Anda di halaman 1dari 13

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
III.1

Definisi dan Fungsi Transformator Arus


Trafo Arus (Current Transformator - CT) yaitu peralatan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi
tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan
melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran
arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan
proteksi.
Fungsi dari trafo arus adalah:

Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran


primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran
sistem metering dan proteksi

Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,


sebagai pengamanan terhadap manusia atau operator yang
melakukan pengukuran.

Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5


Amp.

Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua yaitu:


a) Trafo arus pengukuran
Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian tinggi pada
daerah kerja (daerah pengenalnya) 5% - 120% arus nominalnya tergantung
dari kelasnya dan tingkat kejenuhan yang relatif rendah dibandingkan trafo
arus untuk proteksi.
Penggunaan trafo arus pengukuran untuk Amperemeter, Watt-meter,
VARh-meter, dan cos meter.

b) Trafo arus proteksi

Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus pengenalnya
dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.

Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR),
relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.

Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi adalah pada titik
saturasinya seperti pada kurva saturasi dibawah (Gambar III.1).

Gambar III.1 Kurva Kejenuhan CT untuk Pengukuran dan


Proteksi.
Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat
jenuh dibandingkan trafo arus proteksi sehingga konstruksinya
mempunyai luas penampang inti yang lebih kecil (Gambar III.2).

Gambar III.2 Luas Penampang Inti Trafo Arus


III.2

Prinsip Kerja Transformator Arus


8

Arus yang mengalir pada sistem distribusi tegangan menegah


ataupun tegangan rendah berkisar ratusan hingga ribuan ampere. Oleh
karena itu, belitan primer dari trafo arus terbuat dari batangan tembaga
dengan dimensi yang relative besar agar mampu menahan arus yang
mengalir secara terus-menerus disisi primer ataupun arus sesaat ketika
terjadi kegagalan sistem. Karena terbuat dari batang tembaga yang cukup
besar dan maksimal 2 lilitan untuk rasio ganda , maka impedansi disisi
primer bisa diabaikan karena terlalu kecil dibandingkan impedansi
sistem.
III.3

Jenis jenis Transformator Arus


1. Jenis trafo arus berdasarkan konstruksi jenis inti

Trafo arus dengan inti besi


Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum
digunakan pada arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal)
terdapat kecenderungan kesalahan dan pada arus yang besar
(beberapa kali nilai nominal) trafo arus akan mengalami saturasi.

Trafo arus tanpa inti besi


Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi
histerisis, transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder
adalah linier di seluruh jangkauan pengukuran, contohnya adalah
koil rogowski (coil rogowski).

2. Jenis trafo arus berdasarkan jenis isolasi


Berdasarkan jenis isolasinya, trafo arus terdiri dari:

Trafo arus kering


Trafo arus kering biasanya digunakan pada tegangan
rendah, umumnya digunakan pada pasangan dalam ruangan
(indoor).

Trafo arus cast resin

Trafo arus ini biasanya digunakan pada tegangan menengah,


umumnya digunakan pada pasangan dalam ruangan (indoor),
misalnya trafo arus tipe cincin yang digunakan pada kubikel
penyulang 20 kV.

Trafo arus isolasi minyak


Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada
pengukuran arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada
pasangan di luar ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe
bushing yang digunakan pada pengukuran arus penghantar
tegangan 70 kV dan 150 kV.

Trafo arus isolasi SF6/compound


Trafo arus ini banyak digunakan pada pengukuran arus
tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar
ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe top-core.

3. Jenis trafo arus berdasarkan pemasangan


Berdasarkan lokasi pemasangannya, trafo arus dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu:

Trafo arus pemasangan luar ruangan (outdoor)


Trafo arus pemasangan luar ruangan memiliki konstruksi
fisik yang kokoh, isolasi yang baik, biasanya menggunakan isolasi
minyak

untuk

rangkaian

elektrik

internal

dan

keramik/porcelain untuk isolator ekternal.

Gambar III.3 Trafo Arus Pemasangan Luar Ruangan

Trafo arus pemasangan dalam ruangan (indoor)


10

bahan

Trafo arus pemasangan dalam ruangan biasanya memiliki


ukuran yang lebih kecil dari pada trafo arus pemasangan luar
ruangan, menggunakan isolator dari bahan resin.

Gambar III.4 Trafo Arus Pemasangan Dalam Ruangan


III.4

Komponen Trafo Arus

Tipe cincin (ring/window type) dan Tipe cor-coran cast resin


(mounded cast resin type)

Gambar III.5 CT Tipe Cincin

Gambar III.6 Komponen CT Tipe Cincin


Keterangan Gambar:
11

1. Terminal utama (primary terminal)


2. Terminal sekunder (secondary terminal)
3. Kumparan sekunder (secondary winding)
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan
pada kubikel penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor).
Jenis isolasi pada CT cincin adalah Cast Resin.

