(derajat)
a
20
2, hal
ini menunjukkan besarnya kemampuan serapan per satuan waktu per satuan luas daun.
Berdasarkan hasil penelitian Pentury (2003), pola hubungan antara laju serapan dan
luas tajuk tanaman bias dimodelkan dengan formulasi matematika:
S = 0,2278 e (0,0048 . I)
Dimana,
S
: intensitas cahaya
12
2.5.3.
+ 6 H 2O + Energi dan
Tipe Penutupan
Pohon
Semak Belukar
Padang Rumput
Sawah
(kg/ha/jam)
129,92
12,56
2,74
2,74
(ton/ha/th)
569,07
55
12
12
III.
METODOLOGI KAJIAN
13
Perhitungan
dan
Pelaporan
Serta
Informasi
Indeks
Standar
Pencemaran Udara.
III.2. Waktu dan Lokasi
Kegiatan pemantauan yang dilakukan pada Bulan September, Oktober
dan
Novem ber
2007
dan
T it ik
pe m a nt au an
s el an ju t n y a
di t e t a pk an
Lintang Selatan
Lokasi Pengambilan
Sampel
Bujur Timur
Pangkalpinang
A.1
02 07'38,5"
106 06'40,0"
02 07'53,1"
10606'48,5"
Gedung Nasional.
Pos Polisi Pasar
Bertingkat
10606'44,"
106 07'03,1"
Kampung Jawa
Terminal Bis
10737'51,6"
107 37'46,5"
Kelurahan Parit
Simpang Lima
A.2
Sungailiat
B.1
0151'51,1"
B.2
01 51'41,7"
Tanjungpandan
C.1
0244'05,2"
C.2
02 44'30,6"
Keterangan
X1 : Pemukiman
X2:Padat
Transportasi
2.
Data luas
(RTH)
di
Pangkalpinang,
Sungailiat,
dan
Tanjungpandan.
3.
Literatur
- Peraturan-Peraturan (Undang-undang, Perpres, Permen, dan NSPM)
- Buku dan Artikel
- Internet
14
III.4. Peralatan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pengambilan sample udara ini
disesuaikan kebutuhan parameter udara yang diperlukan. Alat ini merupakan
sarana pendukung yang digunakan dalam pengambilan maupun penanganan
sample. Berikut ini adalah tabel standar uji yang digunakan unt uk 5
par am eter dasar udara besert a alat yang diper lukan s epert i pada tabel 3.2.
Tabel 3. 2. Tabel St andar Uji
No.
1.
Standar Acuan
Keterangan
3.
SNI 19-4845-1998
Metode
pengujian
kandungan gas CO di
udara
dengan
4.
menggunakan
NDR
SNI 19-7119.2-2005 Udara
ambien-bagian
7: Cara uji kadar nitrogen
dioksida (NO2) d en ga n m et od a G r ie s s Sa lt z m an
m en gg un ak an s pe k t r of o t om et er
5.
metode
iodida
neutral
(NBKI)
buffer
kalium
menggunakan
spektrofotometer.
Sumber : BLHD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
15
Parameter Polutan
Waktu Pengukuran
Satuan
1 jam
g/Nm 3
1 jam
g/Nm 3
1 jam
g/Nm 3
Hidrokarbon (HC)
3 jam
g/Nm 3
TSP (debu)
3 jam
g/Nm 3
Timbal (Pb)
3 jam
g/Nm 3
b. Mengumpulkan data sekunder untuk bahan evaluasi dan analisa yang didapat dengan
melakukan klarifikasi ke dinas atau instansi terkait.
IV.
daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km2. Luas
daratan lebih kurang 16. 424,14 km 2 atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas
laut kurang lebih 65.301 km 2 atau 79,9 persen dari total wilayah Provinsi
16
Kepulauan
Bangka
Belitung
memiliki
iklim
tropis.
Hal ini
mempengaruhi tingginya curah hujan. Berdasarkan data curah hujan (BPS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, 2006), maka provinsi Kepulauan Bangka Belitung
memiliki curah hujan rata-rata bulanan > 100 mm. Sementara keadaan angin
menunjukkan rata-rata pada bulan November - April angin bertiup dari Barat Daya
dengan angin terkuat pada bulan Januari dan Desember. Sedangkan pada bulan
Mei - Oktober arah angin dari Timur Tenggara dengan keadaan angin sedang.
