Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Preman
Premanisme (berasal dari kata bahasa Belanda vrijman = orang bebas, merdeka dan isme
= aliran) adalah sebutan pejoratif yang sering digunakan untuk merujuk kepada kegiatan
sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok
masyarakat lain.
Fenomena preman di Indonesia mulai berkembang pada saat ekonomi semakin sulit dan
angka pengangguran semakin tinggi. Akibatnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari
cara untuk mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa
yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Preman sangat identik dengan dunia kriminal dan kekerasan
karena memang kegiatan preman tidak lepas dari kedua hal tersebut.
Contoh:

Preman di terminal bus yang memungut pungutan liar dari sopir-sopir, yang bila ditolak
akan berpengaruh terhadap keselamatan sopir dan kendaraannya yang melewati terminal.

Preman di pasar yang memungut pungutan liar dari lapak-lapak kakilima, yang bila
ditolak akan berpengaruh terhadap dirusaknya lapak yang bersangkutan.

Sering terjadi perkelahian antar preman karena memperebutkan wilayah garapan yang
beberapa di antaranya menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Preman di Indonesia makin lama
makin sukar diberantas karena ekonomi yang semakin memburuk dan kolusi antar preman dan
petugas keamanan setempat dengan mekanisme berbagi setoran.

Premanisme memang adalah suatu praktik manajemen (baca : kalau tidak boleh kita sebut
sebagai sebuah tindak kejahatan) yang sudah hidup dan berumur lama di dunia ini. I am a Free
Man (baca : orang Indonesia menyebutnya dengan PREMAN), orang yang bebas dan bisa
semaunya sendiri melakukan apapun dengan cara apapun dan tidak peduli apakah orang lain
terganggu atau tidak. Seperti kita lihat di berbagai film Hollywood yang kerap kali mengangkat
tema Mafia sebagai main plot nya (baca : simak Godfather I,II,III ; Scarface ; American Gangster
; dan film mafia yang lain) premanisme dianggap sebagai cara yang sangat efektif untuk dapat
menapai tujuan akhir nya (baca : kekuasaan wilayah dan keuntungan materi financial yang super
nyaman).
Indonesia patut untuk benar-benar mengambil langkah yang nyata apabila memang
bertekad untuk memberantas habis praktik yang brutal ini. Pemerintah menganggap premanisme
hanyalah praktik brutalisme semata, karena hukum memandang bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak mendapatkan perlindungan hukum yang sama. Entah dia pengangguran atau
bahkan seorang konglomerat sekelas klan Cendana. Semua tindak kejahatan harus dikenai sanksi
yang tegas dan memaksa. Komitmen untuk mem-PHK kepada setiap public figure yang terbukti
melakukan tindak premanisme. Peran POLRI, Kejaksaan dan Pengadilan kini dituntut semakin
kuat dan nyata, karena saat ini pemerintah belum membentuk KPP (Komisi Pemberantasan
Premanisme) seperti halnya pemerintah telah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi.
Para pelaku bisnis dan atau public figure yang selama ini masih mempercayai
premanisme adalah sebuah praktik manajemen sekarang harus bertindak secara lebih hatihati.Termasuk di dalamnya adalah beberapa perusahaan penerbit KartuKredit yang biasanya
menggunakan jasa agensi penagihan harus lebih berhati-hati karena konsumen akan menjadi
semakin kritis untuk menimbang apakah perusahaan telah melakukan tindakan kriminal atau
tidak. Brutalisme tetaplah brutalisme, baik ancaman secara fisik atau melalui intimidasi melalui
bahasa verbal.
2.1 John Kei preman asal Maluku utara
Jhon Refra Kei atau yang biasa disebut Jhon Kei, 40, tokoh pemuda asal Maluku yang
lekat dengan dunia kekerasan di Ibukota. Namanya semakin berkibar ketika tokoh pemuda asal
Maluku Utara pula, Basri Sangaji meninggal dalam suatu pembunuhan sadis di hotel Kebayoran
Inn
di
Jakarta
Selatan
pada
12
Oktober
2004
lalu
Padahal dua nama tokoh pemuda itu seperti saling bersaing demi mendapatkan nama
lebih besar. Dengan kematian Basri, nama Jhon Key seperti tanpa saingan. Ia bersama
kelompoknya
seperti
momok
menakutkan
bagi
warga
di
Jakarta.
Untuk diketahui, Jhon Kei merupakan pimpinan dari sebuah himpunan para pemuda
Ambon asal Pulau Kei di Maluku Tenggara. Mereka berhimpun pasca-kerusuhan di Tual, Pulau
Kei pada Mei 2000 lalu. Nama resmi himpunan pemuda itu Angkatan Muda Kei (AMKEI)
dengan Jhon Kei sebagai pimpinan. Ia bahkan mengklaim kalau anggota AMKEI mencapai 12
ribu
orang.
Lewat organisasi itu, Jhon mulai mengelola bisnisnya sebagai debt collector alias penagih
utang.
Usaha jasa penagihan utang semakin laris ketika kelompok penagih utang yang lain, yang

