Akuntabilitas Politik Dan Profesional POLRI - Ronny Lihawa PDF
Akuntabilitas Politik Dan Profesional POLRI - Ronny Lihawa PDF
3
Pentingnya akuntabilitas polisi dalam negara demokrasi telah disepakati para
pakar dalam berbagai tulisan mereka sebagaimana dinyatakan oleh Bent,A.E.
(1974) dalam tulisannya berjudul Police Accountability: Dilemmas of democratic
control dalam buku The Politics of Law Enforcement:
.It has long been argued that, without proper and adequate accountability
mechanism in place, the police may be used as an arm of opression by the state, or may
behave antisocially and illegally for their own ends..
( tanpa adanya mekanisme akuntabilitas, polisi dapat digunakan sebagai alat
untuk melakukan penindasan, atau berperilaku anti sosial dan ilegal untuk
tujuan polisi sendiri)
Akuntabilitas kepolisian meliputi dua aspek yaitu pertama, kegiatan operasional
dan pelayanan kepolisian. Masyarakat menuntut agar layanan kepolisian
diberikan secara efektif dan sumberdaya yang dialokasikan kepada kepolisian
digunakan secara efisien.
Kedua, perilaku anggota kepolisian dalam melaksanakan tugas. Masyarakat
menuntut agar anggota kepolisian berperilaku baik dalam melaksanakan tugastugasnya. Perilaku anggota polisi sangat penting bagi warga yang berhubungan
dengan polisi terutama warga yang tergolong kelompok rentan seperti para
manula, warga miskin, dan perempuan. Akuntabilitas disini bukan saja
menuntut agar polisi bertindak sesuai hukum, tetapi juga agar polisi
memperlakukan warga secara manusiawi. (Newham dan Bruce, 2004, hal 6).
Akuntabilitas kepolisian pada umumnya didasarkan pada keinginan untuk
mencegah penyalah gunaan wewenang kepolisian, untuk melindungi hak-hak
dan kebebasan masyarakat, agar polisi bekerja sesuai ketentuan hukum, dan
bahwa terdapat pengawasan terhadap kegiatan kepolisian.
Transparansi dan akuntabilitas Polri dimasa lalu dapat dikatakan rendah yang
antara lain disebabkan ketiadaan keterbukaan, masyarakat umum kurang
mendapat informasi tentang penanganan berbagai kegiatan kepolisian dan
penanganan atas laporan/keluhan masyarakat. Hal ini terutama disebabkan
situasi politik pada waktu yang lalu.
Adanya transparansi dan akuntabilitas juga sangat penting dalam peningkatan
hubungan Polri dengan masyarakat dalam rangka peningkatan pelayanan Polri.
Hubungan polisi dengan masyarakat yang positif didasarkan pada kepercayaan
(trust) akan sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas
kepolisian. Oleh sebab itu dalam rangka Reformasi Polri maka pembangunan
sistim akuntabilitas dan pembentukan lembaga pengawasan eksternal ( civilian
oversight ) merupakan agenda yang penting.
4
Mengenai hal ini Walker (2001) mengomentari :
The work environment of policing, in short, creates ample opportunities for abuse of
citizens, either as a result of an honest misjudgement or from evil motives.
(.. lingkungan kerja polisi, menciptakan kesempatan yang luas untuk
meperlakukan warga secara kejam, baik sebagai kesalahan penilaian atau karena
motif yang jahat.).
Akuntabilitas Polri dalam diskusi ini akan dilihat dari dua sudut yaitu
akuntabilitas politik dan akuntabilitas operasional.
5
menjawab berbagai pertanyaan atas berbagai kejadian yang berkembang di
masyarakat. Walaupun DPR mengendalikan penyelenggaraan kepolisian
melalui penetapan anggaran namun berbagai kebijakan kepolisian tetap menjadi
wilayah tanggung jawab pemerintah.
Dalam sistim demokrasi pemerintah dikuasai oleh suatu Partai atau koalisi
beberapa Partai dan demikian juga dalam DPR terdapat kelompok- kelompok
perwakilan partai. Dengan demikian selalu terdapat nuansa pengaruh politik
baik DPR maupun pemerintah terhadap penyelenggaraan tugas kepolisian
melalui penentuan anggaran dan berbagai peraturan perundang-undangan.
Kondisi tersebut diatas berpotensi mempengaruhi netralitas dan kemandirian
polisi dari intervensi politik baik dari DPR maupun pemerintah. Hal ini dapat
menimbulkan masalah dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian.
6
Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2005 tanggal 7 Februari 2005 tentang Komisi
Kepolisian Nasional (Kompolnas). Tugas Komisi sesuai peraturan perundangundangan tersebut adalah pertama, membantu Presiden dalam menetapkan arah
kebijakan Kepolisian Negara RI dan kedua, memberikan pertimbangan kepada
Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Kompolnas berwewenang untuk:
Pertama, mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian saran
kepada Presiden yang berkaitan dengan anggaran Kepolisian Negara,
pengembangan sumber daya manusia Kepolisian Negara, dan pengembangan
sarana prasarana Kepolisian Negara.
Kedua, memberi saran dan pertimbangan lain kepada Presiden dalam upaya
mewujudkan Kepolisian Negara yang profesional dan mandiri.
Ketiga, menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja
kepolisian dan menyampaikannya kepada Presiden.
Keanggotaan Kompolnas terdiri dari Menko Polhukam sebagai Ketua, Mendagri
sebagai Wakil Ketua, Menhukham sebagai anggota dan adanya 6 (enam)
anggota independen.
Tuntutan untuk menempatkan Polri dibawah seorang Menteri/otoritas politik
sebenarnya telah dapat dipenuhi dengan keberadaan Kompolnas yang dipimpin
seorang Menteri yang merupakan pembantu Presiden. Persoalannya adalah
menjawab pertanyaan apakah dengan keberadaan Kompolnas masih perlu
menempatkan Polri dibawah seorang Menteri. Apabila tugas wewenang
Kompolnas sekarang ini dianggap ada yang kurang maka perlu dilakukan
penyesuaian seperlunya.
Pentingnya Polri ditempatkan dibawah Kompolnas dari pada dibawah seorang
Menteri adalah adanya anggota independen dalam Kompolnas. Keberadaan
anggota independen dalam Kompolnas akan menjamin netralitas dan
kemandirian Polri dari berbagai intervensi politik dan pemerintah terhadap
tugas kepolisian. Berbagai kebijakan Polri dengan demikian akan
mengakomodasi kebutuhan dan harapan warga dan tidak semata-mata
memperhatikan kepentingan pemerintah.
7
Sistim Peradilan Pidana, KUHAP, dan berbagai peraturan lainnya mengatur
akuntabilitas operasional Polri kepada Sistim Peradilan Pidana, Kejaksaan, dan
Pengadilan. Pada tingkat Polda dan Polres, DPRD setempat maupun Kepala
Daerah setempat dapat meminta Kapolda dan Kapolres setempat untuk
menjelaskan berbagai hal dibidang pemolisian. Untuk lebih memperkuat
akuntabilitas Polri di daerah Pemda perlu memberi kontribusi dukungan
operasional kepolisian terutama terhadap berbagai prioritas daerah setempat.
Kecamatan
dan
Hal- hal ini membuktikan bahwa fungsi dan peran FKPM adalah merupakan
bentuk akuntabilitas operasional Polri pada masyarakat tingkat Kecamatan/
Polsek dan Kelurahan/Desa. Peranan ini mirip dengan fungsi Police Authority
di Inggris:
To make sure that the local police are accountable for what they do to you the people
who live or work in the area - and that you have a say in how you are policed.
9
Pertama, lembaga oversight dengan wewenang investigasi penuh yaitu dimana
semua keluhan masyarakat terhadap perilaku anggota akan diterima dan
diinvestigasi oleh lembaga oversight. Lembaga akan mempekerjakan
investigator sendiri yang bukan merupakan anggota kepolisian. Dalam bentuk
ini ketiadaan pelibatan anggota polisi diharapkan akan lebih efektif dan
meningkatkan kepercayaan publik atas hasil-hasil investigasi.
Kedua, lembaga oversight dengan wewenang terbatas yaitu yang berwenang
melakukan investigasi atas kasus-kasus tertentu. Kriteria kasus yang
diinvestigasi langsung oleh lembaga oversight ini biasanya kasus-kasus berat
seperti matinya seseorang dalam tahanan atau kegiatan kepolisian lainnya.
Investigasi juga dilakukan dalam hal nyata-nyata investigasi ole polisi ternyata
bermasalah.
Ketiga, lembaga oversight yang hanya menerima keluhan masyarakat,
sedangkan investigasi atas keluhan masyarakat tersebut dilaksanakan oleh unitunit internal kepolisian sendiri untuk kemudian dilaporkan kepada lembaga
oversight. Sesuai peraturan perundang-undangan Kompolnas menerapkan
bentuk yang ketiga. Dilingkungan Polri fungsi pengawasan atas penanganan
keluhan masyarakat dilaksanakan oleh Polri dan Kompolnas sebagai lembaga
eksternal Polri.
Penutup.
Akuntabilitas politik Polri terutama mengenai tuntutan agar Polri ditempatkan
dibawah otoritas politik (Menteri) pada dasarnya telah dapat terjawab dengan
adanya Komisi Kepolisian Nasional. Kompolnas dibentuk dalam rangka
akuntabilitas Polri, baik untuk penyusunan kebijakan Polri maupun dalam
penanganan keluhan masyarakat. Mekanisme rapat kerja Polri dengan DPR
Pusat maupun Daerah.
Adanya Kompolnas dan adanya warga independen sebagai anggota Kompolnas
merupakan hal yang positif, namun masih perlu dilakukan penyempurnaanpenyempurnaan dalam tugas dan werwenang Kompolnas. Kehadiran
Kompolnas diharapkan akan meningkatkan legitimasi dan kepercayaan
masyarakat kepada Polri.
Akuntabilitas operasional Polri telah diatur dengan mekanisme peraturan
perundang-undangan dalam rangka sistim peradilan pidana (antara lain
KUHAP). Kebijakan Kapolri dengan Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005
untuk menerapkan Polmas sebagai filosofi dan strategi Polri terutama dengan
membentuk FKPM pada tingkat Polsek/Kecamatan dan Desa/Kelurahan
merupakan lembaga akuntabilitas Polri yang langsung pada warga masyarakat
yang dilayani oleh berbagai operasional kepolisian. Berbagai mekanisme
10
akuntabilitas lain terhadap berbagai stake-holders, media yang bebas, peranan
LSM, telah lebih memperkuat akuntabilitas Polri.
Daftar bacaan:
About Police Authority, www.apa.gov.uk
About the Independent Complaint Directorate/ICD, http://www.icd.gov.za
Bruce, David and Neild, Rachel (2005), The Police that we Want: A handbook
for oversight of police in South Africa.
International Organization for Migration/IOM, (2006). Perpolisian Masyarakat,
Manual Polmas untuk petugas lapangan Polri.
Independent Police Complaint Commission/ IPCC, www.ipcc.gov.uk
Jurnal Polisi Indonesia, Edisi VIII/Mei 2006.
Lihawa, Ronny (2005). Memahami Perpolisian Masyarakat.
Maroga,M. (2005). Community Policing and Accountability at station level, research
report.
Mabes Polri, (2005). Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep/737/X/2005
National Police Agency, (2006). Police of Japan.
Peraturan Presiden No 17 tahun 2005 tentang Komisi Kepolisian Nasional. tentang
Kebijakan dan strategi penerapan model Perpolisian Masyarakat.
Undang-undang Republik Indonesia No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Trojanowicz, R., & B. Bucqueroux (1998). Community Policing: How to get started.
Walker, S. (2001). Police Accountability: The Role of Citizen Oversight.