Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa
informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa secara struktur telah
teradaptasi untuk melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen
haploidnya ke telur dan mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur. Praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang sperma pada ikan dengan tujuan dari
praktikum ini ada;ah untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp)
baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Hasil yang didapat dari praktikum ini yaitu
bahwa warna sperma hasil striping pada ikan putih susu, hal ini menunjukkan bahwa sperma
ikan yang digunakan pada praktikum adalah sehat. Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan
bau amis, volume hasil striping adalah 0,7 ml dari 1 ekor ikan. Sperma ikan yang diamati
menunjukkan pH 8, dan motilitasnya adalah 0%.
Kata kunci: sperma, ikan lele, kualitas dan kuantitas sperma, warna, dan stripping.
I.

PENDAHULUAN

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang
berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan
membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada
keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan
adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan
jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma,
warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit)
dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya
akrosoma (Guyton, 2006).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa
informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang
merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil
ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk
melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan
mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Sherwood, 2001).
Dari penjelasan di atas kita tidak akan mengetahui bentuk sperma yang sebenarnya, dan jika
hanya teori saja tanpa ada pengamatan atau praktikum kita tidak akan faham, maka dari itu
pada praktikum ini kami mengambil judul tentang ANALISIS SPERMA.
Adapun tujuan dari parktikum ini yaitu untuk menentukan kualitas dan kuantitas
sperma ikan lele (Clarias sp) baik secara makroskopis maupun mikroskopis.

II. TINJAUAN PUSTAKA


a. Ikan Lele ( Clarias sp).
Ikan lele secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin ( tidak
bersisik ). Sesuai dangan familinya yaitu Clariidae yang memiliki bentuk kepala pipih dengan
tulang keras sebagai batok kepala. Disekitar mulut terdapat 4 pasang sungut. Pada sirip dada
terdapat patil atau duri keras yang berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Secara
anatomi ikan lele meiliki alat pernafasan tambahan yang terletak di bagian dapan rongga
insang, yang memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh
karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar
oksigen ( Suyanto, 1999 ).
Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber deBeaufort
(1965) digolongkan sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysi
Subordo
: Siluroidae
Famili
: Clariidae
Genus
: Clarias
Ikan lele adalah pemakan jasad hewani yaitu krustassea kecil, larva serangga, cacing dan
moluska. Ikan lele merupakan ikan yang termasuk dalam famili Clariidae memiliki bentuk
badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang
memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan yang bekerja apabila
insang tidak dapat memperoleh kebutuhan oksigen pada bagian depan rongga insang yaitu
arborescen organ. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat,
sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Najiyati, 1992).
Ikan lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai
tempat yang gelap, pada siang hari ikan lele lebih memilih berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya ikan lele dapat beradaptasi menjadi sifat diurnal.
Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala (omnivora) tetapi cenderung
pemakan daging (karnivora) (Anonimous, 1992 dalam Fitriah, 2004). Sebagai alat bantu
renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur.
Lele juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi
dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berguna sebagai
senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri, 2002 dalam Fitriah, 2004).
b. Sperma
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang
berarti benih dan makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi jantan. Sel sperma akan
membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang
menjadi embrio. Peran aktif spermatozoon sebagai gamet jantan sehingga penting pada
keberhasilan munculnya individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan
adanya standar kualitas spermatozoa. Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan
jumlah milt yang dapat distriping dari seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma,

warna, bau, jumlah spermatozoa mati, motilitas (bila mungkin kemampuan gerak per menit)
dan morfologi (ukuran dan bentuk kepala, ukuran ekor, berbagai penyimpangan, ada tidaknya
akrosoma (Sherwood, 2001).
Sperma adalah sel yang diproduksi oleh organ kelamin jantan dan bertugas membawa
informasi genetik jantan ke sel telur dalam tubuh betina. Spermatozoa berbeda dari telur yang
merupakan sel terbesar dalam tubuh organisme adalah gamet jantan yang sangat kecil
ukurannya dan mungkin terkecil. Spermatozoa secara struktur telah teradaptasi untuk
melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu menghantarkan satu set gen haploidnya ke telur dan
mengaktifkan program perkembangan dalam sel telur (Guyton, 2006).
c. Fungsi larutan fisiologis, aquades, dan larutan ringer.
Praktikum analisis sperma menggunakan beberapa larutan, antara lain:
1) Larutan ringer yang berfungsi sebagai larutan pengencer sperma sebelum spermadiamati.
2) Larutan eter alkohol berfungsi sebagai fiksator.
3) Larutan Giemsa berfungsi sebagai pewarna sperma

III. METODELOGI
a. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 06 Mei 2013 pukul 15.00 WIB bertempat
di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
b. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah object glass, cover glass, cavity slide,
pipet tetes, mikroskop, kertas tissue, tusuk gigi, pengukurwaktu, haemositometer, spuit 1 ml,
gelas beker 50 ml dan well plate. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum analisis
sperma adalah ikan lele jantan, miltikan, larutan NaCl fisiologi atau larutan Ringer, pewarna
giemsa atau eosin dan akuades.
c. Cara Kerja
1. Cara Stripping
a) Ikan dipegang dengan bagian dorsal ada di bawah dan bagian ventral menghadap ke
atas,
b) Tangan kanan menutupi kepala, sedangkan tangan kiri menyangga ekor.
c) Bagian lubang urogenital dilap dengan tisu
d) Abdomen ikan diurut dari anterior ke arah posterior menuju lubang urogenital hingga
pada lubang tersebut keluar cairan berwarna putih susu (milt)
e) Milt yang keluar langsung disedot dengan menggunakan spuit injeksi tanpa jarum.
2. Volume
a) Milt ikan nilem yang tertampung pada spuit injeksi di ukur volumenya dengan langsung
membaca skalanya.
3. Warna
a) Diamati secara visual dengan latar belakang warna putih.