ditenggarai pimpinannya adalah Basri Sangaji tewas terbunuh. Para 'klien' kelompok Basri
Sangaji mengalihkan ordernya ke kelompok Jhon Kei. Aroma menyengat yang timbul di
belakang pembunuhan itu adalah persaingan antara dua kelompok penagih utang.

Bahkan pertumpahan darah besar-besaran hampir terjadi tatkala ratusan orang bersenjata
parang, panah, pedang, golok, celurit saling berhadapan di Jalan Ampera Jaksel persis di depan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada awal Maret 2005 lalu. Saat itu sidang pembacaan
tuntutan terhadap terdakwa pembunuhan Basri Sangaji. Beruntung 8 SSK Brimob Polda Metro
Jaya
bersenjata
lengkap
dapat
mencegah
terjadinya
bentrokan
itu.
Sebenarnya pembunuhan terhadap Basri ini bukan tanpa pangkal, konon pembunuhan ini
bermula dari bentrokan antara kelompok Basri dan kelompok Jhon Key di sebuah Diskotik
Stadium di kawasan Taman Sari Jakarta Barat pada 2 Maret 2004 lalu. Saat itu kelompok Basri
mendapat 'order' untuk menjaga diskotik itu. Namun mendadak diserbu puluhan anak buah Jhon
Kei Dalam aksi penyerbuan itu, dua anak buah Basri yang menjadi petugas security di diskotik
tersebut
tewas
dan
belasan
terluka.
Polisi bertindak cepat, beberapa pelaku pembunuhan ditangkap dan ditahan. Kasusnya
disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Namun pada 8 Juni di tahun yang sama saat
sidang mendengarkan saksi-saksi yang dihadiri puluhan anggota kelompok Basri dan Jhon Kei
meletus bentrokan. Seorang anggota Jhon Kei yang bernama Walterus Refra Kei alias Semmy
Kei terbunuh di ruang pengadilan PN Jakbar. Korban yang terbunuh itu justru kakak kandung
Jhon Key, hal ini menjadi salah satu faktor pembunuhan terhadap Basri, selain persaingan bisnis
juga
ditunggangi
dendam
pribadi.
Sebuah sumber dari seseorang yang pernah berkecimpung di kalangan jasa penagihan
utang menyebutkan, Jhon Kei dan kelompoknya meminta komisi 10 persen sampai 80 persen.
Persentase dilihat dari besaran tagihan dan lama waktu penunggakan. "Tapi setiap kelompok
biasanya
mengambil komisi dari kedua hal itu," ujar sumber tersebut.
Dijelaskannya, kalau kelompok John, Sangaji atau Hercules yang merupakan 3 Besar
Debt Collector Ibukota biasanya baru melayani tagihan di atas Rp 500 juta. Menurutnya, jauh
sebelum muncul dan merajalelanya ketiga kelompok itu, jasa penagihan utang terbesar dan
paling disegani adalah kelompok pimpinan mantan gembong perampok Johny Sembiring,
kelompoknya bubar saat Johny Sembiring dibunuh sekelompok orang di persimpangan
Matraman
Jakarta
Timur
tahun
1996
lalu.
Kalau kelompok tiga besar itu biasa main besar dengan tagihan di atas Rp 500 juta'an, di
bawah itu biasanya dialihkan ke kelompok yang lebih kecil. Persentase komisinya pun dilihat
dari lamanya waktu nunggak, semakin lama utang tak terbayar maka semakin besar pula
komisinya," ungkap sumber itu lagi.Dibeberkannya, kalau utang yang ditagih itu masih di bawah
satu tahun maka komisinya paling banter 20 persen. Tapi kalau utang yang ditagih sudah
mencapai 10 tahun tak terbayar maka komisinya dapat mencapai 80 persen.
Bahkan menurut sumber tersebut, kelompok penagih bisa menempatkan beberapa