Tipe Tangki

Gambar III.7 Komponen CT Tipe Tangki


Komponen Trafo arus tipe tangki
1. Bagian atas Trafo arus (transformator head)
2. Peredam perlawanan pemuaian minyak (oil resistant
expansion bellows)
3. Terminal utama (primary terminal)
4. Penjepit (clamps)
5. Inti kumparan dengan belitan berisolasi utama (core and coil
assembly with primary winding and main insulation)
6. Inti dengan kumparan sekunder (core with secondary
windings)
7. Tangki (tank)
8. Tempat terminal (terminal box)
12

9. Plat untuk pentanahan (earthing plate)


Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak.
Trafo arus isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran
arus tegangan tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar
ruangan (outdoor) misalkan trafo arus tipe bushing yang
digunakan pada pengukuran arus penghantar tegangan 70 kV, 150
kV dan 500 kV.
III.5
1.

Penyebab Gangguan Trafo Arus

Tegangan Lebih Akibat Petir


Gangguan ini terjadi akibat sambaran petir yang mengenai
kawat phasa, sehingga menimbulkan gelombang berjalan yang
merambat melalui kawat phasa tersebut dan menimbulkan gangguan
pada trafo. Hal ini dapat terjadi karena arrester yang terpasang tidak
berfungsi dengan baik, akibat kerusakan peralatan/pentanahan yang
tidak ada. Pada kondisi normal, arrester akan mengalirkan arus
bertegangan lebih yang muncul akibat sambaran petir ke tanah. Tetapi
apabila terjadi kerusakan pada arrester, arus petir tersebut tidak akan
dialirkan ke tanah oleh arrester sehingga mengalir ke trafo. Jika
tegangan lebih tersebut lebih besar dari kemampuan isolasi trafo,
maka tegangan lebih tersebut akan merusak lilitan trafo dan
mengakibatkan hubungan singkat antar lilitan.
2. Overload dan Beban Tidak Seimbang
Overload terjadi karena beban yang terpasang pada trafo
melebihi kapasitas maksimum yang dapat dipikul trafo dimana arus
beban melebihi arus beban penuh (full load) dari trafo.
Overload akan menyebabkan trafo menjadi panas dan kawat tidak
sanggup lagi menahan beban, sehingga timbul panas yang
menyebabkan

naiknya

suhu

lilitan

tersebut.

Kenaikan

menyebabkan rusaknya isolasi lilitan pada kumparan trafo.


13

ini

3. Loss Contact Pada Terminal Bushing


Gangguan ini terjadi pada bushing trafo yang disebabkan
terdapat kelonggaran pada hubungan kawat phasa (kabel schoen)
dengan terminal bushing. Hal ini mengakibatkan tidak stabilnya aliran
listrik yang diterima oleh trafo distribusi dan dapat juga menimbulkan
panas yang dapat menyebabkan kerusakan belitan trafo.
4. Isolator Bocor/Bushing Pecah
Gangguan

akibat

isolator

bocor/bushing

pecah

dapat

disebabkan oleh :
a. Flash Over
Flash Over dapat terjadi apabila muncul tegangan lebih pada
jaringan distribusi seperti pada saat terjadi sambaran petir/surja
hubung. Bila besar surja tegangan yang timbul menyamai atau
melebihi ketahanan impuls isolator, maka kemungkinan akan
terjadi flash over pada bushing. Pada system 20 KV, ketahanan
impuls isolator adalah 160 kV. Flash over menyebabkan loncatan
busur

api

antara

konduktor

dengan

bodi

trafo

sehingga

mengakibatkan hubungan singkat phasa ke tanah.


b. Bushing Kotor
Kotoran pada permukaan bushing dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan penghantar di permukaan bushing. Kotoran
ini dapat mengakibatkan jalannya arus melalui permukaan bushing
sehingga mencapai body trafo. Umumnya kotoran ini tidak menjadi
penghantar sampai endapan kotoran tersebut basah karena
hujan/embun.
5. Kegagalan Isolasi Minyak Trafo/Packing Bocor

14

Kegagalan isolasi minyak trafo dapat terjadi akibat penurunan


kualitas minyak trafo sehingga kekuatan dielektrisnya menurun. Hal
ini disebabkan oleh :
1. Packing bocor, sehingga air masuk dan volume minyak trafo
berkurang.
2. Karena umur minyak trafo sudah tua.
III.6

Pedoman Pemeliharaan
1. Konsep Asesmen
Secara umum kondisi CT ditentukan oleh kondisi dari setiap
subsistemnya. Informasi tentang setiap subsistem diperoleh melalui
Inspeksi Level 1, Inspeksi Level 2 dan Inspeksi Level 3. Kontribusi dari
masing-masing faktor penentu ditentukan oleh hasil FMECA. Konsep
umum asesmen ini diperlihatkan di gambar berikut:

Gambar III.8 Diagram Konsep Detail Asesmen Kondisi Trafo Arus


Keterangan Gambar:
FMECA = Failure Mode Effect and Criticality Analysis

15

CCU

= current carrying unit (komponen utamanya kumparan primer


dan kumparan sekunder)

WF1

= weighting factor masing-masing inspeksi untuk sub sistem


tertentu

WF2

= weighting factor masing-masing sub sistem

DL1

= diagnosa level 1

2. In Service Inspection
In Service Inspection adalah kegiatan pengamatan visual pada
bagian-bagian peralatan terhadap adanya anomali yang berpotensi
menurunkan unjuk kerja peralatan atau merusak sebagian/keseluruhan
peralatan.
3. Dielectric
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dalam keadaan beroperasi
dengan cara melihat visual kecukupan dari media Dielectric CT
melalui:
a. Memeriksa level ketinggian minyak CT pada gelas penduga
b. Memeriksa tekanan gas N2 melalui manometer yang terpasang di
CT (indikator berupa angka)
c. Memeriksa tekanan gas SF6 melalui manometer yang terpasang di
CT (indicator berupa angka)
d. Rembesan/kebocoran minyak CT
e. Isolator porcelain
f. Dilakukan pemeriksaan isolator porcelain secara visual. Beberapa
hal yang diamatai pada bagian isolator porselin adalah keretakan,
flek, pecah dan kelainan lainnya.

4. Grounding (Pentanahan) Trafo Arus

16

Inspeksi pentanahan trafo arus yang dilakukan adalah memastikan


bahwa kawat pentanahan masih terpasang dan memastikan kawat
pentanahan yang terpasang tidak longgar atau rusak.
5. Tahanan Isolasi
Pengujian tahanan isolasi berfungsi untuk mengetahui kualitas
tahanan isolasi pada trafo arus baik antar belitan maupun antara belitan
dan ground. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tegangan
DC kepada media isolasi yang akan diukur tahanannya yaitu sebesar 5
kV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Dengan mengukur
arus bocor yang melewati media isolasi, maka akan didapatkan nilai
tahanan isolasi dalam satuan mega ohm. Alat yang digunakan untuk
pengujian tahanan isolasi adalah Mega Ohm meter, seperti dapat dilihat
pada Gambar III.9.

Gambar III.9 Alat ukur Mega Ohm meter


Untuk mendapatkan hasil pengujian yang akurat, pencatatan hasil
pengukuran dilakukan setelah 60 detik dan tidak perlu dilakukan
perhitungan IP. Ilustrasi pengujian tahanan isolasi CT dapat dilihat pada
Gambar III.10.

17

Gambar III.10 Pengukuran Tahanan Isolasi CT


6. Tan Delta
Secara umum, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai
faktor dissipasi material isolasi. Penurunan kualitas isolasi akan
menyebabkan nilai tangen delta semakin tinggi. Selain nilai tangen
delta, nilai kapasitansi juga terukur. Peningkatan nilai dari kapasitansi
mengindikasikan kerusakan pada isolasi kertas. Kasus yang umum
terjadi adalah hubung singkat antar lapisan kapasitor yang ditandai
dengan meningkatnya nilai kapasitansi. Di bawah merupakan gambar
rangakaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram phasor arus
kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Besarnya sudut
dipengaruhi oleh besarnya IC dan IR. Nilai tangen delta diperoleh dari
ratio antara IR dan IC. Pada isolasi yang sempurna, sudut akan
mendekati nol. Membesarnya sudut mengindikasikan meningkatnya
arus resistif yang melewati isolasi yang berarti kontaminasi. Semakin
besar sudut semakin buruk kondisi isolasi.
Pengujian tangen delta dapat dilakukan dengan beberapa variasi
yaitu pengukuran tangen delta pada level tegangan yang berbeda atau
dilakukan pada frekuensi yang berbeda. Pengukuran tangen delta
dengan variasi tegangan lebih mudah dilakukan, terlebih tidak
diperlukan peralatan lain. Untuk keseragaman, sebaiknya variasi
tegangan yang dipilih adalah 2kV, 4kV, 6kV, 8kV dan 10kV. Kedua

18

variasi ini dilakukan sebagai tindak lanjut awal jika ditemukan nilai
tangen delta yang mendekati 1%.

Gambar III.11 Rangkaian Ekivalen Isolasi dan Diagram Phasor


Pengujian Tangen Delta
Pengukuran tan delta pada CT dilakukan dengan menginjeksikan
tegangan 10 kV pada sisi primer yang di hubung singkat.

19

Anda mungkin juga menyukai