4. Bau
a)
Dibaui dengan cara dikipas-kipaskan dengan tangan, jangan dihirup langsung.
5. pH
a)
Derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas pH, dengan cara
mencelupkan kertas pH kedalam sampel sperma,
b) Diamkan beberapa saat,
c) Kemudian cocokkan perubahan warna yang terjadi dengan tabel.
6. Cara pengenceran milt
a) Sampel sperma diambil 1 ml dimasukkan di dalam cawan
b) Larytan ringer sebanyak 9 ml dicampurkan ke dalam cawan (perbandingan antara sampel
dengan larutan pengenceran harus selalu 1:9)
c) Diaduk-aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai benar-benar homogeny
d) Sperma yang sudah diencerkan ini merupakan sperma dengan pengenceran 10 kali
e) Sperma pengenceran 10x diambil dengan menggunakan spuit yang lain sebanyak 1 ml
dimasukkan ke dalam cawan yang berbeda
f) Larutan ringer 9 ml dicampurkan ke dalam sperma tersebut
g) Sperma dengan pengenceran dua kali ini, merupakan sperma dengan pengenceran 100x
h) Pengenceran dilakukan lagi untuk mendapatkan sperma dengan pengenceran 1000x dan
10.000x
7. Motilitas Spermatozoa
a.
Milt yang sudah diencerkan 1000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
b) Milt diteteskan di atas objek glass
b. Ditetesi dengan aquades, kemudian di homogenkan
c. Ditutup dengan cover glass dan diamati dengan menggunakan mikroskop
d. Bergerak atau tidak bergerak, ditentukan presentase motilitasnya.
8. Menghitung jumlah total spermatozoa
a. Milt yang sudah diencerkan 10000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
b. Diteteskan di bilik hitung Haemocytometer yang sudah ditutup dengan cover glass
melalui sela-sela paritnya
c. Hitung jumlah sperma menggunakan lima kotak sedang di dalam kotak besar yang di
bagian tengah
d. Jumlah total spermatozoa dihitung dengan Rumus : S total spermatozoa = (Rata-rata 5
kotak sedang x pengenceran x 2,5.105) sel/ml.
9. Morfologi sperma
a.
Sediaan preparat apus spermatozoa dibuat dengan cara; Meneteskan sperma
(pengenceran 100x)pada objek glass yang lain, yang diberdirikan dengan sudut 30 0. Tetesan
sperma diratakan dengan menyorongkan gelas objek lain tadi menjauhi titik tetesan tersebut.
b. Apusan spermatozoa dibiarkan kering udara selama 5 menit
c. Difiksasi dengan larutan eter alkohol (1:1), selama 5 menit
d. Ditetesi dengan pewarna larutan Giemsa (pengenceran 20x), selama 30 menit
e. Dibiarkan kering udara
f. Dicuci dengan air mengalir

g.
h.
i.
j.
k.

Dibiarkan kering udara


Amati dengan menggunakan mikroskop, spermatozoa dicari
Spermatozoa normal dan spermatozoa abnormal digambar
Hitung spermatozoa pada 5 lapang pandang yang berbeda
Presentase sperma normal dan abnormal ditentukan..

IV. PEMBAHASAN
Tabel 1. Analisis sperma ikan
analisis
pH
volume
bau
Warna
X

hasil
9
0,3 ml
Amis
Putih susu
2,7

Telah dilakukan praktikum mengenai analisis sperma pada ikan lele. Adapun tujuan dari
parktikum ini yaitu untuk menentukan kualitas dan kuantitas sperma ikan lele (Clarias sp)
baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Pengambilan sperma dilakukan dengan cara
pembedahan pada ikan yang selanjutnya gonad diambil lalu di keluarkan spermanya.
Hasil yang diperoleh kelompok kami dalam praktikum kali ini secara makroskopis adalah
sperma ikan lele (milt) dengan volume 0,3 ml setelah kertas pH dicelupkan pada sampel
sperma memiliki derajat keasaman yaitu 9. Dilihat dari mata telanjang milt ikan lele berwarna
putih susu dan setelah dikipas-kipas milt ikan lele berbau khas yaitu amis. Menurut Yatim
(1982), bau sperma yang normal adalah khas, tajam, tidak busuk. Bau itu berasal dari
oksidasi spermin yang dihasilkan prostat. Bau yang tidak khas mani, prostate tidak aktif atau
ada gangguan. Gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri. Bau busuk oleh adanya
infeksi (Yatim, 1982)
Secara mikroskopis kami memprakirakan sperma ikan lele mempunyai nilai motilitas 90%
dan 10% untuk non motil. Hal ini dikarenakan sampel yang kami amati telah lama berada di
ruang terbuka sehingga sperma yang kami amati telah banyak yang mati jadi tidak terlihat
spermanya motil atau tidak sehingga kami perkirakan sperma tersebut motil ,sebab walau
dilihat dari mikroskop sampel tidak bergerak tetapi belum tentu sampel tersebut telah mati
(Soeminto, 2002). Oleh karena itu kami tidak dapat menentukan presentase sperma yang
bergerak cepat dan lurus ke muka,bergerak lambat tapi lurus, tidak bergerak maju, dan tidak
bergerak sama sekali. Factor sperma mati diantaranya karena terlalu lamanya sperma berada
terpapar udara, tidak samnya lingkungan sperma dengan lingkungannya, serta kualitas
sperma yang mungkin buruk.
Warna sperma hasil striping pada ikan lele( clarias sp) adalah putih susu, hal ini
menunjukkan bahwa sperma ikan lele yang digunakan pada praktikum adalah sehat.
Umumnya semen berwarna krem keputih-putihan atau hampir seputih susu. Derajatnya
keputihnya atau kekeruhannya sebagian besar tergantung pada konsentrasi spermanya.
Semakin keruh biasanya jumlah sperma per ml semen itu semakin banyak. Semen yang
berwarna hijau kekuning-kuningan biasanya banyak mengandung kuman Pseudomonas
auroginosa yang menandakan adanya peradangan yang kronis dalam saluran reproduksinya.
Semen yang berwarna merah atau kemerah-merahan menandakan bahwa semen itu
mengandung sedikit atau banyak darah (Partodiharjo, 1990).