anggotanya secara menyamar hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu atau berbulanbulan di dekat rumah orang yang ditagih. "Pokoknya perintahnya, dapatkan orang yang ditagih
itu
dengan
cara
apa
pun,"
ujarnya.

Saat itulah kekerasan kerap muncul ketika orang yang dicari-carinya apalagi dalam waktu
yang lama didapatkannya namun orang itu tak bersedia membayar utangnya dengan berbagai
dalih. "Dengan cara apa pun orang itu dipaksa membayar, kalau perlu culik anggota keluarganya
dan
menyita
semua
hartanya,"
lontarnya.
Dilanjutkannya, ketika penagihan berhasil walaupun dengan cara diecer alias dicicil,
maka saat itu juga komisi diperoleh kelompok penagih. "Misalnya total tagihan Rp 1 miliar
dengan perjanjian komisi 50 persen, tapi dalam pertemuan pertama si tertagih baru dapat
membayar Rp 100 juta, maka kelompok penagih langsung mengambil komisinya Rp 50 juta dan
sisanya baru diserahkan kepada pemberi kuasa. Begitu seterusnya sampai lunas. Akhirnya
walaupun si tertagih tak dapat melunasi maka kelompok penagih sudah memperoleh komisinya
dari
pembayaran-pembayaran
sebelumnya,"
Dalam 'dunia persilatan' Ibukota, khususnya dalam bisnis debt collector ini, kekerasan
kerap muncul diantara sesama kelompok penagih utang. Ia mencontohkan pernah terjadi
bentrokan berdarah di kawasan Jalan Kemang IV Jaksel pada pertengahan Mei 2002 silam,
dimana kelompok Basri Sangaji saat itu sedang menagih seorang pengusaha di rumahnya di
kawasan Kemang itu, mendadak sang pengusaha itu menghubungi Hercules yang biasa
'dipakainya'
untuk
menagih
utang
pula.
Selain jasa penagihan utang, kelompok Jhon Kei juga bergerak di bidang jasa pengawalan
lahan dan tempat. Kelompok Jhon Kei semakin mendapatkan banyak 'klien' tatkala Basri Sangaji
tewas terbunuh dan anggota keloompoknya tercerai berai. Padahal Basri Sangaji bersama
kelompoknya memiliki nama besar pula dimana Basri CS pernah dipercaya terpidana kasus
pembobol Bank BNI, Adrian Waworunto untuk menarik aset-asetnya. Tersiar kabar, Jamal
Sangaji yang masih adik sepupu Basri yang jari-jari tangannya tertebas senjata tajam dalam
peristiwa pembunuhan Basri menggantikan posisi Basri sebagai pimpinan dengan dibantu
adiknya
Ongen
Sangaji.
Kelompok Jhon Kei pernah mendapat 'order' untuk menjaga lahan kosong di kawasan
perumahan Permata Buana, Kembangan Jakarta Barat. Namun dalam menjalankan 'tugas'
kelompok ini pernah mendapat serbuan dari kelompok Pendekar Banten yang merupakan bagian
dari Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI).
Sekedar diketahui, markas dan wilayah kerja mereka sebetulnya di Serang dan areal
Provinsi Banten. Kepergian ratusan pendekar Banten itu ke Jakarta untuk menyerbu kelompok
Jhon Kei pada 29 Mei 2005 ternyata di luar pengetahuan induk organisasinya. Kelompok
penyerbu
itu
pun
belum
mengenal
seluk-beluk
Ibukota.
Akibatnya, seorang anggota Pendekar Banten bernama Jauhari tewas terbunuh dalam
bentrokan itu. Selain itu sembilan anggota Pendekar Banten terluka dan 13 mobil dirusak. 3 SSK