Berdasarkan pengamatan stasiun Meteorologi Pangkalpinang tahun 2006,
rata-rata tekanan udara, suhu, ketembaban dan penyinaran matahari di
kawasan ini adatah seperti Tabel 4.1.
17
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juti
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 November
Tekanan
Udara
(MBS)
1.008,7
1.008,8
1.009,0
1.008,9
1.009,1
1.009,2
1.009,3
1.009,7
1.009,7
1.009,5
1.009,7
12 Desember
1.010,8
No
Bulan
Min
Rataan
Kelembaban (%)
30,0
30,4
31,2
31,4
31,8
31,1
31,6
31,6
31,6
31,4
30,6
23,1
23,2
23,2
23,2
23,6
23,5
24,0
24,1
24,0
23,2
23,4
25,8
26,3
26,6
26,7
26,5
26,9
27,3
27,2
27,4
26,6
26,3
88
85
83
85
83
83
79
80
80
85
87
29,9
23,1
26,0
88
Tabel 4.2. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan, Arah dan Kecepatan Angin Tahun
2006
No
Bulan
Curah
Hujan
(mm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
November
Desember
592,9
145,3
218,2
396,4
185,2
165,6
263,3
247,8
63,1)
297,1
274,8
308,3
Hari
Rata-rata
Kec Angin
Arah Angin
Hujan Kec. Angin
Maksimum
Terbanyak
(Hari)
(knots)
(knots)
26
16
24
25
19
18
12
14
15
22
26
25
2,0
3,0
2,3
2,2
2,7
2,8
4,4
4,1
3,6
2,1
1,6
2,1
Utara
Utara
Utara
Barat
Selatan
Selatan
Tenggara
Tenggara
Timur
Selatan
Barat
Utara
17
15
16
12
13
16
15
16
15
12
17
16
Arah
Angin
Utara
Utara
Barat
Timur
Timur
Selatan
Selatan
Timur
Tenggara
Timur
Selatan
Utara
18
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Min.
29,3
30,2
30,6
30,6
32,1
30,8
31,8
31,8
31,7
30,9
29,9
30,4
23,4
23,3
23,3
23,2
23,3
22,4
22,8
21,8
22,9
22,9
23,2
23,4
Hujan
114,3
172,4
274,4
268,9
202,2
289,2
86,6
257,5
137,5
421,0
326,4
274,0
24
17
23
24
22
22
11
15
12
25
30
29
Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dan
terendah pada bulan November. Kelembaban udara rata-rata tertinggi juga
terjadi pada saat curah hujan tinggi seperti pada bulan November, Desember, dan
Januari. Pada bulan-bulan ini angin bergerak dari Laut Cina Selatan menuju
Sumatera bagian Timur yang membawa banyak uap air.
Tabel 4.4. Tekanan Udara, Angin dan Kelembaban Udara Tahun 2006
No
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Jun
Agustus
September
Oktober
November
Desember
91
88
88
91
88
88
83
84
82
90
91
91
12
11
11
9
9
11
12
12
14
11
11
11
300
300
300
200
120
120
120
120
120
180
270
300
19
Pangkalpinang
Sat.
Sungailiat
Belitung
FISIKA
Suhu udara
31.6
34.8
31.6
31
30.15
32.75
Arah angin
Barat
Barat
Timur
Timur
Barat
Barat Laut
Kecepatan angin
Kelembaban
knot
3.05
1.15
1.2
1.35
Laut
1.75
1.4
70.15
59.8
66.45
85.9
70.25
63.35
mg/m)
92.61
69.71
78.41
73.46
69.81
93.68
g/Nm 3
0.123
0.128
0.121
0.13
0.124
0.124
41.66
19.96
23.74
17.36
31.18
31.41
23.74
18.88
12.22
17.22
19.44
24.81
33.25
31.8
23.6
21.1
16.7
46.25
0.0605
0.0905
0.050
0.120
0.074
0.127
udara
Partikel
Debu
(TSP)
KIMIA
Sulfur Dioksida
0
2)
g/Nm 3
Karbon(5
Monoksida
(CO)
Nitrogen Dioksida g/Nm 3
(NO2)
Hidrokarbon (HC) g/Nm
Timbal (Pb)
g/Nm
3
3
20
Parameter
SO2
( Sulfur Dioksida )
CO
( Karbon Monoksida )
1 Jam
900 g /Nm 3
24 Jam
365 g /Nm 3
1 Thn
60 g/ Nm 3
1 Jam
24 Jam
1 Thn
30.000 g/Nm 3
10.000 g/Nm 3
400 g / Nm 3
24 Jam
150 g / Nm 3
1 Thn
100 g / Nm 3
O3
1 Jam
235 g / Nm 3
( Oksida )
1 Thn
50 g / Nm 3
3 Jam
160 g / Nm 3
24 Jam
150 g / Nm 3
24 Jam
65 g / Nm 3
1 Thn
15 g / Nm 3
TSP
24 Jam
230 g/Nm 3 90
( Debu )
1 Thn
g/Nm 3
Pb
24 Jam
2 g/Nm 3
( Timah Hitam )
1 Thn
1 g/Nm 3
( Nitrogen Dioksida )
HC
( Hidro Karbon )
PM10
( Partikel < 10 mm )
Baku Mutu
1 Jam
NO2
PM2,5 (*)
Waktu Pengukuran
Hal yang menarik untuk diamati adalah nilai hasil analisa terhadap
parameter pencemaran udara di Kota Pangkalpinang menunjukkan lebih tinggi
dibandingkan dengan 2 kota lainnya, yaitu Kota Sungailiat dan Tanjungpandan. Nilai
analisa pencemar udara terendah adalah Kota Sungailiat. Kondisi ini adalah
konsekuensi logis dari kondisi kota yang berbeda. Kota Pangkalpinang sebagai
Ibukota Provinsi memang menunjukkan aktivitas masyarakat yang tebih tinggi
dibanding 2 kota lainnya, sedangkan Kota Sungailiat dan Tanujungpandan
merupakan kota yang memiliki aktivitas masyarakat rendah.
21
ni la i
p en ga m a t a n
s u hu
ud ar a
t e r t i ng gi
5.2. Kemampuan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Menyerap Emisi Karbon Di
Provinsi Kep. Bangka Belitung
1.
Menentukan intensitas cahaya yang terdapat pada tabel 2.4. Intensitas yang
digunakan harus sesuai dengan kondisi iklim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Karena Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beriklim tropis
yang digunakan adalah intensitas cahaya garis lintang khatulistiwa.
22
Intensitas Cahaya
(Watt/m2)
Januari
844
409.34
Februari
963
467.06
Maret
878
425.83
April
876
424.86
Mei
803
389.46
Juni
803
389.46
Juli
792
384.12
Agustus
820
397.70
September
891
432.14
Oktober
866
420.01
November
873
423.41
Desember
829
402.07
Bulan
2.
Dari data intensitas penyinaran matahari tersebut, dapat dihitung laju serapan
CO 2 berdasarkan hasil penelitian Pentury (2003). Yaitu dengan formulasi matematika:
S = 0,2278 e (0,0048 . I)
Dimana
S
: intensitas cahaya
23
Intensitas Cahaya
(Watt/m2)
Januari
409.34
1.63
Februari
467.06
2.14
Maret
425.83
1.76
April
424.86
1.75
Mei
389.46
1.48
Juni
389.46
1.48
Juli
384.12
1.44
Agustus
397.70
1.54
September
432.14
1.81
Oktober
420.01
1.71
November
423.41
1.74
Desember
402.07
1.57
Total
4965.43
20.04
Bulan
Januari
409.34
1.63
8.54 x 109
Februari
467.06
2.14
11.3 x 109
Maret
425.83
1.76
9.24 x 109
April
424.86
1.75
9.2 x 109
Mei
389.46
1.48
7.76 x 109
Juni
389.46
1.48
7.76 x 109
Juli
384.12
1.44
7.57 x 109
Agustus
397.70
1.54
8.08 x 109
September
432.14
1.81
9.53 x 109
Oktober
420.01
1.71
8.99 x 109
November
423.41
1.74
9.14 x 109
Desember
402.07
1.57
8.25 x 109
Total
4965.43
20.04
105.33 x 109
Bulan
3.
Setelah didapatkan nilai laju serapan karbon dioksida, maka dapat dihitung
kemampuan serapan taman/jalur hijau berdasarkan luas RTH di Provinsi Kepulauan
24
Ruang
dengan luas
Wilayah
Luas Wilayah
(Km2)
Pangkalpinang
89.4
8.493
8493000
Sungailiat
147.985
13.17
13170665
Tanjungpandan
378.45
25.91
25910000
Wilayah
Luas RTH
(m2)
Laju Serapan
CO2 (g/m2/thn)
Total Daya
Serap RTH
(ton/tahun)
Pangkalpinang
8493000
105.33 x 109
8.95 x 1017
8.95 x 105
Sungailiat
13170665
105.33 x 109
13.87 x 1017
13.87 x 105
Tanjungpandan
25910000
105.33 x 109
27.29 x 1017
27.29 x 105
TOTAL
47573665
TOTAL
50.11 x 105
Dari tabel diatas diketahui bahwa kemampuan taman/jalur hijau menyerap emisi
25
kemampuan serapan Ruang Terbuka Hijau diatas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kemampuan serapan tinggi yaitu terdapat di wilayah
4.
Dari hasil perhitungan, kemudian dilakukan perbandingan antara jumlah emisi yang
dihasilkan pada masing- masing lokasi dengan kemampuan serapan emisi karbon per
tahun seperti pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Perbandingan Jumlah Emisi yang dihasilkan dengan laju serapan g/Nm 2/
tahun
Parameter
Analisis
Jumlah Emisi
Daya Serap
364941.6
g/Nm 2/
tahun
Belitung
207962.4
105.33 x 109
275151.6
luas Ruang Terbuka Hijau l ebih besar daripada jumlah emisi yang dihasilkan pada masingmasing lokasi, jadi RTH yang ada mempunyai kemampuan yang baik dalam menyerap emisi
karbon, dan peningkatan suhu rata-rata yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
bukan disebabkan meningkatnya jumlah emisi karbon, tetapi dapat disebabkan oleh faktor
lain. Faktor lain tersebut menurut Prof.Sampurno (2001) antara lain:
1.
2.
3.
Faktor geologi.
- Proses Endogen (proses dari dalam bumi) : gempa, gunung berapi.
- Proses Eksogen (proses di luar bumi) : matahari, curah hujan.
26
pemanfaatan
sumberdaya
alam
yang
berkelanjutan
dan
berwawasan lingkungan
2. Meningkatkan
kesadaran
dan
penegakan
hukum
serta
kepedulian
upaya
pelaksanaan
pembangunan
yang
berkelanjutan
dengan
berWawasan lingkungan
5. Meningkatkan keterpaduan dan keselarasan antar pemerintah kabupaten/kota
dalam pengelolaan sumberdaya Mani dan lingkungan hidup.
6. Menetapkan teknologi yang ramah lingkungan dan penggunaan indikator lingkungan
untuk mencapai keberhasilan pengelolaan sumberdaya atam dan lingkungan hidup.
Arahan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung diarahkan untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
1.
2.
5011085,582
27
ton/th, dan nilai laju serapan pada luas Ruang Terbuka Hijau l ebih besar daripada
jumlah emisi yang dihasilkan pada masing-masing lokasi sehingga luas RTH yang ada
masih mencukupi terhadap jumlah emisi karbon yang dihasilkan.
6.2. Rekomendasi Kebijakan
Pengelolaan kualitas udara diperlukan untuk terus memantau perubahan
iklim mikro yang terjadi, yang juga dapat berdampak pada perubahan iklim makro.
Untuk itu rekomendasi kebijakan yang dipertukan adalah.
1.
2.
Menyusun
kebijakan
perlindungan
lingkungan
untuk
mengurangi
efek
3.
Melakukan tindakan pada proses emisi gas buang dan kegiatan yang
menyebabkan
perusahaan
terjadinya
atau
pencemaran
setiap
kegiatan
udara
yang
ataupun
mampu
kopensasi
bagi
mengendalikan
efek
pencemaran.
4.
Didalam ICCSR (2010), telah dijelaskan 3 (tiga) strategi utama yang perlu
serta instrumen yang dapat diterapkan dalam rangka pengurangan emisi
dilakukan
karbon dari
modern
yang handal
edukasi masyarakat
lalu linta s
(5) Penerapan sistem Smart Traffic untuk kelancaran arus lalu lintas
28
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999
tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Abdillah. 2006. Taman dan Hutan Kota . Penerbit Azka Mulia Media.Jakarta
Gratimah. 2009. Tesis:
and Environmental
29
Abubakar.
2000. Kerusakan
Lingkungan
Diakibatkan
oleh
Sumber
Penataan Ruang
30