Sperma ikan lele yang digunakan sebagai preparat dalam praktikum kali ini mempunyai pH
9, karena menggunakan indikator pH kertas jadi hasil yang diperoleh belum menunjukkan
jumlah pH yang lebih valid. Sperma yang normal mempunyai pH antara 7,2-7,8. PH yang
kurang dari itu menunjukkan adanya radang akut kelenjar kelamin atau epididymis. pH
kurang dari 7,2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada kelenjar atau epididymis. PH
rendah sekali menunjukkan adanya gangguan atau aplasia pada vesicular seminalis atau
ductus ejaculatorius. PH dapat berubah satu jam sesudah ejakulasi (Yatim, 1982).
Dalam praktikum ini digunakan beberapa larutan, seperti larutan Ringer,pewarna Giemsa,
dan methanol. Pengenceran dengan larutan Ringer dapat memperpanjang viabilitas
spermatozoa di dalam milt menjadi sekitar 9-10 menit. Bila tidak hanya 5 menit saja. Dengan
pewarna Giemsa, dapat dilihat menggunakan mikroskop bahwa spermatozoa normal
berbentuk oval atau bulat dengan bagian ujung lebih terang dan bagian pangkal dekat leher
lebih gelap (Soeminto, 2002).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
Warna sperma hasil striping pada ikan lele (clrias sp) adalah putih susu, hal ini menunjukkan
bahwa sperma ikan lele yang digunakan pada praktikum adalah sehat. Hasil pemeriksaan
sperma menunjukkan bau amis, berarti sperma yang dihasilkan normal. Volume hasil striping
adalah 0,7 ml dari 1 ekor ikan. Sperma ikan lele yang diamati menunjukkan pH 8.
Perhitungan motilitas spermatozoa ikan nilem diperoleh jumlah spermatozoa yang motil
adalah 0%.

LAPORAN PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang merupakan sel yang sangat terdeferensiasi, satusatunya sel yang memilki jumlah sitoplasma yang terperas dan nyaris habis. Strukturnya
sangat khusus untuk mengakomodasikan fungsinya. Fungsi spermatozoa ada dua, yaitu
mengantarkan material genetis jantan ke betina dan fungsi kedua adalah mengaktifkan
program perkembangan telur (Djuhanda, 1981).
Analisis sperma dilakukan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses pembuahan,
pewaktuan setiap tahapan pembuahan, dan dapat menentukan rasio spermatozoa dan ovum
dalam pembuahan. Ikan nilem adalah ikan yang memenuhi persyaratan. Persyaratannya
adalah :
1. Proses pembuahan yang terjadi di luar tubuh ikan nilem betina.
2. Terdapat pada ikan atau katak.
3. Hewan yang mudah disadap telur maupun sperma masaknya.
4. Mudah dibedakan antara jantan dan betina.
5. Telurnya bersifat transparan.
6. Mudah dioviposisikan.
7. Siklus hidup ikan nilem pendek
8. Telur maupun sperma yang dihasilkan setiap siklus reproduksi cukup banyak (Sistina
Y, 2000).
Hewan uji yang digunakan adalah ikan nilem (Osteochillus hasselti) dengan alasan karena
ikan nilem mudah didapatkan, ukuran tidak terlalu besar, murah, sehat dan produk telurnya
relatif tinggi. Pemeriksaan sperma ikan nilem ini dapat diaplikasikan terhadap spesies lain,
misal pada ikan mas, ikan paus, atau pada clasiss clasiss lain (Partodiharjo, 1990).
Analisis sperma yang dimaksud meliputi pemeriksaan jumlah milt yang dapat distriping dari
seekor ikan jantan masak kelamin, kekentalan sperma, warna, bau, jumlah spermatozoa
hidup, jumlah spermatozoa mati, viskositas, motilitas, morfologi (ukuran dan bentuk kepala,
ukuran ekor, berbagai penyimpangan) (Yatim, 1992).
1. hasseltiadalah suatu jenis ikan yang hidup di air tawar, baik sungai, rawa-rawa, kolam
maupun danau. Nama Indonesia untuk O. hasseltiadalah ikan nilem, milem, lehat,
mangut, regis, muntu, palau, assang dan penupu karet. Ikan nilem dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada ketinggian 500-800 m dp dan lebih menyukai pada
perairan air jernih, mengalir dengan dasar berpasir atau berbatuan kecil-kecil. Ikan
dewasa berukuran dari 100 gram hingga 200 gram (Partodiharjo, 1990).
Sistem genital ikan nilem berfungsi untuk perkelaminan, organ utamanya adalah gonad.
Gonad jantan disebut dengan testis dan sepasang yang didalamnya terbentuk spermatozoid.
Tiap-tiap testis berhubungan dengan ductus diferentia yang pendek, kemudian bagian
belakangnya bersatu dan bermuara di porus urogenital (Djuhanda, 1981).
Ikan jantan masak kelamin setelah berumur kurang lebih 8 bulan. Berat testis lebih ringan
dibandingkan berat ovarium pada ikan yang sama umurnya, tetapi panjangnya dapat
dikatakan sama. Kedua testis dapat dihasilkan sekitar 1-1,5 ml milt (dalam keadaan ejakulasi
alami), tetapi pada striping paling banyak diperoleh 1 ml milt (Soeminto, 2002).
Testis ikan nilem berbentuk memanjang atau berlobi. Spermatozoa dari testis lewat ductules
efferentes masuk kedalam ductus longitudinal testis. Ductus ini berkelok-kelok (konvoluntes)

dan ujung anteriornya sering ditetapkan sebagai epididimis (Jamieson, 1991). Bagian
posteriornya mengalami dilatasi (membesar) membentuk vesikula seminalis. Kedua vesikula
seminal masuk kedalam sinus urogenital dan langsung berhubungan dengan kloaka lewat
suatu jendela (orifisae) pada ujung papilla urogenital (Soeminto, 2002).
Saluran spermatozoa pada jantan teleostei pada gonad mirip seperti saluran telur pada betina.
Lipatan peritoneum membungkus suatu bagian rongga solom, yang menghubungkan gonad
diwakili oleh sejumlah saluran yang saling berhubungan yang susunannya lebih kompleks
dibanding yang betina. Saluran ini bukan duktus eferen yang sebenarnya. Hubungan dengan
duktus archinefrik tersusun sebelah posterior opistonefros, tetapi kedua saluran ini pada
teleostei memiliki penyaluran yang terpisah (Soeminto, 2002).
Sperma ikan terdiri dari tiga komponen utama yaitu kepala, leher dan ekor. Kepalanya
terutama terdiri dari suatu nukleus padat yang dimahkotai dengan akrosom kecil berbentuk
bulan sabit. Akrosomnya mengandung sejumlah enzim hidrolitik dan dianggap berperan
dalam penembusan telur oleh spermatozoa (Gasparini, 2013). Kelulusan seksual jantan yang
primer dan sekunder, tergantung pada hormon testis dan testosteron (Djuhanda, 1981).
Ekor sperma terdiri atas tiga bagian yaitu middle piece, principal piece dan end piece. Ekor
ini berfungsi untuk pergerakan menuju sel telur. Ekor yang motil itu pada pusatnya sama
seperti flagellum memiliki struktur axoneme yang terdiri atas mikrotubul pusat dikelilingi
oleh Sembilan doblet mikrotubul yang berjarak sama satu dengan yang lainnya. Daya yang
dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan baling-baling dan memungkinkan sperma
meluncur dengan cepat. Keberadan mesin pendorong ini tentunya membutuhkan bahan bakar
yang paling produktif yaitu gula fruktosa yang telah tersedia dalam bentuk cairan yang
melingkupi sperma (Simmons LW, 2011).
Spermatozoa abnormal merupakan spermatozoa berbentuk lain dari biasa, terdapat baik pada
individu fertil maupun infertil. Hanya saja pada individu fertil kadarnya lebih sedikit. Bentuk
abnormal terjadi karena berbagai gangguan dalam spermatogenesis. Gangguan itu mungkin
karena faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, atau oleh penyakit (Yatim, 1992). Bentuk
sperma dibawah ini adalah bentuk sperma yang abnormal menurut Jauhari (2005):
1. Makro : Ukuran kepalanya lebih besar dari ukuran kepala normal.
2. Mikro : Ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala normal.
3. Taper : Spermanya kurus, lebar kepalanya setengah dari kepala normal, tidak jelas
batas akrosom
4. Piri
: tidak jelas adanya kepala nyata, tampak midpiece dan ekor saja.
5. Amorf : Bentuk kepala ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom.
6. Round : Bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom.
7. Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala, warna lebih erah.
8. Ekor abnormal : ekornya pendek/ spiral/ permukaan tidak halus/ ganda.
Kepala spermatozoa bentuknya bervariasi. Isinya adalah inti (di dalamnya terkandung
material genetik) haploid yang berupa kantong berisi sekresi-sekresi enzim hidrolitik.
Spermatozoa yang kontak dengan telur, isi akrosomnya dikeluarkan secara eksositosis yang
disebut dengan reaksi akrosom (Sistina, 2000).
Pengamatan mikroskopis sperma diantaranya adalah penghitungan jumlah spermatozoa.
Jumlah spermatozoa motil atau non-motil dapat dihitung dengan menggunakan bilik hitung
(hemositometer). Hemositometer merupakan gelas objek yang memiliki kotak-kotak
berukuran (Yatim, 1992).
Tujuan
Tujuan praktikum analisis sperma ikan adalah untuk melakukan analisis sperma dan
menentukan kualitas spermatozoa pada ikan nilem (O. hasselti).

MATERI DAN METODE


Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah mikroskop cahaya, bilik hitung
(hemositometer), gelas obyek, gelas penutup, pH indicator/kertas pH, kertas tissue, cavity
slide, cover glass, spuit injeksi tanpa jarum, pipet tetes, tusuk gigi, hand counter, stopwatch,
pipet tetes, micrometer, dan well plate.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sperma Ikan Nilem jantan (O. hasselti )
yang telah masak, larutan eosin, NaCl fisiologis/larutan ringer dan aquades.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Cara Stripping
2. Ikan dipegang dengan bagian dorsal ada di bawah dan bagian ventral menghadap ke
atas,
3. Tangan kanan menutupi kepala, sedangkan tangan kiri menyangga ekor.
4. Bagian lubang urogenital dilap dengan tisu
5. Abdomen ikan diurut dari anterior ke arah posterior menuju lubang urogenital hingga
pada lubang tersebut keluar cairan berwarna putih susu (milt)
6. Milt yang keluar langsung disedot dengan menggunakan spuit injeksi tanpa jarum.
2. Volume
Milt ikan nilem yang tertampung pada spuit injeksi di ukur volumenya dengan langsung
membaca skalanya.
3. Warna
Diamati secara visual dengan latar belakang warna putih.
4. Bau
Dibaui dengan cara dikipas-kipaskan dengan tangan, tidak dihirup langsung.
5. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas pH, dengan cara mencelupkan
kertas pH kedalam sampel sperma, diamkan beberapa saat, kemudian cocokkan perubahan
warna yang terjadi dengan tabel.
6. Pengenceran Milt
7. Sampel sperma diambil 1 ml dimasukkan di dalam cawan
8. Larutan NaCl fisiologis sebanyak 9 ml dicampurkan ke dalam cawan (perbandingan
antara sampel dengan larutan pengenceran harus selalu 1:9)
9. Diaduk-aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai benar-benar homogen.
10. Sperma yang sudah diencerkan ini merupakan sperma dengan pengenceran 10 kali
11. Untuk mendapatkan pengenceran 100x, Ambil sperma pengenceran 10x dengan
menggunakan spuit yang lain sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan yang
berbeda
12. Tambahkan larutan ringer 9 ml dicampurkan ke dalam sperma tersebut
13. Sperma dengan pengenceran dua kali ini, merupakan sperma dengan pengenceran
100x
14. Pengenceran dilakukan lagi untuk mendapatkan sperma dengan pengenceran 1000x
dan 10.000x
7. Motilitas Spermatozoa
8. Milt yang sudah diencerkan 1000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
9. Milt diteteskan di atas cavity slide
10. Ditetesi dengan aquades, kemudian di homogenkan
11. Ditutup dengan cover glass dan diamati dengan menggunakan mikroskop
12. Bergerak atau tidak bergerak, ditentukan presentase motilitasnya.

8. Jumlah Sprematozoa
9. Milt yang sudah diencerkan 10000x diambil dengan menggunakan pipet tetes
10. Diteteskan di bilik hitung Haemocytometer yang sudah ditutup dengan cover glass
melalui sela-sela paritnya
11. Hitung jumlah sperma menggunakan lima kotak sedang di dalam kotak besar yang di
bagian tengah
12. Jumlah total spermatozoa dihitung dengan Rumus :
Total spermatozoa = (Rata-rata 5 kotak sedang x pengenceran x 2,5.105) sel/ml.
9. Morfologi sperma
10. Sediaan preparat apus spermatozoa dibuat dengan cara; Meneteskan sperma
(pengenceran 100x) pada objek glass yang lain, yang diberdirikan dengan sudut 30 0.
Tetesan sperma diratakan dengan menyorongkan gelas objek lain tadi menjauhi titik
tetesan tersebut.
11. Apusan spermatozoa dibiarkan kering udara selama beberapa saat
12. Ditetesi dengan pewarna larutan Giemsa
13. Dibiarkan kering udara
14. Dicuci dengan air mengalir
15. Dibiarkan kering udara
16. Amati dengan menggunakan mikroskop, spermatozoa dicari
17. Spermatozoa normal dan spermatozoa abnormal digambar
18. Hitung spermatozoa pada 5 lapang pandang yang berbeda
19. Hitung presentase sperma normal dan abnormal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Parameter Makroskopis
2. Volume : 0,56 ml
3. Viskositas : 6 menit 41 detik 68
Tabel 1. Akumulasi Data Pengamatan Viskositas Rombongan I
Kelompok
Viskositas (meter)
1
4 menit 5 detik
2
4 menit 14 detik
3
3 menit 30 detik
4
4 menit 41 detik
5
15 menit 39 detik
6
6 menit 41 detik
1. Bau : Amis
2. Warna : Putih susu
3. pH : 7
4. Parameter Mikroskopis
5. Motilitas : Hidup : 90% : Mati 10%
Tabel 2. Akumulasi Data Pengamatan Motilitas Spermatozoa Rombongan 1
K1
K2
K3
K4
K5
K6
Rata-rata
Persentasi
Sperma
10% 50% 90% 30% 40% 90% 51,6%
Motil (%)
Persentasi
Sperma
90% 50% 10% 70% 60% 10% 48,33%
Non-motil (%)
K1
K2
K3
K4
K5
K6
Rata-rata
8

Total 19,95 x 21 x 10 95,5


x 54,5
x 33,5
x 32,5
x

Spermatozo 10
10
a (sel/ml)
Perhitungan :
Kotak 1 = 15
Kotak 2 = 11
Kotak 3 = 16
Kotak 4 = 10
Kotak 5 = 13

108

108

109

109

Rumus :
kotak/5 = (15+11+16+10+13)/5 = 65/5=13
Maka, Total Spermatozoa = 13 x 2,5 .105 x 104 = 3,25 x 1010 sel/ml.

Gambar 1. Bilik Hitung Haemocytometer


1. Morfologi Spermatozoa
Keterangan Gambar :
Perbesaran 400 x
1. Kepala sperma
2. Ekor sperma
Pembahasan
Volume milt yang didapatkan adalah 0,65 mL. Volume diukur dengan cara menghisap sperma
yang keluar dengan spuit injeksi. Menurut Higginson DM (2012), ukuran spermatozoa pada
ikan teleostei berkisar 40-60 m, dengan produksi spermatozoa yang cukup tinggi dan ratarata volume milt yang dihasilkan satu ekor ikan nilem 0,5 ml dengan jumlah spermatozoa
3,331011. Volume normal Milt pada ikan nilem sekali diejakulasi sekitar 2,0 sampai 3,0 ml,
ada juga yang sampai 4,5 ml. Jika volume kurang dari 1 ml, ada kemungkinan ganguan
prostate dan vesicula seminalis yang merupakan penghasil utama plasma Milt (Simmons LW,
2011). Volume yang didapatkan kurang dari 1 mL, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
mulai dari kesehatan ikan, kualitas testis ikan, pengambilan sperma dan cara striping terhadap
ikan. Kesehatan, fisiologis dan kualitas testis ikan mempengaruhi produksi sperma. Cara
pengambilan sperma juga mempengaruhi volume yang didapat. Jika pengambilannya tidak
benar, maka sperma tidak akan masuk ke spruit injeksi, mungkin akan jatuh ke lantai atau
darah terambil bersama sperma. Cara striping juga mempengaruhi hasil yang didapatkan, jika
benar dan tepat, maka sperma akan keluar dengan banyak. Tapi jika salah, hanya sedikit saja

yang terambil atau ikan mengalami pendarahan sehingga darah bercampur dengan sperma
menyebabkan sulit untuk diambil dan dilakukan penelitian (Maria., 2006).
Bau sperma yang teramati adalah amis, tidak busuk, normal. Berdasarkan referensi, bau
sperma yang normal adalah khas, tajam, tidak busuk. Bau itu berasal dari oksidasi spermin
yang dihasilkan prostat. Milt normal tampak berwarna putih kelabu dan baunya seperti bunga
akasia. Milt yang berbau busuk diduga disebabkan oleh suatu infeksi. Dalam keadaan normal,
Milt mencair dalam 60 menit pada suhu kamar. Bau yang tidak khas mani, prostate tidak aktif
atau ada gangguan. Mungkin gangguan itu pada saluran atau kelenjar sendiri. Bau busuk oleh
adanya infeksi (Yatim, 1992).
Warna sperma hasil striping pada O. hasselti adalah putih susu, hal ini menunjukkan bahwa
sperma ikan nilem yang digunakan pada praktikum adalah sehat. Berdasarkan referensi, Milt
memiliki warna krem keputih-putihan atau putih susu. Derajatnya keputihnya atau
kekeruhannya sebagian besar tergantung pada konsentrasi spermanya. Semakin keruh
biasanya jumlah sperma per ml Milt itu semakin banyak. Milt yang berwarna hijau kekuningkuningan biasanya banyak mengandung kuman Pseudomonas auroginosa yang menandakan
adanya peradangan yang kronis dalam saluran reproduksinya. Milt yang berwarna merah atau
kemerah-merahan menandakan bahwa Milt itu mengandung sedikit atau banyak darah
(Partodiharjo, 1990).
Bila berwarna coklat atau kecoklat-coklatan menandakan bahwa Milt itu mengandung darah
yang telah rusak atau busuk. Adakalanya Milt itu berwarna kream tua sampai kuning, warna
ini disebabkan oleh banyaknya jumlah pigmen riflavin yang menurut banyak pendapat tidak
mempunyai peranan apa-apa terhadap spermatozoa maupun terhadap kesuburan Milt itu
(Toelihere, 1975).
Sperma ikan nilem yang diamati menunjukkan pH 7. Berdasarkan referensi, Milt yang normal
mempunyai pH antara 7,2-7,8. pH lebih dari 8 menunjukkan adanya radang akut kelenjar
kelamin atau epididymis. pH kurang dari 7,2 menunjukkan adanya penyakit kronis pada
kelenjar atau epididymis. pH rendah sekali menunjukkan adanya gangguan atau aplasia pada
vesicular seminalis atau ductus ejaculatorius. pH dapat berubah satu jam sesudah ejakulasi
(Yatim, 1992). Maka, Milt yang diamati dapat dikatakan normal.
Morfologi spermatozoa pada ikan berbeda dengan manusia. Manusia memiliki spermatozoa
yang berkepala lonjong (dilihat dari atas) dan piriform (dilihat dari samping). Lebih tebal
dekat leher dan menggepeng ke ujung. Kepala 4-5 mikro meter panjang dan 2,5-3,5 mikro
meter lebar. Panjang ekor seluruhnya sekitar 55 mikro meter dan tebalnya berbeda, dari 1
mikro meter dekat pangkal ke 0,1 mikro meter dekat ujung (Almquist, 1956).
Sedangkan ikan memiliki spermatozoa yang berflagelata dan tak berakrosoma. Spermatozoa
hasil suspensi testis keadaanya sama dengan spermatozoa hasil striping. Kepala berbentuk
bulat, dengan diameter sekitar 2,86-0,16 mikro meter, panjang sekitar 25,86 mikro meter.
Pada pangkal flagella ada bangunan seperti cincin, annulus (Jamieson, 1991).
Perhitungan motilitas spermatozoa ikan nilem diperoleh jumlah spermatozoa yang motil
adalah 90%, sedangkan jumlah spermatozoa yang non motil adalah 10%. Pengamatan
motilitas menggunakan cavity slide, yaitu sejenis objek glass yang memiliki lengkungan
ditengah . sehingga dapat dengan mudah mengamati pergerakan spermatozoa.. Sample
sperma diletakkan ditengah cavity slide dan ditutup cover glass. Pengaktifan pergerakan
spermatozoa dapat dilakukan dengan meneteskan air disela-sela cover glas dengan cavity
slide. Pergerakan dapat diamati melalui mikroskop dengan perbesaran sedang.
Jumlah Spermatozoa per mL Milt dapat dilakukan dengan bilik hitung (haemocytometer).
Penggunaan haemocytometer untuk menentukan jumlah spermatozoa dalam Milt menurut
pendapat terbaru dianggap kurang praktis, karena memerlukan sedikit keahlian dalam
menghisap juga memerlukan waktu dalam menghitung dengan mikroskop. Sperma yang
diteteskan di atas kotak haemocytometer ditutup dan dihitung, hasilnya dicatat misalnya y. Y

ini adalah jumlah sel-sel spermatozoa yang mati dan yang terlihat tidak bergerak dalam
kotak-kotak. Spermatozoa yang tidak bergerak belum tentu mati. Sukar menentukan apakah
yang terhitung adalah spermatozoa atau sampah/kotoran yang terdapat pada haemocytometer
(Partodiharjo, 1990). Hasil perhitungan jumlah spermatozoa rata-rata adalah 3,25 x 10 10
spermatozoa/ml Milt. Ikan tersebut termasuk kedalam golongan highly fertile.
Pewarnaan sperma untuk keperluan pengamatan morfologi tidak terikat hidup matinya
sperma, seperti pada pewarnaan hidup matinya sperma. Sel spermatozoa yang normal dengan
dimensi umum, seekor spermatozoa secara sitologi terbagi atas kepala dan ekor. Ekor terbagi
menjadi bagian tengah atau leher, bagian utama dan bagian ujung. Ciri-ciri sel spermatozoa
yang normal adalah :
Bentuk : bulat lonjong, gepeng.
Dimensi : tebal : 1-2 mikron; panjang : 9 mikron.
1. Leher
Bentuk : bulat, pendek.
Dimensi : garis tengah 1 mikron; panjang 13 mikron.
Bentuk : bulat, panjang.
Dimensi : garis tengah 0.25-0.5 mikron. Bagian ujung mungkin bergaris tengah kurang dari
0.25 mikron, panjang 44-50 mikron (Partodiharjo,1990).
Bentuk sperma yang teramati berbentuk normal namun ada beberapa yang abnormal. Ada
yang tidak berkepala, ada yang tidak berekor. Berdasarkan referensi, banyak macam bentuk
spermatozoa yang abnormal yang mungkin dapat dilihat. Bentuk abnormal dapat dibedakan
antara bentuk abnormal yang primer dan bentuk abnormal yang sekunder. Bentuk abnormal
primer berasal pada gangguan testes, mungkin karena memang cacat. Bentuk abnormal
sekunder biasanya berasal dari perlakuan setelah Milt itu meninggalkan testis, misalnya
mendapat kocokan yang keras dalam tabung penampung, dikeringkan terlalu cepat,
dipanaskan dengan temperature terlalu tinggi, pengesekan yang tidak berhati-hati ketika
membuat sedian, atau mungkin yang terlihat adalah kotoran bukan sperma (Partodihajo,
1990).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Volume Milt = 0,56 mL.
2. Warna sperma hasil striping pada ikan nilem (Osteochilus hasselti) adalah putih susu,
hal ini menunjukkan bahwa sperma ikan nilem yang digunakan pada praktikum
adalah sehat.
3. Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan bau amis, tidak busuk, berarti sperma yang
dihasilkan normal, prostat aktif dan tidak ada infeksi.
4. Sperma ikan nilem yang diamati menunjukkan pH 7, menunjukkan bahwa sperma
tersebut dalam keadaan normal.
5. Perhitungan motilitas spermatozoa ikan nilem diperoleh jumlah spermatozoa yang
motil adalah 90%, sedangkan jumlah spermatozoa yang non motil adalah 10%.
6. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa rata-rata adalah 3,25 x 1010spermatozoa/ml
Milt.
7. Bentuk sperma mayoritas normal dan hanya beberapa saja yang berbentuk abnormal.
Saran

Sperma ikan untuk pengamatan jangan diambil dari beberapa ikan dan disatukan dalam satu
pruit injeksi. Sebaiknya setiap ikan diambil spermanya dengan masing-masing satu spruit
injeksi, agar kita dapat mengetahui ikan mana yang paling fertil.

Sel Hidup dan Sel Mati


December 28, 2013Uncategorized
Setiap makhluk hidup memiliki bagian-bagian anggota tubuh yang tersusuan dari jutaan sel,
dari sel-sel tersebut dapat di bedakan menjadi sel hidup dan sel yang sudah tidak aktif lagi
(sel mati).Perbedaan sel hidup dengan sel mati adalah pada struktur dan aktifitas dari
masing-masing sel tersebut.
Sel hidup adalah sel yang masih memiliki peranan penting dalam metabolisme kehidupan
dari mkhluk hidu, hal itu di tandai dengan adanya bagian-bagian protoplas dalam sel atau
dengan adanya hasil metabolisme yang berupa bahan ergastik. Sedangkan sel mati adalah sel
yang sudah tidak memiliki peranan dalam proses kelangsungan kehidupan dan hanya berupa
dinding sel.
Sel adalah struktural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup yang secara
independen mampu melakukan metabolisme, reproduksi dan kegiatan kehidupan lainnya
yang menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel
tersebut masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara lain melakukan aktifitas metabolisme,
mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup
lainnya. Suatu sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada di bagian dalam
dinding sel. Protoplas dibedakan atas komponen protoplasma dan non protoplasma.
Komponen protoplasma yaitu terdiri atas membran sel, inti sel, dan sitoplasma (terdiri dari
organel-organel hidup). Komponen non protoplasma dapat pula disebut sebagai benda
ergastik.
Benda ergastik adalah bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik, sebagai hasil

metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan juga sebagai
penyimpanan cadangan makanan, terletak di baigan sitoplasama, dinding sel, maupun di
vakuola. Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat (amilum), protein (aleuron dan
gluten), lipid (lilin, kutin, dan suberin), dan Kristal (Kristal ca-oksalat dan silika). Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa benda ergastik memiliki banyak fungsi untuk sel, misalnya
penyimpanan cadangan makanan, contohnya amilum; pemeliharaan struktur (lilin); dan
perlindungan, misalnya adanya Kristal ca oksalat dalam suatu jaringan tumbuhan dapat
menyebabkan reaksi alergi bagi hewan yang memakannya, sehingga hewan tersebut tidak
akan bernafsu menyentuhnya untuk yang kedua kali.
Pada sel mati tidak dijumpai adanya organel-organel, di dalam sel hanya berupa ruangan
kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi mati disebabkan karena
berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan. Sedangkan yang akan
dibahas dalam praktikum ini adalah sel mati karena faktor genetik, maksudnya sel tersebut
mati karena telah mencapai umur yang memang telah ditentukan secara genetik. Sel-sel
tersebut memang dalam perkembangannya terspesialisasi untuk menjadi suatu sel mati, yang
memiliki fungsi tertentu dalam bagi tumbuhan. Misalnya sel-sel xilem-xilem yang akan
bersifat mati secara khusus berguna untuk pengangkutan unsur mineral dari dalam tanah ke
daun.
Bawang merah Alium cepa
Sel bawang merah terlihat seperti papan-papan atau segi empat tidak beraturan yang
disusun seperti batu bata. Memiliki sebuah inti sel yang terletak di tengah sel. Selain itu di di
dalam bawang merah terdapat pigmen yang menyebabkan sel/jaringan berwarna merah (ada
yang mengatakan bahwa pigmen tersebut adalah fikoeritrin, bagi saya hal tersebut masih
kurang jelas, karena pigmen fikoeritrin biasanya terdapat dalam alga seperti pigmen yang
lain; fikosantin, fikobilin dll, mungkin saja pigmen tersebut adalah golongan karotenoid).
Sel hidup adalah sel yang masih menunjukkan aktivitas kehidupan yang ditunjukkan dengan
adanya bagian-bagian protoplas dalam sel atau dengan adanya hasil metabolisme yang berupa
bahan ergastik. Sedangkan sel mati hanya berpa ruang kosong yang dibatasi oleh dinding sel.
Pada sel hidup (bawang merah)
Bentuk sel epidermis bawang merah seperti balok yang disusun miring. Sel epidermis
bawang merah termasuk sel hidup, karena sel bawang merah mempunyai inti sel, memliki
cairan di dalamnya dan ada aktivitas yang terjadi di dalamnya seperti pertukaran zat dalam
sel. cairan yang ada di dalam sel epidermis bawang merah disebut nukleoplasma. Fungsi
cairan nukleoplasma adalah untuk melindungi vakuola. Bawang merah memiliki struktur
yang jauh lengkap dari pada sel mati, yaitu memiliki, inti sel,dinding sel,kloroplas,membran
sel, dan sitoplasma. Sel pada bawang merah berwarna merah mudah, hal ini di sebabkan
karena bawang merah mengandung plastid yang menghasilkan kloroplas. Adapun epitel pada
bawang merah mempunyai tiga bagian yaitu membran plasma, inti sel, dan sitoplasma. Sel
pada bawang merah dan epitel mempunyai peran yang cukup penting bagi kelangsungan
hidup.
2) Pada sel mati (gabus)
Bentuk sel-sel gabus adalah segi delapan, tetapi ada juga yang bentuknya seperti segi lima
atau segi enam. Sel gabus termasuk sel mati karena sel gabus tidak memiliki isi, tidak
memiliki inti sel dan tidak ada aktivitas yang terjadi. Pada se mati hanya terdapat dinding sel
sementara bagian yang lain kosong. Sel mati ini tidak berperan bagi kehidupan
a. Bentuk dan ukuran
Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu, sedangkan benda mati tidak.
b. Komposisi kimia

Makhluk hidup mempunyai komposisi kimia tertentu. Benda mati komposisi kimianya tidak
tertentu.
c. Organisasi
Pada makhluk hidup terbentuk dari sel-sel. Pada benda mati misalnya batu, susunan
sedemikian rupa adalah hasil dari unsur pokoknya.
d. Metabolisme
Pada makhluk hidup terjadi pengambilan dan penggunaan makanan, respirasi atau
pernapasan. Sekresi dan ekskresi. Benda mati tidak mengalami hal-hal tersebut.
e. Iritabilitas
Makhluk hidup dapat memberikan reaksi terhadap perubahan sekitarnya, besarnya reaksi tak
seimbang besarnya aksi. Pada benda mati reaksinya seimbang dengan aksi.
f. Reproduksi
Pada makhluk hidup terdapat kemampuan untuk membuat makhluk itu menjadi banyak,
sedangkan pada benda mati tidak.
g. Tumbuhan dan hewan mempunyai daur hidup
Setiap makhluk hidup mengalami proses pertumbuhan dan mempunyai daur hidup. Benda
mati membesar karena pengaruh luar.

Anda mungkin juga menyukai