Brimob PMJ dibantu aparat Polres Jakarta Barat berhasil mengusir kedua kelompok yang
bertikai dari areal lahan seluas 5.500 meter persegi di Perum Permata Buana Blok L/4,
Kembangan Utara Jakbar. Namun buntut dari kasus ini, Jhon Kei hanya dimintakan
keterangannya
saja.
Sebuah sumber dari kalangan ini mengatakan kelompok penjaga lahan seperti kelompok
Jhon Kei biasanya menempatkan anggotanya di lahan yang dipersengketakan. Besarnya honor
disesuaikan dengan luasnya lahan, siapa pemiliknya, dan siapa lawan yang akan dihadapinya
"Semakin kuat lawan itu, semakin besar pula biaya pengamanannya. Kisaran nominal
upahnya, bisa mencapai milyaran rupiah. Perjanjian honor atau upah dibuat antara pemilik lahan
atau pihak yang mengklaim lahan itu milikya dengan pihak pengaman. Perjanjian itu bisa
termasuk ongkos operasi sehari-hari bisa juga diluarnya, misalnya untuk sebuah lahan sengketa
diperlukan 50 orang penjaga maka untuk logistik diperlukan Rp 100 ribu per orang per hari,
maka harus disediakan Rp 5 juta/hari atau langsung Rp 150 juta untuk sebulan.
2.3 Dampak Dari Tindakan Kriminal dan Kekerasan
Setiap perbuatan pasti memiliki dampak dari perbuatannya. Termasuk juga dalam tindakan
kriminal dan kekerasan yang pasti akan berdampak negatif seperti :
1. Merugikan pihak lain baik material maupun non material
2. Merugikan masyarakat secara keseluruhan
3. Merugikan Negara
4. Menggangu stabilitas keamanan masyarakat
5. Mangakibatkan trauma kepada para korban
Dengan kata lain dampak dari fenomena tindakan kriminal dan kekerasan ini adalah
mengakibatkan kersahaan dimasyarakat dan peran penegak hukum seperti polisi akan sangat
diandalkan untuk menangulanginya, namun peran masyarakat juga akan sangat membantu para
polisi dalam menangulangi seperti memberikan informasi dan pengamanan lingkungan
sekitarnya dengan melakukan siskamling (sistem keamanan lingkungan) yang terintregasi
dengan tokoh masyarakat dan polisi.

2.4 Memberantas akar Premanisme di Indonesia


Apakah langkah ini akan berhasil memberantas akar premanisme di Indonesia? Jika kita
berpegangan pada konsep the Secret, maka langkah ini tidak akan berhasil karena kita berpikir
negatif dengan melakukan perang terhadap premanisme di Indonesia atau singkat kata AntiPremanisme.
Hal ini akan berakhir sama dengan program-program Anti lainnya, seperti Anti Kemaksyatan,
Anti Pornografi, Anti Kemiskinan dan Anti-anti lainnya. Karena cara berpikir ini membawa
pikiran kita ke pikiran negatif. Dan hasilnya adalah semakin banyak hal negatif yang akan datang
ke kehidupan kita. Maka tak heran banyak yang menyangsikan gebrakan ini, ketika polisi
kehabisan tenaga untuk memberantas premanisme maka saat itu pula akan muncul lagi

premanisme di Indonesia dengan skala yang lebih menghawatirkan. Mungkin kejahatan akan
lebih parah ketika saat itu.
Premanisme menyebabkan hukum sulit ditegakkan dan keadilan dan hak warga negara
juga sulit ditegakkan jika mereka dibiarkan berkembang. Untuk itu perlu dipikirkan cara
mengatasi premanisme di Indonesia. Setiap masalah pasti memiliki akar, dan saya yakin jika kita
menelusuri dan melakukan pengamatan terhadap fenomena premanisme di Indonesia kita akan
bertemu pada penyebabnya. Ada baiknya preman-preman yang tertangkap di data kemudian
dilakukan penelitian mengapa mereka menjalani profesi itu.
Banyak preman yang tertangkap adalah pengamen, tukang parkir dan backing wilayah.
Mungkin operasi ini belum menjangkau preman kelas kakap atau bigbosnya, namun pemblokiran
terhadap beberapa jasa keamanan seperti jasa pengamanan truk akan mengurangi ruang gerak
premanisme untuk saat ini. Seperti kita ketahui tumbuhnya premanisme juga karena ada yang
membutuhkan seperti jasa rentenir maupun jasa pengamanan acara. Hal ini tentunya sangat
mengkawatirkan di tengah harapan masyarakat untuk kinerja yang lebih baik ternyata banyak
yang belum percaya dengan cara kerja pemerintah. Sehingga mereka mencari jalan yang tidak
biasa dalam menyelesaikan masalah.
Namun premanisme itu sendiri lebih banyak terjadi pada kalangan masyarakat kecil. Ini
dikarenakan tekanan hidup dan kebutuhan untuk hidup membuat mereka mencari pekerjaan yang
tidak halal. Jika saja pemerintah bisa menurunkan beban masyarakat dan memberikan
kesempatan kerja bagi rakyatnya maka premanisme dapat ditekan walaupun tidak 100 persen
karena saya yakin di setiap masyarakat manapun pasti ada penyakit ini. Dengan meningkatnya
taraf hidup masyarakat Indonesia maka generasi muda akan dibekali pendidikan yang cukup
karena mereka mendapat pemahaman yang baik tentang kehidupan. Coba bayangkan pengamen
dan pengemis, untuk mengisi perut mereka saja mereka masih harus berpikir keras, bagaimana
mungkin orang tua mampu menyekolahkan mereka yang notabene harga pendidikan semakin
mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat kecil.
Jika anak-anak dibekali pendidikan yang cukup sehingga memiliki ketrampilan dalam
berwirausaha maka mereka tidak akan hidup sebagai pengemis atau gelandangan. Siapa sih yang
mau hidup seperti itu? Coba tanya hati kecil mereka, pasti tidak. Mereka pasti mendambakan
hidup berkecukupan dan sehat. Apalagi anak-anak kecil jika dari kecil diajari hidup dengan
kekerasan ( termasuk tayangan televisi yang akhir-akhir ini cukup memprihatikan karena banyak
adegan bahkan karakter yang jahat ditonjolkan ), maka mereka akan terbiasa menyelesaikan
masalah dengan cara semau gue. Ingat cara berpikir orang ditentukan saat masa kanak-kanak.
Seringkali trauma di masa kecil membawa dampak yang buruk di kehidupan dewasanya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Akar dari premanisme hampir sama dengan akar penyakit masyarakat lainnya yaitu
kemiskinan dan kebodohan. saya berharap pemerintah bisa memberikan solusi yang jitu untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dan sekaligus meningkatkan pendidikan bagi generasi
muda. Tidak ada lagi tawuran tetapi belajar dan belajar lagi dengan giat.
Faktor utama terjadinya dalam fenomena tindakan kriminal ini salah satunya akibat
faktor ekonomi dalam memenuhi kebutuhan. Pelaku tindak kriminal dan kekerasan dapat terjadi
dimana saja dan oleh siapa saja Tindakan kriminal dan kekerasan sangatlah berdampak negatif
pada kelangsungan kehidupan di masyarakat bahkan suatu negara Fenomena tindakan kriminal
dan kekerasan dapat dicegah dan dapat diselesaikan. Peran serta anggota Kepolisian juga sangat
penting, untuk mencegah maraknya preman preman di Indonesia

Daftar Pustaka
http://bodrexcaem.blogspot.com/2011/09/kisah-hidup-preman-besar-di-indonesia.html
http://www.jualanbuku.com/2008/11/26/memberantas-akar-premanisme-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai